• Tidak ada hasil yang ditemukan

Responden II (E.D)

Dalam dokumen Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria (Halaman 108-152)

BAB IV ANALISA DATA PENELITIAN

B. Responden II (E.D)

1.a. Deskripsi Identitas Diri Responden II (P.S) Tabel 6.

Data Diri Responden II (E.D) Data Diri Responden

h. Inisial Responden : E.D

i. Tanggal lahir : 13 Juni 1951

j. Anak ke : 1 dari: 8 bersaudara

k. Pendidikan terakhir : SLA (setingkat SMA)

l. Agama : Islam

m. Riwayat pekerjaan :

PT.Barata

• Jabatan : Karyawan tahun : 1971-1980

PLN

• Jabatan : Asisten Supervisi tahun : 1980-1992

• Jabatan : Supervisi Lapangan tahun : 1992-2007 (pensiun)

n. Sejarah perkawinan

• Tahun perkawinan : 1976

• Lama perkawinan : 31 Tahun

• Lama proses perkenalan : 3 tahun

• Alasan menikah : mencintai pasangan dan menginginkan hidup

bersama pasangan

• Data diri anak

Anak ke.

Insial Umur Status Pekerjaan

1 UR 32 Menikah Ibu rumah tangga

2 ER 30 Menikah Pegawai Negri

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 7.

Data Diri Pasangan Responden II (E.D)

Data Diri Pasangan

f. Inisial : D.K

g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

h. Tanggal lahir : 7-Desember-1953

i. Agama : Islam

j. Pendidikan terakhir : SKKA (setingkat SMA)

Anak ke : 4 dari: 4 Bersaudara

1.b. Latar Belakang Responden

Responden dalam penelitian ini adalah E.D, pensiunan dari karyawan PLN setelah hampir 27 tahun bekerja. E.D sudah memasuki pensiun selama 1,5 tahun. Pada masa pensiunnya E.D tinggal bersama istri, 2 orang anaknya, 2 orang menantunya beserta 2 cucu perempuannya. Anak bungsu E.D baru saja bekerja 1 bulan yang lalu di Pekan Baru.

Pensiunan berusia 58 tahun ini setelah pensiun tidak bekerja lagi dan menghabiskan waktunya dirumah bersama keluarga. Fisik E.D masih sehat dan kuat, setiap pagi hari E.D berenang dan setiap hari Senin dan Kamis puasa sunat.

2. Hasil Observasi

Table 8.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009 Responden Hari/Tgl W Waktu W Tempat W

E.D Kamis /25 Februari

09

13.00-15.15 W.I.B Rumah E.D

E.D Jumat /26 Februari

09

10.00-12.45 W.I.B Rumah E.D

E.D Sabtu/27 Februari

09

10.00-11.00 W.I.B Rumah E.D

Proses wawancara E.D dilakukan sebanyak 3 kali dirumahnya. Proses wawancara tersebut dilakukan dirumah E.D.

Peneliti mengenal E.D karena E.D merupakan orang tua sahabat peneliti semenjak SMP. Peneliti meminta E.D sebagai responden dari penelitian ini dengan persetujuan E.D melalui anaknya. Dengan senang hati peneliti menyetujui untuk menjadi responden dan menyediakan waktunya.

Pria berusa 58 tahun ini, mempunyai tinggi badan 176 cm dengan berat badan 72 kg ini mempunyai kulit putih dan bentuk badan yang tegap untuk seusianya. Menunjukkan fisik yang masih sehat E.D bersikap tenang saat wawancara. E.D bersikap kooperatif dengan peneliti namun sulit untuk lebih terbuka pada awal wawancara. Namun setelah wawancara berlangsung dan mulai adanya kenyamanan dalam wawancara E.D mulai terbuka dan menjawab pertanyaan lebih luas dan terbuka.

Wawancara pertama dilakukan dikediaman E.D, pensiunan ini bersikap santai. Duduk berada dengan bersender ke sofa, E.D sering kali meletakkan keduanya diatas paha sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Dengan mengenakan kaoh putih dan sarung sehabis melakukan solat zuhur. Sebelum proses wawancara dimulai dan masih terjadi percakapan ringan dengan peneliti, E.D banyak mencertikan mengenai

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

keadaan anak bungsunya pada responden. Dengan penuh senyum mencertikan awal masa bekerja anaknya dan dengan mata berbinar menunjukkan kebanggaan bahwa anaknya sudah diterima di perusahaan swasta yang cukup besar. Setelah peneliti memulai wawancara, E.D mempersilahkannya dengan sangat ramah dan meminta untuk meminum minuman yang sudah disiapkan untuk peneliti.

