• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hatta dalam Pergerakan kebangsaan Indonesia

Dalam dokumen T2 752011042 BAB III (Halaman 51-61)

B.1 Pembentukkan Pemikiran Hatta

B.1.3 Hatta dalam Pergerakan kebangsaan Indonesia

Pada tahun 1926, Hatta belajar di Handels Hooge School (Sekolah Tinggi Ekonomi)

Rotterdam. Semenjak tiba di negeri Belanda, Hatta sudah masuk menjadi anggota Indische

Vereniging yang didirikan sekitar enam bulan setelah berdirinya Boedi oetomo (1908). Pada

tahun 1917, tokoh-tokoh dari Indische Vereniging dan dari organisasi-organisasi mahasiswa

Belanda dan Tionghoa, bertemu untuk bersama-sama mempertimbangkan kemungkinan mendirikan suatu perhimpunan umum yang meliputi semua mahasiswa yang mempersiapkan diri

mereka untuk bidang-bidang kegiatan di Hindia-Belanda nanti. Dengan demikian “Liga

Indonesia” terbentuk. Ini merupakan bentuk kerjasama nyata antara orang-orang Belanda dan orang-orang Indonesia di dalam satu liga. Namun, suatu konflik yang tajam terjadi. Penumpahan pendapat-pendapat yang panas dari kedua belah pihak tidak dapat dihindarkan pada kongres pertama liga Indonesia di Wageningen. Begitu pula pada kongres yang kedua di Den Haag dan kongres ketiga pada tahun 1919. Kekecewaan dengan hasil kerjasama yang negatif, memberikan

perasaan percaya diri yang meningkat di dalam Indische Vereniging. Pada tahun 1922, nama

Indische Vereniging diganti menjadi Indonesische Vereniging. Nama baru ini dapat dikatakan

merupakan bentuk politisasi yang ditujukan untuk ibu pertiwi. Pada tahun 1923, Indonesische

Vereniging dengan tegas memutuskan mengundurkan diri dari liga Indonesia. tidak lama

kemudian liga ini pun dibubarkan.111

Pada tahun 1922, terjadi peristiwa yang menggeparkan Eropa. Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang sedang runtuh, memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa yang visoner itu menjadi perhatian khusus bagi Hatta. Ia lalu menulis

111Moh.Hatta, Berpartisipasi Dalam Perjuangan Kemerdekaan Nasional Indonesia, (Jakarta: Yayasan IDAYU, 1976), 8-9.

Gerald J. Tampi 752011042 | 81

serial tulisan untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak

pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta. Pada

tanggal 8 Februari 1925, Indonesische Vereniging berganti nama menjadi Perhimpunan

Indonesia. tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Persatuan Indonesia sangat dipengaruhi oleh gerakan Sinn Fein yang pada tahun 1920-an membebaskan Irlandia dari penjajahan Inggris serta gerakan nasional India. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh aktivis PI di Belanda maupun di luar negeri, diantaranya ikut serta dalam kongres Liga Demokrasi Perdamaian Internasional tahun 1926 di Paris. Dalam Kongres tersebut, Hatta dengan tegas

menyatakan tuntutan akan kemerdekaan Indonesia.112 17 Januari 1926, Hatta terpilih menjadi

ketua Perhimpunan Indonesia. pada kesempatan tersebut, Hatta menyampaikan pidato yang berjudul “Struktur Ekonomi Dunia dan Konflik Kekuatan”, dalam pidatonya tersebut, Hatta membuat analisa ilmiah dari struktur ekonomi dunia yang dilandaskan pada kebijaksanaan non-

kooperatif.113 Hatta mengutip teori Hegel yang diangkat oleh Marx, bahwa keberadaan konflik

merupakan syarat pertama untuk perkembangan. Pemikiran Hatta akan hal ini, kemungkinan besar dipengaruhi oleh adat Minangkabau yang menganggap konflik dapat menghasilkan kemajuan, dan dalam pandangan Minangkabau, sejarah bergerak kearah pencapaian keselarasan antara pribadi dan masyarakat. Hatta menekankan bahwa penyebab utama konflik di masyarakat Indonesia adalah situasi rasial kolonial, antithesis antara penguasa dan yang dikuasai, antara ras kulit putih dan kulit berwarna. Dengan memberi ungkapan bagi semangat revolusi yang kini

semakin mengeras dalam gerakan nasionalis, Hatta secara agresif menyatakan “tidak aka nada

kemerdekaan tanpa kekerasan, karena kepentingan penguasa jajahan ialah bertahan dengan segala macam cara”. Dengan menolak berbagai teori barat tentang penyebab kolonialisme, Hatta

112Salman Alfarizi, Hatta, Biografi Singkat 1902-1980, 68.

