• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Wawancara

Dalam dokumen Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria (Halaman 66-100)

BAB IV ANALISA DATA PENELITIAN

A. Responden I (P.S)

3. Hasil Wawancara

3. Hasil Wawancara. Awal perkawinan

Sebelum akhirnya memutuskan untuk menikahi pasangan, P.S dan pasangan telah berkenalan di Rumah Sakit di daerah Tanjung Selamat tempat P.S bekerja. Orang tua pasangan juga berasal dari keluarga perkebunan dimana hingga masa pensiun P.S juga bekerja di perkebunan.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Awal pertemuan dengan pasangan, P.S harus bermalam di Rumah Sakit tempat pasangan bekerja, pada saat itu pasangan menjadi perawat dan berkenalanlah mereka. Setelah melewati tahap perkenalan selama 3 tahun dan P.S sudah bekerja selama 4 tahun, adanya peraturan dari atasan P.S apabila ingin naik jabatan menjadi karyawan perusahaan, maka P.S harus sudah memiliki keluarga.

“Karena kata atasan saya, kalo saya mau naik jabatan harus sudah berkeluarga dulu.” (R I, W I, 024-025)

Atas pertimbangan tersebut P.S menikahi pasangan dengan restu kedua orang tua pasangan dan orang tua P.S. Setelah menikah P.S beserta pasangan harus pindah tugas di daerah perkebunan lain, sehingga pasangan harus berhenti dari pekerjaannya dan P.S pun menginginkan istri yang mejadi ibu rumah tangga agar dapat mengurus rumah tangga dengan baik dan membesarkan anak-anak. Pasanganpun setuju atas permintaan P.S

Pada tahun pertama menikah, P.S dan pasangan sudah memiliki putri pertamanya. Kesibukan pasangan dalam merawat dan menjaga anak mereka sedangkan P.S sibuk dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaan sehingga awal perkawinan menjadi mudah untuk menyesuaikannya.

“Karena kami itu pas baru-baru menikah sama-sama sibuk gak ada Nampak perselisihan perbedaan ini itu gak gitu Nampak ya. Gak ada lah pas pertama-tama dulu. Ibu pun udah sibuk yakan, dia ngurus anak langsung. Kan ibu langsung melahirkan tahun pertama nikah. Lagian waktu itu kan baru menikah itu saya diangkat jadi staff gitu. Jadi sibuk lah kami sama-sama.” (R I, W I,036-045) “Iya, pindah saya jadi staf, udah sibuk sendiri penyesuaian lagi kan, ibu udah ngurus anak ajalah jadinya. Lagian kan kalo dikebun itu ada rapat dharma wanitalah inilah. Jadi gitulah kami dulu itu.” (R I, W I,050-054)

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Topik-topik yang sering dibicarakan dengan pasangan mengenai anak-anak yang berada terpisah dari orang tua, meskipun terpisah jarak, pasangan selalu melakukan komunikasi dengan anak-anak dan membicarakannya dengan pasangan. Namun terkadang P.S tidak terlalu mempercayai seluruh yang dikatakan pasangan mengenai anak-anak. P.S merupakan orang tua yang keras terhadap anak sedangkan pasangan sering kali membela anak-anak. Hal-hal yang tidak terlalu diperyakan P.S terhadap pasangan ialah mengenai jam malam anak-anak. Pernah suatu kali pasangan kembali dahulu ke Medan, dan P.S menelpon pasangan menanyakan keberadaan anak-anak, pasangan mengatakan anak-anak sudah tidur pukul 21.00 namun P.S merasa anak-anak belum pulang dan masih diluar. Tapi sampai saat ini belum ada bukti bahwa pasangan

Komunikasi

Pada masa bekerja, hubungan komunikasi dengan pasangan terbilang intens dan memiliki kualitas yang baik. Istri selalu mendampingi pasangan yang bertugas di perkebunan dan tinggal bersama meskipun anak-anak tinggal di Medan bersama adik pasangan. Setiap harinya pasangan dan P.S memiliki waktu yang cukup untuk berkomunikasi, baik di pagi hari maupun setelah P.S kembali pulang dari bekerja. Bagi P.S ia dan pasangan memiliki hubungan komunikasi yang menyenangkan karena baginya, pasangan merupakan istri dan temannya.

