BAB II TINJAUAN PUSTAKA
H. Kerangka Konsep
I. Hipotesis
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
I. Hipotesis
a.
Diduga bahwa jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi industri Keripik Pisang Koisna di Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur.b. Diduga bahwa modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi industri Keripik Pisang Koisna di Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur.
Jumlah Tenaga Kerja
(X1)
Modal (X2)
Produksi Keripik Pisang Koisna
(Y)
22 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kauntitatif. Pendekatan kuantitatif ini mempunyai beberapa tujuan yaitu menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori,mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh jumlah tenaga kerja (X1) dan modal (X2) terhadap produksi industri kecil Keripik Pisang Koisna (Y) di Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Maka perlu dilakukan analisis terhadap laporan hasil produksi. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
B. Lokasi dan Waktu 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di industri Keripik Pisang Koisna di Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021 - November 2021
C. Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tenaga Kerja (X1) adalah sejumlah pekerja yang bekerja pada industri keripik pisang koisna. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan satuan jiwa.
2. Modal (X2) adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk proses produksi keripik pisang koisna dalam memulai usahanya. Modal dihitung dalam satuan Rupiah.
3. Produksi (Y) adalah jumlah keseluruhan keripik pisang koisna yang diperoduksi oleh usaha industri keripik pisang koisna. Hasil produksi diukur dengan satuan Kilogram.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Penelitian ini yang dijadikan populasi yaitu Industri Keripik Pisang Koisna di Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutan Kabupaten Luwu Timur.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam Penelitian ini menggunakan Teknik Purposive Sampling dengan kriteria yaitu memiliki Jumlah Tenaga Kerja dan Modal pada Industri Keripik Pisang Koisna Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur Periode 2016-2020.
24
E. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer
Data primer yaitu “data yang diperoleh langsung dari para tempat penelitian” (Sugiyono, 2010:12). Data primer diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu “data yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta arsip-arsip perusahaan, serta bahan kepustakaan yang ada kaitannya dengan penelitian ini” (Sugiyono, 2010:14). Data sekunder juga dapat diartikan sebagai data yang sebelumnya telah digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Keuntungan data sekunder ialah sudah tersedia, ekonomis, dan cepat. Data sekunder adalah adalah data-data yang diambil dari catatan atau sumber lain yang telah ada sebelumnya.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Wawancara merupakan pembuktian terhadap informasi yang telah diperoleh. Teknik yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam, yang merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian. Wawancara dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan, dan memberikan pertanyaan lagi, ketika informan memberikan jawaban. Tanya semua kepada informan, untuk memenuhi kebutuhan data yang diperlukan.
2. Observasi
Observasi merupakan proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah tempat, pelaku, kegiatan atau peristiwa, dan waktu.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, berupa sumber tertulis, film, dan gambar.
Dokumen tersebut akan memberikan informasi bagi proses penelitian.
4. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
G. Teknik Analisis Data
Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda (multiple regression). Model ini memperhatikan hubungan antara variabel bebas dalam hal ini tingkat suku bunga kredit (X1) dan pendapatan perkapita (X2) dengan variabel terikat yaitu pertumbuhan investasi (Y). sebelum melakukan uji regresi berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu guna mendapatkan hasil yabg terbaik. Dalam menggunakn regresi berganda harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda (multiple regression). Pada penelitian ini Y adalah variable terikat yaitu produksi, dan X1 dan X2 adalah variable
26
penjelas yaitu jumlah tenaga kerja dan modal. Sebelum dilakukan uji regresi berganda, untuk menunjukan serangkaian asumsi dasar yang harus dipenuhi menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE, diperlukan uji asumsi klasik yang terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui disribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian dan sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian.
Metode yang baik yang layak digunakan dalam penelitian ini adalah metode kolomgrovsmirrow untuk mengetahui normal atau tidaknya data yan digunakan. Uji kolomgrovsmirrow adalah uji berbeda antara data yang di uji normalitasnya dengan data normal baku : Jika sig > 0.05 maka data berdistribusi normal. Jika sig < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, antar variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), nilai toleransi dan nilai Varian Information Faktor (VIF). Nilai toleransi mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF =
1/toleransi). Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa hasil estimasi model regresi terdapat indikasi adanya multikolinearitas yang serius.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskadastisitas dan jika berbeda disebut heteroskadastisitas.
Dalam penelitian ini uji heteroskadisitas dilihat dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskadastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara prediksi variabel terikat dengan residualnya, jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Auto korelasi muncul karna observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
28
Salah satu untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu uji Durbin Watson (DW test). Uji Durbin Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstan) dalam model regresi dan tidak ada variabel independen. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi.