Pada awal wawancara, E.D belum bersikap terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan dengan singkat dan peneliti harus lebih sering melakukan probing dalam setiap pertanyaan agar E.D lebih terbuka dan menjawab pertanyaan dengan lebih lengkap. Namun setelah wawancara sudah berjalan berkisar 20 menit, E.D mulai menunjukkan keterbukaan pada setiap pertanyaan peneliti.

Ditengah-tengah wawancara, cucu pertama E.D datang dan duduk disebelah E.D. E.D mengatakan untuk menyalam responden. Setelah R.K menyalam responden, Ia duduk disebelah E.D dan menyenderkan kepadalanya ke paha E.D. Sering kali E.D mengelus kepala cucunya hingga setelah tidak berapa lama cucu E.D tertidur pula diatas pangkuan E.D. E.D mengatakan cucunya sering kali seperti ini padanya.

Pada 15 menit sebelum wawancara berakhir, peneliti sudah mulai sering melihat kearah jam, karena sudah tengah hari namun E.D belum makan siang, setelah peneliti mengakhiri wawancara E.D mempersilahkan untuk ikut makan siang bersama, sepertinya selama wawancara E.D menahan lapar dan mendahulukan wawancara. Namun peneliti tidak dapat makan siang bersama E.D dan meminta izin untuk kembali lagi datang esok hari. Dengan menjawab pertanyaan dan mengatakan untuk datang kapan saja, E.D tersenyum ramah.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Wawancara kedua dilakukan pada pagi hari. Keadaan E.D masih sangat segar dan masih mengenakan kaos oblong namun kali ini memakai celana kain hitam. E.D masih mengawali percakapan mengenai anaknya yang kemarin malam menghubungi E.D menanyakan wawancaranya dengan peneliti, masih seperti kemarin E.D selalu menceritakan anak bungsunya dengan penuh semangat dan kebanggaan terhadap anak bungsunya.

Pada proses wawancara kedua, E.D bersikap lebih terbuka dan menjawab pertanyaan dengan panjang lebar. Dalam proses wawancara berlangsung, E.D sangat senang membicarakan mengenai anak-anak. Bagaimana sebelum Ia pensiun sering terpisah jarak dengan anak-anak dan sering mengalami permasalahan mengenai kondisi ekonomi keluarga E.D menceritakannya terkadang dengan kepala menunduk dan sering kali memegang kedua tangannya diatas paha. E.D menunjukkan penyesalan yang tidak dapat membahagiakan keluarga. Namun dengan sikap yang menunjukkan ketegasan bahwa bagaimanapun keadaan keluarga, anak-anak harus dapat menyelesaikan pendidikannya. Mata E.D yang melihat kearah mata responden dengan menegaskan bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting. Ketika membicarakan saat-saat setelah pensiun, beban keluarga yang mulai berkurang E.D lebih membicarakannya dengan menambah senyuman. Dan kedua tangan E.D tidak lagi saling mengenggam seperti sebelumnya. Membicarakan mengenai masa pensiun, E.D lebih sering melihat langsung ke arah peneliti dan tangan kiri diletakan diatas senderan sofa.

Ketika memasuki sudah berakhir E.D mempersilahkan responden untuk meminum minuman yang sudah disediakan. Sebelum peneliti permisi untuk kembali

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

pulang, R.K datang kembali menemui kakeknya. E.D mengendong R.K dengan mengantar peneliti hingga luar rumah. Dengan melambaikan tangan juga menuntun tangan R.K agar ikut melambai ke arah peneliti E.D tersenyum ramah sebagaimana ia tunjukkan pada hari sebelumnya.

Hari terakhir wawancara E.D sedang duduk santai bersama anak pertama dan cucunya berbincang ringan di teras rumah. Ketika peneliti datang E.D langsung berdiri dan mengatakan kepada anaknya, bahwa ia akan memulai wawancara dan harus segera mengakhiri percakapan dengan anaknya. Setelah peneliti menyalam anak E.D dan masuk ke dalam rumah, E.D menggandeng tangan R.S cucu yang bungsu dan memangku R.S ketika duduk di sofa. Sama seperti hari-hari sebelumnya E.D menceritakan kembali mengenai anak yang bungsunya. Ketika menceritakan anaknya, R.S menanyakan kabar om nya dan menjawab pertanyaan R.S dengan mengelus lembut kepala R.S. R.S bersandar ke dada E.D lalu dengan lembut dan sayang E.D memeluk R.S dan menyilahkan peneliti untuk memulai wawancara.

