• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6. Kerangka Teori

1.6.1. Teori Diskursus Laclau dan Mouffe

1.6.1.6. Hegemony

Usaha-usaha hegemony begitu penting bagi Laclau dan Mouffe dalam teori diskursus mereka. Sebagaimana yang mereka contohkan dalam sebuah praktek politik, yang mana berkaitan dan berhubungan dengan perbedaan identitas-identitas dan perilaku politik ke dalam suatu bentuk keadaan yang umum dan menciptakan bentuk sosial yang baru dari suatu elemen-elemen kelompok yang ada. Gramsci mengemukakan suatu kritikan yang tajam terhadap konsep hegemoni. menolak pendekatan Lennin, konsep hegemoni menurut Gramsci tidak hanya menyangkut kelas dan keamanan perkerjaan dari suatu kelompok kelas antara kekuatan kelas yang nyata dan berbagai kepentingan tetapi kepentingan- kepentingan tersebut membatasi artikulasi dan berbagai kepentingan bersama dari perbedaan kelompok sosial dalam sejarah kelas baru.41

Untuk mengambarkan pengertian yang mendalam konsep Laclau dan Mouffe tentang hegemoni yang telah dikembangkan dalam tiga langkah. Di dalam tulisan mereka bahwa usaha-usaha hegemoni dilakukan oleh kelas-kelas sosial bawah (dasar), yang bertujuan untuk mengubah status dan bentuk produksi dengan berbagai kepentingan dan nilai-nilai mereka. Sebagai gantinya, unsur- unsur yang bergantung dan dapat diartikulasikan oleh persaiangan hegemoni,

41

yang mana usaha tersebut membantu mereka dengan maksud dan pengertian kelas. Laclau dan Mouffe membantah bahwa identitas-identitas semua ideologi dan agen sosial adalah suatu ketidaktentuan dan dapat dinegosiasikan. Sungguh, ini hanya karena ketidaktentuan dan keterbukaan dari semua hubungan sosial bahwa praktek-praktek artikulasi dan agen politik bersifat demikian. Ia juga menetapkan dua kondisi yang lebih spesifik pada praktek-praktek hegemoni yang berlangsung. Ini merupakan eksistensi dari gerakan-gerakan antagonis dan ketidakstabilan batasan-batasan politik yang membagi mereka. 42

Dalam model seperti ini, bila dibandingkan tujuan utama usaha hegemoni adalah untuk membangun dan menstabilkan sistem yang dimaksud atau bentuk- bentuk hegemoni. pada suatu tingkatan masyarakat, bentuk-bentuk ini diorganisir di diantara artikulasi dari titik simpul. Yang merupakan tongak dan mengorganisir kelompok sosial yang lain. Hak-hak istimewa yang mereka buat untuk memperbaiki maksud dari suatu tanda kelompok tertentu dan mendirikan suatu bentuk lembaga statis yang baru.

Dalam model ketiga dari tulisan Laclau dan Mouffe tentang hegemoni, bahwa saat ini unsur-unsur diskursus telah meluas pada kedua subjek dari bentuk hegemoni dan pada struktur-struktur sosial yang dipahami sebagai suatu yang tidak mungkin dari identitas-identitas yang mana selalu mensyaratkan suatu bagian luar (exterior) kedua lembaga tersebut mengancam keberadaannya. Suatu hal penting dalam mempercepat irama yang terputus merupakan suatu peran besar dari subjek politik, yang muncul dalam mengatur jarak ruang terbuka oleh pemutusan struktur-struktur dan siapa yang akan memutuskan dan menyusun

42

kembali struktur yang lain. Dalam hal ini, Laclau memperkenalkan konsep mitos dan imaginasi (rekayasa) sosial untuk mengungkapkan bentuk-bentuk identifikasi yang baru. Peran mereka, mitoss-mitos untuk mengungkapkan ruang-ruang baru yang menutupi kerusakannya. Sebaliknya, jika mitos sukses menutupi kerusakan sosial dan merumuskan suatu kepentingan-kepentingan sosial, mereka dirubah menjadi imaginasi-imaginasi. Laclau mengambarkan suatu imaginasi sosial yang kolektif seperti horizon (langit) dan batasan mutlak dari suatu dapat dimengerti oleh suatu struktur. Ia memberi contoh seperti orang Kristen Millenium, pencerahan dan konsepsi paham positivisme , suatu kemajuan sebagai contoh fenomena sosial ini.43

