TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Dalam pendirian perusahaan, tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi pada pemegang saham. Menurut Taswan dan Soliha (2002), nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajer membuat keputusan investasi yang menghasilkan net present value positif.
Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan
tujuan utama perusahaan. Menurut Husnan (2001) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Pengertian nilai perusahaan menurut Brigham dan Ehrhardt (2002) adalah sebagai berikut: Value is determined by result as reaveable in financial statement value of firm is stockholder wealth maximization, which translates
into maximing the price of the firm’s common stock. Artinya nilai perusahaan merupakan nilai yang dapat ditentukan dengan perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan, nilai perusahaan terlihat dari maksimalisasi kekayaan pemegang saham yang diartikan kedalam memaksimalkan harga saham dari perusahaan.
Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), ada beberapa konsep yang menjelaskan nilai perusahaan yaitu nilai nominal, nilai intrinsik, nilai likuidasi, nilai buku dan nilai pasar. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar
konsep akuntansi. Nilai pasar adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham sedangkan konsep yang paling representatif untuk menentukan nilai suatu perusahaan adalah konsep intrinsik. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan nilai aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dikemudian hari.
Penilaian kesehatan bank dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 atau berdasarkan aturan lainnya seperti surat edaran Bank Indonesia atau Surat Keputusan Menteri Keuangan. Dalam penilaian kesehatan bank ini, semua bank diharuskan membuat laporan rutin dan laporan berkala kepada Bank Indonesia tentang seluruh aktivitasnya dalam satu periode. Penilaian ini dilakukan untuk menetapkan status suatu bank apakah termasuk dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat.
Dari berbagai rasio keuangan yang ada, salah satu rasio yang banyak digunakan didalam pengambilan keputusan investasi adalah rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan (Price to Book Value Ratio). Price to Book Value Ratio (PBV) mampu menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan. PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houston, 2001).
Banyak faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, yang mana penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan sendiri telah banyak dilakukan, antara lain kinerja keuangan suatu perusahaan. 2.1.3 Return On Asset (ROA)
Laba adalah pendapatan bersih atau kinerja hasil pasti yang menunjukkan efek bersih kebijakan dari kegiatan bank dalam satu tahun anggaran. Tujuan utama perbankan tentu saja berorientasi pada laba. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas (Simorangkir, 2004). Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan.
Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini ROA terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Akan tetapi, jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba artinya perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.
Menurut Martin et, al (2002:518) menyatakan rasio ini bermanfaat untuk mengukur efektifitas operasional manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atas aktiva yang digunakan. Dengan asumsi faktor-faktor lain tetap, maka semakin tinggi rasio ROA akan semakin kecil risiko yang harus dihadapi investor dalam penanaman modalnya di perusahaan tersebut. Dengan berkurangnya risiko atas suatu saham, maka saham tersebut akan diminati oleh setiap investor. Hal ini menimbulkan kenaikan dalam permintaan saham yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham dan berdampak pada tingginya nilai perusahaan .
Semakin tinggi rasio ROA semakin tinggi pula tingkat pengembalian atas investasi maka kepercayaan investor terhadap perusahaan juga tinggi sehingga permintaan atas saham tinggi, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian maka besarnya rasio ROA dapat mempengaruhi harga saham.
ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar Husnan (2001). Kinerja keuangan bisa saja mengalami penuruan. Untuk mengatasi penurunan kinerja keuangan tersebut yaitu dengan cara menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan
anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai per-usahaan itu sendiri kepada para stakeholder. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia ROA diformulasikan sebagai berikut berikut :