Wawancara ketiga yang membicarakan mengenai kehidupan pensiun. E.D menjawab dengan tenang dan penuh senyuman sambil memeluk cucunya. Setelah berapa lama R.S pergi dari pangkuan E.D, E.D lebih tenang dalam sikap duduknya. Bersandar kembali kesandaran sofa. Dengan sikap santai dan banyak tersenyum menjawab pertanyaan, karena bagi E.D masa pensiun merupakan terbebasnya Ia dari berbagai beban. E.D menjawab berbagai pertanyaan dengan lebih santai dan terbuka dibandingkan wawancara sebelumnya.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Wawancara ini terbilang singkat dibandingkan wawancara sebelumnya. Setelah wawancara berakhir E.D kembali membicarakan anak bungsunya. Sebelum peneliti kembali untuk permisi pulang, E.D mengatakan untuk datang kembali walaupun penelitian telah berakhir.

3. Hasil Wawancara. Awal perkawinan

Sebelum akhirnya menikah, E.D dan pasangan telah berteman. Pasangan saling mengenal karena rumah mereka yang terpisah hanya beberapa rumah. Menjalin pertemanan hingga akhirnya E.D dan pasangan memasuki jejang yang lebih serius yaitu berpacaran selama 3 tahun. Setelah masa pacaran 3 tahun hingga akhirnya memutuskan menikah. Perasaan E.D yang mencintai pasangan dan membentuk komitmen bersama sebelum menikah agar nantinya dapat menjalankan rumah tangga yang bahagia. Komitmen yang dibangun antara E.D dan pasangan dapat dijalankan dengan konsisten

selama berjalannya proses perkawinan. Bagi E.D dengan dasar mencintai pasangan

dan membangun hidup pasangan yang membuat E.D untuk memutuskan menikah. “Ya karena cintalah. makanya kami menikah” (R II, W I, 032)

Komitmen-komitmen yang terbentuk pada kedua pasangan ini antara lain, bahwa sebagai istri, pasangan harus mengikuti dan menuruti perkataan suami, sesuai agama islam yang dianut pasangan. Selain itu, setiap permasalahan yang menimpa keluarga, agar mereka berdualah yang mengetahui tanpa pihak keluarga yang mengetahui dan nantinya akan dihadapi bersama untuk mendapatkan jalan keluarnya.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

“Iya itu juga ngaruh pas kami menikah. Lagian sebelum kami nikah udah ada komitmen.” (R II, W I,63-64)

Hubungan masa perkenalan dan masa pacaran E.D dan pasangan yang menjadi waktu perkenalan dan membuat E.D dan pasangan sudah saling mengerti dan menerima keberadaan pasangan. Hal inilah yang menjadikan mereka dapat kuat menjalankan rumah tangga yang sering kali mendapatkan konflik mengenai keadaan keuangan keluarga.

“Iyalah. Saya itu kenapa dulu memutuskan menikah dengan tante, karena mungkin udah mengerti satu dan yang lain. Jadi itu kenapa kalo ada masalah keuangan. Yang bikin kami tahan satu sama lain. Karena komunikasi kami itu baek kali. Gak mungkin gak berantem. Tapi karena saya ama tante itu udah ngerti kali. Jadi kalo ada apa-apa sebisa mungkin cuman kami berdua yang tau dan kami berdua yang cari jalan keluarnya.” (R II, W I, 0471-0482)

Setelah menikah, E.D tinggal terpisah dari orang tua dan membangun kehidupan rumah tangga sendiri. Awal-awal masa perkawinan E.D sering meninggalkan istri ditempat tinggal mereka karena E.D harus bekerja mencari nafkah di luar kota medan.

“Waktu nikah, kami tinggal sendiri. Waktu tinggal nya kami awalnya di tempat kos itu. Tapi om kan sering tugas keluar daerah-daerah gitu. Tante tinggal lah sendiri di medan.” (R II, W I, 042-046)

Tidak sampai satu tahun perkawinan, E.D dan pasangan sudah memiliki anak. Meskipun sudah memiliki anak dan harus tinggal jauh dari pasangan. Awal perkawinan yang membutuhkan banyak penyesuaian tidak menjadikan kendala, karena E.D dan pasangan menjalankan tugas dan komitmen masing-masing sebagaimana peran mereka dalam keluarga.

