• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM

MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH

ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG,

TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd. RMIK) Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Oleh :

DWI NURIN ARIFIYAH

D22.2013.01429

PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

2016

▸ Baca selengkapnya: kode icd 10 vulnus punctum di tangan

(2)

HALAMAN HAK CIPTA

© 2016

▸ Baca selengkapnya: kode icd 10 kematian mudigah

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini khusus aku persembahkan untuk :

Yang utama Alloh SWT yang senantiasa memberi nikmat hidup, nafas, berjuang dan mampu menghadapi segala ujian sampai sekarang ini, trimakasih atas doa-doa ku yang Engkau

kabulkan Ya Alloh, sehingga KTI ini bisa terselesaikan dengan baik,,

Ibu saya “Shopiyah” yang sampai sekarang ini menjadi inspirasi saya agar berusaha menjadi wanita tegar, sabar, dan tahu menempatkan diri dengan lingkungan, trimakasih atas doa-doa

mu untuk anak mu ini Bu,,

Bapak saya “Su’udi Syukur” yang pesannya menjadi motivasi agar saya tidak berhenti ditempat, insyaAlloh saya akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa mewujudkan cita-cita seorang

bapak terhadap anaknya ini,,

Kakak saya “Dewi Wahidatul Mufidah” yang jauh disana, namun tetap memberi semangat dan motivasi agar adeknya ini bisa lebih baik dari kakanya, Kangen kamu Awiwik,,

My moodbooster adek tercinta “Salsa Mutiara Ramadhani” yang cantik dan saleha.Senang sekali bisa ditemani menyelesaikan KTI dengan cerita” dan ocehanya ditengah” Ramadhan. Trimakasih

ya nduuk doanya buat mbak win,,

Simbah “Hj. Suriyah dan Alm. H. Mawardi” adalah orang tua kedua ku yang senantiasa menjadi inspirasi cucunya agar giat mengerjakan sesuatu,, suwun sanget mbah,,

Si Buncit “Aditya Apri Rizky” yang banyak aku recokin soal KTI, kemana-mana bareng, urus ini itu bareng, berjuang bareng, saling menyemangati dan memotivasi agar tidak down, dibelain lari-larian ke Lab Komputer dari kos demi menemukan flashdisk penting ku satu”nya tempat aku menyimpan file KTI yang tertinggal, hohoo makasihh banyaakkkk tidak bisa diungkapkan

kata-kata. Semoga kesuksesan menghampiri mu,,

Temen-temen ku tersayang dan seru NUS2PHI “Syuha, Putri Codil, Putri Damay, Helga” terimakasih banyak sahabatku,, tidak ada kisah yang paling lengkap selain kisah dengan kalian,

semoga tetap terjalin komunikasi dan kesempatan bersama hingga nini” kelak,, SEMANGAT buat tugas akhir kalian, semoga segera lulus dengan baik, aamiin,,

Ibu Dyah Ernawati selaku pembimbing KTI ku, terimakasih banyak Ibu cantik,, sukses selalu menjadi pendidik dan ibu super buat anaknya. Maaf banyak menyita waktunya dengan

lembaran” revisi KTI ku nggeh Bu,, hehe

Dosen” yang sangat menginspirasi saya, Ibu Kriswi, Ibu Sunar, Pak Zein, Ibu Lily, Ibu Tiara, Ibu Oka, Pak Arif, Pak Jaka, Bu Retno, Ibu Maryani, Ibu Dyah juga, pasukan lab RM Bu April, Mas

Aby, terimakasih banyaak atas pengejaranya selama ini, tetaplah menjadi sosok” yang menginspirasi,, sehat selalu Pak Bu agar bisa terus mencerdaskan mahasiswa nya, aamin,, Buat teman” satu angkatan DIII RMIK 2013, temen” dan adek” BAI Matholi’ul Anwar, yang

tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih banyak kesempatan nya selama ini menjadi bagian dari kalian, bisa berjuang bareng, saling membantu, saling memotivasi, kita semua

adalah saudara,,

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Nurin Arifiyah

Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 30 Agustus 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Banowo No.63, Rt 01 Rw 03 Semen Menur, Kec. Mranggen, Kab. Demak

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Menur, Tahun 2001

2. SMP Negeri 1 Mranggen, Tahun 2007 3. SMA Negeri 1 Mranggen, Tahun 2010

4. Diterima di Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Tahun 2013

(9)

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya yang telah diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Analisis Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, Tahun 2016” dengan baik dan tepat waktu.Isi dari Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil penelitian di RSUD Tugurejo, ilmu kajian pustaka, serta materi yang telah penulis terima di bangku perkuliahan.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang dimaksudkan untuk mencapai gelar Diploma (Amd.RMIK) pada studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari seluruh pihak-pihak yang terkait sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat ;

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang

2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

3. Arif Kurniadi, M.Kom selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

4. Dyah Ernawati, S.Kep,Ns,M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah penulis

(10)

5. Kriswiharsi Kun Saptorini, S.KM M.Kes (Epid) selaku Reviewer seminar proposal penelitian penulis

6. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes selaku penguji Karya Tulis Ilmiah penulis

7. Dr. Endro Suprayitno, Sp. KJ, M.Si selaku Direktur RSUD Tugurejo Semarang

8. Roni Rochman, Amd.PK selaku Kepala Instalasi Rekam MedisRSUD Tugurejo Semarang

9. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

10. Segenap staf Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo Semarang

11. Rekan-rekan seperjuangan DIII RMIK 2013, serta semua pihak yang terkait dan telah mendukung serta memotivasi penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Besar harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca khususnya para akademia.

Semarang, Juli 2016

(11)

Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Unversitas Dian Nuswantoro Semarang 2016 ABSTRAK

DWI NURIN ARIFIYAH

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016

xxii + 94 Halaman + 12 Tabel, 4 Gambar, 6 Grafik, 6 Lampiran

Kompetensi utama tenaga rekam medis adalah menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi ICD-10. Kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 terdiri kode topografi dan morfologi, yang memuat seluruh aspek neoplasma yaitu lokasi, sifat dan perilaku. Berdasarkan survei awal bulan Maret terhadap 10 DRM diketahui 100% tidak terdapat kode morfologi. Sehingga berdampak pada data registrasi kanker dan indeks penyakit. Padahal RS ini sudah memiliki laboratorium Patologi Anatomi, dokter spesialis oncology, dan mayoritas tenaga rekam medis berpendidikan D3 RMIK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif menggunakan motode observasi dan wawancara dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah tenaga rekam medis sebanyak 60 orang dengan teknik total sampling berdasarkan kriteria inklusi.

