• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, penelitian sebelumnya dan sesuai dengan identifikasi masalah yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II tergolong dalam pangan yang tidak tersedia.

2. Akses pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II tergolong kurang terjangkau.

Kerawanan Pangan Rumah Tangga Miskin

Ketersediaan Pangan Akses Pangan Pemanfaatan Pangan

Akses Fisik

Akses Sosial

Konsumsi Pangan

Tingkat Kecukupan Energi Akses

Ekonomi Tingkat

Kecukupan Protein Tingkat Kecukupan Lemak

3. Pemanfaatan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II tergolong tidak cukup baik.

4. Rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II tergolong dalam kategori rawan pangan.

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Belawan II yang terletak di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Belawan II merupakan salah satu kelurahan miskin di Kota Medan dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Selain itu, Kelurahan Belawan II mengalami pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya sehingga semakin meningkatkan tingkat kemiskinan penduduk di Kelurahan Belawan II, dan tentunya akan berpengaruh terhadap pemenuhan pangannya.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang terdaftar dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan.

Program Keluarga Harapan adalah program yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui pemberian bantuan tunai kepada keluarga miskin berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Ukuran sampel ditentukan dari populasi dalam penelitian dengan menggunakan metode Slovin, dengan rumus sebagai berikut:

n =

N

1+NeΒ²

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir ialah 10 %.

Berdasarkan pra survey yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh jumlah populasi sebesar 1.250 rumah tangga yang terdaftar dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan.

Dengan menggunakan rumus Slovin, maka diperoleh besar sampel sebesar :

n = 1250

1 + 1250(0,1)2 = 92,59

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 93 rumah tangga.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan metode Food Recall 24 jam untuk memperkirakan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga miskin yang terdaftar dalam Program Keluarga Harapan (PKH) untuk memperkirakan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga miskin selama dua hari berturut-turut dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau dinas terkait dengan penelitian seperti Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera

Universitas Sumatera Utara

Utara, Kantor Kecamatan Medan Belawan, Kantor Kelurahan Belawan II, serta dari berbagai literatur, jurnal, buku, dan internet yang mendukung penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui ketersediaan pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II per dua harinya yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pertanyaan mengenai kelompok pangan dan jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi, seperti kelompok padi- padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/ biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain.

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui akses pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pertanyaan yang berkaitan dengan akses fisik, akses ekonomi, dan akses sosial.

Untuk identifikasi masalah 3, dianalisis dengan metode kuantitatif untuk menggambarkan pemanfaatan pangan rumah tangga miskin dengan cara menghitung tingkat skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kelurahan Belawan II.

Perhitungan dilakukan berdasarkan acuan PPH (Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2016) dengan rumus sebagai berikut.

1) Konsumsi Aktual

π‘²π’π’π’”π’–π’Žπ’”π’Š π‘¨π’Œπ’•π’–π’‚π’ = π‘²π’π’π’”π’–π’Žπ’”π’Š π‘·π’‚π’π’ˆπ’‚π’ π‘Ήπ’–π’Žπ’‚π’‰ π‘»π’‚π’π’ˆπ’ˆπ’‚ π‘±π’–π’Žπ’π’‚π’‰ π‘¨π’π’ˆπ’ˆπ’π’•π’‚ π‘Ήπ’–π’Žπ’‚π’‰ π‘»π’‚π’π’ˆπ’ˆπ’‚

2) Energi Aktual

π‘¬π’π’†π’“π’ˆπ’Š π‘¨π’Œπ’•π’–π’‚π’ =π‘²π’π’π’”π’–π’Žπ’”π’Š π‘¨π’Œπ’•π’–π’‚π’

𝟏𝟎𝟎 𝒙 π‘­π’‚π’Œπ’•π’π’“ π‘²π’π’π’—π’†π’“π’”π’Š (π’Œπ’Œπ’‚π’)

3) % Angka Kecukupan Energi (% AKE)

% 𝑨𝑲𝑬 = π‘¬π’π’†π’“π’ˆπ’Š π‘¨π’Œπ’•π’–π’‚π’