Gerald J. Tampi 752011042 | 82 mempertahankan pendapat bahwa ketakutan akan kompetisi serta keinginan untuk membangun monopoli atas sumberdaya merupakan motif yang sesungguhnya. Ia menekankan bahwa kolonialisme bukanlah hubungan yang paling sepele dengan konsep pokok mengenai hak dan bahwa kolonialisme tak lain adalah perampasan hak kekuasaan yang dengan tersamar disebut hak, yang dipraktekkan oleh bangsa yang telah mendapatkan kekuasaan dan keinginan atasnya. Karena perjanjian Eropa mendukung hegemoni atas ras berwarna, maka dengan tenaga sendiri

negeri jajahan harus membangun hak atas keberadaan nasional.114

Aksi-aksi yang dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia, menyebabkan Hatta dkk, dituduh melakukan pemberontakan terhadap Belanda. Karena dituduh menghasut untuk pemberontakan terhadap Belanda, pada 1927 Tokoh-tokoh PI seperti Hatta, Nasir Pamuntjak, Abdul Majid

Djojonegoro dan Ali Sastroamidjojo ditangkap dan diadili.115 Sehari setelah penangkapan, Hatta

menerima dua tamu yang tak terduga dari partai Buruh Sosialis Belanda Dr. J.E.W. Duys dan rekannya Mr. Mobach. Duys adalah anggota parlemen Belanda dan juga seorang pengacara. Keduanya menawarkan untuk membela mahasiswa supaya bebas dari dakwaan tersebut, dengan menjelaskan bahwa mereka yakin, tindakan polisi terhadap mereka adalaj tindakan tidak adik dan tidak sah. Kaum sosialis Belanda menaruh perhatian kepada para mahasiswa Indonesia dan Hatta, karena ketidakpuasannya yang semakin meningkat terhadap komintern, mulai memandang partai tersebut dengan sikap yang lebih hangat. Sebelumya keraguan kaum sosialis Belanda untuk mendukung kemerdekaan penuh, dukungan kuat mereka kepada asosiasi yang berkelanjutan, selalu menjadi batu perintang. Kaum sosialis Belanda tak diragukan lagi menyadari perubahan sikap Hatta terhadap Moskow dan ingin meningkatkannya. Namun, Hatta ragu-ragu untuk menyerahkan pembelaannya sepenuhnya kepada mereka. Ia harus mengajukan

114Mavis Rose, Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad Hatta , 45. 115Salman Alfarizi, Hatta, Biografi Singkat 1902-1980, 68.

Gerald J. Tampi 752011042 | 83 sisi Indonesia dari perjuangan kemerdekaan. Sebagai seorang propagandis, ia merasa perlu mengambil keuntungan dari minat publik yang ditimbulkan oleh kasus tersebut dalam rangka menjelaskan betapa besar kerusakan, baik material maupun spiritual dari sistem kolonial yang

dilakukan kepada Indonesia.116 Sebuah isu yang terus-menerus dipertanyakan kepada Hatta

adalah apakah ia menghasut rakyat supaya bertindak dengan kekerasan di dalam pidato-pidato dan tulisan-tulisannya. Hatta memperjelas bahwa pada prinsipnya ia secara pribadi menentang kekerasan, dengan menyatakan

