• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

HASIL PENELITIAN

C. Hasil Penelitian

6. Hasil Wawancara Petugas Analising Reporting

a. Bagaimana pemanfaatan RL 4a dan RL 4b kasus neoplasma di RSUD Tugurejo ?

Jawaban : Ada beberapa yaitu untuk kebutuhan SIRS (Sistem

Informasi Rumah Sakit) online, untuk penelitian mahasiswa, permintaan data oncology untuk mengetahui berapa banyak kasusnya, dan untuk data registrasi kanker terkait pemetaan kasus di wilayah.

b. Apakah butir informasi yang ada pada RL 4a dan 4b yang sekaligus sebagai indeks elektronik pada penyakit neoplasma sudah menggambarkan secara lengkap mengenai kasus neoplasma yang diderita pasien ?

Jawaban : Belum lengkap, oleh karenanya kode morfologi sangat

dibutuhkan sehingga perlu penyesuaian petugas dan kebijakan RS untuk pemberlakuan kode morfologi.l

67 BAB V

PEMBAHASAN

D. Karakteristik Tenaga Rekam Medis

Dalam organisasi sumber daya manusia merupakan bagian terpenting, yaitu orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka terhadap organisasi agar suatu organisasi tetap terjaga eksistensinya. Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian.[19] Pada penelitian ini terkait pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016, peneliti menggunakan karakteristik tenaga rekam medis terdiri dari; umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan terakhir, dan pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari populasi sebanyak 60 orang, 10 orang diantaranya memenuhi kriteria inklusi lama kerja ≥ 1 tahun, pendidikan D3 RMIK, bersedia menjadi responden, dan tidak sedang cuti. Sehingga yang memenuhi syarat sebagai responden atau sampel penelitian sebanyak 10 orang tenaga rekam medis.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden, tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016 memiliki karakteristik yang berbeda. Kriteria umur dapat dibedakan menjadi ; masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa remaja awal (12-16 tahun), masa remaja akhir (17-25 tahun), masa dewasa awal (26-35 tahun), masa dewasa

akhir (36-45 tahun), masa lansia awal (46-55 tahun), masa lansia akhir (56-65 tahun), dan masa manula ((56-65-sampai atas).[20] Pegawai yang berusia lebih tua cenderung lebih mempunyai rasa keterikatan atau komitmen pada organisasi dibandingkan dengan yang berusia muda sehingga meningkatkan loyalitas mereka pada organisasi.[21] Semakin tua usia pegawai, makin tinggi komitmennya terhadap organisasi, hal ini disebabkan karena kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan lain menjadi lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya usia.[22] Keterbatasan tersebut dipihak lain dapat meningkatkan persepsi yang lebih positif mengenai atasan sehingga dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap organisasi. Pegawai yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat, sehingga diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau bila sudah berkeluarga anaknya relatif masih sedikit.[23] Tetapi pegawai yang lebih muda umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggungjawab dan sering berpindah-pindah pekerjaan dibandingkan pegawai yang lebih tua.[24] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur diperoleh prosentase tertinggi (50%) pada umur 35–37 tahun. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo terdiri dari usia dewasa awal hingga dewasa akhir, sehingga memiliki komitmen lebih tinggi terhadap organisasi, lebih matang dalam berfikir, bertindak, loyalitas yang tinggi, lebih disiplin, dan bertanggungjawab.

Jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.[25] Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau

kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria.[22] Pada umumnya wanita menghadapi tantangan lebih besar dalam mencapai karirnya, sehingga komitmennya lebih tinggi. Hal ini disebabkan pegawai wanita merasa bahwa tanggungjawab rumah tangganya ada di tangan suami mereka, sehingga gaji atau upah yang diberikan oleh organisasi bukanlah sesuatu yang sangat penting bagi dirinya.[21] Wanita cenderung memiliki komitmen terhadap organisasi lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Wanita pada umumnya harus mengatasi lebih banyak rintangan dalam mencapai posisi mereka dalam organisasi sehingga keanggotaan dalam organisasi menjadi lebih penting bagi mereka.[26] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh prosentase tertinggi (60%) jenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo terdiri dari tenaga perempuan yang dianggap memiliki komitmen, rasa patuh, dan ketelitian lebih tinggi, namun dianggap pula memiliki kemangkiran tinggi sehingga perlu diimbangi tenaga laki-laki agar terbentuk suasana agresif untuk tercapai suksesnya organisasi IRM RSUD Tugurejo.

Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan.l27] Makin lama pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil petugas tersebut. Sehingga memberi peluang orang tersebut untuk meningkatkan prestasi

serta beradaptasi dengan lingkungan dimana dia berada.[28] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan lama kerja diperoleh prosentase tertinggi (30%) rentang 2 – 4 tahun. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis sudah lebih dari 1 tahun berkerja, sehingga memiliki keterampilan dan kualitas kerja yang baik, karena sudah cukup pengalaman dan bekal kerja di RSUD Tugurejo.

Pendidikan merupakan totalitas interaksi manusia untuk pengembangan manusia seutuhnya, dan pendidikan merupakan proses yang terus-menerus yang senantiasa berkembang. Peserta didik merupakan masukan, setelah mengalami proses pendidikan dengan memanfaatkan tujuan pendidikan yaitu sumber daya dari kurikulum yang ada, menghasilakan keluaran berupa kemampuan tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku termasuk didalamnya pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan dan sebagainya.[29] Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.[11] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir diperoleh prosentase tertinggi (80%) pendidikan terakhir D3 RMIK. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo memiliki kualitas pengetahuan tentang rekam medis dan informasi kesehatan dengan baik karena sudah mendapatkan bekal pembelajaran pokok dari bidang ilmu

rekam medis dan informasi kesehatan untuk diterapkan pada dunia kerja.Sehingga dapat menguasai 7 kompetensi standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan sehingga lebih memiliki peluang prestasi kerja.

Pelatihan (training) merupakan proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatakna tujuan-tujuan organisasional. Dalam pelatihan diciptakan suatu lingkungan dimana para karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku yang spesifik terkait pekerjaan. Pelatihan biasanya terfokus pada penyediaan bagi para karyawan keahlian - keahlian khusus atau membantu mereka mengoreksi kelemahan - kelemahan dalam kinerja mereka.[30] Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pelatihan koding diperoleh prosentase tertinggi adalah (70%) responden yang mengikuti pelatihan koding. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo sudah banyak terbekali ilmu khusus tentang klasifikasi dan kodefikasi penyakit, sehingga tenaga rekam medis memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai bidang ilmu tersebut.