Berdasarkan penelitian, mayoritas usia dewasa, berjenis kelamin perempuan, pengalaman kerja 2 - 4 tahun, berpendidikan D3 RMIK, dan mengikuti pelatihan koding. Pada aspek pengetahuan diketahui mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik namun kurang mengenai buku yang digunakan dalam menentukan kode penyakit, bab dalam ICD-10 tentang neoplasma, digit kode morfologi, arti istilah overlapping, isi rentang blok dalam neoplasma, dan arti perangai pada neoplasma. Sebesar 70% responden memiliki pengetahuan yang baik dan 30% kurang. Pada aspek sikap diketahui responden memiliki anggapan bahwa neoplasma jinak bersinonim dengan tumor dan kanker termasuk kodenya, tanpa kode morfologi maka kode neoplasma sudah tepat dan pelaporannya sudah lengkap, dan C00-D48 blok kode yang berlaku juga untuk kasus kemoteraphy. Sebesar 50% responden memiliki sikap mendukung dan 50% tidak mendukung.

Saran dari penelitian ini, RS melakukan evaluasi kebijakan penetapan kode neoplasma, dibuat prosedur tetap tentang kode neoplasma, diadakan pelatihan khusus kepada tenaga rekam tentang ICD dasar dan kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 , inventarisasi O, selain ICD elektronik petugas perlu ditunjang juga dengan buku ICD-10, dilakukan instalasi sistem komputer rumah sakit dan desain formulir resume keluar yang memuat input kode morfologi, memperhitungkan karakteristik tenaga rekam medis, diterapkan kode morfologi, dilakukan sosialisasi untuk menyamakan persepsi antara tenaga koder, dokter, bagian pemeriksaan penunjang dan kebijakan rumah sakit lainnya mengenai kasus neoplasma.

Kata Kunci : Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Kode Neoplasma, Kaidah ICD-10

(12)

The Diploma Program on Medical Records and Health Information

Faculty of Health Dian Nuswantoro University Semarang 2016 ABSTRACT

DWI NURIN ARIFIYAH

ANALYSIS THE KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF CODING OFFICER ABOUT CODE OF NEOPLASMS ACCORDING TO RULE OF ICD-10 IN REGIONAL GENERAL HOSPITAL TUGUREJO SEMARANG YEAR 2016

xxii + 94 pages + 12 tables + 4 pictures + 6 graphs+ 6 appendix

The main competence of medical records personnel was to establish a code of disease and operation code appropriately according to the classification of ICD-10. Neoplasms code according to the rules ICD-10 comprises topography and morphology codes, which contains all aspects of neoplasm such as location, nature and behavior. Based on the initial survey of 10 document in March , 100% did not use morphological codes. So it impact on cancer registration data and index of disease. Even though the hospital has own laboratory, such as Pathology, oncology specialists, and most medical record staff educated as medical record diploma. This study aimed to analyze the knowledge and attitudes of medical records personnel on neoplasms code according to the rules of ICD-10 in hospitals Tugurejo 2016.

This type of research was qualitative descriptive, used observation and interviews methods with a cross sectional approach. The study population were 60 personnel of medical records with a total sampling technique based on inclusion criteria.

Based on research, the majority of adult, female, work experience 2-4 years, educated medical record diploma and coding training. In the aspect of knowledge, the majority of respondents have a good knowledge, but lack about the books that used in determining the code of the disease, chapters in ICD-10 about neoplasm, digit code of morphology, meaning of overlapping terms, contents of block ranges in neoplasms, and behaviour of neoplasms. About 70% of respondents have a good knowledge and 30% were less. In the aspect of attitude, respondents have the notion that benign neoplasm synonymous with tumors and cancers including its code, without code of morphology the neoplasm code was correct and the report was complete and C00-D48 block of code that applies to the case of chemotherapy. About 50% of respondents have a supportive attitude and 50% did not support.

Suggestions from this study, hospital evaluate the policy in determinating code of neoplasm, made the procedures about code of neoplasm, held special training to the personnel records about basic ICD and code of neoplasm according to the rules of ICD-10, an inventory of ICD-O, beside electronics of ICD officers should be supported with book ICD-10, carried out the hospitals installation of the computer system and design form of resume about how to fill the code of morphology, taking into account the characteristics of medical records personnel, applied the code of morphology, disseminate the perception among workers coder, doctors, part of investigations and other hospital policies regarding cases of neoplasms.

Keywords : Characteristics, Knowledge, Attitude, the Code of neoplasms, ICD-10 Rule

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Hak Cipta ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Keaslian Penelitian ... v

Pernyataan Persetujuan Publikasi ... vi

Halaman Persembahan ... vii

Riwayat Hidup ... viii

Prakata ... ix

Abstrak ... xi

Abstract ... xii

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Grafik ... xix

Daftar Lampiran ... xx

Daftar Singkatan ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

(14)

Halaman

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis ... 10

B. Perilaku... 11

C. Standar Etika dan Peran Pofesi Tenaga Koder ... 22

D. Sistem Klasifikasi dan Kodefikasi Diagnosis Berbasis ICD ... 24

E. ICD Spesialis Oncology ... 33

F. Neoplasma ... 34

G. Kerangka Teori ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 39

B. Jenis Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 39

D. Definisi Operasional ... 39

E. Populasi dan Sampel ... 40

F. Pengumpulan Data ... 41

G. Pengolahan Data ... 41

(15)

Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit ... 43 B. Gambaran Instalasi Rekam Medis ... 48 C. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Tenaga Rekam Medis ... 50 2. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma

sesuai Kaidah ICD-10 ... 51 3. Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai

Kaidah ICD-10 ... 59 4. Hasil Wawancara dengan Kepala IRM, Tenaga Koder Umum dan

BPJS, dan Analising Reporting ... 63

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tenaga Rekam Medis ... 67 B. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai

Kaidah ICD-10 ... 71 C. Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah

ICD-10 ... 79 D. Hasil Wawancara dengan Kepala IRM, Tenaga Koder Umum dan

BPJS, dan Analising Reporting ... 83

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan ... 87 B. Saran ... 89

(16)

Halaman

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian ... 7 2.1 Bab-bab dalam ICD ... 25 3.1 Definisi Operasional ... 40 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Tugurejo, Tahun 2016 ... 50 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo, Tahun 2016 ... 51 4.3 Statistik Jawaban tentang Pengetahuan yang Tergolong Benar ... 55 4.4 Statistik Skor Pengetahuan Jawaban Benar Masing-masing Responden 56 4.5 Rekapitulasi Pengetahuan Masing-masing Responden ... 56 4.6 Distribusi Sikap Responden tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo , Tahun 2016 ... 59 4.7 Statistik Jawaban tentang Sikap yang Tergolong Mendukung ... 62 4.8 Statistik Skor Sikap Jawaban Mendukung Masing-masing Responden 63 4.9 Rekapitulasi Sikap Masing-masing Responden ... 63