Perkawinan semasa bekerja Komunikasi

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Selama masa bertugas, intensitas bertemu dengan pasangan dan keluarga karena E.D harus bekerja diluar daerah untuk menafkahi keluarga. Meskipun intensitas bertemu yang terbilang minim, namun E.D sedapat mungkin menjaga komunikasi dengan keluarga. Pada masa awal bekerja, cukup sulit untuk melakukan komunikasi dengan keluarga karena fasilitas komunikasi yang minim di daerah. Hal ini terkadang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan keluarga.

“Iya sering jugalah. Tapi kan saya dalam seminggu beberapa hari diluar kota, jadi kalo ngomong itu dari telpon aja. Sehari sekali, tapi kadang dua hari sekali baru bisa. Apalagi dulu kan telpon masih susah.” (R II, W I 0124-0128)

Namun, untuk mengatasinya, E.D berusaha untuk melakukan percakapan melalui telepon setiap memiliki kesempatan. Karena keterbatasan hubungan komunikasi, setiap komunikasi dengan keluarga, E.D lebih memilih membicarakan mengenai keluarga, rumah dan anak-anak dibandingkan topic pembicaraan yang lain dan ketika memiliki kesempatan lebih lama untuk membicarakan hal lain.

Selain dengan hubungan telepon, E.D berusaha mengganti hubungan komunikasi dengan keluarga, setiap pulan kembali ke rumah, E.D akan menghabiskan waktu luangnya bersama keluarga melakukan aktivitas bersama.

“Dulu itu, kalo lagi diluar daerah itu, kalo nelpon seringnya bicara anak-anak. Karena kan saya jauh, ketemu anak-anak cuman akhir minggu, jadinya saya mau tau ama perkembangan anak.” (R II, W I 0124-0128)

Meskipun kuantitas komunikasi yang terbatas dengan pasangan, namun E.D dan pasangan memiliki kualitas hubungan komunikasi yang baik maka menghasilkan E.D terbuka dengan pasangan dalam membicarakan keseharian dan setiap hal-hal yang terjadi dengan pasangan. Kualitas yang baik ini didukung dengan pasangan mengenal E.D dan

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

menerima E.D sebagai mana dirinya, sehingga E.D tidak suka membohongi pasangan. Namun E.D memilih untuk hal-hal yang dirasakan pasangan tidak harus mengetahui, ia tidak akan menceritakannya.

Topik yang tidak ingin dibicarakan dengan pasangan mengenai perilaku yang tidak baik dari rekan-rekan kantor atau gossip yang sedang beredar di kantor. Bagi E.D hal-hal tersebut tidak penting kerena memburuk-burukkan orang lain sehingga E.D memilih untuk tidak membicarakannya.

“Kadang kan dikantor ada teman-teman kadang yang agak berprilaku kayak bermasalah gitu. Om gak suka certain itu ke tante. Atau ya kadang kan selalu aja ada cerita orang-orang dikantor. Om gak pernah mau cerita. Om rasa itu cuman gossip. Jadi kalo itu gak om bilang.” (R II, W 0277-0283)

Dasar komunikasi yang baik dalam perkawinan membuat E.D mempercayai aktivitas-aktivitas pasangan meskipun pasangan tidak tinggal bersama E.D. Aktivitas pasangan sebagai ibu rumah tangga ialah menjaga dan mendidik anak, mengatur rumah tangga meskipun E.D berada didaerah.

Aktivitas lain yang dikerjakan diluar rumah juga masih berhubungan untuk keperluan rumah tangga atau bersama dengan keluarga dari pasangan. Setiap aktivitas yang akan dikerjakan diluar rumah, pasangan akan meminta izin dari E.D. Hal ini yang membuat E.D mempercayai pasangan meskipun terpisah jarak.

“Percaya insya allah. Karena pun kan tante jarang keluar. Tante sering dirumah ngurus anak-anak. Kalo misalnya pun pergi, dia selalu permisi. Itupun kalo pergi tempat kakaknya aja. Ato misalnya mo pergi selalu ama anak-anak atau ama kakaknya.” (R II, WI, 0332-0337).

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Pekerjaan yang menuntut E.D untuk terpisah jauh dari keluarga membuat E.D. Waktu luang yang dimiliki E.D selepas bekerja, Ia memilih ketika kembali ke medan untuk berkumpul dengan keluarga. Menghabiskan waktu bersama keluarga dengan rekreasi keluar kota atau makan diluar bersama keluarga keluarga.

