• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI TEORITISTEORITIS

HASIL PENELIITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3. Hasil wawancara

Dalam penelitian ini, selain menggunakan data lembar observasi dan lembar kerja siswa, peneliti juga memperkuat data hasil penelitian dengan data wawancara. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan tertutup

mengenai respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan problem

solving IDEAL dan aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul. Wawancara ini dilakukan dengan mewawancarai lima orang perwakilan masing-masing dari lima kelompok tersebut.

Menurut kelima siswa yang diwawancara, kesepuluh indikator keterampilan proses sains perlu dikembangkan dalam kegiatan

pembelajaran dan praktikum. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengembangkan aspek tersebut, siswa bisa lebih kreatif mengembangkan ide-idenya dan proses memahami pembelajaran lebih cepat dari biasanya.

Berdasarkan pertanyaan mengenai respon siswa terhadap

pembelajaran menggunakan problem solving IDEAL, kelima siswa

tersebut menjawab senang mengikuti pembelajaran ini. Berikut uraian jawaban siswa:

“…Ya, sangat senang. Karena belajar seperti ini sangat membantu kami mengetahui bentuk bahan-bahan kimia yang lain, seperti HCl, Na2SO4 (siswa 1,2)

“...Ya, Senang. Dengan pembelajaran seperti ini kami mengetahui penggunaan alat-alat kimia seperti pipet dan lain-lain, dan larutan jika dicampurkan akan bereaksi (siswa 3)

“ ...Ya, Senang. Kami dapat membedakan larutan kimia yang 1M, 2M dan 3M”(siswa 4,5)

Selain pertanyaan diatas, peneliti juga menanyakan tentang kegiatan pembelajaran ini membantu mereka atau tidak dalam mengerti dan memahami materi laju reaksi. Empat siswa menyatakan bahwa pembelajaran ini sangat membantu untuk memahami secara jelas materi laju reaksi. Meskipun demikian, salah satu siswa menyatakan bahwa ada beberapa hal yang belum ia fahami, diantaranya adalah kesulitan dalam membuat grafik,

“...Ya, sangat membantu kami memahami secara jelas materi laju reaksi. Bisa mencocokan teori dengan keadaan yang sebenarnya. Karena setelah pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan praktikum” ( siswa 4)

“…ya, sangat membantu, tetapi saya sulit dalam membuat grafik laju reaksi” ( siswa 5)

Berdasarkan pertanyaan diatas, menunjukkan bahwa adanya

IDEAL. Hal ini yang membuat siswa aktif dan senang mengikuti

pembelajaran, karena setelah melakukan diskusi dengan teman

sekelompoknya pada waktu pembelajaran di kelas, lalu siswa

mengaplikasikan apa yang telah di dapatkan dalam diskusi dengan melakukan praktikum di laboratorium. Sehingga kegiatan yang mereka lakukan menjadi lebih bermakna dan mereka lebih memahami materi pelajaran. Para peserta didik harus dilatih tentang cara memecahkan masalah dengan mengembangkan kemampuan berfikir yang terarah untuk menghasilkan gagasan mengenai berbagai kemungkinan memecahkan

masalah tersebut, dalam kaitannya dengan upaya mencapai tujuan.1

Pertanyaan lain yang ditanyakan peneliti adalah tentang kemungkinan kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran. Dua responden menjawab tidak ada kesulitan. Salah satunya beralasan bahwa ia selalu bertanya kepada teman yang lebih tahu atau kepada guru ketika ia menemukan kejanggalan atau masalah. Tiga siswa yang lain menyatakan bahwa mereka kesulitan dalam melakukan praktikum. kesulitan itu diantaranya pada penimbangan, penggunaan pipet tets, membaca batas ukur, dan berdiskusi dengan teman kelompok. Berikut uraian jawaban siswa:

“…ya, saya menemukan kesulitan. Kesulitan saya ketika melakukan penimbangan yaitu dalam membaca skala, setelah tiga kali dalam menimbang hasilnya selalu berbeda”(siswa 3)

“…ya, saya kesulitan dalam menggunakan pipet tetes,dan membaca batas ukur pada larutan”(siswa 4)

“ya, kesulitan dalam berdiskusi dengan teman kelompok yang kurang kooperatif”(siswa 5)

Berdasarkan jawaban siswa diatas mengenai kesulitan siswa, ada beberapa faktor yang mungkin terjadi, diantaranya faktor dari diri siswa

1

sendiri, faktor lingkungan dan faktor guru yang kurang memperhatikan semua siswa.