𝟐. πŸπŸ“πŸŽ 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

4) Skor AKE

Skor AKE = % AKE x Bobot

5) Penentuan Bobot

a. Sumber Tenaga (Karbohidrat dan Lemak) = 33,3%

Padi-padian (50%), umbi-umbian (6%), minyak dan lemak (10%), buah/biji berminyak (3%), dan gula (5%).). %AKG = 74%, maka bobot = 33,3% / 74%

= 0,5.

b. Sumber Zat Pembangun (Protein) = 33,3%

Pangan hewani (12%) dan kacang-kacangan (5%). %AKG = 17%, maka bobot

= 33,3% / 17% = 2,0.

c. Sumber Zat Pengatur (Vitamin dan Mineral) = 33,3%

Sayur dan buah (6%). %AKG = 6%, maka bobot = 33,3% / 6% = 5,0.

d. Lain-lain (0,1%)

Kelompok pangan lainnya terdiri dari aneka minuman dan bumbu (3%).

%AKG = 3%, maka bobot = 0,1% / 3% = 0,03.

6) Menghitung skor PPH

a. Jika skor AKE lebih tinggi dari skor maksimum, maka yang digunakan adalah skor maksimum.

Universitas Sumatera Utara

b. Jika skor AKE lebih rendah dari skor maksimum, maka yang digunakan adalah skor AKE.

Untuk identifikasi masalah 4, dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif untuk mengukur tingkat kerawanan pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II.

Kemudian diukur Tingkat Konsumsi Energi dan Protein untuk mengukur tingkat kerawanan pangan dengan rumus sebagai berikut:

π‘»π’Šπ’π’ˆπ’Œπ’‚π’• π‘²π’†π’„π’–π’Œπ’–π’‘π’‚π’ π‘¬π’π’†π’“π’ˆπ’Š = π‘²π’π’π’”π’–π’Žπ’”π’Š π‘¬π’π’†π’“π’ˆπ’Š

π‘¨π’π’ˆπ’Œπ’‚ π‘²π’†π’„π’–π’Œπ’–π’‘π’‚π’ π‘¬π’π’†π’“π’ˆπ’Š 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

π‘»π’Šπ’π’ˆπ’Œπ’‚π’• π‘²π’†π’„π’–π’Œπ’–π’‘π’‚π’ π‘·π’“π’π’•π’†π’Šπ’ = π‘²π’π’π’”π’–π’Žπ’”π’Š π‘·π’“π’π’•π’†π’Šπ’

π‘¨π’π’ˆπ’Œπ’‚ π‘²π’†π’„π’–π’Œπ’–π’‘π’‚π’ π‘·π’“π’π’•π’†π’Šπ’ 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Dengan acuan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara, kategori konsumsi energi dan protein sebagai berikut:

Sangat Kurang (Sangat Rawan Pangan) : TKE dan TKP <70% AKE dan AKP Kurang (Rawan Pangan) : TKE dan TKP 70-99% AKE dan AKP Normal (Tahan Pangan) : TKE dan TKP 100-129% AKE dan AKP Lebih (Sangat Tahan Pangan) : TKE dan TKP β‰₯ 130% AKE dan AKP

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

2. Rawan pangan adalah suatu keadaan dimana tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan.

3. Kerawanan pangan rumah tangga adalah suatu keadaaan yang hakekatnya menunjukkan ketidakmampuan rumah tangga memenuhi kecukupan pangan.

4. Rumah tangga miskin adalah rumah tangga yang memiliki pendapatan perkapita dibawah garis kemiskinan dan terdaftar dalam Program Keluarga Harapan (PKH).

5. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah suatu indikator yang digunakan untuk menghasilkan suatu komposisi standar pangan guna memenuhi kebutuhan dan keseimbangan gizi penduduk.

6. Angka Kecukupan Gizi adalah suatu nilai yang digunakan untuk menentukan jumlah zat yang baik dikonsumsi oleh tubuh dan zat apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

7. Angka Kecukupan Energi adalah suatu nilai yang digunakan untuk menentukan jumlah zat gizi (energi) yang baik dikonsumsi dan dibutuhkan oleh tubuh dinyatakan dalam satuan kkal/kap/hr.