“Senanglah pasti. Karena kan dulu sering didaerah, kalo udah dimedan pasti kumpulah ama anak-anak . (R II, W I 0560-0562).

E.D tidak terlalu menyukai aktivitas lain selain bersama keluarga semasa bekerja. Karena waktu luang yang sangat terbatas semasa bekerja, maka E.D lebih senang untuk bersama keluarga.

“Oh, kalo itu walopun saya jauh dari keluarga pas kerja dulu. Itu yang selalu saya ingatkan. Meskipun pendidikan formal mereka harus dapat, kalo pendidikan agama anak-anak juga harus kuat. Mereka dulu itu pulang sekolah sorenya juga ada ngaji. Itu dari senin ampe jumat. Kayak TPA gitu. Semuanya tiga-tiganya gitu. Jadi kuat mereka. Meskipun gitu pas saya ntah lagi telponan dengan

anak-Orientasi agama

E.D dan pasangan merupakan pasangan yang taat beribadah. Selain mengerjakan ibadah dengan baik, E.D dan pasangan juga mendidik agama kepada anak-anaknya sejak kecil. Mereka berpendapat dengan memberikan pendidikan agama kepada anak sejak dini mengenai pengertian agama, ibadah agama dan sekaligus memberikan contoh beragama yang baik kepada anak-anak maka anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang baik pula.

Pendidikan agama yang diajarkan E.D berupa solat, berpuasa dan memberikan contoh kepada anak-anak bagaimana menjadi umat islam yang baik. Meskipun intensitas pertemua bersama keluarga terbilang sedikit, namun sedapat mungkin E.D selalu menyediakan waktu untuk mengetahui perkembangan ibadah anak-anaknya.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

anak saya yang pertama saya Tanya, udah solat belum. Buat saya itulah untuk anak.” (R II, W II, 0615-0626)

Pendidikan agama kepada anak-anak juga didukung oleh pasangan yang mendidik keras mengenai agama kepada anak-anaknya, sehingga E.D dapat mempercayakan pendidikan agama kepada pasangan.

“Kalo tante, gitu-gitu dia lebih keras soal agama anak dibandingkan pendidikan formal kayak sekolah. Makanya itu dia saya bisa percayakan soal agama anak-anak ama tante kalo saya jauh. .” (R II, W II, 0629-0633)

Meskipun pendidikan agama yang baik dari E.D dan didukung dari pasangan, namun terkadang timbul penyesalan karena waktu yang sedikit untuk beraktivitas agama bersama dengan anak-anak, seperti solat berjamaah dengan anak-anak dan keluarga ataupun solat jumat bersama dengan anak bungsu. Sehingga waktu ibadah sangat sedikit bersama keluarga. Namun setiap solat Idul baik Idhul Fitri ataupun Idhul Adha, E.D akan solat bersama dengan keluarga.

“Wah, kami itu jarang solat jamaah pas saya kerja. Kadang ada si pengen juga solat ntah magrib sama, jadi bisanya kalo pas di medan aja. Paling solat Idullah yang pasti sama kalo pas kerja dulu. .” (R II, W II, 0608-0612)

Resolusi Terhadap Konflik

Sebagaimana pasangan lain, meskipun hubungan komunikasi yang baik, E.D dan pasangan tidak terlepas dari perselisihan-perselisihan kecil dengan pasangan. Namun perselisihan tersbut dapa diatasi dengan pasangan dan tidak berdampak besar bagi perkawinan pasangan ini.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Yang menjadi konflik dalam keluarga ialah mengenai keadaan ekonomi keluarga. Sering kali pemasukan keuangan keluarga tidak dapat mencukupi pengeluaran yang tinggi untuk biaya pendidikan anak-anak yang besar.

Permasalahan Ekonomi

Semasa bekerja, yang menjadi pemasukan bagi ekonomi keluarga ialah gaji bulanan dari perusahaan E.D bekerja. Namun pemasukan dari perusahaan tersebut sering kali tidak dapat mencukup kebutuhan ekonomi dari E.D dan keluarga. Pengeluaran yang besar dari keluarga ialah biaya pendidikan anak-anak. Anak sulung E.D kuliah di salah satu universitas negri yang berada di pulau jawa. Biaya kuliah dan biaya hidup diluar dari keluarga membutuhkan dana yang cukup besar bila dibandingkan dengan pemasukan E.D.