Pada saat wawancara, peneliti menanyakan juga pertanyaan tentang aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul pada saat kegiatan pembelajaran dikelas maupun pada saat praktikum. Fungsinya, peneliti ingin mengetahui sejauh mana aspek-aspek tersebut muncul dan aspek apa saja yang dominan muncul. Dalam kegiatan praktikum ini, ada beberapa keterampilan yang dinilai, diantaranya: mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, mengklasifikasikan, memprediksi, interpretasi, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan, dari sekian keterampilan tersebut menurutmu keterampilan apa yang sangat penting, dan keterampilan apa yang dapat kamu kembangkan. Kelima siswa tersebut menyatakan bahwa semua aspek keterampilan proses sains siswa penting untuk dimiliki dan diterapkan dalam diri siswa, dan keterampilan yang dapat dikembangkan menurut lima siswa tadi berbeda-beda. Uraian jawaban mereka adalah sebagai berikut:

“…..keterampilan merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, memprediksi, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan”(siswa 1)

“…..keterampilan mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, memprediksi, dan menerapkan konsep ”(siswa 2)

“…..keterampilan merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan ”(siswa 5)

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan observer dari pertanyan diatas, bahwa siswa SMA 8 Muhammadiyah Ciputat kemampuannya heterogen. Hal inilah yang membuat siswa saling melengkapi diantara kelompoknya.

Selain pertanyaan-pertanyaan diatas, siswa juga diminta pendapatnya tentang motivasi mereka dalam meningkatkan kreatifitas

melakukan pembelajaran model problem solving yang telah dilaksanakan.

Kelima siswa menyatakan bahwa pembelajaran problem solving

memotivasi mereka untuk lebih kreatif. Beberapa alasan yang memotivasi mereka diantaranya kesukaan mereka terhadap praktikum dan diskusi. Uraian jawaban mereka adalah sebagai berikut:

“….Pembelajaran problem solving sangat memotivasi saya lebih leluasa dalam berfikir dan mengembangkan ide-ide kreatif saya, karena saya menyukai praktikum”(siswa 2)

“…..Pembelajaran problem solving sangat menarik, karena saya menyukai diskusi, jadi ketika kegiatan diskusi saya senang bertukar informasi dengan teman-teman kelompok yang lain”(siswa 1)

“…..Pembelajaran problem solving sangat menggugah pemikiran saya untuk mengembangkan ide-ide dan pemikiran saya baik dalam diskusi mapupun praktikum. karena saya menyukai pembelajaran dengan praktikum dan diskusi”(siswa 5)

B. Pembahasan

1. Aspek Observasi

Berdasarkan analisis hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan mengamati atau mengobservasi memiliki persentase rata-rata tertinggi yaitu 82,75 % dengan kategori baik dan hasil pengamatan yang terdapat dalam LKS juga memiliki nilai persentase tertinggi yaitu 85,75% (baik). Hal ini didukung dengan hasil wawancara, menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dilibatkan langsung dengan aktifitas pembelajaran yaitu siswa harus mengamati satu persatu hasil reaksi dari konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Siswa merasa senang untuk membuktikan teori yang telah dipelajari dan rasa ingin tahu

untuk mengetahui reaksi kimia yang terjadi selama proses pengamatan yang berlangsung.