Saya menolak dalam istilah yang paling mungkin untuk menyatakan bahwa saya pernah menyarankan kekerasan. Keyakinan saya ialah bahwa kemerdekaan rakyat tidak akan pernah diperoleh melalui kekerasan karena saran semacam itu hanya

mempertajam situasi dan kalau perlu menyebabkan kehancurannya sendiri.117

Namun Hatta menyatakan dalam tulisan-tulisan dan pidato-pidatonya, ia menganggap bahwa kekerasan hampir tak terhindarkan jika penguasa kolonial tidak melepaskan koloni akan hak penentuan nasib sendiri. Setelah tiga bulan interogasi, Hatta menyerahkan sebuah penjelasan akhir tanggal 1 Desember 1927, di mana ia menyarikan apa yang sudah ia usahakan untuk menyampaikan kepada para interogatornya. Hatta menekankan bahwa Perhimpunan Indonesia tidak memandang komunis Indonesia dengan cara yang sama seperti orang Eropa memandang

mereka, tetapi lebih sebagai “kaum nasionalis yang tersamar” yang bersekutu dengan kaum

komunis untuk memperoleh dukungan internasional di dalam perjuangan mereka. Dengan menunjukkan suatu persepsi tajam tentang perkembangan sejarah masa depan kawasan Asia Tenggara, Hatta meramalkan bahwa karena situasi ekonomi geograsfis Indonesia, kekuasaan imperialisme Barat tidak akan pernah mentoleransi adanya suatu Indonesia yang komunis. Sehingga tidaklah mengutungkan bagi Indonesia bertujuan mendirikan sebuah Negara komunis.

116Mavis Rose, Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad Hatta, 65. 117Ibid.,66.

Gerald J. Tampi 752011042 | 84 Hatta membela aspek kemanusiaan dari kegiatan-kegiatan PI. Perhimpunan Indonesia menunjukkan kemiskinan yang mendalam dan proletarianisasi massa Indonesia di bawah kekuasaan Belanda, Hatta menyatakan, dan sekaligus menarik perhatian opini publik Barat terhadap gerakan kemerdekaan nasional Indonesia. penangkapan keempat mahasiswa PI menarik perhatian baik dari Belanda maupun gerakan nasionalis di Hindia. Rapat-rapat protes diselenggarakan oleh kelompok-kelompok nasionalis, termasuk Budi Utomo yang konservatif. Kelompok-kelompok politik dan surat kabar melancarkan imbauan untuk menggalang dana guna mendukung mahasiswa Indonesia yang ditangkap di Belanda dan membayar biaya apapun yang

berkaitan dengan pembelaan mereka.118

Kasus keempat Mahasiswa Indonesia ini, mulai disidangkan di pengadilan tinggi Den Haag pada tanggal 8 Maret 1928. Sidang berikutnya berlangsung pada tanggal 9 Maret 1928. Jaksa penuntut pertama-tama diberi kesempatan untuk menjawab pernyataan dari para pengacara Hatta dkk. Kemudian Mr. Duys saling berargumentasi dengan jaksa penuntut. Nona Weber tidak berbicara karena pembelaan Mr. Mobach dan Mr. Duys dianggap cukup. Setelah itu keempat mahasiswa diberikan kesempatan mengemukakan pembelaan. Sesudah keempat mahasiswa berbicara, ketua pengadilan memutuskan untuk menangguhkan kasus sampai pada tanggal 22 Maret 1928, dimana pengadilan akan mengumumkan keputusannya. Pada kesempatan tersebut, Mr. Duys berbicara dan meminta kepada pengadilan agar sementara menunggu keputusan tanggal 22 Maret 1928 keempat mahasiswa ditangguhkan penahanannya. Permintaan tersebut dikabulkan oleh hakim, pada saat itu juga Hatta, Nasir Pamuntjak, Abdul Majid Djojonegoro dan Ali Sastroamidjojo dibebaskan. Keputusan pengadilan pada tanggal 22 Maret 1928 menyatakan

Gerald J. Tampi 752011042 | 85 Hatta, Nasir Pamuntjak, Abdul Majid Djojonegoro dan Ali Sastroamidjojo bebas dari segala

tuntutan.119

Sesudah dibebaskan, Hatta mulai mendidik dan melatih kader-kader baru untuk menggantikannya sebagai ketua PI. Hatta telah menyampaikan kepada teman-teman yang lebih tua, bahwa ia akan meletakkan jabatan sebagai ketua Perhimpunan Indonesia pada akhir tahun 1929. Para calon yang diajukan oleh Hatta untuk menggantikannya secara berturut-turut adalah Abdullah Syukur, Roesbandi dan Sutan Sjahrir. Dari ketiga kader ini, Abdullah Syukur yang terpilih menjadi ketua menggantikan Hatta. Pada tahun 1930, terdapat 2 kejadian yang berpengaruh terhadap jabatan Hatta dalam Perhimpunan Indonesia. Yang pertama adalah tentang majalah komunis yang diterbitkan di Berlin yang melaporkan bahwa empat orang telah dipecat dari “Liga Menentang Imperialisme dan Untuk Kemerdekaan Nasional”. Dari empat orang