Kita sekarang harus melihat bagaimana perbedaan kategori teoritis yang menghubungkan untuk menghasilkan konsep dari hegemoni. dalam bidang yang umum kemunculan hegemoni merupakan sebagai praktek-praktek artikulasi, suatu aspek dimana unsur-unsur tidak dikristalkan ke dalam situasi/waktu. Dalam sistem tertutup dari hubungan identitas-identitas, yang mana arti dari masing- masing kondisi/waktu adalah mutlak ditetapkan. Tidak ada tempat apa pun untuk suatu praktek hegemoni. suatu sistem berhasil dari perbedaan-perbedaan, yang mencakup tanda yang berkembang, tidak akan membuat kemungkinan artikulasi; prinsip pengulangan akan mendominasi setiap praktek dalam sistem ini dan disana akan tidak ada hal yang hegemoni. ini karena hegemoni mengira tidak sesuai dan membuka karakter sosial, hal itu dapat berlangsung di dalam suatu aspek yang didominasi oleh praktek artikulasi.44

43

David Howarth, Ibid., hal. 111.

44

Kritikan realisme dan positivisme telah mengklaim pedekatan Laclau dan Mouffe yang idealis, tekstual dan relativisme (Josep;1982). Laclau dan Mouffe menolak suatu dunia extra-discursive (dunia luar) dari objek dan penyataan mereka bahwa semua objek saling ketergantungan dalam membangun. Namun mereka tidak menyangkal keberadaan dari suatu kenyataan diluar pemikiran. Ia mempertimbangkan kegagalan-kegagalan yang serius dengan mengusulkan materialisme radikal sebagai suatu alternatif konstruksi sosial pada idealisme dan realisme.45

Tujuan mereka adalah untuk menyatakan dengan pengertian semua objek dan tindakan-tindakan, untuk menunjukan bahwa semua ketergantungan sosial termasuk hubungan. Kritikan-krikan Nemerous telah menuduh bahwa teori diskursus dari relativisme memiliki kekurangan yang mendasar, dimana diskursus-diskursus atau paradigma-paradigma yang ditentang tanpa adanya acuan umum. Suatu kenyataan yang tidak berkesinambungan dan suatu objektifitas teoritis membentuk dasar yang tidak tergantikan dari semua rasional seperti komunikasi yang timbal balik diantara hal pokok yang berbeda. Dengan demikian, teori Laclau dan Mouffe membahayakan eksistensi fakta-fakta dan ia menanyakan secara retorika mengapa tidak ada yang realistis dari alam, keduanya baik manusia dan eksternalnya hanya bagian luar setiap diskursus, tetapi mereka semua syarat dengan material.46

Bagaimana mungkin untuk membuat hukuman di dalam dan antara kerangka persaingan. Untuk menyatakan istilah tersebut dengan terang-terangan adalah kesalahan hubungan dengan kerangka yang berbeda, dan semua kerangka

45

David Howarth, Ibid., hal. 113.

46

itu adalah sama. Beberapa ahli filsafat seperti Wittgenstein (1953), Heidegger (1962) dan Stanley Cavell (1969) mereka membantah bahwa mereka membagi beberapa criteria tentang arti dari objek dan tindakan-tindakan sebelum kita dapat membuat pengetahuan dan mengakui tentang hal itu. Dalam pengertian yang sederhana bahwa kesalahan-kesalahan ini bergantung pada bentuk standar yang disepakati dari kehidupan atau paradigma tertentu dimana kita menemukan diri kita sendiri. Kita harus memulai pada kesalahan antara yang berbeda dan bersaing dalam bentuk kehidupan. Dengan kata lain, karena diskursus-diskursus tidak pernah dapat menutupi tentang satu sama lain, identitas-identitas yang mereka sebut dalam hubungan dengan diskursus yang lain, bahwa ada selalu kemungkinan pertukaran dan komunikasi antara mereka.