Melakukan observasi atau mengamati merupakan keterampilan dengam penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang waktu atau mengukur

karakteristik fisik benda-benda yang diamati.2 Pada lembar observasi,

aspek keterampilan proses sains mengamati/observasi yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari empat sub aspek yaitu mengamati hasil reaksi pada faktor konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis menggunakan indera yang tepat.

Dari hasil pengamatan observer, siswa dapat membedakan larutan yang belum ditambahkan zat terlarut dan hasil larutan yang sudah ditambahkan zat terlarut, siswa juga dapat mengetahui hasil reaksi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dari faktor konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Hal ini didukung karena sebelum melakukan kegiatan praktikum siswa dituntut untuk mengumpulkan informasi dan membaca materi seputar laju reaksi.

Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa belum mencapai nilai maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan analisis peneliti ketika praktikum yang menunjukkan bahwa tidak semua siswa dapat melakukan pengamatan secara betul menggunakan indera yang mereka gunakan. Sebagian siswa hanya menggunakan indera penglihatan saja dalam observasi zat-zat yang direaksikan, mereka tidak merasakan dengan kulit sehingga tidak tahu adanya perubahan suhu atau tidak. Selain itu, mereka tidak mencoba mencium bau zat yang direaksikan. Minimnya penggunaan indera dalam proses pengamatan dapat mengurangi data-data yang dibutuhkan dalam percobaan atau praktikum.

h. 53 2

2. Aspek Menggunakan Alat dan Bahan

Keterampilan menggunakan alat dan bahan sangat krusial untuk diperhatikan pada saat siswa melakukan praktikum, bahkan bisa dikatakan bahwa keterampilan ini sangat mempengaruhi kualitas praktikum yang sedang dilakukan.

Berdasarkan analisis hasil pengamatan pada lembar observasi aspek keterampilan menggunakan alat dan bahan memiliki persentase 80,00% (baik) dan hasil pengamatan pada LKS memiliki nilai persentase 82,50% (baik). Hasil ini didukung oleh hasil wawancara dengan lima orang perwakilan siswa menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan dasar tentang fungsi alat-alat dan bahan-bahan kimia karena sebelumnya siswa pernah melakukan praktikum di laboratorium. sehingga siswa tidak kaku lagi untuk menggunakan alat tersebut. Tetapi, tidak semua siswa memahami cara penggunaan alat dan bahan dengan baik, bahkan ada beberapa siswa yang kesulitan menggunakan neraca terutama dalam pembacaan skala dan menimbang. Ketika penimbangan bongkahan

CaCO3, kesalahan yang muncul adalah beberapa siswa tidak menggunakan

wadah untuk menampung zat, padahal sudah disediakan kaca arloji untuk digunakan sebagai wadah. Dimana hal ini dapat menyebabkan piringan pada neraca akan mengalami pengkaratan karena terkena zat-zat yang ditimbang.

Keberhasilan praktikum pun bisa dilihat dari cara siswa menggunakan alat dan bahan pada saat siswa melakukan praktikum. Jika siswa tidak mampu atau salah menggunakan alat atau bahan praktikum maka akan sangat mempengaruhi hasil yang akan di peroleh. Oleh karena itu perlu ada keterampilan khusus dalam menggunakan alat atau bahan praktikum khususnya alat atau bahan kimia.

Berdasarkan pengamatan peneliti, faktor yang mempengaruhi nilai yang dicapai siswa kurang maksimal adalah keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan masih kurang menguasai. Dalam hal

ini, beberapa siswa dalam mengambil larutan tidak menggunakan pipet tetes maupun pipet volum, tetapi langsung menuangkan ke gelas ukur dan ada juga yang langsung menuang ke dalam gelas kimia. Hal tersebut mengkhawatirkan tingkat keakuratan derajat meniskus jumlah mL larutan tidak sesuai. Kekurangan lain adalah membaca meniscus atau menentukan batas ukur suatu zat yang diukur. Siswa menggunakan meniscus atas dalam pembacaan skala pada alat ukur yang digunakan, dimana seharusnya menggunakan meniscus bawah.

