TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian .1 Kerangka Konseptual Penelitian .1 Kerangka Konseptual Penelitian
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dapat dilihat pada Gambar 2.1 bahwa tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris apakah ada pengaruh antara variabel bebas/independen yaitu Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3) dan Dana Bagi Hasil (X4) terhadap variabel terikat/dependen yaitu tingkat kemandirian keuangan daerah (Y) dimana Belanja Modal (Z) tampil sebagai variabel yang memoderasi, baik secara parsial maupun simultan.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan lagi kebenarannya (Hadi, 2006:89). Hipotesis penelitian disusun bedasarkan logika teoritik yang dibuat oleh peneliti. Peneliti bisa membuat hipotesis penelitian berdasarkan pada kajian teori yang telah dipaparkan di berbagai buku teks atau berdasarkan kesimpulan-kesimpulan peneliti sejenis yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu.
Berdasarkan tinjauan teoritis, kesimpulan dari para peneliti terdahulu, kerangka konseptual dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
PAD (X1) DAU (X2) DAK (X3)
DBH (X4) Belanja Modal (Z)
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (Y)
1. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.
2. Belanja Modal memoderasi hubungan antara Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan
otonomi daerah di Indonesia dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang direvisi dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 serta dirumuskan pula dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
yang telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.
Penerapan otonomi daerah, dalam hal ini mengenai desentralisasi fiskal
oleh pemerintah pusat di Indonesia memiliki tujuan untuk memandirikan
pemerintah daerah dalam pengelolaan rumah tangganya. Dengan adanya otonomi
daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan mengelola sumber daya yang ada
dan mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat.
Kewenangan dalam desentralisas fiskal berarti adanya keleluasaan untuk
menggunakan dana, baik yang berasal dari daerah maupun dari pusat sesuai
dengan keperluan daerahnya tanpa campur tangan pemerintah pusat, keleluasaan
untuk menggali sumber-sumber potensial yang ada di daerahnya serta
menggunakannya sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerahnya dan
keleluasaan untuk memperoleh dana perimbangan keuangan pusat-daerah yang
Implikasi dari pemberian kewenangan otonomi ini menuntut daerah untuk
melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama pembangunan sarana dan
prasarana publik. Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara
mandiri oleh daerah baik dari sisi perencanaan, pembangunan serta pembiayaan.
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah menyebabkan perubahan yang mendasar
mengenai peraturan hubungan antara pusat dan daerah. Terlepas dari siap atau
tidaknya suatu daerah untuk melaksanakan Undang-Undang tersebut, otonomi
daerah diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka mendorong pembangunan
daerah karena melalui otonomi daerah, kemandirian dalam menjalankan
pembangunan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Kemandirian dalam menjalankan pembangunan dapat dilihat dari
kemandirian keuangan daerah yang menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah (Halim, 2008:232).
Kegiatan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat harus diberikan
dalam batas kemampuan yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat di daerah
itu sendiri. Suatu daerah dituntut untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) secara mandiri, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah pusat juga
mempunyai kewajiban untuk menjamin sumber keuangan dalam membiayai
otonomi tersebut. Untuk menjamin perimbangan keuangan pusat dengan daerah.
setiap daerah. Dana perimbangan itu sendiri terdiri atas Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil.
Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari
sumber lain seperti bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Kemandirian
keuangan daerah juga terlihat dari mampu tidaknya daerah tersebut untuk
membiayai Belanja Daerah tersebut, termasuk di dalamnya yaitu Belanja Modal.
Namun yang terjadi dewasa ini justru semakin banyak daerah yang terlalu
bergantung terhadap alokasi transfer pemerintah pusat. Bantuan dari pemerintah
pusat semestinya hanya bersifat pendukung bagi pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan di daerah sehingga tingkat ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat dalam pembiayaan daerahnya semakin kecil. Dengan semkain
kecilnya tingkat ketergantungan tersebut, maka suatu daerah dapat dikatakan
mandiri.
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan pemerintah
daerah yang berasal dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan/potensi yang
dimiliki. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
Dalam menghadapi kondisi otonomi daerah, pemerintah pusat masih
memberikan dana bantuan berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH), yang ditransfer kepada pemerintah
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber
dari dana hasil pajak/bukan pajak dan dana hasil sumber daya alam.
Penelitian yang dilakukan oleh Muliana (2009) menunjukkan bahwa
kemandirian keuangan daerah di tingkat pemerintahan kabupaten/kota Provinsi
Sumatera Utara masih bergantung pada dana bantuan atau dana transfer dari
pemerintah pusat. Kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah masih kurang
signifikan dibandingkan dengan kontribusi bantuan dana dari pemerintah pusat.
Pemerintah daerah belum bisa mengoptimalkan penerimaan atau pendapatan asli
dari daerah.
Penelitian yang dilakukan Bennyly (2011) menunjukkan bahwa kemapuan
keuangan pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara
masih rendah. Tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan dari pemerintah
pusat masih relative tinggi. Hal ini menunjukkan kontribusi dari pendapatan asli
daerah masih kurang signifikan dan rendah.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2014) juga
menunjukkan bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Riau masih
bergantung pada dana yang dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk daerah.
kontribusi dari pendapatan asli daerah berpengaruh tidak signifikan. Ini
menggambarkan bahwa tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam
mengoptimalkan sumber daya/potensi daerah yang ada masih relative rendah.
Penelitian terdahulu memiliki keterbatasan berupa variabel penelitian,
dalam hal ini adalah variabel bebas (independen) yang mempengaruhi tingkat
kemandirian keuangan daerah, sehingga dalam penelitian ini penulis
menggabungkan variabel-variabel bebas para peneliti terdahulu serta
menambahkan variabel pemoderasi.
Berdasarkan uraian di atas, saya selaku penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil sampel yaitu kota-kota di Pulau
Sumatera. Selain itu, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data selama
tiga periode tahun yaitu Tahun Anggaran 2011-2013. Judul yang akan diteliti
adalah : “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
pada kota di Pulau Sumatera dengan Belanja Modal sebagai pemoderasi (periode
2011-2013)”.
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah