• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Pensiunan

1. Definisi Pensiun

Beberapa batasan akan dikemukakan dibawah ini, dan secara garis besar dapat dibagi berdasarkan pandangan mengenai peran pekerjaan itu sendiri dan tinjauan definisi dari sudut psikologi perkembangan. Berikut definisi pensiun berdasarkan peran pekerjaan bagi seseorang.

Pamel dan Nessel (Turner,1989) mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Kroeger dalam ( Turner, 1989) mengatakan bahwa pensiun adalah salah satu titik balik yang signifikan dalam karier seseorang selama hidupnya atau setidak – tidaknya untuk mayoritas orang dewasa yang telah menghabiskan seluruh atau sebagian besar hidup mereka dalam bekerja. Pada saat itu seseorang kehilangan pekerjaannya, status sosialnya, fasilitas, materi, anak–anak sudah tumbuh dewasa dan pergi dari rumah. Teman–teman dan relasi–relasi tidak lagi mengunjunginya. Ia menjadi kesepian. Bersamaan dengan itu kesehatannya makin menurun.

Batasan yang jelas dikemukakan oleh Laswell (1991) mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seseorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang di gaji. Masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan.

Berdasarkan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pensiun ialah, satu titik balik yang signifikan dalma karir seseorang selama hidupnya dimana terjadi pemisahan individu dari pekerjaanya dan memasuki aktivitas kehidupan yang baru dengan batasan umur tertentu.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan pandangan psikologi perkembangan pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup bekerja (Schawrz dalam Hurlock,2004). Transisi ini meliputi perubahan peran dalam linkungan sosial, perubahan minat, nilai dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan seseorang. Jadi seseorang yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah hidupnya dengan mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak mengerjakan aktivitas tertentu lagi.

Di Indonesia seseorang dapat dikatakan memasuki pensiun bila:

a) Sekurang-kurangnya mencapai usia 50 tahun.

b) Telah diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negri.

c) Memiliki masa kerja untuk pensiun ± 20 tahun,

Pada umunya usia pensiun di Indonesia berkisar antara usia 55 tahun, sedangkan di Negara Barat usia pensiun adalah berkisar 65 tahun. Pada usia 65 tahun, secara psikologi perkembangan seseorang memasuki usia manula atau dewasa akhir (late adulthood). Keadaan ini cukup berlainan dengan situasi di Indonesia dimana seseorang sudah termasuk pensiun pada tahapan dewasa menengah (middle adulthood). Masa dewasa menengah ini masih dapat dikatakan cukup produktif. Meskipun kekuatan fisik maupun kekuatan mental seseorang pada masa ini mulai menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai mencapai prestasi puncak baik itu karir, pendidikan dan hubungan interpersonal.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

3. Fase Penyesuaian Diri pada Masa Pensiun

Jika kita meninjau siklus dunia pekerjaan dari sudut psikologi perkembangan maka kita harus peka dengan istilah turning point (titik balik) ataupu crisis point (titik krisis). Masa ini ditandai dengan adanya suatu periode dimana ada saat untuk melakukan proses penyesuaian diri kembali dan juga melakukan proses sosialisai kembali sejalan dengan tujuan dari pekerjaan yang baru. Pensiun dapat dikatakan masa titik balik karena masa ini adalah masa peralihan dari seseorang memasuki dewasa akhir atau manula. Pensiun juga merupakan titik krisis karena terjadi akibat ketidakmampuan seseorang untuk mencari pekerjaan atau merupakan langkah akhir dalam perjalanan karir seseorang.

Penyesuaian diri pada saat pensiun merupakan saat yang sulit, dan untuk mengetahui bagaimana penyesuaian seseorang ketika memasuki masa pensiun(Robert Atchley, 1983) mengemukakan 3 fase proses pensiun. Adapun fase tersebut adalah :

1. Preretirement phase (fase pra pensiun)

Fase ini dapat dibedakan pada dua bagian, yaitu remote dan near.

a. remote phase, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa

yang jauh. Biasanya fase ini dimulai pada saat orang tersebut pertama kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang tersebut mulai mendekati masa pensiun.

b. near phase, biasanya orang mulai sadar bahwa mereka akan segera

memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan penyesuaian diri yang baik.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4 fase besar.