3. Aspek Merencanakan Percobaan

Keterampilan menyiapakan alat dan bahan merupakan aspek keterampilan dasar karena siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penyelidikan

tersebut.3

Hasil analisis dan pengamatan melalui lembar observasi menunjukkan bahwa aspek merencanakan percobaan memiliki nilai persentase rata-rata 80,50 (Baik), sedangkan aspek merencanakan percobaan yang dianalisis melalui pengamatan dalam LKS memiliki persentase 81,75% (Baik). Hasil data wawancara menunjukkan bahwa siswa mampu menentukan dan mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum karena mereka menpunyai pengetahuan dasar mengenai fungsi dan kegunaan alat dan bahan-bahan kimia, sehingga memudahkan mereka untuk melakukan praktikum dalam menguji teori yang telah dipelajari yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Pada lembar observasi, keterampilan merencanakan percobaan yang diteliti terdiri dari dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah menentukan alat dan bahan dan sub aspek yang kedua adalah menentukan prosedur kerja dalam praktikum. Kedua sub aspek ini merupakan bahan dasar untuk melakukan praktikum. Aspek pertama tergolong baik

3 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang : UM PRESS, 2005), Cet. I, h. 81

dilakukan oleh siswa karena dalam hal ini siswa mampu menentukan alat dan bahan apa saja yang akan di gunakan dalam praktikum. Namun pada aspek kedua, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menentukan prosedur kerja praktikum. Berdasarkan saran guru bidang studi, peneliti memberikan prosedur/ langkah kerja kepada siswa untuk menyamakan persepsi dalam menentukan prosedur kerja praktikum faktor-faktor yang akan mempengaruhi laju reaksi.

4. Aspek Mengkomunikasikan

Hasil analisis dan hasil pengamatan pada lembar observasi, keterampilan proses sains siswa aspek mengkomunikasikan memiliki nilai dengan persentase 79,50% (baik), sedangkan pada lembar kerja siswa memperoleh nilai persentase 80,75% (baik). Hasil tersebut didukung dengan data wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa senang untuk melakukan diskusi, karena siswa ingin bertukar fikiran dengan kelompok lain dan membandingkan hasil pengamatan yang ia peroleh dengan teman sekelompoknya maupun dengan kelompok lain

Sebagaimana menurut Rustaman, dkk. keterampilan berkomunikasi adalah menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi, dan hasil percobaan kepada orang lain. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, tabel dan diagram, jenis komunikasi

dapat berupa paparn sistemik (laporan) atau transformasi parsial.4

Keterampilan mengkomunikaiskan dalam penelitian ini terdiri dari mendiskusikan hasil pengamatan, membuat tabel, grafik pengamatan dan membuat laporan praktikum. Adapun penjelasan mengenai sub aspek tersebut adalah sebagai berikut :

a. Mendiskusikan Hasil Pengamatan

Pada saat pembelajaran, tampak adanya kegiatan saling tukar menukar informasi dengan anggota sesama kelompok dan kelompok

4

lain. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi yang bagus antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Setelah mendapatkan hasil praktikum, semua kelompok melakukan diskusi mengenai hasil praktikum dan olah data hasil praktikum.

b. Membuat Tabel dan Grafik Hasil Pengamatan

Setelah mendapatkan hasil praktikum, siswa merangkainya ke dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengamatan. Dalam hal ini kemampuan siswa sudah cukup baik dalam membuat tabel dan grafik hasil pengamatan. Tabel tersebut menggambarkan hasil dari praktikum faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, diantaranya adalah faktor konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis.