Universitas Sumatera Utara

8. Angka Kecukupan Protein adalah suatu nilai yang digunakan untuk menentukan jumlah zat gizi (protein) yang baik dikonsumsi dan dibutuhkan oleh tubuh dinyatakan dalam satuan kkal/kap/hr.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

2. Sampel adalah rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan Kota Medan yang terdaftar rumah tangga yang terdaftar dalam Program Keluarga Harapan (PKH).

3. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2020.

38

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kelurahan Belawan II merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan dengan luas wilayah 1,75 Km2. Kelurahan Belawan II terdiri dari 44 (empat puluh empat) lingkungan.

Secara administrasif Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

ο‚· Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan I

ο‚· Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Belawan Bahagia

ο‚· Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Belawan Bahari

ο‚· Sebelah Barat berbatasan dengan Keluarah Belawan Sicanang

4.1.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Pada tahun 2019 penduduk di Kelurahan Belawan II berjumlah 21.496 orang dengan jumlah rumah tangga sebanyak 4.967 kepala keluarga. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Belawan I dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 10.439 48,56

Perempuan 11.057 51,44

Jumlah 21. 496 100,00

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan II, 2020

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penduduk dengan jenis kelamin perempuan di Kelurahan Belawan II lebih mendominasi daripada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk di Belawan II yang berjenis kelamin perempuansebanyak 11.057 orang atau 51,44%, sedangkan untuk penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 10.439 orang atau 48,56%.

4.1.3 Distribusi Penduduk Menurut Umur

Distribusi penduduk di Kelurahan Belawan II menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

0-9 3.365 15,65

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan II, 2020

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penduduk dengan usia 10-19 tahun merupakan yang paling banyak, yaitu sebanyak 4.110 orang atau sekitar 19,12% dari seluruh penduduk Kelurahan Belawan II dan penduduk dengan usia >60 tahun merupakan yang paling sedikit yaitu sebesar 1.024 orang atau sekitar 4,76% dari seluruh penduduk Kelurahan Belawan II.

4.1.4 Distribusi Penduduk Menurut Agama

Distribusi penduduk di Kelurahan Belawan II menurut agama dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Penduduk Menurut Agama

Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)

Islam 18.169 84,52

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan II, 2020

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Belawan II beragama Islam sebanyak 18.169 orang atau sekitar 84,52% dari seluruh penduduk Kelurahan Belawan II, dan penduduk yang menganut agama Hindu merupakan yang paling sedikit yaitu sebanyak 10 orang yaitu sekitar 0,04% dari seluruh penduduk Kelurahan Belawan II.

4.1.5 Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan

Penduduk Kelurahan Belawan II memiliki pekerjaan yang beragam. Distribusi penduduk Kelurahan Belawan II menurut pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

PNS 310 2,86

Pegawai Swasta 1.633 15,06

TNI/Polri

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan II, 2020

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan penduduk di Kelurahan Belawan II adalah buruh nelayan yakni sebanyak 2.134 orang atau 19,68% dari

Universitas Sumatera Utara

jumlah penduduk Kelurahan Belawan II yang bekerja. Hal ini disebabkan karena wilayah Kelurahan Belawan II letaknya dekat dengan lautan.

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel penelitian dalam penelitian ini merupakan rumah tangga penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Belawan II. Karakteristik sampel penelitian penelitian yang dimaksud meliputi umur, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, dan pengeluaran per bulan.

4.2.1 Umur

Memahami perbedaan umur penting dalam mengonsumsi pangan, karena dengan adanya perbedaan umur akan mengakibatkan perbedaan selera terhadap suatu jenis pangan yang akan dibeli dan dikonsumsi. Sebaran umur responden pada rumah tangga di Kelurahan Belawan II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Sebaran Umur Responden

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

21-35 12 12,90

36-50

>50

51 30

54,84 32,26

Jumlah 93 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata umur responden pada rumah tangga di Kelurahan Belawan II yang paling banyak yaitu berumur 36-50 tahun, dengan jumlah 54,84% dari keseluruhan sampel penelitian dan yang paling sedikit yaitu berumur 21-35 tahun atau sekitar 12,90% dari keseluruhan sampel penelitian.