a. honeymoon phase. Periode ini biasanya terjadi tidak lama setelah

orang memasuki masa pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon ( bulan madu ), maka perasan yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya orang mulai mencari kegiatan pengganti seperti mengembangkan hobi. Kegiatan ini pun tergantung kepada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung kepada kemampuan seseorang. Orang yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan kegiatan lain dan juga menyenangkan. b. disenchantment fase. Pada masa ini pensiunan merasa depresi,

merasa kosong. Untuk beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik kehilangan kekuasaan, martabat, status, penghasilan, teman kerja, aturan tertentu (Jacob, 1989).

c. reorientation fase, yaitu fase dimana seseorang mengembangkan

pandangan yang lebih realistis mengenai alternatif hidup. Mereka mulai mencari aktivitas baru. Setelah mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada tahapan selanjutnya.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

d. stability fase yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan

suatu set kriteria pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram dengan pilihannya.

3. End of retirement (fase masa pensiun)

Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai menggrogoti seseorang ketidakmampuan dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran saat seseorang pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang membutuhkan orang lain sebagai tempat bergantung.

4.Jenis-jenis Pensiun

Masa pensiun dapat dibagi atas 2 bagian besar (Hurlock, 2004) 1. Voluntary (secara sukarela)

Ketika Indonesia memasuki masa krisis moneter, banyak perusahaan bangkrut sehingga harus menciutkan sejumlah pegawai dengan diberikan sejumlah imbalan. Kepada karyawan diberikan kebebasan untuk memilih apakah ia akan tetap bekerja atau mengundurkan diri. Kondisi seperti ini termasuk pensiun yang dilakukan secara sukarela. Kondisi lain yang termasuk dalam pensiun sukarela adalah kondisi dimana seseorang ingin melakukan sesuatu secara lebih berarti dalam kehidupannya dibandingakan dengan pekerjaan sebelumnya.

2. Compulsory retirement (berdasarkan peraturan)

Pensiun yang dijalani berdasarkan aturan dari perusahan adalah pensiun yang kerap kali dilakukan oleh suatu perusahaan berdasarkan aturan yang berlaku

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

pada perusahaan tersebut. Dalam hal ini kehendak individu diabaikan, apakah dia masih sanggup atau masih ingin bekerja kembali.

Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada pensiun berdasarkan peraturan atau disebut juga compulsory retirement yaitu masa pensiun berdasarkan peraturan di Indonesia yaitu umur 55 tahun.

5.Model Masa Penyesuaian Terhadap Pensiun

Hormstein dan Wapner (Hoyer,1999) mengemukakan empat model penyesuaian terhadap masa pensiun, yaitu:

1. Transition to Old Age/Rest

Individu dengan tipe ini menganggap pensiun sebagai masa santai dan merupakan akhir pra kerja yang penuh dengan tekanan dan dimulainya gaya hidup yang menyenangkan dan santai ketika memasuki masa tua.

2. The New Begining

Individu memandang pensiun sebagai kesempatan yang menyenangkan, peluang untuk hidup sesuai dengan keinginan dan mempunyai kebebasan menghabiskan waktu dan energi untuk diri sendiri. Pensiun ditandai dengan perasaan baru, kembali bervitalitas, antusias dan energi yang bertambah. Individu memandang masa depan dengan positif sebagai saat untuk meraih kendali atas tujuan dan kesenangan (hobi dan minat) jangka panjang. Bagi individu tipe ini, pensiun merupakan awal yang baru dan tidak terkait sama sekali dengan proses menua.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

3. Contimation

Pensiun tidak membawa dampak personal yang penting bagi individu. Walaupun telah pensiun, individu ini mampu untuk kembali bekerja. Mereka berganti karir dan mencurahkan lebih banyak waktu untuk ketrampilan, hobi dan minat khusus. Pra pensiun dan pensiun dibedakan bukan dari aktivitas melainkan pengurangan langkah dan intensitas peran kerja.

4. Imposed Diruption

Individu memandang pensiun sebagai hal yang negatif (hilangnya pekerjaan, tidak bisa lagi mencapai prestasi). Pekerjaan merupakan identitas yang sangat penting. Tanpa pekerjaan, bagian penting dari identitas diri itu juga ikut hilang. Walaupun dalma masa pensiun tersebut individu melakukan aktivitas-aktivitas lain, tetap saja timbul perasaan frustasi dan kehilangan. Bagi individu, tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan dan akhirnya tidak bisa menerima pensiun dengan baik.