Tabel pengamatan praktikum laju reaksi berisikan nama larutan/zat, konsentrasi zat (M), suhu reaksi (T), waktu reaksi (t), dan laju reaksi (v). tabel pengamatan siswa pada praktikum laju reaksi memiliki komponen-komponen seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada praktikum ini siswa sudah mampu mengkomunikasikan hasil praktikum dengan membuat tabel yang baik. Sedangkan pada grafik faktor laju reaksi pada kordinat (sumbu y) merupakan faktornya dan pada sumbu x merupakan waktu reaksinya.

c. Membuat Laporan Praktikum

Laporan ini dapat berupa tulisan atau rekaman praktikum. Dalam hal ini siswa menggunakan tulisan dalam membuat laporan hasil praktikum. Pada sub aspek ini siswa mengalami penurunan, dikarenakan ada beberapa siswa tidak melengkapi secara keseluruhan apa yang terdapat dalam lembar kerja siswa dan ada juga beberapa siswa yang kurang benar menjawab soal yang terdapat dalam LKS.

Membuat laporan hasil praktikum merupakan hal yang sudah lazim dilakukan ketika telah menyelesaikan praktikum, penyusunan laporan merupakan hasil pemikiran dan hasil perbuatan ketika sebelum

dan sesudah melakukan praktikum, dan dipengaruhi oleh keterampilan proses sains siswa seperti mengamati, memprediksi, menerapkan konsep dan melakukan percobaan dan yang lainnya. Apabila data yang dihasilkan kurang relevan atau salah maka nilai-nilai dalam laporan praktikum akan berkurang dan salah fatal. Kecuali siswa menjelaskan kekurangan-kekuranagn kenapa hasil tersebut dapat terjadi.

5. Aspek Menerapkan Konsep

Pada lembar observasi yang diamati dalam penelitian ini, ada dua sub aspek keterampilan proses sains siswa, diantaranya adalah sub aspek menggunakan alat dan bahan dan sub aspek perhitungan. Konsep perhitungan yang dimaksud adalah menghitung laju reaksi faktor konsentrasi, faktor luas permukaan, faktor suhu dan faktor katalis. Pada faktor ini siswa diharuskan menerapkan atau mengaplikasikan konsep- konsep yang telah dipelajari pada kegiatan pembelajaran di kelas maupun praktikum di laboratorium.

Dengan melihat kualitas keterampilan ini, seorang guru dapat menilai sejauh mana siswa memahami konsep yang telah diajarakan dan sejauh mana pengaplikasian konsep tersebut. Keterampilan ini menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembankan konsep atau prinsip yan telah dimiliki oleh siswa. Penjelasan mengenai kedua sub aspek tersebut adalah sebagai berikut :

a. Konsep menggunakan alat

Hasil observasi menunjukkan bahwa sub aspek menggunakan alat

mengarah pada pemakaian alat seperti menggunaan neraca,

menggunakan termometer, mereaksikan zat dan lain-lain. Pada praktikum ini, siswa menerapkan konsep yang baik dalam menggunakan alat dan bahan praktikum. Siswa mensterilisasi alat yang akan dipakai dalam praktikum. Dan siswa juga mencuci kembali alat yang sudah digunakan. Selebihnya siswa sudah mengetahui cara menggunakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum.

b. Konsep perhitungan

Berdasarkan data hasil observer, keterampilan proses sains siswa konsep perhitungan mengalami kenaikan. Konsep perhitungan yang dimaksud seperti perhitungan molaritas (M), pengenceran, dan hasil laju reaksi. Pada perhitungan laju reaksi faktor suhu dan katalis mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena minimnya pencatatan dan pengamatan mengenai hasil observasi yang mereka lakukan dalam praktikum.

Berdasarkan analisis dan hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki nilai dengan persentase yaitu 78,50 % (baik), sedangkan hasil pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki nilai persentase yaitu 80,00% (baik). Hasil tersebut didukung dengan data pada wawancara, siswa pada aspek ini sudah memahami secara teknis namun dalam aplikasinya ada beberapa siswa yang melakukannya kurang tepat dan benar, seperti penggunaan neraca untuk menimbang dan penggunaan termometer. siswa merasa kesulitan dalam penggunaan neraca, membaca skala dan pada termometer siswa kelupaan menggunakan benang untuk menjadi pegangan pada saat melakukan praktikum faktor laju reaksi suhu. Selain itu, dalam melakukan perhitungan ada beberapa siswa yang salah dalam menjumlahkan dikarenakan kurangnya ketelitian siswa dalam menghitung atau ketika

menggunakan stopwatch.

