• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Nilai Perusahaan CAR adalah modal minimum yang cukup menjamin kepentingan pihak ketiga. Modal ini sangat penting bagi kemajuan bank dan dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian akibat dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya berasal sebagian besar dari dana pihak ketiga. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : CAR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.4.2 Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Nilai Perusahaan

Semakin besar rasio ini berarti bahwa manajemen bank cenderung menghasilkan laba operasi yang relatif lebih kecil sebagai akibat operasinya kurang efisien atau biaya operasi yang relatif lebih besar. Sehingga jika semakin besar rasio ini berarti manajemen semakin beroperasi kurang efisien sehingga laba akhir pun akan semakin kecil. Kondisi ini akan menurunkan reputasi bank meraih laba sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga saham perusahaan. Dan selanjutnya adalah semakin menurunnya return saham. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan

2.4.3 Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Nilai Perusahaan Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio ini dapat mengevaluasi kemampuan bank dalam mengatur tingkat suku bunga. Semakin tinggi rasio ini semakin besar keinginan investor untuk berinvestasi dan dengan sendirinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

2.4.4 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan LDR menggambarkan perbandingan antara kredit yang dikeluarkan bank dengan dana dari pihak ketiga. Meningkatnya LDR berarti meningkat pula pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank. Dengan semakin meningkatnya LDR berarti profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan laba yang semakin besar. Sebaliknya, akan berdampak terhadap penurunan harga saham jika semakin kecil rasio ini. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

2.4.5 Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif terhadap Nilai Perusahaan Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank. Kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur dan kemampuan membayar. Perhitungan kualitas aktiva produktif (KAP) sangat berguna untuk mengetahui bagaimana pihak bank dapat mengelola aktiva yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan semaksimal mungkin. Selain itu penilaian kualitas aktiva dimaksudkan untuk menilai kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul (Yunanto Adi Kusumo, 2008: 112). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan:

H5: Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.4.6 Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Nilai Perusahaan Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Peningkatan profitabilitas perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan prospek

perusahaan yang semakin baik pula. Perusahaan yang memiliki prospek baik sangat disukai oleh investor karena dianggap akan memberikan return yang baik. Sehingga investor menangkap peningkatan ROA sebagai sinyal positif yang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga semakin tinggi ROA maka semakin tinggi nilai perusahaan. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6: Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

2.4.7 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA)

Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan investaris bank.

Modal merupakan suatu variabel yang dapet digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank dengan menggunakan komponen CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity). Besarnya modal yang dimiliki suatu bank otomatis akan membuat terpengaruhinya jumlah aktiva produktif, sehingga semakin tinggi asset utilization (Timothy, 2000 dalam Ponco) maka modal harus bertambah besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR), maka Return on Asset (ROA) juga akan

semakin besar, dalam hal ini kinerja perbankan menjadi semakin meningkat atau membaik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002); Mawardi (2005); Suyono (2005) dan Merkusiwati (2007) menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :

H7: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap

Return On Asset (ROA)

2.4.8 Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return On Asset

BOPO merupakan rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2000). Ketika rasio BOPO meningkat, hal itu akan mencerminkan kurangnya kemampuan suatu bank dalam menekan biaya operasionalnya yang akan menimbulkan kerugian karena bank tersebut kurang efisien dalam mengelola usahanya. Dan sebalikanya ketika rasio BOPO semakin kecil maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno (2010) menunjukkan hasil bahwa Biaya Operasinal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan yang

diproksi dengan ROA karena semakin besar jumlah biaya operasi (BOPO), semakin rendah ROA. Kondisi ini terjadi disebabkan setiap peningkatan biaya operasi bank yang tidak dibarengi dengan peningkatan pendapatan operasi yang lebih besar akan berakibat berkurangnya laba sebelum pajak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007 dalam Mahfud 2011) menunjukkan bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian Almilia (2005 dalam Agistiara 2011) menunjukkan BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya positif artinya semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H8: BOPO berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA)

2.4.9 Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Return On Asset (ROA)

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga semakin besar perubahan Net Interest Margin (NIM) suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank

tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika perubahan Net Interest Margin (NIM) semakin kecil, profitabilitas bank (ROA) juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin menurun.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sudarini (2005) menyatakan bahwa NIM berpengaruh signifikan positif terhadap laba satu tahun ke depan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H9: Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA)

2.4.10 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA)

Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. LDR mencerminkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga pada Loan/kredit atau sejenis kredit untuk menghasilkan pendapatan atau perubahan laba. Jika dana pihak ketiga tidak tersalur atau iddle money makan akan menyebabkan bank kehilangan peluang untuk mendapatkan bunga, yang akan menyebabkan pendapatan rendah dan perubahan laba menjadi rendah.