“Ya cemana ya. Ya enaklah. Orang teman ngomong saya kan cuman ibu kalo masih tugas gitu. Ama anak-anak ya sekali-sekali aja.” (R I, W I,0102-0105) “Kalo pas kerja dulu kan, ibu emang selalu ama saya dikebun, jadi cukuplah waktu kami pasti. “(R I, W I,0555-0556)

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

maupun anak-anak berbohong sehingga P.S tidak dapat marah. Meskipun tanpa bukti, P.S tetap tidak terlalu mempercayai pasangan mengenai jam malam anak-anak.

“Misalnya kan kadan ibu pulang duluan tu dari kebun kemedan. Kadang saya telpon gitukan jam 9 malam, karena kan jam 9 anak-anak udah harus pulang. Di bilangnya lah si kakak udah tidur, tapi saya rasa belum pulang itu.” (R I, W I,0378-0383)

Selain mengenai hubungan dengan anak-anak, P.S dan pasangan sering juga membicarakan mengenai keluarga besar, permasalahan apa saja yang sedang dirasakan oleh keluarga besar. Hampir sama hal nya dengan anak-anak, pasangan sering tidak terbuka mengenai adik-adiknya. Adik-adik pasangan sering meminta bantuan, namun pasangan sering tidak menceritakan dengan P.S atau tidak menceritakan dengan benar. Terkadang hal ini menimbulkan perselisihan. P.S berharap untuk menceritakan saja yang sebenarnya karena sedapat mungkin Ia akan membantu.

“Selain anak ama keluarga saya percaya.Kadang ibu ni suka nutup-nutupin tentang keluarga besarnya yang kek saya bilang itulah. Kalo ada butuh bantuan keluarga, gak dibilangnya semua ma saya. (R I, W I, 0422-0427)

Selain mengenai permasalahan yang berhubungan dengan anak-anak P.S dan keluarga besar, P.S mempercayai pasangan dalam berkomunikasi, seperti permasalahan kantor, P.S menceritakannya dengan pasangan. Namun apabila ada hal-hal yang P.S inginkan pasangan tidak mengetahui seperti permasalahan kantor yang rumit, Ia memilih untuk tidak bercerita kepada pasangan dari pada harus berbohong.

“Kadang saya gak suka cerita ama ibu kalo kena marah atasan atau kadang masalah orang kalo cuman cemana ya bilangnya. Namanya kerja pasti ada aja itu kelakuan yang aneh-aneh teman saya. Gak akan saya ceritakan itu.” (R I, W I, 0199-0204)

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Ketika pasangan mengalami kesusahan dan pasangan belum ingin berbagi cerita dengan P.S, P.S mengetahui bahwa ada sesuatu yang disembunyikan pasangan darinya. Maka P.S berusaha menanyakan pasangan yang cukup tertutup agar mau berbagi cerita, karena P.S bersedia membantu pasangan. Disela-sela waktu, P.S sering mencoba untuk bertanya sehingga pasangan mau bercerita.

“Iya tau saya. Kadang agak-agak diem gitu dia, tapi taunya saya. Jadi kalo dia mau terbuka. Mau cerita gitukan ada masalah apa gitu. Kalo dia bilang saya bantuin lah dia gimana. Tapi kalo dia diem-diem aja kan terasa juga ma saya. Ditanya ada masalah apa? Gak ada katanya. Kayak gitu dia. Nah kalo itu bisa dirasanya dipecahkan sendiri ato gak mau dia tau saya masalahnya.” (R I, W I,0483-0491)

Aktivias Waktu Luang

Kesibukan pekerjaan yang berada di daerah perkebunan hanya bersama pasangan sementara anak-anak berada di Medan bersama adik pasangan untuk bersekolah. Hal ini membuat intensitas bertemu dengan keluarga menjadi terbatas. Dalam satu bulan empat kali yaitu satu kali dalam seminggu, membuat P.S hanya dapat menemui keluarga yang berada di Medan. Ketika menghabiskan waktunya di Medan bersama anak-anak dan pasangan, P.S menyukai waktunya luangnya bersama dengan keluarga. waktu bersama ini dihabiskan dengan makan bersama di luar, pergi ke mall atau berekreasi ke luar kota.