6. Keterampilan Bertanya

Berdasarkan analisis dan hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan persentase yaitu 76,25 % (baik), sedangkan hasil analisis dan pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan persentase yaitu 80,75% (baik).

Pada aspek ini, siswa cukup aktif bertanya jika ada hal-hal yang mereka kurang mengerti baik ketika diskusi maupun secara personal kepada guru yang bersangkutan. Disamping itu, ada beberapa siswa yang masih ragu dan malu untuk bertanya, dikarenakan siswa masih merasa canggung untuk bertanya kepada guru. Hal ini terjadi disebabkan ketika proses pembelajaran sehari-hari kurangnya melakukan diskusi. Jadi, beberapa siswa ada yang beranggapan cukup menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas.

Pada lembar observasi, yang diteliti dari penelitian ini terdiri dari dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah bertanya untuk meminta penjelasan dan sub aspek yang kedua adalah mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Pada sub aspek bertanya untuk meminta penjelasan memiliki nilai presentase yang paling tinggi dibandingkan dengan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Bertanya untuk meminta penjelasan merupakan hal yang mudah dilakukan oleh siswa, karena siswa dapat bertanya apa saja yang belum mereka mengerti tentang materi yang sedang diajarkan. Sedangkan sub aspek mengajukan pertanyaan muncul dengan presentase yang rendah karena sub aspek ini membutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi yang sedang di kaji dikelas. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas, sehingga nantinya siswa akan mampu untuk membayangkan hal yang yang akan kemudian mereka pertanyakan.

7. Aspek Interpretasi

Keterampilan aspek interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keterarutan dari satu pengamatan hingga

memperoleh kesimpulan.5 Sub aspek yang di teliti dalam penelitian ini adalah menggambarkan/ menterjemahkan data, membandingkan hasil pengamatan yang di dapatkan, dan menyimpulkan berdasarkan data percobaan yang di dapatkan. Ketiga aspek ini terdapat dalam lembar kerja siswa dan di analisis juga dalam lembar observasi. Siswa dituntut untuk melengkapi lembar kerja siswa yang telah disediakan. Aspek ini sangat penting untuk dilakukan, karena jika siswa tidak melakukannya hasil praktikum akan nihil. Aspek ini masih ada kesinambungan dengan aspek yang lain, diantaranya adalah aspek menerapkan konsep dan aspek mengkomunikasikan.

Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek interpretasi atau menafsirkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa data lembar observasi memiliki nilai persentase 75,00% (cukup), sedangkan hasil analisis dan pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek interpretasi memiliki nilai persentase 77,50% (cukup). Hasil ini juga didukung oleh data wawancara, beberapa siswa menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan pada sub aspek yang kedua yaitu membandingkan hasil pengamatan yang di dapatkan. Hal ini dikarenakan data yang mereka dapatkan belum lengkap sehingga untuk membandingkan data dengan praktikum dan kelompok yang lain menjadi kesulitan. Inilah yang membuat siswa belum bisa mengembangkan secara optimal aspek KPS interpretasi.

8. Aspek Mengklasifikasikan

Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek mengklasifikasikan, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persentase 77,00% (baik) dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek mengklasifikasikan memiliki nilai dengan persentase 71,75& (cukup). Dalam hal ini, siswa selalu mencatat hal-hal yang penting dalam setiap apa yang ia dapatkan selama

5

kegiatan pembelajaran maupun praktikum. Dalam sub aspek yang kedua, siswa juga membandingkan data hasil pengamatan antara praktikum faktor laju reaksi yang pertama, kedua, ketiga dan yang keempat. Hal tersebut

Dokumen terkait