• Tidak ada hasil yang ditemukan

Item Indikator Rata-rata per item Total skor rata-rata

B. Hasil Uji Statistik dan Pembahasan

1. Hasil Pengujian Instrumen a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Product

Moment (Pearson). Pada uji validitas ini, kriteria suatu nilai dikatakan

valid jika rhitung lebih besar dari rtabel. Adapun rumus untuk mengetahui rhitung yaitu rtabel ( , n-2) dari tabel product moment. Dalam uji validitas ini, diketahui bahwa n adalah 115 dan = 5%, maka rtabel(5%, 115-2) = 0,18. Setiap item pertanyaan dikatakan valid jika lebih besar dari 0,18.

Adapun hasil data uji validitas sebagai berikut:

Tabel V.12 Hasil Uji Validitas

Variabel Item rhitung rtabel Keterangan

Persepsi atas Kualitas Pelatihan Item 1 0,524 0,18 Valid Item 2 0,502 0,18 Valid Item 3 0,447 0,18 Valid Item 4 0,510 0,18 Valid Item 5 0,487 0,18 Valid Item 6 0,671 0,18 Valid Item 7 0,603 0,18 Valid Item 8 0,620 0,18 Valid Item 9 0,455 0,18 Valid Item 10 0,512 0,18 Valid Item 11 0,475 0,18 Valid Item 12 0,371 0,18 Valid Item 13 0,460 0,18 Valid Motivasi mengikuti Pelatihan Item 1 0,665 0,18 Valid Item 2 0,711 0,18 Valid Item 3 0,674 0,18 Valid Item 4 0,667 0,18 Valid Niat Berwirausaha Item 1 0,745 0,18 Valid Item 2 0,688 0,18 Valid Item 3 0,702 0,18 Valid Item 4 0,678 0,18 Valid Item 5 0,589 0,18 Valid

Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas, terdapat hasil perbandingan rhitung dengan rtabel masing-masing butir pernyataan pada variabel persepsi atas kualitas pelatihan, motivasi mengikuti pelatihan, dan niat berwirausaha. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi pada semua butir pernyataan menghasilkan nilai rhitung > rtabel sebesar 0,18. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa hasil uji

validitas pada semua butir pernyataan secara keseluruhan data dinyatakan valid. Artinya, setiap instrumen pernyataan yang ada dalam kuesioner sudah benar-benar dapat mengukur variabel akan diteliti. b. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikasi 5%, dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel V.13 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

Persepsi atas Kualitas Pelatihan

0,764 Reliabel

Motivasi mengikuti Pelatihan

0,608 Reliabel

Niat Berwirausaha 0,708 Reliabel

Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat nilai persepsi atas kualitas pelatihan sebesar 0,728, motivasi mengikuti pelatihan sebesar 0,608, dan niat berwirausaha sebesar 0,770. Karena nilai

Cronbach’s Alpha berada diatas 0,60, maka dapat diketahui bahwa butir-butir instrumen pada penelitian ini reliabel. Artinya, jawaban responden terhadap item-item pernyataan didalam sebuah kuesioner sudah konsisten.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan untuk penelitian adalah uji one

sample Kolomogorov Smirnov, dalam hal ini untuk mengetahui apakah

residual terdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0.05. Adapun hasil uji normalitas pada grafik dan tabel sebagai berikut:

Tabel V.14 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 115

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.09283973

Most Extreme Differences Absolute .083

Positive .044

Negative -.083

Kolmogorov-Smirnov Z .891

Asymp. Sig. (2-tailed) .405

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua data pada penelitian ini dikatakan berdistribusi normal, karena seluruh angka

Asymp. Sig (2-tailed) yaitu 0,405> 0,05, maka data di atas dianggap

dapat mewakili populasi yang ada. b. Uji Multikolienaritas

Uji multikolienaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel penelitian. Pada penelitian ini, uji multikolienaritas dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).

Berikut ini merupakan hasil dari pengujian multikolinieritas:

Tabel V.15

Hasil Uji Multikolienaritas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Persepsi Kualitas Pelatihan ,991 1,009

Motivasi mengikuti Pelatihan ,991 1,009

a. Dependent Variable: Niat Berwirausaha

Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel V.15, hasil nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10, maka dapat diketahui bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolienaritas atau tidak terjadi masalah multikorelasi diantara variabel bebas yang ada.

c. Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui persamaan regresi mengenai sama atau tidak varian dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Tabel berikut ini menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser.

