BAB I PENDAHULUAN
C. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kajian pustaka maka hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah jika metode SQ3R diterapkan dalam pengajaran membaca, maka keterampilan membaca ekstensif murid kelas Kelas IV SD Inpres Pa’bundukang Kecamatan Bontonompo SelatanKabupatan Gowa akan meningkat.
21 A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kemampuan membaca ekstensif murid pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada sisi lain, tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru dalam proses mengajar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Inpres Pa’bundukangKecamatan Bontonompo SelatanKabupatan Gowa pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.Subjek penelitian sebanyak 18 murid yang terdiri dari 8 orang murid laki-laki dan 10 orang murid perempuan.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini yaitu metodeSQ3R dan kemampuan membaca ekstensif. Kedua fokus penelitian ini dioperasionalkan sebagai berikut:
1. Membaca ekstensif adalah teknik membaca dalam hati dimana pembaca wacana panjang dalam waktu yang terbatas.
22
2. Metode SQ3R adalah salah satu model pembelajaran yang dilakukan di sekolah khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dapat membantu murid mengingat apa yang mereka baca.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus.
Setiap siklus direncanakan berlangsung selama 3 (tiga) kali pertemuan yang terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan proses belajar mengajar dan 1(satu) kali pertemuan untuk tes siklus, yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tiap siklus terdiri atas beberapa kegiatan sesuai dengan hakikat penelitian.
Kegiatan-kegiatan pada siklus II merupakan pengulangan dan perbaikan dari kegiatan siklus I. Adapun bagan siklus penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagan 1. Siklus Penelitian
Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap yang paling pertama dilakukan sebelum tahap-tahap selanjutnya.Sekaligus pada tahap ini dilakukan semua persiapan yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung. Beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan pada perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari dan menelaah kurikulum yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan selama penelitian berlangsung.
2) Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam hal penggunaan pendekatan, metode, model pembelajaran, dan strategi yang digunakan.
3) Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar.
4) Setelah menemukan faktor penghambat dan kesulitan guru tersebut, kemudian merumuskan alternatif pendekatan, metode, model pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
5) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
6) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan murid.
7) Membuat alat evaluasi.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk mengimplementasikan semua yang direncanakan pada tahap perencanaan, atau dengan kata lain
24
tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap perencanaan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kesiapan murid untuk mengikuti proses belajar.
2) Guru memberikan orientasi pada murid tentang tujuan pembelajaran dan memperkenalkan model pembelajaran yang akan dipakai saat proses belajar.
3) Membahas materi pelajaran dengan menggunakan metodeSQ3R.
4) Membimbing murid yang mengalami hambatan atau kesulitan dalam belajar.
5) Melakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid pada akhir pembelajaran.
3. Observasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan observasi pada pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas murid. Selain hal tersebut, pada tahap ini juga dilakukan observasi berbagai dinamika kegiatan proses belajar mengajar yang dapat mempengaruhi kegiaatn pembelajaran.
4. Refleksi
Seluruh hasil pembelajaran yang diperoleh pada tahap-tahap sebelumnya melalui lembar observasi akan direfleksi pada tahap ini, kemudian menilai dan mempelajari hasil belajar murid pada siklus I, dan
hasil refleksi inilah yang selanjutnya dijadikan acuan bagi peneliti untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus II 1. Perencanaan
Beberapa hal yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Setelah melakukan refleksi pada siklus I danj apabila ditemukan kekurangan dan kelemahan-kelemahan, maka pada tahap ini dilakukan perencanaan dengan mencari alternatif perbaikannya.
2) Melanjutkan tahap perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I dengan beberapa perbaikannya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada siklus I dan melaksanakan beberapa perencanaan baru yang dirancang dan disesuaikan dengan materi yang ada pada siklus II dan dari hasil perbaikan pada siklus I.
3. Observasi
Proses observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan proses observasi yang dilakukan pada siklus I, yaitu peneliti melakukan pengamatan dan mencatat seluruh aktivitas guru dan murid selama proses belajar mengajar berlangsung berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat.
26
4. Refleksi
Pada tahap refleksi ini peneliti meninjau kembali hal-hal yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya serta hasil yang diperoleh murid dengan membandingkan proses dan hasil belajar murid pada siklus I dengan siklus II. Dan hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi pada siklus I dan siklus II dianalisis untuk mendapatkan kesimpulannya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber Data. Sumber data adalah personal penelitian yang terdiri dari peneliti, guru, dan murid.