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ... 38

3.1 Kerangka Konsep ... 39

4.1 Struktur Organisasi RSUD Tugurejo ... 47

(19)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Prosentase Jawaban tentang Pengetahuan yang tergolong Benar ... 55

4.2 Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Umur ... 57

4.3 Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

4.4 Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Lama Kerja ... 58

4.5 Pengetahuan Benar Responden berdasarkan Penidikan ... 58

(20)
(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Penelitian

2. Laporan Data Kepegawaian Tenaga Instalasi Rekam Medis RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016

3. Kuisioner Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis dalam Menentukan Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10

4. Pedoman Wawancara Kepada Kepala IRM, Tenaga Koder Umum maupun BPJS, dan Petugas Analising Reporting

5. Pedoman Skoring Pengetahuan dan Sikap 6. Dokumentasi Penelitian

(22)

DAFTAR SINGKATAN

1. ICD-10 :International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem, 10 Revision

2. ICD-O : ICD-Oncology

3. WHO :World Health Organization

4. PA : Patologi Anatomi

5. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah 6. WHA : World Health Assembly

7. IRM : Instalasi Rekam Medis

8. RMIK : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan 9. KesMas : Kesehatan Masyarakat

10. DRM : Dokumen Rekam Medis

11. BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 12. RL : Rekapitulasi Laporan

13. PDE : Pengolahan Data Elektronik 14. S : Setuju

15. R : Ragu-ragu 16. TS : Tidak Setuju

17. SOP : Standard Operating Procedure

18. Protap : Prosedur Ketetapan

19. PMK : Peraturan Menteri Kesehatan 20. PDF : Portable Document Format

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah sakit pada saat ini tentu tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.[1] Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban menyelenggarakan rekam medis.[2]

Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.[3] Rekam medis merupakan mata rantai terdepan dalam sistem informasi kesehatan yang mana sangat menentukan kualitas dari informasi yang dihasilkan, meliputi kebenaran, ketepatan dan konsistensi maupun kecepatan. Selain itu rekam medis sebagai sumber data pada penelitian-penelitian pengembangan teknologi kedokteran maupun pengobatan, untuk kemajuan layanan kesehatan. Mengingat demikian besarnya kegunaan rekam medis bagi pembangunan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, maupun perlindungan hukum bagi pelayanan kesehatan, maka kebutuhan tenaga yang profesional dan handal sangat diperlukan.[4]

Dalam rangka mencapai profesionalisme tenaga rekam medis pemerintah menetapkan standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan yang didalamnya berisi kompetensi - kompetensi yang harus

(24)

dipenuhi seorang perekam medis dan informasi kesehatan. Disebutkan bahwa administrator informasi kesehatan (perekam medis) merupakan profesi yang memfokuskan kegiatannya pada data pelayanan kesehatan dan pengelolaan sumber informasi pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat alami data, struktur dan menterjemahkannya ke berbagai bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan, pasien, dan masyarakat. Salah satu kompetensi utama seorang tenaga rekam medis yaitu tenaga rekam medis mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan.[5]

Klasifikasi penyakit terbitan WHO yang dikenal dan resmi digunakan di Indonesia adalah International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem yang saat ini sudah mencapai revisi ke 10 edisi 2010. Terdiri dari 3 volume yaitu, volume 1 berupa daftar tabular sebagai

cross check, volume 2 berisi intruksi manual, dan volume 3 merupakan indeks alfabetik yang dilihat pertama kali ketika hendak menetapkan kode. Khusus kode neoplasma disediakan klasifikasi ICD-Oncologi (ICD-O) yang menyandi diagnosis kanker berdasarkan topografi atau letak dan morfologinya. Tidak jauh berbeda dengan ICD-O kaidah klasifikasi dan kodefikasi kasus neoplasma juga dimuat dalam ICD-10. Tiga aspek yang harus dipertimbangkan ketika menentukan kode neoplasma adalah lokasi tumor, sifat tumor (dikenal sebagai tipe morfologi dan histologi), dan perilaku atau perangai tumor. Lokasi tumor menunjukkan dimana lokasi sel tumor berada, pada ICD-10 terklasifikasi pada bab II kode C00-D48. Morfologi

(25)

menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop. Jaringan asal dan tipe sel neoplasma ganas seringkali menentukan perkiraan kecepatan pertumbuhan, keganasan dan jenis pengobatan yang diberikan. Sedangkan perilaku atau perangai mengidentifikasi bagaimana tumor akan berkembang, yaitu ganas (primer atau sekunder), in situ, atau tidak jelas atau jinak. Perilaku terdapat pada digit terakhir dari kode morfologi (/0, /1, /2, /3, /6, /9).[6] Dari tiga aspek tersebut akan dihasilkan dua kode yaitu kode lokasi yang memuat apek lokasi tumor dan kode morfologi yang memuat aspek sifat dan perilaku tumor. Kode morfologi panjangnya 5 digit diawali “M”, empat digit pertama mengidentifikasikan sifat neoplasma (struktur dan jenis jaringan dibawah mikroskop) dan digit ke lima menunjukkan perilaku neoplasma tersebut (ganas, in situ, jinak, dll). Untuk mendukung akurasi kodefikasi neoplasma perlu ditunjang hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), yaitu suatu pemeriksaan yang dapat menggambarkan keadaan penyakit itu sendiri dan letak tumbuh sel abnormal.

Menimbang penjelasan diatas bahwasannya pemberian kode penyakit oleh koder haruslah akurat, lengkap, dan konsisten sesuai kaidah yang berlaku agar mencapai penyajian data dan informasi yang lengkap, pelaporan yang baik dan memudahkan dalam pengendalian manajemen. Hal ini dijelaskan lagi pada standar etika dalam mengkode yaitu meningkatkan akurasi, kelengkapan, dan konsistensi dalam mengkode.[7] Seperti halnya pada kasus neoplasma maka pelaporan yang baik dan lengkap dari kode penyakit kasus neoplasma adalah perlu dilakukan pengkodingan letak dan morfologi.