tersebut, dua adalah orang Barat yaitu Maxton dan Edo Fimmen, yang dituduh sebagai reformis

sosial. Sedangkan dua orang lainnya adalah Jawaharlal Nehru dan Mohammad Hatta, yang

dituduh sebagai reformis nasionalis. Dalam surat menyurat Hatta kepada Nehru, Hatta

menceritakan apa yang telah terjadi pada kongres kedua di Frankfrut, dimana Nehru sendiri tidak hadir dan diwakili oleh Sen Gupta. Nehru sependapat dengan Hatta bahwa karena sikap komunis, liga tersebut akan hancur dari dalam. Kejadian kedua datang dari Indonesia. Ir. Soekarno dan tiga orang temannya dari Partai Nasional Indonesia (PNI), ditahan oleh pemerintah Kolonial. Tidak ada protes keras yang diajukan oleh Persatuan Partai-Partai Nasionalis PPPKI. Hanyalah Partai Islam PSII yang mengadakan rapat umum untuk menentang tindakan kolonial tersebut. PNI sendiri tidak berbuat apa-apa. Pimpinan pusat yang dipimpin oleh Mr. Sartono sendiri bahkan mencoba untuk mengatur penggabungan-penggabungan PNI dengan Partai

Gerald J. Tampi 752011042 | 86 Kebangsaan Indonesia. ini merupakan suatu penggabungan antara golongan nasionalis yang menolak kerja-sama dengan penguasa kolonial dan golongan nasionalis lain yang menerima kerja-sama tersebut. Namun, kebijakan ini tidak diterima oelh sebagian besar cabang-cabang PNI

dan akhirnya usaha ini tidak pernah terlaksana.120

Setelah Ir. Soekarno dan ketiga kawannya dihukum penjara oleh pengadilan tinggi Bandung, PNI dibubarkan oleh pengurus besarnya atas anjuran Mr. Sartono. Sebagai gantinya mereka mendirikan Partai Indonesia. kejadian ini tidak disetujui oleh pemimpin-pemimpin golongan tengah seperti Soedjadi, Moerad, Kantaatmaka, Bondan, Soekarto, Teguh dan banyak lainnya. mereka menolak untuk ikut dengan Partai Indonesia dan membentuk dalam daerah masing-masing yang disebut Golongan Merdeka. Hatta membantu golongan ini dari jauh. Hatta memandang pembubaran PNI merupakan hal yang memalukan dan perbuatan itu melemahkan pergerakan rakyat. Hatta mengambil contoh India,

Tatkala Gandhi menyerukan kepada rakyat untuk bergerak ke pantai untuk membuat garam sebagai aksi menentang suatu peraturan Inggris, 56.000 rakyat ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara. Tetapi, gerakan rakyat ke pantai tersebut berjalan terus sehingga pemerintah kolonial terpaksa mencabut peraturan yang menjadi sebab oposisi yang hebat tersebut. Sedangkan di Indonesia, hanya empat orang pemimpin yang dipenjarakan, partai sudah dibubarkan, karena takut pemerintah kolonial yang akan membubarkannya. Pemimpin-pemimpin yang membubarkan PNI lupa bahwa dengan tindakan mereka tersebut, telah menunjukkan kelemahan mereka dan menyatakan bahwa mereka tidak bersedia berkorban. Padahal kemauan memberikan korban itulah yang dididik bertahun-

tahun oleh Perhimpunan Indonesia.121

Hatta membuat perjanjian dengan salah satu tokoh Golongan Merdeka yaitu Soedjadi untuk menerbitkan sebuah majalah yang terbit 10 hari sekali guna mendidik kader baru. Majalah

120Ibid.,22-23.

121Mulyawan Karim (ed), Untuk Negeriku: Berjuang dan Dibuang;Sebuah otobiografi Mohammad Hatta, ( Jakarta: P.T. Kompas Media Nusantara 2011), 6.