2. Jenis data :
a. Data kualitatif adalah data hasil observasi tentang aktivitas murid dalam mengikuti proses pembelajaran.
b. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari tes setiap akhir siklus.
3. Cara pengambilan data :
a. Data mengenai tingkat penguasaan materi pelajaran yang dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar setiap akhir siklus.
b. Data mengenai aktivitas murid yang dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi selama proses pembelajaran dibantu oleh seorang observer.
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.Untuk analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif yaitu rata-rata dan persentase, tabel frekuensi, persentase nilai terendah dan tertinggi, sedangkan analisis kualitatif yang digunakan adalah kategorisasi skor skala 5.Menurut Nurkancana (1986) bahwa skor skala 5 minimal adalah pembagian yang terdiri dari 5 tingkatan penguasaan.
Kategori Skor Murid
Tingkat Penguasaan Kategori
85 – 100 Sangat Tinggi
65 – 84 Tinggi
55 – 64 Sedang
35 – 54 Rendah
0 – 34 Sangat Rendah
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila (1) terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar murid Kelas IV SD Inpres Pa’bundukangKecamatan Bontonompo SelatanKabupatan Gowa dari siklus I ke siklus II, (2) Nilai ketuntasan individu atau nilai KBM mencapai skor 65 dan ketuntasan secara klasikal mencapai 80% dari 18 murid.
28 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian di lapangan dengan metode kuantitatif. Data ini didapatkan dari hasil tes keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R. Aspek-aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah (1) Ketepatan Membaca Skipping (Baca-Lompat) 0 – 100, (2) Mampu Selecting (Baca-Pilih), (3) Ketepatan membaca ekstensifyang bersifat mekanis 0- 100, (4) Ketepatan menyimpulkan isi bacaan 0 – 100, (5) Ketepatan keterampilan yang bersifat pemahaman 0 – 100. Setelah melaksanakan penelitian tindakan melalui penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran yang terdiri dari dua siklus kegiatan, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan (Pertemuan pertama dan kedua adalah proses belajar mengajar dan pertemuan ketiga adalah pemberian tes formatif). Berikut ini hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Deskripsi Hasil Pretest Sebelum Penerapan Metode SQ3R a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
1) Menyiapkan skenario pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R.
2) Membuat dan menyusun alat evaluasi 3) Menyiapkan pedoman observasi
2) Tahap Pelaksanaan 1) Berdoa bersama 2) Mengabsen murid
3) Mengelola kesiapan murid untuk belajar 4) Memotivasi murid
5) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai 6) Guru menyajikan materi sebagai pengantar 7) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai
8) Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan tentang model pembelajaran yang akan digunakan
9) Guru membagikan murid selebaran teks bacaan
10) Guru memberikan kesempatan kepaada murid membaca teks bacaan yang telah dibagikan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode SQ3R.
11) Guru menyuruh setiap murid membaca teks bacaan tersebut di depan kelas, setelah itu menceritakan kembali teks bacaan yang telah dibagikan tanpa melihat konsep teks bacaan
12) Murid membuat kesimpulan tentang isi bacaan yang diberikan Tahap pelaksanaan pada siklus I, murid diberikan contoh cara membaca teks bacaan yang benar dan bagaimana cara memahami isi teks suatu bacaan. Setelah guru memberi contoh, murid diberikan kesempatan membaca di bangkunya masing-masing kemudian setelah itu diceritakan kembali di depan kelas kemudian guru melakukan tanya jawab langsung
30
kepada setiap murid. Dari kegiatan di atas diperoleh data dalam penelitian pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 : Data Keterampilan Membaca Ekstensif Murid Kelas IV SD Inpres Pa’bundukang Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupatan Gowa pada Siklus I
No. Nama Murid
15. AI 70 50 50 70 50 290 58
16. F 60 60 50 50 60 280 56
17. S 50 60 50 50 60 270 54
18. AK 60 60 60 60 70 310 62
Keterangan :
1. Ketepatan Membaca Skipping (Baca-Lompat) 2. Mampu Selecting (Baca-Pilih)
3. Ketepatan membaca ekstensifyang bersifat mekanis 4. Ketepatan menyimpulkan isi bacaan
5. Ketepatan keterampilan yang bersifat pemahaman
Nilai Keterampilan Membaca Ekstensif= Jumlah Skor Perolehan Banyaknya Aspek yang Dinilai
Tabel 4.2 : Data Nilai Akhir Tes Siklus I Keterampilan Membaca Ekstensif Murid Kelas IV SD Inpres Pa’bundukang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupatan Gowa pada
Siklus I
32
Nilai Rata-Rata Kelas 62,89
NA = Nilai Keterampilan Membaca + Hasil Tes 2
Nilai Rata-Rata =Nilai Keseluruhan 2
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I hanya 62,89 dan masih perlu ditingkatkan. Maka dari itu penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus II.