4.2.2 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tangga akan sangat mempengaruhi dalam pembelian dan konsumsi pangan suatu rumah tangga tersebut. Adapun sebaran jumlah anggota rumah tangga di Kelurahan Belawan II dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Sebaran Jumlah Anggota Keluarga Responden

Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (Orang) Persentase (%)

1-4 26 27,96

Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Tabel 4.6 menunjukkan sebaran jumlah anggota keluarga pada rumah tangga di Kelurahan Belawan II. Jumlah anggota keluarga paling banyak yaitu antara 5-6 orang, dengan persentase 55,91% dari keseluruhan sampel penelitian dan yang paling sedikit yaitu lebih dari 6 orang, dengan persentase 16,13% dari keseluruhan sampel penelitian.

4.2.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pola pembelian dan konsumsi pangan suatu rumah tangga. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pendapatan rumah tangga tersebut pun akan meningkat, karena dengan adanya pendidikan yang tinggi maka akanmenentukan pekerjaan yang lebih baik pula.

Pekerjaan yang baik akan mendapatkan pendapatan yang tinggi, dengan demikian, pendapatn yang tinggi tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sebaran tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kelurahan Belawan II dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7 Sebaran Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

SD 11 11,83

Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Tabel 4.7 menunjukkan sebaran tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kelurahan Belawan II. Tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA, yaitu 51 orang atau 54,84% dari keseluruhan sampel penelitian. Sedangkan untuk tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah yaitu tingkat SD sebesar 11 orang atau 11,83% dari keseluruhan sampel penelitian.

4.2.4 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga mempengaruhi suatu rumah tangga dalam pembelian dan konsumsi pangan sehari-hari. Semakin rendah pendapatan suatu rumah tangga maka rumah tangga tersebut akan lebih memperhatikan kuantitas dibandingkan kualitasnya. Pendapatan rumah tangga miskin tidak terlalu bervariasi. Sebaran pendapatan rumah tangga di Kelurahan Belawan II dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.8 Sebaran Pendapatan Rumah Tangga Responden Pendapatan Rumah

Tangga

Jumlah

(Rumah Tangga) Persentase (%)

< 1.000.000 5 5,38

Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Tabel 4.8 diketahui bahwa pendapatan rumah tangga terbanyak di Kelurahan Belawan II yaitu antara Rp 1.000.000/bln sampai Rp 2.000.0000/bln yaitu sebanyak 58 rumah tangga atau 62,36% dari keseluruhan sampel.

44

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ketersediaan Pangan

Ketersediaan pangan yang cukup beragam, bergizi, dan berimbang, baik secara kuantitas maupun secara kualitas, merupakan pondasi yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Kekurangan pangan berpotensi memicu keresahan berdampak kepada masalah sosial, keamanan, dan ekonomi.

Ketersediaan pangan rumah tangga dapat dianalisis dengan menghitung jumlah bahan pangan yang disimpan atau distock oleh rumah tangga selama dua hari terakhir untuk konsumsi rumah tangganya. Banyaknya bahan pangan yang tersedia kemudian dikonversi ke dalam satuan kalori dengan tingkat kalori yang berbedabeda yang dimiliki oleh setiap kelompok pangan.

Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2012 sebagai acuan dalam pembangunan pangan dan gizi. Angka Kecukupan Energi (AKE) di tingkat konsumsi sebesar 2.150 kkal/kap/hari, dan 2.400 kkal/kap/hari di tingkat ketersediaan.

Tingkat ketersediaan pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II dapat ditentukan berdasarkan kuantitas atau mutu yang ditunjukan melalui energi per kapita per hari, selain itu tingkat ketersediaan pangan juga dapat digunakan untuk mengetahui keragaman pangan dari wilayah tersebut dengan menggunakan skor pola pangan harapan (PPH). Pada Tabel 5.1 berikut ketersediaan pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II masih berada dibawah skor PPH ideal.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1 Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Belawan II

Kelompok

Pangan Berat ( gr/kap/hari) Energi*(kkal/kap/hari)