Meskipun begitu, Laclau dan Mouffe mengakui bahwa tidak mungkin untuk memerintahkan suatu pandangan dengan objectif. Ini karena setiap kesalahan atau evaluasi mensyaratkan hal tersebut ditempatkan di dalam sistem dan nilai tertentu. Seharusnya yang ditekankan adalah bahwa tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa sebagian orang bisa lebih baik dari pada yang lain, atau yang lain dapat dan seharusnya meninjau kembali posisinya dipandang dari perspektif lain. Dari pandangan ini tidak dapat dibandingkan antara perbedaan diskursus dari kemungkinan yang menjadi sifatnya hanya dapat dipecahkan melalui tindakan-tindakan pendekatan atau perubahan.

Konsepsi Laclau dan Mouffe tentang masyarakat mengurangi realitas sosial dalam bahasa; bahwa ini kemunduran pemimpin dalam pemecahan masalah yang kompleks atau desentralisasi dari struktur sosial yang merupakan konsekuensi teori diskursus yang tidak mampu untuk menganalisis masalah sosial

dan institusi politik, pendekatan pemimpin kearah yang komplek atau subjektif, post-strukturalist menekankan pendekatan yang mengakibatkan pengurangan jumlah objek/agen pada struktur-struktur yang tidak berkaitan, dan tinjauan terhadap konsep ideologi oleh Laclau dan Mouffe mengurangi kritikan terhadap teori diskursus.47

Kategori dari diskursus tidak menyangkut suatu pembedaan ontologisme antara unsur-unsur bahasa dan non-bahasa dari kehidupan sosial maupun melakukan suatu perbedaan yang detail antara ide-ide dan kondisi material mereka. Bagaimana pun, kuncinya kita harus mendiskusikan seberapa jauh kita dapat menganalogikan secara luas antara bahasa dan masyarakat dalam konsep Laclau dan Mouffe. Dalam ontologi diskursus mereka tentang masyarakat dan politik dibangun atas logika-logika dari kemungkinan dan kebutuhan, dan itu saling mempengaruhi mereka terus menerus membuat masyarakat yang mungkin dan tidak mungkin, dimana menghindari ketentuan dan mengurangi pendekatan Marxist dan Positivisme.48

Equivalence (kesetaraan) mereka buat antara masyarakat dan bahasa memungkin mereka mengambarkan atas keseluruhan yang berkaitan kesusasteraan dan figur-figur untuk menjelaskan suatu aspek sosial. Meskipun demikian, ada tiga hal yang dibutuhkan dari konsepsi Laclau danMouffe,

pertama; mereka cenderung kepada tekanan atas dimensi ontologi pada ontical,

konsep dan logika-logika berbahaya muncul terlalu formalistik, kedua; ada beberapa kemungkinan antara kedua tingkat analisa dalam tulisan mereka. Mereka tetap menekankan bahwa keterkaitan berbagia hal membentuk suatu masyarakat

47

David Howarth, Ibid., hal. 115.

48

bergantung pada gambaran batasan-batasan politik antara orang dalam dan orang luar. Sebagai alternatif langkah awal bahwa ada yang menentukan maupun memecahkan dan saling memperngaruhi kemungkinan antara logika-logika karena kebutuhan dan kemungkinan maskud membangun dari institusi-institusi seperti negara adalah produk tentang persaingan mencari pejuang-pejuang hegemoni untuk memaksakan proyek-proyek mereka di masyarakat.49

Laclau dan Mouffe menolak tradisi Marxist tentang konsep ideologi, dengan mengupas ideologi dimana tidak ada pertanyaan tentang dari mana sebenanya datangya ide-ide sosial itu ?, dengan kata lain, apa yang dilakukan teori diskursus adalah mengkritisi kekurangannya. Adakah suatu kekurangan normatif di dalam pendekatan Laclau dan Mouffe ?. Kondisi keterbukaan sosial dimana memberikan sesuatu hal utama yang tidak lengkap dan sulit dari setiap usaha untuk memperkenalkan dan melembagakan demokrasi radikal. Diskusi-diskusi kritis Laclau dan Mouffe tentang usaha untuk demokrasi radikal telah dipusatkan pada mereka yang dianggap relativism. Jika tidak ada alasan yang kuat untuk tergantung dan membenarkan dari setiap nilai dan kepercayaan, bagaimana mungkin mereka mengharapkan untuk menentang demokrasi radikal itu ?

