• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

HASIL PENELITIAN

E. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai

Kaidah ICD-10

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia.[13] Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya ; umur, pendidikan, paparan medis massa, sosial

ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman.[11] Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes / kuesioner tentang objek pengetahuan yang hendak diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 sedangkan salah diberi nilai 0.[11] Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya berupa persentasi dengan rumus : P = ×100%.[14] Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penilain pengetahuan yang sama dengan teori, hanya saja intepretasi dilakukan dengan menghitung total skor pengetahuan selanjutnya dilakukan rata-rata total skor kemudian dikategorikan menjadi baik (diatas rata-rata) dan kurang baik (dibawah rata-rata).

Berdasarkan hasil kuesioner dan prosentase jawaban tentang pengetahuan yang tergolong benar mengenai kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo tahun 2016 diketahui, dari 40 hal pertanyaan pengetahuan terdapat 29 (72,5%) hal diketahui dengan baik mayoritas responden, yaitu mengenai kepanjangan ICD-10, arti istilah

leadterm, penggunaan buku kamus bahasa inggris dan kamus kedokteran

dalam membantu menentukan kode penyakit, langkah-langkah menentukan kode penyakit, pengertian neoplasma, perlunya memperhatikan lokasi dan sifat tumor dalam menentukan kode neoplasma, pemeriksaan penunjang yang diperhatikan sebelum menentukan kode neoplasma, pengertian morfologi, simbol kode morfologi, arti digit terakhir pada kode morfologi, macam-macam perangai neoplasma pada ICD-10, arti istilah metastatic, dan langkah-langkah dalam menentukan kode neoplasma kecuali pada langkah

terakhir yaitu melakukan koreksi dan meneliti adanya karakter ke-4 dan ke-5 di ICD-10 volume 1. Dikarenakan responden masih melakukan atau menjumpainya didunia kerja, pernah mendapatkan pembelajaran maupun pelatihan dan masih diketahui hingga sekarang.

Terdapat 11 (27,5%) hal yang kurang diketahui mayoritas responden, terdiri dari 5 (12,5%) hal tidak begitu dominan salah dan 6 (15%) sangat dominan salah. Hal yang tidak begitu dominan salah yaitu, sebanyak 20% responden tidak mengetahui tentang arti istilah excludes, penggunaan buku ICD-10 dalam menentukan kode penyakit, perlunya memperhatikan perangai dalam mengkode neoplasma, jumlah digit kode morfologi, dan langkah terakhir dalam menentukan kode yaitu melakukan koreksi dan meneliti adanya karakter ke-4 dan ke-5 di ICD-10 volume 1. Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo memiliki pengetahuan tergolong kurang baik mengenai hal-hal tersebut. Dikarenakan responden jarang melakukannya didunia kerja, pelaksanaan penetapan kode neoplasma dilapangan sepenuhnya sesuai kaidah ICD-10, jarang mendapati kasus tersebut, lupa akan pembelajaran yang pernah didapatkan selama perkuliahan, dari 7 responden yang mengikuti pelatihan koding hanya 3 yang mengikuti pelatihan kode neoplasma, alat bantu yang digunakan responden dalam menetapkan kode penyakit dan tindakan di RSUD Tugurejo menggunakan ICD elektronik dan PDF sehingga responden tidak terlalu memperhatikan isi dari buku tersebut dan kurang sadar kaidah yang diberlakukan di buku ICD khususnya mengenai langkah-langkah menetapkan kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10, serta belum adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penetapan kode morfologi pada

neoplasma. Sehingga dapat berdampak pada ketidakakuratan kode penyakit kasus neoplasma yang ditetapkan, selain itu jika hal ini berkelanjutan dapat mengurangi kualitas SDM.