“Biasanya kami tu makan samalah. Pas anak-anak masih kecil kumpul semua malem kita makan sama. Tapi pas udah keluar semua bedua ajalah ma ibu tinggal. Tapi kalo lagi balik ke medan itu lah kami ngumpul biasanya. Sabtu-minggu. Kami ma anak-anaklah. Sering kalo lagi di medan kami makan diluar. Ntah kemana kami gitu misalnya. Waktu kecil-kecil rekreasi lah kami tu kan biasanya. Udah besar pun gitu juga. Misalnya ke brastagi, ke parapat, ntah ke mall” (R I, W I,0578-0589)

“Malah senanglah kumpul ma anak-anak. Tau cerita anak-anak itu apa. Ketawa-ketawa kami kan. Jarang ketemu sekali ketemu gitulah.” (R I, W I, 0603-0606)

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Selain menghabiskan waktu bersama keluarga di setiap akhir pekan, P.S melakukan olah-raga tenis bersama dengan teman-teman kantornya. Setiap sabtu sore dan minggu pagi adalaha jadwal P.S bermain tenis.

“Jadi sabtu minggu pun umumnya saya keluar juga tu. Olahraga. Sabtu sore saya tenis. Minggu pagi pun tenis, siangnya baru pergi.” (R I, W I, 0599-0602)

Orientasi Agama

P.S dan pasangan beserta keluarga merupakan pasangan yang taat beribadah. P.S dan pasangan berbagi tugas dalam mendidik anak-anaknya untuk ibadah agama. Pasangan mendidik dan mengajarkan anak-anak mengenai ibadah-ibadah dalam agama islam. Bagaimana cara solat yang benar, mengajarkan mengaji membaca al-quran, berpuasa dan ibadah lain dalam islam. P.S memberikan contoh keseharian mengenai hal-hal yang dibenarkan dan diharamkan dalam agama islam. Misalkan, ketika menonton TV bersama, ada pemberitaan di TV mengenai aliran sesat yang sedang terjadi, maka P.S akan mengatakan kepada anak-anak bahwa dalam agama hal tersebut diharamkan. Dengan adanya pembagian tugas tersebut, maka memudahkan bagi anak-anak untuk mengerti dan dapat menjadi umat islam yang baik.

“Ibu itu lah yang ngajarin solat, ngaji. Itu ibu semua. Tapi kalo saya itu lebih, cemana ya bilangnya. Lebih ginilah misalnya ada aliran sesat tu di TV terus saya yang bilang ma anak-anak itu gak boleh ya dalam agama kita. 0679-0684)

Sesuai dengan pengajaran agama kepada anak, maka P.S juga berusaha meluangkan waktu untuk memiliki aktivitas ibadah bersama dengan keluarga. waktu yang terbatas ketika masih bekerja bersama keluarga, P.S hanya dapat melakukan ibadah puasa bersama dengan keluarga dan solat Idul bersama keluarga. Hanya disela-sela kesempatan P.S dapat solat berjamaah bersama pasangan dan keluarga.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

“Dulu pas kerja, pas anak-anak masih dikebun ya magrib sama kami. tapi yang pasti solat Idul samalah kami. Umumnya kami itu yang kumpul kalo puasa, jadi buka sama terus magrib sama terus ke mesjid samalah kami berlima teraweh.” (R I, W I,0666-0671)

Resolusi terhadap Konflik

Pasangan ini, sering mengalami permasalahan mengenai kebutuhan ekonomi keluarga besar dari pihak pasangan. Keluarga besar sering mengalami kekurangan dalam pemasukan ekonomi sehingga sering kali meminta bantuan dari P.S dan pasangan. Hal ini yang berakibat pula pada pengaturan keuangan keluarga P.S

Pengaturan keuangan

Pemasukan keluarga hanya berasal dari gaji bulanan tempat perusahaan P.S bekerja. Setiap pemasukan bulanan keluarga ini, diserahkan seluruhnya oleh P.S kepada pasangan agar pasangan dapat mengatur kebutuhan bulanan rumah tangga dan untuk kebutuhan ank-anak. Selama masa bekerja tidak ada permasalahan yang berarti dalam ekonomi keluarga. tidak mengalami kekurangan dan P.S dan keluarga masih dapat menabung untuk berlibur pada waktu-waktu tertentu bersama keluarga.