Padi-padian 220,03 807,40

Umbi-umbian 48,24 53,94

Pangan Hewani 133,52 192,19

Minyak dan

Lemak 30,04 269,52

Buah/Biji

Berminyak 6,20 22,15

Kacang-kacangan 32,56 121,44

Gula 34,12 124,23

Sayur dan Buah 202,15 80,55

Lain-lain 2,50 4,21

Jumlah 709,36 1.675,63

Sumber: Data Primer Diolah, 2020 Keterangan:

*) Energi: 2.400 kkal/kapita/hari

Dari hasil Tabel 5.1 menunjukkan ketersediaan pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II. Ketersediaan pangan pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II per hari yaitu sebesar 709,36 gram/kapita/hari atau setara dengan 1.675,63 kkal/kapita/hari. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II dapat dikatakan belum mencukupi kebutuhan energi per hari yang dianjurkan sesuai dengan acuan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2012 Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 2.400 kkal/kap/hari di tingkat ketersediaan. Atau dengan kata lain stock atau ketersediaan pangan pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II tergolong dalam kategori kurang tersedia.

Pencapaian ketersediaan panagn dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan pola konsumsi dari masyarakat tersebut diantaranya kondisi iklim yang selalu berubah tidak menentu, kondisi geografis, kondisi sosial, kondisi

ekonomi, budaya, pendidikan, dan gaya hidup dari masyarakatnya sendiri (Prasetyarini et al. 2014).

Dalam penelitian ini, rumah tangga responden dalam kondisi ekonomi yang tidak baik. Rumah tangga responden merupakan rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang rendah, dengan jumlah anggota keluarga yang terbilang banyak, yakni sebanyak 55,91% rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 5-6 orang.

Hal tersebut membuat rumah tangga responden harus menyesuaikan pendapatan yang mereka peroleh agar dapat memenuhi kebutuhan pangan setiap anggota keluarga, maka mereka mengurangi porsi makan sesuai dengan pendapatan yang mereka peroleh.

Gambar 5.1 Grafik Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Belawan II

Ketersediaan sembilan jenis pangan pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II masih didominasi oleh ketersediaan padi-padian. Hal ini disebabkan

Padi-padian; 31% Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-kacangan

Gula Sayur dan Buah Lain-lain

Universitas Sumatera Utara

oleh karena padi-padian adalah salah satu kelompok makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia tiap harinya.

Adapun ketersediaan masing-masing kelompok pangan adalah sebagai berikut:

a. Padi-padian

Padi-padian merupakan salah satu kelompok makanan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia tiap harinya. Dalam penelitian ini kelompok padi-padian yang yang dikonsumsi oleh rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II adalah beras, terigu dan jagung. Kelompok padi-padian ini merupakan makanan yang kaya akan kandungan karbohidrat sehingga dapat dijadikan sebagai makanan pokok.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketersediaan makanan yang bersumber dari padi-padian oleh rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II pada tahun 2020 per harinya ada sebanyak 220,03 gram/kapita/hari. Untuk jelasnya diuraikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5.2 Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Kelompok Padi-padian Jenis Pangan Berat

Sumber: Data Primer Diolah, 2020 Keterangan:

*) Energi: 1.200 kkal/kapita/hari

Dari hasil Tabel 5.2 menunjukkan ketersediaan pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II untuk kelompok padi-padian. Terdapat perbedaan jumlah ketersediaan beras yang cukup jauh dibandingkan dengan jumlah ketersediaan

terigu dan gandum. Ketersediaan beras pada rumah tangga ada sebesar 97,03%

yang artinya, sampai saat ini konsumsi pangan kelompok padi-padian rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II masih didominasi oleh jenis pangan beras.

Ketersediaan kelompok padi-padian pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II termasuk kedalam kategori dengan kontribusi energi rendah dapat diketahui dengan tingkat ketersediaan padi-padian sebanyak 807,40 kkal/kapita /hari sedangkan tingkat ketersediaan yang ideal untuk padi-padian adalah 1.200 kkal/kapita/hari.

Padi-padian adalah kelompok bahan makanan yang dijadikan makanan pokok, sehingga ketersediaannya harus cukup, agar kebutuhan pangan manusia terpenuhi.