Gerald J. Tampi 752011042 | 87 tersebut diberi nama Dau’lat Ra’jat. Nama majalah ini merupakan sebuah peringatan atas bagaimana sikap golongan ini kepada rakyat. Majalah ini akan mempertahankan asas kerakyatan, yang sebenarnya dalam segala susunan yaitu dalam politik, dalam ekonomi dan dalam pergaulan sosial. Hatta menjelaskan rakyat harus diutamakan, karena rakyat umum mempunyai kedaulatan, dan kekuasaan. Serta rakyat merupakan jantung hati bangsa. Selain itu, Hatta juga menyatakan bahwa golongan-golongan terpelajar bisa ada jika ada rakyat dibelakangnya yang sadar dan

insyaf akan kedaulatan dirinya.122Pada tanggal 20 September 1931, edisi pertama Daulat Ra’jat

terbit di Batavia. Pada edisi pertama ini, memuat tentang pernyataan dari Klub Pendidikan Nasional Indonesia di Batavia, Malang, Surabaya dan Palembang. Mereka berpendapat bahwa pembubaran PNI telah menyebabkan sangat merosotnya semangat nasional dan terpecahnya kesatuan nasional yang dirintis oleh PNI. Klub-klub tersebut didirikan untuk menentang Partindo yang kepemimpinannya identik dengan mereka yang membubarkan PNI. Pada tanggal 25-27 Desember 1931, Golongan Kemerdekaan mengadakan konfrensi di Yogyakarta. Salah satu peserta konfrensi yaitu Sudjadi, mendesak agar golongan ini segera berubah menjadi sebuah partai yang nantinya akan menjadi partai tandingan terhadap Partindo dalam mengambil alih kepemimpinan gerakan nasional. Namun di waktu yang bersamaan, telegram dari Hatta tiba. Hatta menyarankan agar menunda pembentukan partai baru, namun tetap bertahan dalam bentuk klub Daulat Ra’jat. Setelah melalui rapat yang panjang, konfrensi akhirnya memutuskan untuk mendirikan sebuah badan yang disebut Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Untuk sementara, PNI Baru membatasi diri pada pendidikan pemimpin-pemimpin untuk gerakan nasional. Dari hal diatas, terlihat dengan jelas bahwa telegram Hatta sangat berpengaruh untuk menahan emosi anggota Golongan Kemerdekaan terhadap Partindo. Hal ini bukan semata-mata

Gerald J. Tampi 752011042 | 88 hanya kebetulan-belaka, namun Hatta sudah dapat membaca bahwa akan ada sebuah kekuatan besar yang berasal dari Golongan Kemerdekaan yang akan melawan Partindo. Untuk itu Hatta menyuruh Sjahrir untuk segera kembali ke tanah air dalam rangka mengambil alih kepemimpinan organisasi tersebut, hal ini dilakukan oleh Hatta, karena pada saat yang bersamaan Hatta tidak bisa kembali ke tanah air, karena ia harus menghadapi tahapan-tahapan

akhir dari studinya.123

Pada tanggal 9 November 1931 pengurus PI memutuskan Hatta dan Sjahrir harus dikeluarkan dari Perhimpunan Indonesia atas tuduhan bahwa mereka memecah belah gerakan nasionalis dengan mendukung golongan merdeka yang memisahkan diri. Keputusan tersebut melukiskan pengarahan komintern untuk membalikkan perjanjian Hatta-Semaun dengan jalan menempatkan PI di bawah kontrol ketat kaum komunis. Hatta sangat tidak senang meninggalkan PI dengan cara yang tidak hormat, yaitu disingkirkan oleh rekan-rekannya sesama mahasiswa karena berusaha membela rakyat dari sikap-sikap feodalistik mantan rekan-rekannya. Adalah sesuatu yang memalukan bagi Hatta melihat Perhimpunan Indonesia yang begitu berarti baginya,

menjadi organisasi yang tunduk kepada komitern.124 Hatta juga memberikan jawaban atas

tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada dirinya ia menyatakan bahwa PI telah keluar rel dari jalan radikal, keluar dari jalan semula yang membentuk pejuang-pejuang yang tahan uji,

membelok mengikuti jalan oportunistis dan mungkin telah menjadi alat komunis.125 Rasa sakit

Hatta akibat ia dikeluarkan dari PI, membuatnya tidak dapat memaafkan temannya asal Minangkabau yaitu Rustam Efendi yang mempelopori penyingkiran Hatta, serta Abdul Madjid teman seperjuangan yang telah bekerja sama dengan Hatta yang juga pernah mengalami

123John Ingleson, Jalan ke Pengasingan, ( Jakarta: LP3ES 1983), 170-173.