” Itu semua pendapatan saya, saya kasih aja ma ibu, ibu yang urus ibu yang ngelola buat rumah. ada juga untuk saya tapi ibu taulah seluruh pendapatan saya. Terus saya bilang ma ibu itu yang ada, jadi jangan harapkan dari yang lain-lain.” (R I, W I,0862-0867)

”Alhamdulillah egak lah. Semuanya udah diatur, untuk hidup, untuk pendidikan anak-anak, untuk kalo ada kebutuhan lain kayak misalnya liburan gitu, masih cukuplah untuk kami jalan-jalan. Untuk pendidikan anak, alhamdulillah pun masih bisa nabung juga kami.” (R I, W I,0878-0884).

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Namun ada beberapa permasalahan mengenai keuangan rumah tangga keluarga, meskipun permasalahan bukan dari dalam rumah tangga, namun P.S dan pasangan harus menyisihkan biaya kebutuhan lain untuk membantu keluarga besar yang terkadang biaya tersebut harus dipenuhi untuk biaya pendidikan anak. Karena sebab itu, pengaturan ekonomi keluarga menjadi lebih ketat.

”Apalagi dulu, anak-anak kan perlu biaya pendidikan yang besar juga. Buat saya itu dululah diduluankan baru yang lain.” (R I, W I,0753-0755)

Keluarga

Sebagai anak yang dituakan dan paling mampu diantara keluarga lain, pasangan P.S sering kali diminta bantuan berupa dana dari adik-adiknya. P.S pribadi tidak terlalu mempermasalahkan adik-adik yang butuh bantuan, baginya sebagai yang dituakan dalam keluarga dan adanya uang lebih untuk membantu, P.S akan membantu yang ia mampu. P.S tidak ingin memberikan hutang kepada adik-adik pasangan, sehingga P.S lebih memilih untuk tidak memberikan keseluruhan dana yang dibutuhkan namun hanya memberikan semampunya namun tidak berupa hutang. Agar nantinya tidak ada beban bagi keduanya. Untuk beberapa kesempatan, pihak keluarga tidak melihat keadaan kebutuhan rumah tangga P.S yang terkadang membutuhkan biaya lain.

”kadang iya jugalah, kalo orang tu ada masalah kan kami jadi ikut mikir, ikut kerepotan jugalah. Terus mereka itu kadang suka minta bantuan uang gitulah. kalo misalnya adik-adik minta bantu, itu wajar, karena kami dituakan dan dianggap mampu, jadi kalo ada yang minta bantu tu wajar aja. Jadi kita pun membantu nya seberapa mampu kita. Seringnya gitu. Mereka kan harusnya tau kami juga ada kebutuhan lain.” (R I, W I,0743-0752)

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Yang menjadi permasalahan, pasangan sering kali tidak memberitahukan mengenai permasalahan adik-adiknya atau kebutuhan apa saja bagi adik-adiknya sehingga sering kali menyebabkan salah paham diantar mereka dan keluarga besar. Sering pula pasangan mengatakan bahwa P.S sedang tidak memiliki uang lebih dan tidak dapat membantunya untuk saat ini dimana dilain pihak, P.S tidak mengetahui permasalahan yang sering terjadi. Karena adanya salah pemahaman atau kominikasi yang tidak sampai menyebabkan keluarga mengganggap bahwa P.S tidak mau membantu mereka.

”Masalahnya kalo ibu ini, kalo adalah adek-adek tu masalah, gak mau langsung dibilangnya ma saya. Dibilang nya aja kalo lagi ada kebutuhan lain, dibilangnya gini. Udahlah abang lagi gak duit. Gitu. Sayalah yang dikira pelit, itu yang bikin kami sering berantam itu.” (R I, W I,0757-0763)

Pasangan lebih memilih untuk menceritakan permasalahannya kepada anak tertua mereka. P.S sering kali mengetahui kejadian-kejadian dari anak sulungnya setelah selang beberapa lama hal itu terjadi. P.S sangat menginginkan agar pasangan mau bersikap jujur dan terbuka kepadanya tanpa melalui orang lain sehingga Ia dapat membantu dan permasalahan cepat terselesaikan.