“Tapi kalo masalah itu sering masalah ekonomi. Semenjak anak-anak kuliah itu kan kebutuhan besar, pendapatan saya juga segitu-segitu aja. Terus saya juga jarang kan di medan. Yang paling besar kuliah di bandung. Itu dia kayak saya bilang semalem. Kadang pengeluran untuk pendidikan anak itu lebih besar dari gaji saya. Itu kadang yang suka bikin si tante stress. Saya pun jadinya harus ekstra kerja keras kan.” (R II, W II, 0674-0685)

Ketiga anak E.D diharuskan untuk menyelesaikan pendidikan hingga bangku kuliah. Selain anak sulung yang membutuhkan biaya pendidikan yang cukup besar, anak kedua pada saat yang sama juga sedang duduk dibangku kuliah di salah satu universitas negeri di Medan. Anak bungsu E.D juga mengikuti kakak sulungnya kuliah di luar Medan, disalah satu universitas negeri di Jawa. Hal inilah yang membutuhkan tambahan dana untuk pendidikan.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

Meskipun cukup sulit bagi E.D untuk dapat memenuhi biaya pendidikan anak, namun yang terpenting bagi E.D ialah belajar sebaik mungkin untuk dapat menyelesaikan pendidikannya. Anak-anak sering kali tidak mengetahui keterbatasan dana yang dialami oleh orang tuanya. Bagi E.D hal itu hanya memberatkan anak-anak, sehingga E.D dan pasangan yang mencari bagaimana jalan keluar untuk dapat memenuhi kebutuhan dana pendidikan anak.

“Saya bilang ma anak-anak, kalian itu tugasnya cuman kuliah, belajar yang bener. Masalah uang itu masalah papa, kelen gak usah pikirin. Jadi anak-anak sebenernya jarang tau kalo uang kami juga pas-pasan biar gak beban juga ama mereka.” (R II, W II, 0689-0694)

Keterbatasan ekonomi ini, sering memberikan kendala permasalahan dalam rumah tangga. Untuk dapat memenuhi pendidikan E.D harus sering berkerja pada proyek yang mengharuskannya berada jauh dari keluarga. dari pekerjaan proyek-proyek. Dari proyek-proyek inilah E.D mendapatkan pemasukan tambahan untuk ekonomi keluarga. untuk memenuhi tuntutan ekonomi inilah E.D harus terpisah jauh dari keluarga yang terkadang menimbulkan penyesalan bagi E.D.

“Saya harus kerja lebih banyak, makanya sering didaerah untuk Menuhin kebutuhan keluarga.” (R II, W II, 0731-0733)

Pasangan sangat mengetahui dan mengerti keterbatasan E.D dalam pemasukan ekonomi keluarga. Hal inilah yang membuat pasangan sering kali menggadaikan perhiasan warisan dari orang tuanya untuk digadaikan. Pegadaian menjadi pilihan yang ditempuh bagi E.D dan pasangan untuk memenuhi biaya pendidikan anak. Selain pegadaian, E.D dan pasangan harus lebih berhemat dalam pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang lain.

Rizki Fadilah Raz : Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria, 2009. USU Repository © 2009

“Oh taulah tante, makanya itu sering perhiasan dia digadaikan. Atau kebutuhan lain lebih ketat, lebih hemat.” (R II, W II, 0679-0681)

Permasalahan dalam keluarga ini, menjadi lebih mudah karena E.D dan pasangan menghadapinya bersama. E.D sangat bersyukur bahwa pasangan dapat mendukungnya dan bekerja sama untuk mengurangi beban keluarga.

Sesuai dengan komitmen diawal perkawinan, setiap permasalahan yang dihadapi keluarga dihadapi bersama tanpa banyak campur tangan keluarga besar. E.D dan pasangan menghadapi setiap kekurangan dana pendidikan tanpa diketahui keluarga besar. Pasangan mampu menutupi ini dari pihak keluarga sehingga pihak keluarga tidak mengetahuinya.

Bagi E.D dengan banyak keluarga yang mengetahui permasalahan keluarga mereka, dapat mempengaruhi hubungannya dengan keluarga besar. E.D sangat tidak menginginkan apabila keluarga besar mengetahuinya, rumah tangga mereka akan mendapatkan campur tangan dan aturan-aturan tertentu dari keluarga.

“Sukurnya itu tante orangnya juga gak gitu banyak mau, dan itu yang saya suka dari tante ini. Kalopun kami lagi susah uang, dia gak pernah bilang ama

Dalam dokumen Kepuasan Perkawinan Pada Pensiunan Pria (Halaman 108-152)

Dokumen terkait