Penelitian yang dilakukan Ponco (2008) LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007 dalam Mahfud 2011) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H10: Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA)

2.4.11 Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap Return On Asset (ROA)

Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap total aktiva produktif. APYD merupakan aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, sedangkan Total Aktiva Produktif merupakan total dari penanaman dana Bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Sehingga semakin kecil KAP menunjukkan semakin efektif kinerja Bank untuk menekan APYD serta memperbesar total aktiva produktif yang akan memperbesar pendapatan, sehingga laba yang dihasilkan semakin bertambah (Syahyunan, 2002).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sudarini (2005) menyatakan bahwa KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan laba karena penempatan dana bank adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang

diharapkan. Penempatan aktiva tersebut sebagian besar adalah dalam bentuk kredit dengan pengelolaan resiko yang baik dan maksimal sehingga mampu memperoleh peningkatan pendapatan bunga yang pada akhirnya akan meningkatkan Perubahan Laba. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H11: Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA)

2.4.12 Pengaruh CAR, BOPO, NIM, LDR, KAP Terhadap Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh suatu perusahaan ketika menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan devidennya. Apabila profitabilitas perusahaan baik, maka stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier dan investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi peusahaan. Dengan baiknya kinerja perusahaan meningkatkan pula nilai perusahaan (Suharli, 2006 dalam Hardiyanti). Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H12: CAR, BOPO, NIM, LDR, KAP berpengaruh secara simultan terhadap Nilai Perusahaan

2.4.13 Pengaruh CAR, BOPO, NIM, LDR, KAP Terhadap ROA

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba bersih perusahaan terhadap investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba perusahaan tersebut.

Kinerja keuangan dari suatu perusahaan yaitu mengharapkan laba bersih sebelum pajak yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin fleksibel perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. ROA juga dapat diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H13: CAR, BOPO, NIM, LDR, KAP berpengaruh secara simultan terhadap ROA

2.4.14 Pengaruh CAR Terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA sebagai Variabel Intervening

Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA) seperti penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002) dan Syofyan (2003). Disamping itu CAR mempunyai pengaruh positif pula terhadap nilai perusahaan, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Suardan (2003) dan Berliani (2008). Karena CAR berpengaruh positif terhadap ROA dan PBV, dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H14: CAR berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan ROA sebagai variabel intervening

2.4.15 Pengaruh BOPO Terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA sebagai Variabel Intervening

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai pengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA) seperti penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) dan Mawardi (2005). Disamping itu BOPO mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sebagaimana penelitian yang dilakukan Sarifudin (2005). Karena BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA dan PBV, dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H15 : BOPO berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan ROA sebagai variabel intervening

2.4.16 Pengaruh NIM Terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA sebagai Variabel Intervening

Semakin tinggi rasio ini semakin besar keinginan investor untuk berinvestasi dan dengan sendirinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan. Semakin besar perubahan Net Interest Margin (NIM) suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Dari uraian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H16 : NIM berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan ROA sebagai variabel intervenin

2.4.17 Pengaruh LDR Terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA sebagai Variabel Intervening

Loan to Depositt Ratio (LDR) mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA) sebagaimana Mahardian (2008) dan Nugroho (2010). Disamping itu LDR mempunyai pengaruh positif pula terhadap nilai perusahaan, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Berliani (2008) dan Artwienda (2008). Karena LDR berpengaruh positif terhadap ROA dan PBV, dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.4.18 Pengaruh KAP Terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA sebagai Variabel Intervening

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sudarini (2005) menyatakan bahwa KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan laba karena penempatan dana bank adalah untuk mencapai tingkat penghaslian yang diharapkan. Penempatan aktiva tersebut sebagian besar adalah dalam bentuk kredit dengan pengelolaan resiko yang baik dan maksimal sehingga mampu memperoleh peningkatan pendapatan bunga yang pada akhirnya akan meningkatkan Perubahan Laba. Kualitas aktiva produktif dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur dan kemampuan membayar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.

BAB I

PENDAHULUAN

Dokumen terkait