“Iya, karena dia paling besar, dia sering diceratain ibu, tapi ibu jaranglah mau cerita dengan saya. Jadinya kan suka salah pengertian. Kadang ada satu kejadian yang saya udah lama baru tau, malas saya kalo kayak gitu. Itu yang sering saya bilang ma ibu, bilang ajalah kesaya semuanya. Biar bisa juga diatasin.” (R I, W I,0788-0795)

Akibat dari pasangan yang sering kali menutup-nutupi permasalahan mengenai keluarganya, menyebabkan terjadinya kesalah-pahaman antara P.S dan ipar-iparnya. Pasangan sering kali menyembunyikan kesulitan yang dialami oleh adik-adiknya dimana P.S tidak mengetahui bahwa adik-adiknya membutuhkan bantuan sehingga P.S tidak

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

memberikan bantuan apapun namun bagi adik-adik iparnya sering kali karena P.S tidak memberikan bantuannya, adik-adik sering kali menyangkan P.S pelit dan tidak ingin membantu.

“Sedikit banyak ya mempengaruhi lah ya. Tapi saya bilang ma ibu, janganlah saya diburuk-burukkan ma adek-adek itu. Kadang ibu ni suka jual nama saya ke orang itu, padahal saya gak tau apa-apa. Jadinya orang tu anggap saya yang pelitlah, gak kasih inilah, gak kasih itulah. Jadinya saya selalu bilang, kalo ada apa-apa ma adek-adek itu bilang dulu ke saya, ntar kalo bisa bantu ya dibantu, kalo egak ya tunggu dulu.” (R I, W I,1063-1062)

Pada saat-saat pasangan menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi oleh keluarga besar, P.S bersedia untuk membantu keluarga semampunya. Sebagai contoh, ketika keluarga membutuhkan kendaraan bermotor untuk transportasinya dan meminjam kepada P.S, dengan senang hati P.S meminjamkannya selama kendaraan tersebut sedang tidak dibutuhkan.

Namun untuk beberapa permasalahan keluarga P.S dan pasangan sulit menemukan jalan keluar sehingga tidak jarang juga menyebabkan perselisihan meskipun sudah dibicarakan.

“Biasanya itu ditanya. Kita rembukkan bersama. Misalnya ni adek mau pinjem kereta. Cemana ni kita kan mau pake juga, kan kadang butuh juga. Tapi yaudahlah mungkin si adek ini lagi butuh. Yaudah dibicarakan yodah kami pinjamkan lah. Seringnya kami ngomonglah. Dibicarakanlah. Yang penting orang tu tanggung jawablah. Ya gitu ajalah, tapi sering juga kami selisih hanya karena itu.” (R I, W I,0765-0774)

P.S mengharapkan agar pasangan lebih terbuka dalam komunikasi mengenai keluarga besar agar tidak sering terjadi perselisihan. Meskipun terkadang keluarga besar menyebabkan perselisihan diantara pasangan ini, namun hubungan P.S dan keluarga besar masih terbilang baik ketika bertemu. Pada saat-saat hari raya islam, P.S beserta

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

keluarga akan berkunjung ke rumah-rumah keluarga besar. Penyambutan dari keluarga besar pun masih baik dengan permasalahan yang ada.

Ketika bekerja, P.S tidak memiliki waktu luang untuk berkumpul bersama keluarga, baik dari keluarga P.S maupun dari pihak keluarga pasangan. Meskipun dari pihak keluarga P.S mengadakan arisan keluarga setiap bulannya, namun P.S sering tidak mempunyai waktu untuk hadir.

“Gak ada, kalo dari ibu gak ada, tapi kalo dari saya ada. Cuman saya gak bisa ikut, sering gak cocok waktunya. Jadi saya bilang ma adek-adek kalo bisa kami datang kalo egak ya egak jadinya gak ikut saya dalam arisan itu. Datang ajalah kalo ada waktu.” (R I, W I,0982-0987)

Keluarga besar terkadang sering memberi pendapat terhadap keluarga P.S mengenai kehidupan keluarganya. Namun P.S dan pasangan hanya mendengarkan dan memilah mana yang terbaik bagi keluarga mereka. Yang memiliki keputusan terakhir mengenai keputusan yang diambil adalah P.S dan pasangan. Maka sedikit banyak, keluarga besar member pengaruh bagi keluarga.