Deskripsi hasil belajar murid secara kuantitatif berdasarkan hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 : Statistik Skor Penguasaan Murid pada Tes Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Subjek 18
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 82
Skor Minimum 48
Skor Rata-Rata 62,89
KBM 65
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 18 murid diperoleh skor maksimum 82, skor minimum 48, dan rata-rata kelas hanya 62,89 berada di bawah nilai KBM yang telah ditentukan yaitu 65 dari skor ideal 100.
Apabila skor hasil keterampilan Membaca Ekstensif dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Keterampilan Membaca Ekstensif Murid pada Siklus I
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase
1. 0 – 34 Sangat Rendah - 0 %
2. 35 – 54 Rendah 3 16,67 %
34
3. 55 – 64 Sedang 9 50 %
4. 65 – 84 Tinggi 6 33,33 %
5. 85 – 100 Sangat Tinggi - 0 %
Jumlah 18 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada murid yang berada dalam kategori sangat rendah (0%), kategori rendah 3 murid (16,67%), kategori sedang 9 murid (50%), kategori tinggi hanya 6 murid (33,33%), dan tidak terdapat murid yang berada dalam kategori sangat tinggi (0%) pada siklus I. Dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan Membaca Ekstensif yang diperoleh murid melalui penerapan metode SQ3R pada siklus I mencapai rata-rata 62,89 dan berada dalam kategori sedang.
Apabila hasil belajar keterampilan Membaca Ekstensif murid pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 : Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase
0 - 64 Tidak Tuntas 12 66,67
65 - 100 Tuntas 6 33,33
Jumlah 18 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I, dari 18 murid hanya 5 murid (27,78%) yang tuntas belajarnya dan yang tidak tuntas sebanyak 13
murid (72,22%). Artinya masih banyak murid yang memerlukan perbaikan.
Oleh karena itu, akan diusahakan perbaikan pada siklus II.
3) Tahap Observasi
Pada tahap observasi siklus I tercatat sikap yang terjadi pada setiap murid terhadap pelajaran bahasa Indonesia.Sikap murid tersebut diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus.
Lembar observasi tersebut untuk mengetahui perubahan sikap murid selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas.
Adapun sikap murid dari siklus I adalah sebagai berikut :
1. Pada siklus I tampak masih ada murid yang tidak hadir mengikuti pelajaran baik itu yang tidak hadir tanpa keterangan maupun yang sakit.
2. Perhatian murid pada siklus I masih belum fokus dan gairah belajar masih kurang.
3. Murid yang bertanya mengenai materi yang diajarkan oleh guru pada siklus I ini masih kurang dan didominasi oleh murid yang pintar saja.
4. Masih ada murid yang tidak berperan aktif dalam mengerjakan LKS yang dibagikan oleh guru pada siklus I.
5. Masih ada murid yang melakukan kegiatan lain pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
4) Tahap Refleksi
Pada siklus I, proses pembelajaran diawali dengan pengenalan pembelajaran yang digunakan melalui penerapan metode SQ3R.Penggunaan metode ini pada awalnya masih banyak murid yang kurang tertarik dengan
36
ditandainya banyaknya murid yang melakukan aktivitas-aktivitas negatif seperti ribut, main-main, mengganggu temannya, berkelahi, dan lain-lain.Sebagai kegiatan akhir, guru memberikan soal latihan secara lisan dan setiap murid berlomba untuk memberi jawaban.Setelah itu, membahas kembali soal yang masih dianggap sulit oleh murid.Setelah itu memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk dikumpul pada pertemuan berikutnya.
2. Siklus II
a) Deskripsi Penerapan Metode SQ3R 1) Perlakuan Guru
1. Tahap Perencanaan
1) Menyiapkan skenario pembelajaran melalui penerapan metode SQ3R.
2) Membuat dan menyusun alat evaluasi 3) Menyiapkan pedoman observasi 2. Tahap Pelaksanaan
1) Berdoa bersama.
2) Mengabsen murid.
3) Mengelola kesiapan murid untuk belajar.
4) Memotivasi murid.
5) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai.
6) Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
7) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai.
8) Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan tentang metode pembelajaran yang akan digunakan.