(26)

RSUD Tugurejo adalah Rumah Sakit Umum Daerah yang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tipe B pendidikan yang dalam prakteknya telah melaksanakan standar pengkodean menggunakan ICD-10. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Hanan Asmaratih Purbandari yang berjudul Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma yang Sesuai dengan Kaidah Kode ICD-10 pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang periode Triwulan I Tahun 2014 diketahui RSUD Tugurejo tidak menerapkan kode morfologi untuk menetapkan sifat dan perangai tumor. Padahal melalui kode M yang terdapat di ICD-O maupun ICD-10 dapat ditentukan kode letak yang tepat dan akurat berdasarkan angka yang tertera pada digit ke lima yang menunjukkan perilaku tumor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan prosentase kode akurat sebesar 45,59 % dan 54,41 % kodenya tidak akurat. Hal ini dikarenakan penulisan diagnosis yang tidak spesifik dan tidak digunakannya hasil PA sebagai petunjuk pemberian kode karena hasil PA yang terlambat keluar.[8]

Sedangkan berdasarkan survei awal yang dilaksanakan bulan Maret 2016 di RSUD Tugurejo, observasi terhadap 10 dokumen rekam medis rawat inap kasus neoplasma, hasilnya 100% tidak terdapat kode morfologi. Hal ini menunjukkan dari tahun 2014 hingga 2016 kode morfologi tidak pula ditetapkan di rumah sakit ini. Padahal RSUD Tugurejo telah memiliki sarana prasarana dan sumber daya spesialis bedah oncologi juga laboratorium PA. Menurut hasil wawancara dengan salah satu koder, hal ini disebabkan karena kode morfologi tidak berpengaruh terhadap tarif sehingga kebijakan dari rumah sakit tidak dilakukan penetapan kode morfologi. Ketiadaan

(27)

pemberian kode morfologi ini akan berdampak pada data registrasi pasien khusus neoplasma dan indeks penyakit. Ditinjau dari kapasitas tenaga rekam medis, sebagian besar (62 %) tenaga rekam medis berpendidikan D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Oleh karena itulah dilakukan penelitian ini dengan maksud mengetahui aspek pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah yaitu, “bagaimana pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, tahun 2016 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik tenaga rekam medis yaitu ; umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan terakhir, dan pelatihan.

b. Mendeskripsikan pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10.

c. Mendeskripsikan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10.

(28)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan dan saran kepada tenaga rekam medis khusunya tenaga koder di RSUD Tugurejo Semarang tentang kode neoplasma yang sesuai kaidah ICD-10. Selain itu sebagai pertimbangan manajemen rumah sakit mengenai kebijakan pengkodingan kasus neoplasma.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi tentang pemberian kode penyakit kasus neoplasma di program studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan di bidang kodefikasi penyakit, khususnya tentang standar pengkodingan, tata cara dan sikap yang tepat terkait penetapan kode kasus neoplasma sesuai kaidah ICD-10. Sekaligus memperoleh pengalaman nyata dapat membandingkan penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan yang diterapkan di lapangan.

E. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu rekam medis dan informasi kesehatan.

2. Lingkup Materi

Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi klasifikasi dan kodefikasi penyakit bab neoplasma.

(29)

3. Lingkup Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini adalah di RSUD Tugurejo Semarang. 4. Lingkup Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara dengan pendekatan cross sectional.

5. Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo Semarang.

6. Lingkup Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Mei 2016.

F. Keaslian Penelitian

Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian tentang analisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang ini belum pernah dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Berikut adalah penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian

No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil

1 Hanan Asmaratih Purbandari Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma yang Sesuai dengan kaidah Kode ICD-10 pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang Periode Triwulan 1 Tahun 2014 Deskriptif, metode observasi dan pendekatan cross sectional Tingkat prosentase akurasi kode diagnose utama yang sesuai dengan kaidah kode ICD-10 pada dokumen rekam medis rawat inap yaitu 45,59% akurat dan 54,41% tidak akurat.

(30)

No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil

Herliawati Pengetahuan dan Sikap Petugas Rekam Medis tentang Penentuan Kode Penyakit dan INA CBG‟s di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal Tahun 2015 metode observasi dan pendekatan cross sectional

kode penyakit petugas rekam medis 100% baik. Pengetahuan tentang INA CBG‟s petugas rekam medis 99% baik. Sikap dalam melakukan kode penyakit dengan ICD-10 tidak selalu dilakukan oleh petugas, namun langkah-langkah dalam

menentukan kode penyakit berdasarkan ICD-10 sudah cukup baik sebanyak 80% dapat melakukan kode penyakit 3 Eka Hesti Nugraheni Tinjauan Pengetahuan Petugas Rekam Medis tentang Istilah Medis dan Penentuan Kode Penyakit di RSUD Kota Semarang Tahun 2015 Deskriptif, metode observasi dan kuisioner Karakteristik petugas rekam medis menunjukan perempuan lebih teliti dan konsisten. Pengetahuan petugas tentang

terminologi medis terdapat 94%

petugas rekam medis yang mengetahui cara penulisan istilah medis pada diagnosis medis pasien. Penentuan kode penyakit terdapat 5 responden yang

mengetahui langkah awal dalam proses pemberian kode penyakit dan hanya 11 responden yang mengetahui tujuan penggunaan ICD-10 dalam menentukan kode penyakit. 4 Ayuk Dwi Lestari Analisis Tingkat Pengetahuan Petugas Paramedis dan Non Paramedis Tentang Pengkodean Penyakit di Puskesmas Mijen Kota Semarang Tahun 2014 Deskriptif, pendekatan cross sectional, metode observasi dan interview

Tingkat akurasi kode dikarenakan petugas di puskesmas adalah perempuan dengan pengalaman yang minim sehingga perlu adanya pengkajian terhadap petugas di puskesmas terkait pengkodean.

(31)

No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil 5 Yella Olia Fitri Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Komitmen Pimpinan terhadap Pengisian DRM di RSUP Dr. M Djamil Paang Tahun 2011 Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study

Pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kurang tentang pengisian DRM

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hanan Asmaratih P adalah pada topik penelitian dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Febriana Herliawati adalah pada lingkup materi, lingkup lokasi dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eka Hesti Nugraheni adalah pada topik penelitian, lingkup objek, lingkup lokasi, lingkup waktu, dan lingkup metode. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ayuk Dwi L adalah pada topik penelitian, lingkup objek, lingkup lokasi, dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yella Olia Fitri adalah pada topik penelitian, lingkup lokasi dan lingkup waktu.

(32)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.[3]

Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam terhadap identitas, anamnesis penentuan fisik laboratorium, diagnosis segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.[9]

2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis

Secara umum tujuan pengelolaan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa didukung dengan system pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.[10]

Sedangkan kegunaaan rekam medis adalah :

a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, maupun perawatan kepada pasien.