124

Mavis Rose, Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad Hatta, 94.

Gerald J. Tampi 752011042 | 89 penahanan bersama-sama. Sjahrir berusaha untuk memperbaiki rusaknya reputasi Hatta dengan menulis surat pembelaan pada Daulat Ra’jat. Ia mengingatkan sesama kaum nasionalis akan catatan pengabdian Hatta pada masa lalu bagi gerakan nasionalis. Sjahrir menyatakan bahwa kandungan Indonesia Merdeka telah berfungsi sebagai obor bagi PNI. Ia mempertahankan tindakan Hatta dalam menarik PI dari Liga Melawan Kolonialisme, dengan melukiskan kebijakan yang bodoh dan tindakan mereka terhadap Hatta adalah tindakan reaksioner. Dilain pihak, dewan redaksi Daulat Ra’jat yang dipimpin oleh Sudjadi juga mendukung Hatta. Pada

tanggal 20 November 1931 media ini memuat sebuah artikel berjudul “PI dan Hatta”, yang

menyatakan bahwa Mohammad Hatta menjadi korban dalam menjalankan tugas mengikuti dan

membela kebijakan rakyat umum.126

Pada tanggal 8 Desember 1932, Hatta menerima telegram dari J. De Kadt, Sekretaris onafhankelijke Socialistische Partj (Partai Sosialis Merdeka-OPS) yang meminta Hatta untuk menerima pencalonan oleh OPS sebagai anggota Parlemen di negeri Belanda dalam pemilihan yang akan datang. Hatta menjawab bahwa pada dasarnya ia tidak keberatan atas usul tersebut, namun Hatta akan mempertimbangkannya tawaran tersebut bila ia telah kembali ke Indonesia setelah melihat kondisi-kondisi terpenting dalam gerakan nasionalis. Hatta tidak mau terlalu terburu-buru mengambil keputusan sampai PNI Baru mempertimbangkan permasalahan tersebut. Pada tanggal 10 Desember, ketika Hatta melihat Sjahrir tidak setuju dengan hal tersebut, Hatta kemudian menelegram De Kadt menolak tawaran tersebut. Namun pada saat itu, kantor berita

Hindia-Belanda Aneta, memuat berita bahwa Hatta telah menerima tawaran dari OPS.

Mendengar berita tersebut, Partindo mulai menyerang Hatta terutama dari Sukarno dan Amir Sjarifuddin. Mereka menganggap Hatta telah meninggalkan prinsip non-kooperatif. Argumen-

Gerald J. Tampi 752011042 | 90 argumen yang dikemukakan oleh Hatta dan Sukarno memperlihatkan perbedaan pendapat mereka mengenai arti non-kooperatif. Bagi Hatta menerima suatu kursi dalam parlemen Belanda

atas dasar pemilihan sama sekali berbeda dengan menerima sebuah kursi dalam Volksraard baik

karena diangkat ataupun dipilih oleh sejumlah pemilih yang terbatas. Hatta menuduh Sukarno telah membelokkan arti non-kooperatif menjadi sebuah dogma, suatu agama-politik dari arti

aslinya sebagai alat untuk mencapai kemerdekaan.127

Permasalahan kesediaan Hatta menerima kursi di parlemen Belanda, telah membangkitkan kembali persoalan pada tahun 1926/1927 tentang konsep non-kooperasi. Hatta dengan tepat tidak melihat adanya inkonsistensi antara pendiriannya pada tahun 1932 dan tulisan-tulisannya pada tahun 1929-an, karena ia selalu melihat non-kooperasi sebagai alat menentang pemerintahan Hindia Belanda. Motif penawaran pencalonan Hatta oleh OSP

kemungkinan dikarenakan oleh OSP menginginkan seorang wakil dalam staten-generaal yang

menguasai langsung masalah-masalah negeri jajahan, dan yang dapat merebut perhatian pemerintah. Hatta mulanya memang tertarik bahwa ada satu suara nasionalis Indonesia dalam state-generaal. Namun ia kembali berpikir bahwa kehadirannya di Indonesia masih lebih penting.

Dalam dokumen T2 752011042 BAB III (Halaman 51-61)

Dokumen terkait