Tabel V.16

Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .875 1.684 .520 .604

Persepsi Atas Kualitas Pelatihan

.008 .021 .035 .371 .712

Motivasi Mengikuti Pelatihan .022 .075 .027 .288 .774

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel V.16, dapat diketahui nilai probabilitas signifikansi variabel persepsi atas kualitas pelatihan sebesar 0,712 > 0,05 dan variabel motivasi mengikuti pelatihan sebesar 0,774 > 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Artinya, data di atas menunjukkan bahwa varians variabel sama untuk semua pengamatan atau observasi.

3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh persepsi atas kualitas pelatihan dan motivasi mengikuti pelatihan pada niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien konstanta sebesar 8,356, koefisien regresi persepsi atas kualitas pelatihan sebesar 0,103 dan koefisien regresi motivasi mengikuti

pelatihan sebesar 0,430. Dari hasil analisis data tersebut, maka dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:

Y= 8,356 + 0,103X1 + 0,430X2

Dimana:

Y = Niat berwirausaha

X1 = Persepsi atas kualitas pelatihan X2 = Motivasi mengikuti pelatihan

Analisis dari hasil regresi linier berganda di atas dengan taraf signifikan sebesar 0,05 (5%) adalah sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 8,356, konstanta ini menyatakan jika variabel independen (persepsi atas kualitas pelatihan dan motivasi mengikuti pelatihan) adalah nol (0), maka variabel dependen (niat berwirausaha) bernilai positif, yaitu 8,356.

b. Koefisien regresi persepsi atas kualitas pelatihan (X1) diketahui sebesar +0,103 dan koefisien regresi motivasi mengikuti pelatihan (X2) diketahui sebesar +0,430 sehingga β bernilai positif dengan niat

berwirausaha (Y), artinya semakin tinggi persepsi atas kualitas pelatihan dan motivasi mengikuti pelatihan para difabel, maka semakin tinggi pula niat berwirausaha para difabel tersebut. Dari hasil uji yang telah dilakukan, dapat diketahui koefisien atau R square sebesar 15,8%, artinya bahwa sebesar 15,8% dari variasi variabel niat berwirausaha dapat dijelaskan oleh variabel persepsi atas kualitas

pelatihan dan motivasi mengikuti pelatihan. Sedangkan sisanya (100% - 15,8% = 84,2%) dapat dijelaskan oleh variabel (sebab-sebab) lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

4. Hasil Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah uji statistika adalah sebagai berikut:

a. Penentuan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

Ho = Persepsi atas kualitas pelatihan tidak berpengaruh positif pada niat berwirausaha.

Ha = Persepsi atas kualitas pelatihan berpengaruh positif pada niat berwirausaha.

b. Penentuan taraf signifikansi pada penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5%, dengan tingkat kepercayaan 95%.

c. Penentuan thitung dan ttabel

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, diperoleh angka thitung 2,794 untuk X1 pada Y dan 3,345 untuk X2 pada Y. Kemudian ditentukan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (df) = n-k-2 =115 - 2 - 2 = 111. Dengan ketentuan tersebut, maka diperoleh ttabel sebesar 1,658.

d. Kriteria Pengujian

H01ditolak dan Ha1 diterima, jika

H01 diterima dan Ha1 ditolak, jika

H02 ditolak dan Ha2diterima, jika

H02 diterima dan Ha2 ditolak, jika

β > 0

e. Kesimpulan

1) Berdasarkan tabel uji t, diketahui nilai thitung variabel persepsi atas kualitas pelatihan (X1) sebesar 2,794 lebih besar dari 1,658 (thitung > ttabel), maka H01 ditolak dan Ha1 diterima. Artinya, persepsi atas kualitas pelatihan berpengaruh positif pada niat berwirausaha. 2) Berdasarkan tabel uji t, diketahui nilai thitung variabel motivasi

mengikuti pelatihan (X2) sebesar 3,345 lebih besar dari 1,658 (thitung > ttabel), maka H02 ditolak dan Ha2 diterima. Artinya, motivasi mengikuti pelatihan berpengaruh positif pada niat berwirausaha.

5. Hasil Uji One Way Anova

One Way ANOVA atau ANOVA satu jalan digunakan untuk menguji

perbedaan rata-rata antara tiga atau lebih kelompok data yang independen. Berikut ini adalah hasil uji F untuk mengetahui perbedaan persepsi atas kualitas pelatihan dilihat dari jenis difabel.