(33)

b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan ataupun perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung / dirawat di rumah sakit.

d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

f. Menyediakan data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.

g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien.

h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan laporan.[10]

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Kwick menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Di dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri.[11]

(34)

2. Faktor-faktor yang Membentuk Perilaku

Teori Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :

a.

Faktor-faktor pemudah (Predisposing factors)

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b.

Faktor-faktor pendukung atau pemungkin (Enabling factors)

Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah lingkungan, sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, sumber daya, kebijakan pemerintah, dan keterampilan petugas.

c.

Faktor-faktor pendorong atau penguat (Reinforcing factors)

Adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku seperti terwujud dalam sikap seperti dukungan dari atasan, rekan, tenaga kesehatan serta dukungan dari keluarga.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain tersebut diukur dari:

(35)

a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (Knowledge).

b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (Attitude).

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi yang diberikan (Practice).[11][12]

3. Faktor Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.[13]

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut: 1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

(36)

antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

4) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip.

(37)

5) Sintesis (Synthesis).

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.[11] c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1) Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

(38)

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.

3) Paparan Media Massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

4) Sosial Ekonomi (Pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin

(39)

mudah dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.

5) Hubungan Sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.

6) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi.[11]

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0.[11]

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian

(40)

dilakukan 100% dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

= ×100%

Keterangan :

= persentasi

ƒ = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pernyataan yang diajukan

n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti

100% = bilangan genap.[14] 4. Faktor Sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus / objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari - hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.[13]

(41)

b. Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (Receiving)

Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

2) Merespon (Responding)

Merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai. 4) Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.[13] c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

1) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

(42)

2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu - individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

(43)

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.[11]

d. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala Likert.[17]

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan peneliti suatu skala psikomtoorik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala Likert mempunya realibilitas yang relatif tinggi dibandingkan dengan skala Thurstone untuk jumlah item yang sama. Masing - masing responden diminta melakukan agreement

atau disagreement untuk masing - masing item dalam skala yang terdiri dari 5 point (SS=sangat setuju, S=setuju, R=ragu-ragu, TS=tidak setuju, STS=sangat tidak setuju). Semua item yang

favorable (baik) kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk item yang unfavorable (tidak baik) nilai skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang

(44)

sangat tidak setuju nilainya 5. Sedangkan skala Thurstone hanya membuka dua alternatif saja. [15]

Langkah-langkah pengukuran sikap menggunakan skala Likert yaitu :

1) Rekap frekuensi setiap item 2) Buat tabel bobot nilai 3) Buat tabel presentase nilai

4) Dari data frekuensi setiap item kemudian setiap poin jawaban dikalikan dengan bobot yang sudah ditentukan dengan tabel bobot nilai. Kemudian dicari total skornya.

5) Lakukan intepretasi dengan terlebih dahulu mencari skor tertinggi (Y) dan skor terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus :

Y=skor tertinggi Likert x jumlah responden X=skor terendah Likert x jumlah responden 6) Intepretasikan menggunakan rumus indeks %

Rumus Indeks % = Total Skor / Y x 100

7) Dari hasil penghitungan tersebut lakukan penilaian dengan tabel presentase nilai. [16]

C. Standar Etika dan Peran Profesi Tenaga Koder

1. Standar Etika Koding

a. Menerapkan akurasi, kelengkapan, dan konsistensi dalam mengkode.

(45)

c. Hanya melaporkan kode dan data yang jelas dan konsisten rekam medis dan kode data setnya.

d. Klasifikasi penyakit atau tindakan. e. Menolak untuk mengubah kode.

f. Menolak untuk berpartisipasi atau mendukung kode untuk : 1) Meningkatkan pembayaran.

2) Memenuhi syarat klaim polis asuransi.

g. Memfasilitasi kolaborasi interdisipliner untuk ketepatan kode. h. Memajukan pengetahuan kode melalui diklat.

i. Menolak untuk berpartisipasi atau menyembunyikan etis kode atau praktek abstraksi dan prosedur.

j. Melindungi kerahasiaan rekam medis dan menolak akses informasi kesehatan.

k. Berperilaku professional menjunjung etis kode. [8] 2. Peran Profesi Rekam Medis sebagai Tenaga Koder

a. Partisipasi aktif dalam persiapan penetapan kode klinis.

b. Pengkodean penyakit dan prosedur merupakan komponen penting dari casemix.

c. Pemahaman terhadap kualitas kode akan berdampak pada sistem pelaporan yang baik.

d. Kualitas kode sesuai diagnosis yang telah ditetapkan akan mempunyai dampak sistem pembayaran yang sesuai dengan ketentuan (mengurangi variasi perawatan dan meningkatkan kualitas dan efisiensi).

(46)

f. Evaluasi penggunaan kode untuk klaim. [8]

D. Sistem Klasifikasi dan Kodefikasi Diagnosis Berbasis ICD

1. Pengertian Kalsifikasi Penyakit

Klasifikasi penyakit adalah sistem kategori tempat jenis penyakit dikelompokkan sesuai kriteria yang telah ditentukan. Terdapat dua jenis utama klasifikasi :

a. Kelompok pertama mencakup data yang berhubungan dengan diagnosis dan status kesehatan, dan diperoleh langsung dari ICD baik melalui pemadatan atau pengembangan daftar tabulasi. b. Kelompok klasifikasi kedua mencakup aspek-aspek yang

berhubungan dengan masalah kesehatan yang umumnya berada diluar diagnosis resmi kondisi sekarang, disamping klasifikasi lain yang berhubungan dengan asuhan kesehatan. Kelompok ini mencakup klasifikasi cacat, prosedur medis dan bedah, dan alasan untuk berhubungan dengan penyedia layanan kesehatan.[17]

2. ICD Dasar

ICD dasar adalah daftar kategori 3-karakter, yang dapat dibagi atas 10 sub kategori dengan menggunakan 4-karakter. Revisi 10 menggunakan kode alfa-numerik dengan sebuah huruf pada posisi pertama dan sebuah angka pada posisi ke-2, ke-3, dan ke-4. Karakter ke-4 didahului oleh sebuah titik desimal. Jadi nomor kode yang mungkin ada berkisar dari A00.0 sampai Z99.9. [17]

(47)

3. Volume-volume ICD

ICD-10 terdiri dari tiga volume, yaitu Volume 1 (klasifikasi-klasifikasi utama), Volume 2 (cara penggunaan), dan Volume 3 (indeks alfabet). Hampir seluruh isi Volume 1 berisi klasifikasi utama, yaitu daftar kategori 3-karakter dan subkatageri 4-karakter. Daftar tabulasi 4-karakter dibagi atas 22 Bab.