9) Guru membagikan murid selebaran teks bacaan
10) Guru memberikan kesempatan kepada murid membaca teks bacaan yang telah dibagikan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran yang akan digunakan yaitu metode SQ3R.
11) Guru menyuruh setiap murid membaca teks bacaan tersebut di depan kelas, setelah itu menceritakan kembali teks bacaan yang telah dibagikan tanpa melihat konsep teks bacaan.
12) Murid membuat kesimpulan tentang isi bacaan yang diberikan.
Tahap pelaksanaan pada siklus II hampir sama dengan tahap pelaksanaan pada siklus I. perbedaannya adalah pada judul teks bacaan yang dibagikan oleh guru. Murid diberikan contoh cara membaca teks bacaan yang benar dan bagaimana cara memahami isi teks suatu bacaan. Setelah guru memberi contoh, murid diberikan kesempatan membaca di bangkunya masing-masing kemudian setelah itu diceritakan kembali di depan kelas kemudian guru melakukan tanya jawab langsung kepada setiap murid.
2) Respon Siswa Dalam Penerapan Metode SQ3R
Kegiatan di atas diperoleh data dalam penelitian pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 : Data Keterampilan Tes Siklus II Keterampilan Membaca Ekstensif Murid Kelas IV SD Inpres Pa’bundukang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupatan Gowa
padaSiklus II
38
1. Ketepatan Membaca Skipping (Baca-Lompat) 2. Mampu Selecting (Baca-Pilih)
3. Ketepatan membaca ekstensifyang bersifat mekanis 4. Ketepatan menyimpulkan isi bacaan
5. Ketepatan keterampilan yang bersifat pemahaman
Nilai Keterampilan Membaca Ekstensif= Jumlah Skor Perolehan Banyaknya Aspek yang Dinilai
Tabel 4.7 : Data Nilai Akhir Keterampilan Membaca Ekstensif Murid Kelas IV SD Inpres Pa’bundukang Kecamatan Bontonompo
Selatan Kabupatan Gowa pada Siklus II No. Nama Murid Nilai Ket. Membaca
40
Nilai Rata-Rata Kelas 81,67
NA = Nilai Keterampilan Membaca + Hasil Tes 2
Nilai Rata-Rata =Nilai Keseluruhan 2
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II mencapai 81,67 dan sudah mencapai kriteria indikator keberhasilan yaitu 80%.
Deskripsi hasil belajar murid secara kuantitatif berdasarkan hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 : Statistik Skor Penguasaan Murid pada Tes Siklus II
Statistik Nilai Statistik
Subjek 18
Skor Ideal 100
Skor Maksimum 90
Skor Minimum 60
Skor Rata-Rata 81,67
KBM 65
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 18 murid diperoleh skor maksimum 90, skor minimum 60, dan rata-rata kelas hanya 81,67 dan telah memenuhi nilai KBM 65 dari skor ideal 100
Apabila skor hasil keterampilan Membaca Ekstensif dikelompokkan ke dalamn lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Keterampilan Membaca Ekstensif Murid pada Siklus II
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase
1. 0 – 34 Sangat Rendah - 0 % kategori sedang 1 murid (44,44%), kategori tinggi 9 murid (50%), dan sudah terdapat 8 murid yang berada dalam kategori sangat tinggi (44,44%) pada siklus II. Dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan Membaca Ekstensif yang diperoleh murid melalui penerapan metode SQ3R pada siklus II mencapai rata-rata 81,67 dan berada dalam kategori tinggi.
Apabila hasil belajar keterampilan Membaca Ekstensif murid pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10 : Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus II
42
Skor Kategori Frekuensi Persentase
0 – 64 Tidak Tuntas 1 5,56
65 – 100 Tuntas 17 94,44
Jumlah 18 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I, dari 18 murid hanya 1 murid (5,56%) yang tidak tuntas belajarnya dan yang tuntas sebanyak 17 murid (94,44%). Artinya sudah tidak ada murid yang memerlukan perbaikan.Oleh karena itu, penelitian pada siklus II dinyatakan berhasil dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
Untuk melihat peningkatan hasil belajar keterampilan Membaca Ekstensif murid dalam setiap siklus tercatat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 : Peningkatan keterampilan Membaca Ekstensif Murid pada Setiap Siklus
Siklus
Skor Perolehan Murid Tuntas Tidak Tuntas
Min Maks Rata-Rata Frekuensi
Persentase Frekuensi Persentase
Siklus I 48 82 62,89 6 33,33% 12 66,67 %
Siklus II 60 90 81,67 17 94,44 % 1 5,56 %
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata kemampuan Membaca Ekstensif setelah diterapkan
metode SQ3R. Dari kategori rendah pada siklus I dengan skor rata-rata 62,89 meningkat menjadi 81,67 pada siklus II dengan kategori tinggi. Dalam tabel juga menunjukkan bahwa pada siklus II ketuntasan dalam kegiatan belajar mengajar juga tercapai. Hal ini ditandai dengan jumlah murid yang mencapai ketuntasan belajar meningkat, yaitu dari 6 murid (33,33%) meningkat menjadi 17 murid (94,44%), sedangkan murid yang tidak tuntas mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hal ini ditandai dengan jumlah murid yang tidak tuntas pada siklus I berjumlah 12 murid (66,67%) menurun pada siklus II menjadi 1 murid (5,56%).