Sedangkan 6 (15%) dominan salah yaitu, mengenai tidak dapat membedakan antara buku yang digunakan untuk menentukan kode penyakit dengan yang untuk kode tindakan (80% responden), bab dalam ICD-10 yang berisi tentang neoplasma (70% responden), digit kode morfologi yang menunjukkan sifat neoplasma (90% responden), arti istilah overlapping (60% responden), arti digit perangai kode morfologi neoplasma (50% responden), dan rentang blok yang menunjukkan sifat neoplasms of uncertain or

unknown behavior (70% responden). Hal ini menunjukkan mayoritas tenaga

rekam medis di RSUD Tugurejo memiliki pengetahuan tergolong tidak baik mengenai hal-hal tersebut. Dikarenakan responden jarang melakukannya didunia kerja, pelaksanaan penetapan kode neoplasma dilapangan belum sepenuhnya sesuai kaidah ICD-10, jarang mendapati kasus tersebut, lupa akan pembelajaran yang pernah didapatkan selama perkuliahan, dari 7 responden yang mengikuti pelatihan koding hanya 3 yang mengikuti pelatihan kode neoplasma, alat bantu yang digunakan responden dalam menetapkan kode penyakit dan tindakan di RSUD Tugurejo menggunakan ICD elektronik dan PDF sehingga responden tidak terlalu memperhatikan isi dari buku tersebut dan kurang sadar kaidah yang diberlakukan di buku ICD khususnya mengenai langkah-langkah menetapkan kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10, serta belum adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penetapan kode morfologi pada neoplasma. Sehingga tenaga rekam medis perlu diberikan pelatihan mengenai ICD dasar, istilah-istilah dalam

ICD-10, buku yang digunakan untuk membantu menentukan kode penyakit, langkah-langkah yang benar dalam menentukan kode penyakit, bab dalam ICD-10, hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan kode neoplasma, kode morfologi, bagian dan arti dari digit kode morfologi, macam perangai neoplasma, istilah overlapping, langkah-langkah yang benar dalam menentukan kode neoplasma, arti perangai, dan rentang blok neoplasma. Sehingga dampaknya kemungkinan besar angka ketidakakuratan kode yang ditetapkan tinggi dan hal ini berakibat fatal jika tidak segera diambil langkah solusi yang tepat karena dapat merugikan institusi baik dari segi finansial maupun kualitas.

Skor pengetahuan jawaban benar masing-masing responden diketahui, dari 10 responden 70% responden memiliki pengetahuan di atas rata-rata sedangkan 30% dibawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo tahun 2016 memiliki pengetahuan tergolong baik mengenai kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. Dikarenakan hanya sebagian tenaga rekam medis yang mengikuti pelatihan koding neoplasma, tidak semua tenaga rekam medisnya pernah ditempatkan dibagian koding, bagi tenaga koder pelaksanaan penetapan kode neoplasma dilapangan saat ini belum sepenuhnya sesuai kaidah ICD-10, sebagian besar mengatakan mengalami kesulitan dalam menjawab soal pada kuesioner pengetahuan, responden selain tenaga koder mengeluhkan sudah lupa materi mengenai koding neoplasma karena sudah tidak pernah dipelajari lagi, serta tidak adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penetapan kode morfologi pada neoplasma. Sehingga berdampak pada kualitas SDM maupun hasil kerjanya yang kurang.

1. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Umur

Semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknis, dan tingkat kedewasaan psikologisnya yang menunjukkan kematangan jiwa, dalam arti semakin bijaksana mampu berfikir secara rasional, mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain, yang berarti dapat meningkatkan kinerja seseorang.[31]

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui rentang umur responden terdiri dari; 24 - 26 tahun dengan rata-rata pengetahuan 33,3, rentang umur 31-34 tahun dengan rata-rata pengetahuan 34, dan rentang umur 35 - 37 tahun dengan rata-rata pengetahuan 34. Hal ini menunjukkan berdasarkan umur responden di RSUD Tugurejo tahun 2016 dengan rentang umur 31 - 37 tahun memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD0-10 lebih baik dibanding responden rentang umur lainnya. Diperkirakan tenaga rekam medis pada umur 31 - 37 tahun memiliki pemikiran yang lebih matang, bijaksana, lebih terkendali emosinya, dan mampu bertoleransi dengan baik sehingga memliki kemampuan berfikir yang lebih baik pula tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10.

2. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Jenis Kelamin

Tidak ada perbedaan produktifitas kerja antara tenaga laki-laki dan perempuan.[32] Namun secara psikologis perempuan lebih bersedia untuk mematuhi wewenang sementara laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada perempuan dalam memiliki harapan untuk sukses.[33]

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui responden terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki rata-rata pengetahuan lebih tinggi dibanding perempuan. Hal ini menunjukkan berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki di RSUD Tugurejo tahun 2016 memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding perempuan. Diperkirakan tenaga rekam medis laki-laki di RSUD Tugurejo memiliki harapan sukses yang lebih tinggi daripada perempuan. Namun jenis kelamin tidak bisa sebagai faktor tingkat pengetahuan, akan tetapi karena jumlah tenaga rekam medis dominan perempuan, maka perlu diperhatikan formasinya.

3. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Lama Kerja

Makin lama pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil petugas tersebut. Biasanya seseorang sudah masa kerja pada bidang tugasnya makin mudah ia memahami tugas dan tanggungjawabnya, sehingga memberi peluang orang tersebut untuk meningkatkan prestasi serta beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada.[28]

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui rentang lama kerja responden antara lain ; 2 - 4 tahun memiliki rata-rata pengetahuan 34, 5 - 7 tahun dengan rata-rata pengetahuan 35, 8 - 10 tahun dengan rata-rata pengetahuan 36, dan 11-13 tahun dengan rata-rata pengetahuan 30,5. Hal ini menunjukkan berdasarkan lama kerja responden di RSUD Tugurejo tahun 2016 rentang lama kerja 8 - 10 tahun memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 paling baik dibanding rentang lama kerja lainnya. Diperkirakan pada rentang lama kerja 8 - 10 tahun seorang tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo sudah

sangat mapan masa kerja sehingga mendapati lebih banyak pengalaman terutama dibagian koding indeksing, lebih banyak mendapati atau mengulangi aktifitas pemberian kode neoplasma, dan lebih banyak menerima materi tentang kode neoplasma, makin mudah dan memahami tugas dan tanggungjawabnya, sehingga lebih terampil dalam mengkode neoplasma dengan benar dan kinerjanya lebih berkualitas.

4. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin besar untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Demikian pula tingkat pendidikan tenaga rekam medis dapat mempengaruhi kinerja yang bersangkutan. Tenaga rekam medis yang berpendidikan tinggi, kinerjanya akan lebih baik dan diharapkan dapat memberi sumbangsihnya berupa saran-saran yang bermanfaat terhadap manajemen rekam medis dalam rangka meningkatkan kinerja perekam medis.[34]

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui pendidikan terakhir responden D3 RMIK dengan rata-rata pengetahuan 33,4, dan D3 RMIK melanjutkan S1 KesMas dengan rata-rata pengetahuan 35,5. Hal ini menunjukkan berdasarkan pendidikan responden di RSUD Tugurejo tahun 2016 yang berpendidikan D3 RMIK melanjutkan S1 KesMas memiliki pengetahuan lebih baik dibanding yang hanya berpendidikan D3 RMIK. Diperkirakan pendidikan terakhir D3 RMIK melanjutkan S1 KesMas memperoleh kesempatan menerima pembelajaran materi lebih banyak dan lebih sering mempelajari materi-materi yang pernah didapat, memiliki semangat berpengetahuan yang lebih tinggi, sehingga

diharapkan lulusan pendidikan terakhir S1 KesMas dapat memberi sumbangsih yang bermanfaat demi meningkatkan kualitas kerja perekam medis yang lain, dan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi diperlukan tenaga rekam medis pendidikan terakhir D3 RMIK untuk menunjang kualitas kinerjanya.

5. Pengetahuan Tenaga Rekam Medis berdasarkan Pelatihan

Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.[35] Berdasarkan hasil pengamatan yang mengikuti pelatihan memiliki rata-rata pengetahuan 34,5 sedangkan yang tidak mengikuti pelatihan memiliki rata-rata pengetahuan 32. Hal ini menunjukkan berdasarkan pelatihan responden di RSUD Tugrejo tahun 2016 yang mengikuti pelatihan memiliki pengetahuan tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 lebih baik dibanding yang tidak mengikuti pelatihan. Dikarenakan tenaga rekam medis yang mengikuti pelatihan lebih banyak memperoleh materi dan pembelajaran tentang kode neoplasma. Oleh karena itu pelatihan koding sangat penting bagi tenaga rekam medis untuk meningkatkan kualitas diri dan institusi.