Volume 1 juga berisi hal-hal berikut.

a. Morfologi neoplasma, merupakan kode tambahan untuk kode tumor yang terdapat pada Bab II yang hanya mengkode sifat dan tempat tumor. Kode morfologi sama dengan yang dipakai pada adaptasi khusus ICD untuk Oncologi (ICD-O).

b. Daftar Tabulasi Khusus, menekankan satu kondisi tertentu dan mengelompokkan kondisi lainnya, karena daftar 4-karakter dan 3-karakter terlalu panjang untuk tabel statistik.

c. Definisi-definisi, yang telah diadopsi WHA (World health Assembly) untuk memudahkan perbandingan data internasional. d. Regulasi Nomenklatur, menjelaskan tanggungjawab anggota

WHO mengenai klasifikasi penyakit dan penyebab mortalitas, dan cara pengumpulan dan publikasi statistik. [17]

4. Bab-bab ICD

Tabel 2.1 Bab-bab dalam ICD

Bab Kode Deskripsi

I A00-B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu II C00-D48 Neoplasma

III D50-D89 Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan kelainan tertentu yang melibatkan sistem imun IV E00-E90 Penyakit endokrin, gizi dan metabolic

V F00-F99 Mental andbehavioural disorders

VI G00-G99 Penyakit system syaraf VII H00-H59 Penyakit mata dan adnexa

(48)

Bab Kode Deskripsi

VIII H60-H95 Penyakit telinga dan prosesus mastoideus IX I00-I99 Penyakit sistem sirkulasi

X J00-J99 Penyakit sistem pernafasan XI K00-K93 Penyakit sistem pencernaan XII L00-L99 Penyakit kulit dan jaringan subkutis

XIII M00-M99 Penyakit system musculoskeleton dan jaringan ikat

XIV N00-N99 Penyakit sistem genitourinarius XV O00-O99 Kehamilan, melahirkan, dan nifas

XVI Poo-P96 Kondisi tertentu yang berawal pada masa perinatal

XVII Q00-Q99 Malformasi, deformasi, dan kelainan kromosom kongenital

XVIII R00-R99 Gejala, tanda, dan penemuan klinis dan laboratoris abnormal, yang tidak diklasifikasikan di tempat lain

XIX S00-T98 Cedera, keracunan, dan akibat lain tertentu dari penyebab eksternal

XX V01-Y98 Penyebab eksternal morbiditas dan mortalitas XXI Z00-Z99 Faktor-faktor yang mempengaruhi status

kesehatan dan kontak dengan layanan kesehatan

XXII U00-U99 Kode untuk tujuan khusus

5. Cara Menggunakan ICD

a. Cara Menggunakan Volume 1 1) Pendahuluan

Volume 1 berisi klasifikasi berdasarkan kategori diagnosis, yang memudahkan pencarian dan penghitungan statistik. 2) Penggunaan Daftar Inklusi dan Sub Kategori 4-karakter

a) Inclusion Terms

Di dalam rubrik 3- dan 4-karakter biasanya tertulis sejumlah diagnosis di samping diagnosis utama. Mereka dikenal sebagai „inclusion terms‟ (istilah yang dilibatkan), yaitu contoh-contoh diagnosis yang diklasifikasikan pada rubrik tersebut. Mereka bisa merupakan sinonim atau kondisi yang berbeda dari diagnosis, tapi bukan sub

(49)

klasifikasinya. Inclusion terms dibuat untuk pedoman isi rubrik. Banyak diantara item yang tertulis disitu berhubungan dengan istilah penting atau umum yang ada di dalam rubrik. item lainnya adalah kondisi perbatasan (borderline) yang diberikan untuk memperjelas batas antara satu sub kategori dari su bkategori lain. Deskripsi diagnostik umum yang berlaku untuk suatu kelompok kategori, atau semua sub kategori yang berada di dalam kategori 3-karakter, terdapat di dalam catatan berjudul “includes” yang langsung mengikuti judul suatu bab, blok, atau kategori.

b) Exclusion Terms

Rubrik tertentu berisi daftar kondisi yang didahului oleh kata-kata “excludes” atau „kecuali‟. Semua ini adalah terus yang sebenarnya diklasifikasikan di tempat lain, walaupun judulnya memberi kesan bahwa mereka diklasifikasikan disana. Pengecualian umum untuk sekelompok kategori atau semua sub kategori di dalam suatu kategori 3-karakter terdapat pada catatan yang berjudul „excludes

yang mengikuti judul suatu bab, blok, atau kategori. c) Uraian Takarir

Sebagai tambahan pada inclusion and exclusion terms,

dimana takarir digunakan karena terminology yang sangat bervariasi, terutama antara berbagai negara, dan nama

(50)

yang sama bisa saja telah dipakai untuk menjelaskan kondisi yang agak berbeda.

3) Dua Kode untuk Kondisi Tertentu a) Sistem Dagger dan Asterisk

Sistem ini digunakan untuk kode diagnosis penyakit umum sebagai dasar masalah, dan kode manifestasinya pada situs anatomis tertentu yang merupakan masalah tersendiri pula. Kode primer penyakit dasar ditandai oleh dagger (†),

dan kode untuk manifestasinya ditandai dengan asterisk

(*). Kesepakatan ini dilakukan karena kode penyakit dasar saja sering tidak memuaskan dalam pengolahan statistik penyakit tertentu, sementara manifestasinya perlu diklasifikasi pada bab lain karena merupakan alasan untuk mencari asuhan medis. Kode dagger harus selalu digunakan, sedangkan asterisk digunakan sebagai tambahan.

b) Pengkodean Kembar Lainnya

Selain sistem dagger dan asterisk, terdapat situasi yang memungkinkan dua kode ICD dipakai. Catatan pada daftar tabulasi, “Use additional code, if desired…” menunjukkan

situasi ini. Kode-kode tambahan ini hanya digunakan pada tabulasi-tabulasi khusus salah satunya pada kasus neoplasma.

i. Untuk neoplasma yang memiliki aktifitas fungsional, kode dari bab II bisa ditambah dengan kode yang

(51)

sesuai dari bab IV untuk menunjukkan aktivitas fungsionalnya.

ii. Untuk neoplasma, kode morfologi Volume 1 (hal. 1181-1204) bisa ditambahkan untuk identifikasi jenis morfologis tumor tersebut.