Tabel V.17

Nilai Rata-rata Persepsi Atas Kualitas Pelatihan Pada Masing-masing Kelompok

Kelompok Difabel Nilai Rata-rata Persepsi Atas Kualitas Pelatihan

Tuna Daksa 4,2876

Tuna Netra 4,0569

Tuna Rungu Wicara 4,03010

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016

Tabel V.18

Perbedaan Nilai Rata-rata Persepsi Atas Kualitas Pelatihan AntarKelompok

Kelompok Difabel

Perbedaan Nilai Rata-rata Persepsi Atas Kualitas Pelatihan

Tuna Daksa vs Tuna Netra 0,23074*

Tuna Daksa vs Tuna Rungu Wicara 0,35660*

Tuna Netra vs Tuna Rungu Wicara 0,02586 *signifikan pada p 0,05

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016 a. Perumusan Hipotesis

H0 = Tidak terdapat perbedaan persepsi atas kualitas pelatihan jika dilihat dari jenis difabel tuna daksa, tuna netra, dan tuna rungu wicara.

Ha = Terdapat minimal dua rata-rata yang berbeda persepsi atas kualitas pelatihan jika dilihat dari jenis difabel tuna daksa, tuna netra, dan tuna rungu wicara.

b. Memilih Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. c. Daerah Kritis

Jika sig α, maka H0 ditolak. d. Kriteria Pengambilan Keputusan

1 dan 2 : (0,031 0,05) = Ho ditolak

1 dan 3 : (0,020 0,05) = Ho ditolak

2 dan 3 : (1,000 0,05) = Ho diterima e. Kesimpulan

Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada persepsi atas kualitas antara jenis difabel tuna daksa dengan tuna netra, dimana difabel tuna daksa yang sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) bersikap lebih positif, selain itu terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada persepsi atas kualitas pelatihan antara jenis difabel tuna daksa dengan tuna rungu wicara, dimana difabel tuna daksa yang sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) bersikap lebih positif. Di sisi lain dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada persepsi atas kualitas pelatihan antara jenis difabel tuna netra dengan tuna rungu wicara yang saat ini sedang

mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD).

C. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial pengaruh variabel independen (persepsi atas kualitas pelatihan dan motivasi mengikuti pelatihan) pada variabel dependen (niat berwirausaha). Penelitian dilakukan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) dengan jumlah responden sebanyak 115 para difabel yakni tuna rungu wicara, tuna netra, dan tuna daksa yang masih aktif mengikuti pelatihan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis linier berganda.

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan beberapa tahap pengujian setalah memperoleh data. Tahap pengujian tersebut antara lain:

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

2. Uji Normalitas, Uji Multikolinienaritas, dan Uji Heteroskedastisitas 3. Uji Hipotesis (Uji t)

4. Uji One Way Anova

Dari hasil analisis data dengan melakukan beberapa tahap pengujian, penulis dapat menyimpulkan untuk ketiga rumusan masalah yang telah ditetapkan penulis. Rumusan masalah yang pertama, persepsi atas kualitas pelatihan berpengaruh positif pada niat berwirausaha. Hal ini dapat dilihat dari

hasil pengujian yang menunjukkan thitung variabel persepsi atas kualitas pelatihan (X1) sebesar 2,794 lebih besar dari ttabel sebesar 1,658 (thitung > ttabel). Kondisi ini juga didukung oleh banyaknya responden yang setuju dengan item

pertanyaan penelitian, yaitu meliputi “Pelatih yang memberi bimbingan kepada Anda, memiliki keahlian di bidangnya” serta “Program pelatihan yang

disediakan mampu menjadi bekal di masa depan Anda”, artinya, persepsi atas

kualitas pelatihan bagi para difabel memberi manfaat dalam hal meningkatkan keterampilan yang membantu terbentuknya kepercayaan diri mereka dari hasil keikut-serataan dalam mengikuti pelatihan yang diberikan oleh Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD). Selain itu, pelatihan-pelatihan yang di telah disediakan Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) telah konsisten dalam hal memberikan pelayanan kepada para difabel. Sehingga, para difabel menjadi lebih terpacu dan merasa bahwa pelatihan tersebut penting untuk kemajuannya di masa mendatang. Dengan demikian dapat dikatakan kualitas pelatihan yang diperoleh dari Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) mampu menimbulkan keinginan atau niat berwirausaha bagi para kaum difabel.

Rumusan masalah kedua, dapat diketahui bahwa motivasi mengikuti pelatihan berpengaruh positif pada niat berwirausaha. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji hipotesis (uji t) nilai thitung variabel motivasi mengikuti pelatihan (X2) sebesar 3,345 lebih besar dari 1,658 (thitung > ttabel). Artinya,

dalam diri kaum difabel ada dorongan dan ketertarikan yang muncul untuk mengikuti kegiatan pelatihan yang diberikan oleh pihak Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD), dimana pelatihan tersebut meningkatkan motivasi para difabel memunculkan keinginan atau niat mereka untuk melakukan kegiatan berwirausaha. Karena, dengan mengikuti pelatihan tersebut bekal serta kemampuan para difabel akan diasah dan dibentuk. Sehingga, para difabel yang sebelum mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) ini dianggap sebelah mata dan cenderung pasif dalam merespon segala keadaan, saat ini memiliki keinginan yang cukup besar untuk menjadi aktif dan terbuka, termasuk dalam hal ini aktif dan terbuka pada lingkungan mereka yang baru. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya responden yang mendominasi jawaban pada item pertanyaan “Anda terdorong mengikuti pelatihan untuk merubah hidup Anda menjadi lebih baik” di lembar kuesioner yang telah dibagikan oleh peneliti.

Dari rumusan masalah yang ketiga, hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada persepsi atas kualitas antara jenis difabel tuna daksa dengan tuna netra, dimana difabel tuna daksa yang sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) bersikap lebih positif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi atas kualitas pelatihan yang signifikan antara difabel tuna daksa dan tuna netra yang sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi

Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD). Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa antusias difabel tuna daksa lebih besar dalam hal menerima segala materi ataupun pembekalan dalam pelatihan, karena jenis pelatihan yang disediakan oleh Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) jauh lebih bervariasi dibandingkan jenis pelatihan untuk difabel tuna netra. Sehingga, difabel tuna daksa lebih mempunyai kesempatan untuk memilih jenis pelatihan apa yang akan diikuti sesuai minat dan bakat difabel tuna daksa tersebut. Sedangkan difabel tuna netra kurang memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang beragam jenisnya selain pelatihan pijat atau massage.

Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada persepsi atas kualitas antara jenis difabel tuna daksa dengan tuna rungu wicara, dimana difabel tuna daksa yang sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) bersikap lebih positif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi atas kualitas pelatihan yang signifikan antara difabel tuna daksa dan tuna rungu wicara yang sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD). Program pelatihan yang diberikan oleh difabel tuna daksa dan tuna rungu wicara pada dasarnya adalah sama. Namun, setelah dilakukan pengujian menunjukkan bahwa program pelatihan tersebut bagus dilihat oleh para difabel tuna daksa dibandingkan tuna rungu wicara. Hal tersebut dapat terjadi

dikarenakan keterbatasan tuna rungu wicara dalam menangkap suara dan kesulitan difabel tersebut dalam berkomunikasi dalam bahasa sehari-hari, sehingga difabel tuna rungu wicara merasa lebih tertinggal dibandingkan tuna daksa.

Kemudian, pengujian yang terakhir menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada persepsi atas kualitas pelatihan antara jenis difabel tuna netra dengan tuna rungu wicara yang saat ini sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi atas kualitas pelatihan yang signifikan antara difabel tuna netra dan tuna rungu wicara yang sedang mengikuti pelatihan di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD). Setelah dilakukan pengamatan oleh peneliti pada saat pengambilan data, peneliti melihat bahwa memang keterbatasan pada tuna netra dan tuna rungu wicara mempengaruhi penilaian mereka terhadap kualitas pelatihan yang ada di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD). Keterbatasan yang dimiliki oleh tuna netra dan tuna rungu wicara antara lain yaitu keterbatasan melihat dan mendengar yang merupakan alat indera yang paling penting dalam kehidupan manusia. Sedangkan tuna daksa masih memiliki kemampuan untuk melihat dan mendengar, sehingga cenderung rasa tanggap yang lebih besar dibandingkan tuna netra dan tuna rungu wicara. Di sisi lain, peneliti juga merasakan bahwa tuna netra dan tuna rungu wicara

cenderung lebih tertutup dan cenderung pasif saat menerima rangsangan dari luar.

98 BAB VI

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Dokumen terkait