2. Menilai Goodness of fit suatu Model
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Stastiktik F)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan antara variabel indenpenden yang meliputi jumlah tenaga kerja dan modal terhadap produksi industri kecil keripik pisang koisna.
Penolakannya hipotesis atas dasar signifikasi pada taraf nyata 5%
(taraf kepercayaan 95%) dengan kriteria:
1. Bila Sig. F<α maka terdapat pengaruhyang signifikan secara simultan jumlah tenaga kerja dan modal terhadap Produksi industri kecil keripik pisang Koisna.
2. Bila Sig. F ≥ α maka secara simultan jumlah tenaga kerja dan modal terhadap produksi industri kecil keripik pisang Koisna.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah besaran yang menunjukkan besarnya variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Dengan kata lain, koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel-variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan menggunakan model multiple regression (regresi berganda). Metode ini digunakan menjelaskan pola hubungan antara variabel independen yaitu jumlah tenaga kerja dan modal dengan variabel dependen produksi keripik pisang koisna, karena dependen dinyatakan dalam interval serta variabel independennya lebih dari satu. Maka persamaan garis regresinya adalah:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e Dimana :
Y = Nilai produksi X1 = Modal
X2 = Tenaga kerja β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi modal β2 = Koefisien tenaga kerja e = Eror Term
30 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Luwu Timur
Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten yang berbatasan dengan dua propinsi yaitu Propinsi Sulawesi Tenggara Tengah di sebelah utara dan timur dan Propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah selatan. Selain itu Kabupaten Luwu Timur juga berbatasan langsung dengan laut yaitu dengan Teluk Bone di sebelah selatan. Kabupaten Luwu Timur terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa di antara 2o 03’00” - 2 o 03’25” Lintang Selatan dan 119o 28’56” - 121o 47’27” Bujur Timur. Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Luwu Timur sebagai berikut;
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kabupaten Luwu Timur
Di Kabupaten Luwu Timur terdapat Sembilan sungai besar. Salah satunya sungai Kalaena dengan Panjang 85 km. Sungai tersebut melintas di Kecamatan Mangkutana. Sungai Kalaena tercatat sebagai sungai terpanjang di Kabupaten Luwu Timur. Sedangkan sugai pendek adalah bambalu dengan Panjang 15 km.
Selain itu, di Kabupaten Luwu Timur juga terdapat lima danau.
Kelima danau tersebut antara lain danau Matano (dengan luas 245,70 km2), Danau Mahalona (25 km2) dan Towuti (585 km2) Danau Tarapang Masapi (2,43 km2) dan Danau Lontoa (1.71 km2). Danau Matano terletak di kecamatan Nuha sedangkan danau lainnya terletak di kecamatan Towuti. Kabupaten Luwu Timur yang beribukotakan Malili secara administrasi memiliki 11 Kecamatan , 3 Kelurahan dan 124 desa.
B. Sejarah singkat Industri Keripik Pisang Koisna
Usaha industri rumah tangga keripik pisang Koisna yang ada di Mangkutana pada awalnya dirintis sejak pemilik usaha tersebut mendapat pemutusan hubungan kerja di PT. Sindoka. Pemilik usaha keripik pisang Koisna sendiri pernah bekerja sebagai security sejak tahun 1990. Tetapi
32
pada tahun 2002 PT Sindoka mengalami kebangkrutan, sehingga perusahaan tersebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada semua karyawannya. Dan kemudian pada tahun 2003 usaha ini baru di mulai. Industri rumah tangga keripik pisang ini di mulai dengan modal Rp.300.000 yang merupakan uang pesangon dari tempat bekerja sebelumnya.
Tahun 2003 awal usaha ini didirikan oleh Bambang Hernowo beserta istrinya Jumiati, awal usahanya pak Bambang memang masih banyak hambatan yang dilalui namun karena kegigihannya mempromosikannya, saat itu beliau membawa sampel keripik pisangnya sebanyak 2 Kg di kantor ketika ada kegiatan rapat. Respon orang yang mengkonsumsinya positif kemudian mengikuti pelatihan di dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara yaitu sosialisasi keamanan pangan dari Dinas Kesehatan dan Badan POM dan mendapatkan nomor PIRT. Dalam perkembangan selanjutnya pemasarannya pun semakin luas hingga merambah ke luar provinsi yaitu Papua, Bali dan Kalimantan.
C. Data Penduduk
1. Jumlah Penduduk di Luwu Timur
Tahun
2016 144.912 136.910.41
2017 147.984 139.889.76
2018 151.020 142.802
2019 154.006 8.566
2020 157.164 147.563
Sumber: BPS Kab. Luwu Timur
2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Mangkutana
Tahun
Sumber: BPS Kab. Luwu Timur
3. Di sektor perdagangan jenis perusahaan yang ada di Kecamatan Mangkutana hanya perusahaaan dengan skala kecil dengan badan hukum PT sebanyak 2 Perusahaan dan CV sebanyak 6 Perusahaan.