“Pengaruh itu, kadang-kadang kalo saya ya, orang tu keluarkan pendapat ajalah. Adek-adek itu cuman ngomong lah, tapi semuanya tetap kami yang mau gimananya. Istilah nya orang tu kasih saran lah ma kami, tapi kami juga yang mau gimananya ntar.” (R I, W I,1000-1005)

Orientasi Seksual

Semasa bekerja, pasangan selalu mendampingi P.S di perkebunan untuk dinas. Sehingga hubungan seksual juga memiliki intensitas yang sering dan hubungan tersebut menyenangkan bagi P.S dan pasangan. Bagi P.S hubungan seksual merupakan kebutuhan.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

“Namanya emang kebutuhan biologis kami juga, ya bagus-bagus ajalah. Yang seneng-seneng ajalah.” (R I, W I,0696-098)

Teman

P.S memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman. Karena kesibukan P.S dan menuntut P.S untuk berada di perkebunan, maka selama bekerja yang menjadi teman-teman P.S ialah teman-teman kantor. P.S menjaga hubungannya dengan tidak membuat permasalahan.

Untuk menjaga hubungan baik dengan teman-teman kantor, P.S sering membantu menjadi bagian kepanitiaan bagi yang anaknya akan menikah. Dan untuk hobinya, P.S bermain tenis bersama dengan teman-teman kantor.

“Kami sering main tenis sama, oh terus kadang kalo ada teman kantor yang anaknya menikah, itu pasti kan kami jadi panitianya, jadi bantu-bantulah. Itulah kami sering sama.” (R I, W I,1310-1314)

“Jadi yang sering kali jadi masalah itu dulu karena disiplin ma keras saya. Mungkin pas pacaran dulu gak tau kali ibu, tapi pas udah nikah ginikan baru

Kepribadian

Pasangan merupakan pribadi yang suka terlambat dan lelet. Pasangan sering kali telat dalam melakukan suatu hal. Baik dalam urusan rumah tangga ataupun dalam acara-acara yang membutuhkan waktu tepat.

P.S merupakan orang yang sangat keras dan disiplin. P.S sangat tidak menyukai orang yang tidak tepat waktu dan selalu terlambat. Bagi P.S segala sesuatu harus tepat dan sesuai. Hal ini yang sering kali menjadi pertengkaran-pertengkaran kecil dengan pasangan. P.S sangat ingin segala sesuatunya disiplin sedangkan pasangan sering kali tidak dapat menyesuaikan jam-jam atau aturan yang ada dari P.S

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

keliatan. Ibu ni orangnya lelet kali. Suka kali telat-telat. Gak macem saya, harus tepat waktu disiplin, itulah yang bikin kami berantem aja. Tapi kalo sekarang gini lama-lama saya terima jugalah.” (R I, W I,1113-1120).

Sering kali pada acara-acara tertentu yang membutuhkan ketepatan kedatangan, pasangan selalu terlambat. P.S sudah menunggu selesai berbenah dan bersiap-siap 30 menit sebelum undangan dan harus menanti pasangan dalam waktu yang cukup lama.

Bagi P.S, ia tidak habis pikir mengapa pasangan terlalu lambat dan terlalu banyak hal yang harus disiapkan sebelum acara dimulai. P.S sering kali mengatakan kepada pasangan, apabila membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkan segala sesuatu maka mempersiapkan lebih cepat dari waktu biasa, namun pasangan sangat sulit berubah bagi P.S. Hal-hal kecil seperti ini membuat pertengkaran tidak dapat dihindarkan.

“Iyalah, memang itu yang bikin kami sering berantem. Kalo ada acara apa gitu misalnya jam 10, saya setengah 10 udah siap semuanya. Udah depan rumah saya, kalo ibu masih inilah-itulah banyak kalilah dia tu, akhirnya jam 10 juga kami pergi, telatlah kami kan. Dimobil tu biasanya sering marah-marah saya. Selain itu kadang yang bikin saya agak marah ma ibu, karena dia itu sering telat, saya pengen kali solat subuh itu jama’ah, tapi karena ibu telat sering kali dia gak ikut.

Dalam dokumen Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria (Halaman 66-100)

Dokumen terkait