Ketuntasan belajar murid pada siklus II lebih banyak daripada siklus I memberikan indikasi bahwa kemampuan Membaca Ekstensif murid mengalami peningkatan yang sangat signifikan setelah diterapkan metode SQ3R.
3. Tahap Observasi
Selama penelitian, selain terjadi peningkatan kemampuan Membaca Ekstensif pada siklus I dan Siklus I tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada setiap murid terhadap pelajaran bahasa Indonesia.Perubahan tersebut diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus. Lembar observasi tersebut untuk mengetahui perubahan sikap murid selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas.
Adapun perubahan sikap murid pada siklus II adalah sebagai berikut :
44
1. Pada siklus II tampak perubahan dengan ketidakhadiran murid hampir tidak ada dibandingkan dengan siklus I.
2. Perhatian murid pada siklus II mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perhatian murid dalam menerima pelajaran yang diberikan lebih fokus dan gairah belajar murid juga mengalami peningkatan
3. Murid yang bertanya mengenai materi yang belum dipahami mulai merata.
Bukan hanya murid yang pintar saja yang aktif, tetapi semua murid baik yang berkemampuan rendah juga mulai aktif dan berani bertanya.
4. Semua murid mulai aktif mengerjakan LKS yang dibagikan oleh guru.
5. Sudah tidak terdapat murid yang melakukan kegiatan lain pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
4. Tahap Refleksi
Setelah merefleksi hasil pelaksanaan siklus I, diperoleh suatu gambaran tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II sebagai perbaikan dari tindakan yang dilakukan pada siklus I.
Pada siklus II terlihat peningkatan dalam proses belajar mengajar. hal ini terlihat dari keberanian murid untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami dan keaktifan meereka untuk memberi tanggapan terhadap suatu pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu, murid yang melakukan aktivitas lain saat pembelajaran berlangsung juga semakin berkurang.
Penampilan murid dalam Membaca Ekstensif semakin baik.Mereka membaca dengan memperhatikan ejaan, lafal, dan intonasi sehingga isi bacaan lebih mudah dipahami oleh si pembaca.Kepercayaan diri murid meningkat
sehingga mereka memperhatikan performance yang lebih baik. Selain itu, murid yang lain mulai serius untuk memperhatikan temannya yang tampil membaca dan mereka aktif untuk mengemukakan komentar mereka.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pada siklus II kemampuan Membaca Ekstensif murid semakin meningkat karena murid telah memahami teknik-teknik membaca yang baik, sudah memahami bagaimana menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat, serta murid juga sudah memahami dan memperhatikan penggunaan intonasi dalam membaca.
B. Pembahasan
Kemampuan Membaca Ekstensif murid Kelas IV SD Inpres Pa’bundukang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupatan Gowa sebelum melakukan penelitian yaitu kategori rendah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KBM) yaitu 65.Pada tindakan siklus I hasil belajar murid mengalami peningkatan dan berada pada kategori sedang. Diperoleh data bahwa tidak ada murid yang berada dalam kategori sangat rendah (0%), kategori rendah 3 murid (16,67%), kategori sedang 9 murid (50%), kategori tinggi hanya 6 murid (33,33%), dan tidak terdapat murid yang berada dalam kategori sangat tinggi (0%) pada siklus I. Nilai rata-rata murid secara keseluruhan pada siklus I yaitu 62,89 dan berada dalam kategori sedang.
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada siklus I, dari 18 murid hanya 5 murid (27,78%) yang tuntas belajarnya dan yang tidak tuntas sebanyak 13
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada siklus I, dari 18 murid hanya 5 murid (27,78%) yang tuntas belajarnya dan yang tidak tuntas sebanyak 13