34
D. Struktur Organisasi, job description
Struktur Industri Keripik Pisang Koisna 1. Pemilik Usaha
Pemilik usaha merupakan Pelaku usaha yang bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau diperdagangkan. Membantu mengelolah Produksi Keripik Pisang Koisna. selalu melakukan pengecekan keuangan Bisnis. Melihat perkembangan Pemasaran Produksi Keripik Pisang Koisna.
2. Sekretaris
Sekretaris mencatat setiap aktivitas dan kegiatan dari perusahaan untuk mengatur aktivitas yang telah dan akan dilakukan pada Industri keripik Pisang Koisna. Memberikan informasi serta melakukan komunikasi terhadap konsumen agar aktivitas produksi dapat diketahui.
3. Bendahara
Bendahara berkaitan secara langsung dengan aktivitas keuangan dalam mencatat dan menyimpan serta mengatir aktivitas keuangan industri keripik pisang koisna dalam mecatat aktivitas pengeluaran dan pemasukan dari aktivitas pengeluaran dan pemasukan dari aktivitas produksi yang dijalankan.
4. Anggota
Anggota merupakan seseorang yang terdaftar dalam industri kecil keripik pisang koisna dalam membantu aktivitas produksi dan mengenalkan produk pada masyarakat.
E. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Variabel Penelitian
Penejelasan tentang perkembangan variable-variabel yang digunakan penelitian yaitu jumlah tenaga kerja dan modal sebagai variabel indenpenden dan produksi keripik pisang koisna sebagai variabel dependen.
a. Variabel Jumlah Tenaga Kerja
Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan
36
tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia.
Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.
Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja working age population.
Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Kerja Industri keripik pisang koisna Tahun Jumlah Tenaga Kerja
(orang)
Presentasi
2016 20 orang 25%
2017 20 orang 25%
2018 15 0rang 20%
2019 10 orang 18%
2020 8 orang 12%
Total 100%
Sumber : Data diolah, 2021
Pada Tabel 4.1diatas yaituh Jumlah Tenaga Kerja yang ada di Industri Keripik Pisang Koisna di tahun 2016 jumlah tenaga kerja yaitu 20 orang. Pada tahun 2017 jumlah tenaga kerja sebanyak 20 orang dengan tingkat presentasi 25%. Pada tahun 2018 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan hingga 20%. Pada tahun 2019 tenaga kerja pada industri keripik pisang koisna mengalami penurunan hingga 18%. Dan pada tahun 2020 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan hingga 12% di karenakan Dampak Pandemi Covid-19.
b. Variabel Modal
Modal dalam suatu usaha sangat penting karena sebagai alat produksi suatu barang dan jasa. Modal juga bisa dari berbagai pihak baik berasal dari modal sendiri, maupun dari keluarga. Tanpa modal usaha/bisnis yang sangat minim pun memerlukan modal agar bisa menjalankan suatu usaha/bisnis sebagaimana umumnya dapat berbentuk uang atau dana.
Tabel 4.2
Modal Usaha Industri Keripik Pisang Koisna
Tahun Modal 1x
Produksi
Modal per bulan Modal Pertahun
2016 Rp. 400.000,00 Rp. 2.000.000,00 Rp. 24.000.000,00 2017 Rp. 400.000,00 Rp. 2.000.000,00 Rp. 24.000.000,00 2018 Rp. 600.000,00 Rp. 3.000.000,00 Rp. 36.000.000,00 2019 Rp. 650.000,00 Rp. 2.600.000,00 Rp. 31.200.000,00 2020 Rp. 800.000,00 Rp. 2.400.00,00 Rp. 28.800.000,00 Sumber : Data diolah, 2021
Pada Tabel 4.2 yaitu pengeluaran Modal Terhadap Produksi Industri Keripik Pisang Koisna. Pada tahun 2016 Modal yang dikeluarkan sekali Produksi sebanyak Rp. 400.00 dan selama setahun Modal dikeluarkan sebanyak Rp. 24.000.000. Pada tahun 2017 Modal yang terpakai untuk memproduksi Keripik Pisang Koisna selama sebulan sebanyak 2.000.000 . selanjutnya pada Tahun 2018 Modal untuk produksi Keripik Pisang Koisna meningkat sebanyak 600.000 dan setahun mengeluarkan Modal sebanyak 36.000.000. selanjutnya tahun 2019 modal yang digunakan untuk satu kali memproduksi
38
keripik pisang koisna sebanyak 650.000. dan pada Tahun 2020 Modal yang dikeluarkan semakin tinggi dikarenakan bahan baku yang digunakan mulai mengalami kenaikan, Modal yang dikeluarkan sebanyak 800.000 setiap bulannya hanya melakukan tiga kali produksi keripik pisang koisna dan dalam setahun mengeluarkan Modal sebanyak 28.800.000.
c. Variabel Produksi
Produksi merupakan setiap kegiatan atau usaha yang secara langsung atau tidak langsung dapat menghasilkan barang dan jasa yang lebih berguna untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia.