4) Konvensi yang Digunakan pada Daftar Tabel a) Parenthesis ( )

i. Untuk mengurung kata-kata tambahan, yang mengikuti diagnosis tanpa mempengaruhi nomor kode.

ii. Untuk mengurung kode yang tempat rujukan term eksklusi.

iii. Pada judul blok, untuk kode 3-karakter dari kategori yang ada pada blok tersebut.

iv. Untuk kode dagger di dalam kategori asterisk, atau kode asterisk yang mengikuti dagger.

b) Square Brackets [ ]

i. Untuk mengurung sinonim, kata-kata alternatif atau frase penjelasan.

ii. Untuk merujuk pada catatan sebelumnya.

iii. Untuk rujukan ke sub kategori 4-karakter yang telah disebutkan sebelumnya yang berlaku untuk sekelompok kategori.

(52)

Titik dua ini digunakan dalam urutan term inklusi dan eksklusi disaat kata-kata yang mendahuluinya bukan merupakan term lengkap untuk rubrik tersebut. Mereka memerlukan satu atau lebih kata tambahan yang diurutkan di bawahnya supaya mereka bisa berperan di dalam rubrik tersebut.

d) Brace (kurawal)

Brace dipakai pada daftar inklusi dan eksklusi untuk menunjukkan bahwa kata-kata yang mendahului atau mengikutinya bukan term yang lengkap. Setiap term sebelum kurawal harus dilengkapi oleh term yang mengikutinya.

e) “NOS

NOS adalah singkatan “Not Otherwise Specified”, yang

berarti “tidak dijelaskan.” f) “NEC

Not Elsewhere Classified”, kata-kata „tidak diklasifikasikan

di tempat lain‟ ini pada kategori 3-karakter, meningkatkan bahwa varian tertentu kondisi tersebut bisa muncul di bagian lain klasifikasi.

g) “And” pada Judul

“Dan” bsa berarti “dan/atau”. h) Point Dash .-

(53)

Kadang-kadang karakter ke-4 digantikan oleh „dash‟ atau

strip datar, yang menunjukkan bahwa karakter tersebut harus dicari di dalam kategori yang sesuai alphabet. [17] b. Cara Menggunakan Volume 3

Volume 3 (Indeks Alfabet) dibagi atas bagian-bagian sebagai berikut :

1) Section I, „Indeks alphabet penyakit dan bentuk cedera,‟ berisi

semua istilah yang bisa diklasifikasikan pada Bab I-XIX (A00-T98) dan XXI (Z00-Z99), dengan pengecualian obat-obatan dan zat kimiawi penyebab keracunan atau efek lain yang tidak diinginkan.

2) Section II, „Penyebab luar cedera,‟ berisi indeks penyebab

mortalitas dan morbiditas yang berasal dari luar.

3) Section III, „Tabel Obat dan Zat Kimiawi,‟ berisi indeks obat

dan zat kimia yang menyebabkan keracunan dan efek lain yang tidak diinginkan.

Struktur volume 3 yaitu, indeks alfabet berisi „lead term‟ yang

diletakkan pada bagian paling kiri, dengan kata-kata lain („modifier

atau „qualifier‟) pada berbagai level indentasi di bawahnya. Pada section I, modifier yang berindentasi (dimajukan ke kanan) ini biasanya berupa jenis, tempat, atau kondisi yang mempengaruhi kode. Pada section II mereka menunjukkan berbagai jenis kecelakaan atau kejadian, kendaraan yang terlibat, dsb. Modifier yang tidak mempengaruhi kode berada di dalam tanda kurung setelah kondisi yang tertulis. [17]

(54)

6. Tujuan Penggunaan ICD

Bertujuan untuk memudahkan pencatatan data mortalitas dan morbiditas, serta analisis, interpretasi, dan pembandingan sistematis data tersebut antara berbagai wilayah dan jangka waktu.

ICD dipakai untuk mengubah diagnosis penyakit dan masalah kesehatan lain menjadi kode alfa-numerik, sehingga penyimpanan, pengambilan, dan analisis data dapat dilakukan dengan mudah. [17] 7. Pedoman Penggunaan ICD

Pedoman sederhana dalam menggunakan ICD untuk menentukan kode diagnosis atau masalah terkait kesehatan yaitu sebagai berikut.

a. Tentukan jenis kondisi, lalu rujuk ke section yang sesuai pada indeks alfabet.

b. Tentukan lokasi „lead term.‟

c. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat dibawah „lead term.‟

d. Baca semua term yang berindentasi di bawah „lead term.‟

e. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang „see‟ dan „see also‟ di dalam indeks.

f. Kembali kedaftar tabulasi (volume I) untuk memastikan nomor kode yang dipilih.

g. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode, judul bab, blok, dan kategori.

(55)

E. ICD Spesialis Oncology

1. Adaptasi Spesialis Neoplasma

Edisi kedua International Classification of Diseases for Oncology (ICD-O), diterbitkan oleh WHO tahun 1990, dimaksudkan untuk penggunaan di tempat pencatatan kanker, bagian patologi, dan bagian lain yang mengkhususkan diri pada kanker. ICD-O merupakan klasifikasi beraksis kembar dengan sistem pengkodean untuk topografi dan morfologi. Kode topografi menggunakan untuk hampir semua neoplasma, kategori-kategori 3- dan 4-karakter yang digunakan pada ICD-10 untuk neoplasma ganas (C00-C80). Jadi kode ICD-O memberikan kespesifikan yang lebih besar mengenai situs neoplama tidak-ganas dibandingkan dengan ICD-10.

Kode morfologi terdiri dari 5 digit diawali “M”, empat digit pertama mengidentifikasikan sifat neoplasma (struktur dan jenis jaringan), sedangkan digit ke lima menunjukkan perilaku neoplasma tersebut (ganas, in situ, jinak, dll). Kode morfologi ICD-O juga terdapat pada volume 1 ICD-10 dan ditambahkan pada entry yang sesuai pada volume 3. Tabel-tabel tersedia untuk perubahan kode ICD-O edisi kedua ke ICD-10.

2. Blok Kategori Neopalsma

Bab-bab dibagi atas bok-blok kategori 3-karakter yang homogen. Pada Bab II, sumbu pertama adalah sifat neoplasma, dan sumbu kedua berdasarkan tempat anatomisnya.

C00-C97 Malignant neoplasms

(56)

D10-D36 Benign neoplasms

D37-D48 Neoplasms of uncertain or unknown behavior[17]

F. Neoplasma

1. Pengertian Neoplasma

Neoplasia didefinisikan sebagai perkembangan massa jaringan abnormal yang tidak responsif terhadap mekanisme kontrol pertumbuhan normal. Neoplasma adalah suatu kelompok atau rumpun sel neoplastic. Istilah ini biasanya sinonim dengan tumor. Istilah neplasma benigna mengacu pada sel-sel neoplastic yang tidak menginvasi jaringan sekitar dan tidak bermetastasis. Metastasis didefinisikan sebagai kemampuan sel kanker untuk menyusup dan membangun pertumbuhan pada area tubuh lain yang jauh dari asalnya. Istilah neoplasma maligna mengacu pada sel-sel neoplastic

yang tumbuh dengan menginvasi jaringan sekitar dan mempunyai kemampuan untuk bermetastasis pada jaringan reseptif. Semua neoplasma maligna diklasifikasikan sebagai kanker dan kemudian digambarkan sesuai dengan asal jaringannya. Suatu tumor bisa benigna atau maligna.[18]

2. Perangai Neoplasma

Ketika mengkode neoplasma sangat penting menggunakan volume 1 dan 3 bersama-sama untuk mengidentifikasi pemilihan kode yang benar. Tiga hal yang harus dipertimbangkan ketika menentukan kode neoplasma adalah :

(57)

1. Lokasi tumor (menunjukkan lokasi sel tumor berada, terindeks pada C00-D48 )

2. Sifat tumor (dikenal sebagai tipe morfologi dan histologi, menunjukkan struktur dan jenis sel atau jaringan di bawah mikroskop contoh sel squamosa)

3. Perilaku tumor (/0  jinak, /1  tidak jelas, /2 in situ, /3  ganas primer, /6  ganas sekunder, /9 malignant, tidak jelas apakah primer atau metastatic)

Perilaku mungkin dikode menggunakan kode morfologi. Keterangan mengenai hal ini ditunjukkan dibawah ini :

D10-D36 /0 neoplasma jinak / benign

D37-D48 /1 neoplasma yang sifatnya tidak jelas dan tidak diketahui perilakunya/ uncertain / unknown behavior, borderline malignancy, low malignant potensial

D00-D07 /2 neoplasma in situ, intraepithelial, nonilfiltrating, noninvasive

C00-C75 /3 neoplasma ganas dinyatakan atau diduga menjadi lesi primer / malignant, primary site

C76-C80 /6 neoplasma ganas, dinyatakan atau diduga menjadi lesi sekunder./ malignant, metastatic site, secondary site

Morfologi menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop. Jaringan asal dan tipe sel neoplasma ganas seringkali menentukan perkiraan kecepatan pertumbuhan, keganasan dan jenis pengobatan yang diberikan.

(58)

Morfologi digambarkan dengan sIstem pengkodean tambahan yang dijumpai pada ICD-10.

Perilaku mengidentifikasi bagaimana tumor akan berkembang, yaitu ganas (primer atau sekunder), in situ, tidak jelas, atau jinak. Perilaku terdapat pada digit terakhir dari kode morfologi. Kadang-kadang indeks ICD-10 mengindikasikan perilaku dari neoplasma tetapi, pada pengkodean jinak klinisi mengesampingkan perilaku tumor yang diperkirakan maka pada kasus itu, kodelah sesuai dokumen yang dibuat klinisi. Contoh : Adenoma biasanya jinak, jika pada dokumen ditulis ganas, kodelah kasus itu sebagai adenoma ganas. Kode perilaku dirubah dari /0 menjadi /3 yang menunjukkan ganas primer.

Tabel neoplasma dimasukan pada volume 3 dan termasuk kode pada Bab II untuk letak tumor secara anatomi. Untuk setiap lokasi, ada 5 kemungkinan nomer kode menurut perilaku tumor. Jika diagnosis yang dikode tidak menggambarkan perilaku tumor, anda harus memperhatikan deskripsi morfologi pada indeks untuk panduan bagaimana tumor seharusnya dikode. Ingin memakai kode untuk tumor ganas primer atau tumor ganas sekunder, tergantung pada diagnosis.[7]

3. Langkah Pengkodean Neoplasma

Langkah menentukan kode lokasi dan morfologi neoplasma yang tepat :

a. Carilah istilah kunci di Indeks Alphabet. b. Tentukan kode morfologi yang diberikan.

(59)

c. Periksa kode morfologi pada Tabel Morfologi Neoplasma di Volume 1.

d. Carilah pada Tabel Morfologi Neoplasma di Volume 3. Gunakan daftar alphabet dari lokasi anatomis untuk mendapatkan entri lokasi.

e. Temukan kode pada kolom tumor sesuai perangai.

f. Periksa ulang pilihan kode pada Volume 1 dari ICD-10. Cek apakah terdapat catatan-catatan eksklusi yang relevan.

(60)

G. Kerangka Teori

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Lawrence W Green & M W Kreuter, 1991 dan S Notoatmodjo, 2003 Praktek penentuan kode neoplasma dengan ICD-10 Faktor Pengetahuan : 1. Umur 2. Pendidikan

3. Paparan media massa 4. Sosial ekonomi 5. Pendapatan 6. Hubungan sosial 7. Pengalaman Faktor Sikap : 1. Pengalaman pribadi

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

3. Kebudayaan 4. Media massa

5. Lembaga pendidikan & agama 6. Faktor emosional Faktor Pemudah : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Pendidikan 4. Kepercayaan 5. Keyakinan 6. Nilai-nilai Faktor Penguat : 1. Atasan 2. Keluarga 3. Rekan 4. Tenaga kesehatan Faktor Pemungkin : 1. Lingkungan

2. Keterjangkauan sumber daya 3. Ketersediaan sarana-prasarana 4. Kebijakan pemerintah

(61)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik, pengetahuan, dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 dengan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus.

C. Variabel Penelitian

1. Karakteristik tenaga rekam medis

2. Pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Karakteristik Tenaga Rekam Medis : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Lama Kerja 4. Pendidikan Terakhir 5. Pelatihan Pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10

Sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10

Gambar

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep
Tabel 3.1 : Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan persepsi pribadi, setelah semuanya dipelajari maka ia akan dapat menyimpulkan pandangan-pandangan mana yang bertahan atau yang paling populer, sehingga pendapat yang dominan

[r]

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengembangan objek wisata Pulau Merah memberikan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Sumberagung yang

 Filter fisiologis, menunjuk pada kondisi dimana perhatian kita hanya tertuju pada hal-hal yang menarik. Penglihatan hanya tertuju pada objek yang

[r]

 Seorang perempuan usia lima puluh tahunan menyemir rambutnya warna pirang, dan merias wajahnya dengan dandanan yang berlebihan, maka persepsi akan tergiring kepada berbagai

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan objek wisata Pulau Merah memberikan: (1) dampak langsung terhadap kegiatan ekonomi yang

[r]