Namun pada penelelitian ini, rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II tidak memiliki ketersediaan kelompok bahan pangan padi-padian dalam jumlah yang cukup. Menurut Sukandar (2006) faktor yang berpengaruh pada ketersediaan pangan rumah tangga utamanya dipengaruhi oleh struktur demografi rumah tangga (jumlah anggota keluarga), tingkat pendidikan anggota rumah tangga, dan pendapatan rumah. Dalam hal ini pendapatan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II tergolong rendah, hal tersebut menyebabkan mereka melakukan adaptasi dengan mengatur/mengurangi porsi dan frekuensi makan anggota keluarga. Sehingga mereka mengurangi kebutuhan mereka akan kelompok padi-padian sesuai dengan pendapatan yang mereka peroleh.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.2 Grafik Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Kelompok Padi-padian

b. Umbi-umbian

Umbi-umbian merupakan hasil tanaman sumber karbohidrat di samping padi-padian. Jenis umbi-umbian antara lain: ubi jalar, ubi kayu, kentang, talas dan lain-lain. Umbi-umbian merupakan kelompok pangan yang dapat digunakan sebagai makanan pokok penganti beras, karena kandungan karbohidrat yang dimilikinya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketersediaan makanan yang bersumber dari umbi-umbian oleh rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II pada tahun 2020 per harinya ada sebanyak 48,24 gram/kapita/hari.

Untuk jelasnya diuraikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 5.3 Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Kelompok Umbi-umbian Jenis Pangan Berat

( gr/kap/hari)

Energi*

(kkal/kap/hari)

Persentase (%)

Ubi Kayu 22,67 29,79 47,00

Kentang 13,78 9,72 28,56

Ubi Jalar 11,79 14,43 24,44

Jumlah 48,24 53,94 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, 2020 Keterangan:

Beras; 97%

Terigu; 2% Jagung; 1%

Padi-padian

Beras Terigu Jagung

Dari hasil Tabel 5.3 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan umbi-umbian pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II per harinya menunjukkan perbedaan jumlah ketersediaan ubi kayu yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah ketersediaan ubi jalar dan kentang. Ketersediaan ubi kayu pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II adalah yang terbesar yaitu sebanyak 47%

dibandingkan jenis pangan lainnya. Hal ini berarti dalam pangan umbi-umbian, ubi kayu masih mendominasi dalam konsumsi atau ketersediaan pangan rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II.

Ketersediaan kelompok umbi-umbian pada rumah tangga miskin di Kelurahan Belawan II termasuk kedalam kategori dengan kontribusi energi rendah dapat diketahui dengan tingkat ketersediaan umbi-umbian sebanyak 53,94 kkal/kapita /hari sedangkan tingkat ketersediaan yang ideal untuk umbi-umbian adalah 144 kkal/kapita/hari.

Umbi-umbian merupakan salah satu bahan makanan yang menyumbang energi yang besar seperti halnya kelompok padi-padian, sehingga dapat juga dijadikan sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, pemerintah giat mengembangkan program diversifikasi konsumsi pangan. Pemerintah mulai menganjurkan konsumsi bahan pangan pokok selain beras, seperti umbi-umbian. Namun kenyataannya, beras masih mendominasi pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Menurut Mewa (2003), kebiasaan mengonsumsi beras sebagai bahan pokok membuat masyarakat mengalihkan fungsi umbi-umbian bukan sebagai makanan pokok tetapi sebagai makanan selingan atau snack, sehingga jumlah yang dikonsumsi juga sangat terbatas. Hal tersebut juga terjadi pada pola konsumsi

Umbi-umbian merupakan salah satu bahan makanan yang menyumbang energi yang besar seperti halnya kelompok padi-padian, sehingga dapat juga dijadikan sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, pemerintah giat mengembangkan program diversifikasi konsumsi pangan. Pemerintah mulai menganjurkan konsumsi bahan pangan pokok selain beras, seperti umbi-umbian. Namun kenyataannya, beras masih mendominasi pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Menurut Mewa (2003), kebiasaan mengonsumsi beras sebagai bahan pokok membuat masyarakat mengalihkan fungsi umbi-umbian bukan sebagai makanan pokok tetapi sebagai makanan selingan atau snack, sehingga jumlah yang dikonsumsi juga sangat terbatas. Hal tersebut juga terjadi pada pola konsumsi

Dokumen terkait