Lebih lanjut, para praktisi teori diskursus tidak menyatakan tindakan yang bebas nilai atau investigasi objektif. Ini merupakan anggapan dasar dalam persfektif ahli teori diskursus adalah selalu diposisikan di dalam formasi yang tidak berkesinambungan dan dalam suatu tradisi yang spesifik. Dalam suatu persfektif post-foundational tidak mengakibatkan hal tertentu dari posisi-posisi etis dan poilitis. Meskipun demikian, itu dilakukan untuk mengeluarkan posisi

49

berdasarkan perkiraan. Sebagai contoh, penyataan dan pertimbangan yang berharga itu merupakan hasil dari praktek artikulasi ketimbang suatu hal yang diperlukan.50

Gagasan Laclau dan Mouffe ini juga sudah mulai terjadi dalam gerakan kemasyarakatan di Indonesia, seperti gerakan perempuan. Hal ini berkaitan dengan gagasan demokrasi yang lebih radikal, tetapi mengakui pluralitas gerakan. Seperti dikatakan Chantal Mouffe sebagaimana dikutip Melani Budianta (2003: 149):51

Democratic discourse questions all forms of inequality and subordination. This is why I propose to call those new social movement new democratic struggles’ because they are extensions of the democratic revolution to new forms of subordination. Democracy is our most subversive idea because it interrupt all exiting discourses and practices of subordination. (Diskursus demokratis mempertanyakan segala bentuk ketidaksetaraan dan subordinasi. Itu sebabnya, saya mengusulkan untuk menyebutkan gerakan-gerakan kemasyarakatan baru itu, “gerakan-gerakan demokratik baru” karena mereka merupakan kelanjutan dari revolusi demokratik ke bentuk-bentuk subordinasi baru. Demokrasi merupakan suatu bentuk gagasan yang sangat subversif, sebab ia menyela segala diskursus dan segala praktek subordinasi yang ada.)

50

David Howarth, Ibid., hal. 124.

51

A.Junus, George, Laclau dan Mouffe tentang Gerakan Sosial, dalamBudianta, Melani (2003). “The Blessed Tragedy: The Making of Women’s Activism during the Reformasi Years”, dalam Ariel Heryanto and Sumit K. Mandal (eds). Challenging Authoritarianism in Southeast

Menurut Laclau dan Mouffe bahwa kapitalisme telah merasuk kesegala lingkaran kehidupan, sehingga melahirkan antagonisme baru. Konsekuensinya adalah harus dilawan di berbagai front. Namun berbagai bentuk perjuangan demokratik itu, hanya dapat dianggap demokratik, apabila tidak hanya saling menghormati, tetapi juga saling berkerjasama, tanpa harus didominasi oleh satu gerakan. Seperti gerakan buruh dalam tradisi Marxis-Lenin.52

Menurut peneliti bahwa Teori Kemasyarakatan Baru atau Gerakan Sosial Baru (New Social Movement) dalam pendekatan pemikiran post-Marxist tidak mementingkan subjek yang lain dari suatu diskursus dan batasan politik. Karena teori kemasyarakatan baru Laclau tidak melihat variabel yang menciptakan diskursus-diskursus lain. Dalam konteks gerakan sosial, diskursus gerakan sosial baru Laclau dan Mouffe hanya melihat secara umum dari gerakan tersebut. Artinya, bagaimana kita bisa mengambarkan dan menganalisi gerakan sosial dan negara itu sendiri. Karena konsep pemikiran Laclau dan Mouffe ini mengajak masyarakat untuk berimajinasi dari yang tidak mengkin menjadi mungkin. Sehingga hal ini membuat kita tidak menemukan inti dari diskursus tersebut. Kelemahan teori gerakan sosial baru ini adalah tidak melihat subjek yang lain dari gerakan sosial itu sendiri dan hanya bersifat umum. Konsepsi mereka hanya mengurangi realitas sosial dan tidak bisa menyelesaikan masalah dalam struktur sosial dan institusi poitik. Jadi dalam Partai Rakyat Aceh (PRA), peneliti hanya mengambarkan dalam konteks idelogi pemikiran-pemikiran PRA terlepas dari diskursus yang berkembang nantinya.

52

Dokumen terkait