Berikut ini adalah data jumlah produksi di Industri Keripik Pisang Kooisna di Desa Sindu agung Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur.
Tabel 4.3
Jumlah Produksi Indutsri Keripik Pisang Koisna di Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana kabupaten Luwu Timur
Tahun Jumlah Produk (kg)
Sumber : Data diolah, 2021
Pada tabel 4.3 yaitu Hasil Produksi Keripik Pisang Koisna setiap Bulan dan Tahun. Pada Tahun 2016 jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 2.400 Kilogram. Tahun 2017 hasil Produksinya
sebanyak 200 untuk tiap bulannya. Selanjutnya 2018 hasil yang diperoleh sebanyak 3.600 kilogram selama setahun. Pada tahun 2019 Jumlah Produksi Keripik Pisang Koisna sebanyak 3.000 Kilogram dalam satu tahun. Karena dalam sebulan hanya melakukan empat kali produksi. Selanjutnya, pada Tahun 2020 Produksi Keripik Pisang Koisna Produksi dalam sebulan sebanyak 400 kilogram.
2. Hasil Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis variabel independen yaitu Tenaga Kerja dan Modal yang mempengaruhi variabel dependen yaitu Produksi adalah dengan menggunakan teknik analisis linear berganda dengan bantuan program SPSS (Statistical Product Service Solutions) merupakan salah satu program aplikasi yang paling banyak digunakan untuk analisis statistik dalam ilmu ekonomi dalam membantu menghitung dan menganalisis data.
oleh karena itu peneliti memilih menggunakan SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi 22 dalam menguji dan menganalisis data penelitian. Dalam model analisis regresi linear berganda yang menjadi variabel dependen adalah Produksi industri kecil keripik pisang koisna di Desa Sindu Agung Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur, sedangkan variabel independen adalah Tenaga Kerja dan Modal. Sebelum dilakukan analisis regresi linear berganda, maka dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut:
1) Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu melakukan Uji prasyarat analisis atau yang sering disebut uji asumsi klasik dilakukan untuk
40
memastikan apakah model tersebut tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedasitas. Setiap uji prasyarat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Product Service Solutions) versi 22. Jika semua uji tersebut terpenuhi, maka model analisis layak untuk digunakan.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan maksud untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali,2011). Uji Normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan bantuan SPSS versi 22 untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak dilihat pada basis Asymph. Sig (2-tailed). Dasar pengambilan keputusan yaitu apabila Asymph. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Asymph.
Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka data tidak berdistribusi normal.
Hasil dari pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 5
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.27624217
Most Extreme Differences Absolute .295
Positive .176
Negative -.225
Test Statistic .265
Asymp. Sig. (2-tailed) .219c a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Output SPSS 22 data diolah, 2021
Dari tabel 4.4 menujukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh maka berdistribusi normal nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,219 dan nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Sumber : Output SPSS 22 data diolah, 2021
Dapat dilihat bahwa pola berdistribusi normal, dikarenakan data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Multikolinearitas
Ghozali (2018:107) menyatakan bahwa uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar satu atau semua variabel bebas (independen).
Multikoliniearitas merupakan hubungan linear antara variabel dependen di dalam regresi berganda. Jika terdapat korelasi yang
42
tinggi variabel independen tersebut, maka hubungan antara variabel independen dan variabel dependen menjadi terganggu. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dan dijelaskan di dalam model regresi dari Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Jika nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil dari uji multikolinearitas adalah sebagai berikut:
Tenaga Kerja (X1) .772 1.295 Terpenuhi
Modal (X2) .772 1.295 Terpenuhi
Sumber : Output SPSS 22 data diolah, 2021
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.5, dengan hasil perhitungan nilai Tolerance menujukkan bahwa nilai tolerance di atas 0,10 dan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di bawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam regresi.
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2018:111) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji dalam satu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala
autokorelasi dilakukan dengan Uji Runs, Runs Test digunakan dengan tingkat signifikansi 0,05. Runst Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
Apabila nilai signifikansi lebih dari signifikansi 0.05 yang berarti hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual sedangkan apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.
Tabel 4.6
Asymp. Sig. (2-tailed) .216
Asymp. Sig. (2-tailed) .216