6. Gaya Hidup Setelah Pensiun

J.R Kelly (dalam Papalia,1998) mengemukakan gaya hidup setelah pensiun yang umum dijalani.

1. Family Focused Lifestyle

Gaya hidup ini terdiri dari aktivitas terjangkau dan berbiaya murah yang berkisar dikeluarga, rumah dan teman-teman. Aktivitas ini berbentuk

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

percakapan, menonton televisi, mengunjungi teman dan keluarga, hiburan informal, pergi ke restoran murah, bermain kartu atau melakukan hal-hal yang terlintas di pikiran.

2. Balanced Investment

Gaya ini biasa ditemui pada individu yang lebih berpendidikan, yang mengalokasikan waktunya secara seimbang antara keluarga, pekerjaan dan hiburan.

3. Serious Leisure

Gaya ini didominasi oleh aktivitas yang menuntut ketrampilan, perhatian dan komitmen. Pensiunan yang mengikatkan diri pada aktivitas ini cendrung sangat puas dengan kehidupan.

7.Perubahan – Perubahan Akibat Pensiun

Menurut Turner dan Helms (1982), ada beberapa hal yang mengalami perubahan dan menuntut penyesuain diri yang baik ketika menghadapi masa pensiun

a. Masalah Keuangan

Pendapatan keluarga akan menurun drastis, hal ini akan mempengaruhi kegiatan rumah tangga. Masa ini akan lebih sulit jika masih ada anak – anak yang harus dibiayai. Hal ini akan menimbulkan stress tersendiri bagi seorang suami karena merasa bahwa peranannya sebagai kepala keluarga tertantang.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Bengston (1980) mengemukakan bahwa harga diri seorang pria dipengaruhi oleh pensiunnya mereka dari pekerjaan. Untuk mempertahankan harga dirinya, harus ada aktivitas pengganti untuk meraih kembali keberadaan dirinya. Dalam hal ini berkurangnya harga diri dipengaruhi berbagai factor seperti feeling of belonging (perasaan memiliki), feeling of competence (perasaan mampu), dan feeling of

worthwhile (perasaan berharga). Ketiga hal yang disebutkan di atas sangat

mempengaruhi harga diri seseorang dalam lingkungan pekerjaan.

c. Berkurangnya Kontak Sosial Berorientasi pada Pekerjaan.

Kontak dengan orang lain membuat pekerjaan semakin menarik. Bahkan pekerjaan itu sendiri dapat menjadi reward social bagi beberapa pekerja. Selain dari kontak sosial, orang juga membutuhkan dukungan dari orang lain berupa perasan ingin dinilai, dihargai, dan merasa penting. Sumber dukungan ini dapat diperoleh dari teman sejawat, atasan, bawahan, dan lain sebagainya. Tentunya ketika memasuki masa pensiun, waktu untuk bertemudengan rekan seprofesi semakin berkurang.

d. Hilangnya Makna Suatu Tugas.

Pekerjaan yang dikerjakan seseorang mungkin sangat berarti bagi dirinya. Dan hal ini tidak bisa dikerjakan saat seseorang itu mukai memasuki masa pensiun.

e. Hilangnya Kelompok Referensi yang Bisa Mempengaruhi Self Image

Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok bisnis tertentu ketika ia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia menjadi pensiun, secara langsung

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi.

f. Hilangnya Rutinitas

Pada waktu bekerja, seseorang bekerja hamper 8 jam kerja. Tidak semua orang menikmati kerja yang panjang seperti ini tanpa disadari kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose, memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna. Ketika megnhadapi amsa pensiun, waktu hilang, orang mulai merasakan diri tidak produktif.(Longhurst, Micahel,2001)

Bagi individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri, perubahan yang terjadi pada fase ini akan menimbulkan gangguan psikologis dan juga gangguan fisioloigis. Kondisi gangguan fisiologis bisa menyebabakan kematian yang lebih cepat (premature syndrome). Sedangkan gangguan fisiologis yang diakibatkan oleh masa pensiun biasanya stress, frustasi, depresi.

Dalam dokumen Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria (Halaman 33-43)

Dokumen terkait