• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari pengertian ini, diketahui bahwa bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi yang memberikan jasa kepada unit surplus maupun unit defisit. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengendalikan kepercayaan masyarakat sehingga mestinya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara.Dapat disimpulkan bahwa, bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana untuk berbagai tujuan atau financial intermediary. Menurut Lubis (2010) fungsi bank secara spesifik yaitu sebagai Agent of Trust, Agent of Development dan Agent of Services.

Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter.Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di

depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau group usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun.

Disamping fungsi-fungsi di atas, bank juga harus memperhatikan tujuan utama dari berdirinya suatu perusahaan dan tidak boleh meninggalkan tujuan-tujuan tersebut.Tujuan utama berdirinya perusahaan yaitu memperoleh profitabilitas, memaksimalkan laba atau kekayaan, dan memaksimalkan nilai perusahaan. Perusahaan (firm) adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang dan/atau jasa untuk dijual. Menurut theory of the firm, tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik akan menghasilkan laba yang maksimal sehingga memiliki tingkat pengembalian investasi yang tinggi pada pemegang saham. Suharli (dalam Agustina, 2014). Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value (PBV). PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

Informasi dalam laporan keuangan menyajikan hasil kerja perusahaan pada periode yang berjalan dan dapat dijadikan sebagai pedoman yang memadai untuk memprediksikan hasil atau penerimaan pada periode berikutnya terkait dengan tujuan manajemen keuangan sendiri yaitu untuk memaksimalkan nilai perusahaan.Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai ekspektasi nilai investasi para pemegang saham (harga pasar ekuitas) sebagai reaksi terhadap informasi yang diberikannya yang mencakup harga pasar saham dan volume saham yang beredar. Jika calon investor melihat bahwa pengembalian yang diterimanya di kemudian hari memiliki nilai yang tinggi, maka permintaan akan saham tersebut akan meningkat dan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan meningkat di mata para investor.

Kinerja perusahaan diukur dengan rasio profitabilitas Return On Asset (ROA) karena ROA menunjukkan pengukuran kinerja yang lebih baik. Dod dan Chen (dalam Nirmalasari, 2010). Disamping itu ROA dianggap lebih mempresentasikan kepentingan pemegang saham.Tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat dari rasio-rasio keuangan.Rasio profitabilitas menjadi salah satu ukuran yang penting karena memberikan informasi kepada investor tentang seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba baik dengan menggunakan aset yang ada maupun dengan menghasilkan laba bagi para pemegang saham.Profitabilitas perusahaan perbankan menunjukkan pendapatan yang mampu dihasilkan oleh perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu.Sehingga untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh suatu

perusahaan, maka dapat digunakan rasio profitabilitas. Karena semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Dalam hal ini, kas merupakan ukuran akhir dari profitabilitas, sehingga laporan arus kas dapat menjawab keraguan dan membantu investor untuk menilai kualitas laba yang dihasilkan perusahaan dan melihat bagaimana aliran dana yang telah dan akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk memberikan tingkat hasil yang memadai berupa dividen tunai atas investasi mereka serta untuk menilai efektivitas penggunaan sumber daya perusahaan. Dalam bidang keuangan yang menjadi fokus adalah arus kas bersih karena arus kas bersih adalah kas aktual yang dihasilkan perusahaan dalam satu tahun tertentu (Brigham dan Houston 2001 : 47). Profitabilitas perbankan dalam penelitian ini digambarkan oleh Return on Assets, capital adequacy ratio, net interest margin, loan to deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional dan kualitas aktiva produktif.

Return on Assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang penting bagi bank karena digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktivanya. ROA adalah perbandingan antar laba setelah pajak terhadap total aktiva. Semakin besar ROA menunjukkan peningkatan profitabilitas bank. Semakin tinggi rasio ROA maka semakin tinggi kemampuan bank untuk mendatangkan laba dari pemanfaatan asset yang dimilikinya. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham Husnan

(2001) .Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.

Dari berbagai rasio keuangan yang ada, salah satu rasio yang banyak digunakan didalam pengambilan keputusan investasi adalah rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan (Price to Book Value Ratio), dimana nilai buku dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.Semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham.

Price to Book Value (PBV) juga menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan.Perusahaan yang berjalan baik umumnya mempunyai PBV diatas 1, yang menunjukkan nilai pasar lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi PBV semakin tinggi pula return saham. Semakin tinggi return saham akan menambah pendapatan perusahaan sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen.

Bursa Efek termasuk salah satu institusi penting yang beroperasi dalam memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional.Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal untuk menciptakan pasar

modal Indonesia yang stabil. Melihat perkembangan pasar modal yang dikaitkan dengan pengaruh global, krisis yang melanda Indonesia pada saat ini, tantangan yang yang semakin berat dan prospek perusahaan yang semakin tidak jelas, penilaian kinerja suatu entitas bisnis di pasar modal mutlak untuk dilaksanakan.

Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mencerminkan kemampuan bank untuk menutup risiko kerugian dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan bank dalam mendanai kegiatan operasionalnya. Idroes (dalam Agistiara, 2011) . Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008, permodalan minimum yang harus dimiliki bank adalah 8%. Bank yang memiliki modal yang cukup diartikan ke dalam profitabilitas yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi modal yang diinvestasikan di bank maka semakin tinggi pula profitabilitas bank

Faktor kedua yang diduga mempengaruhi ROA dan PBV yaitu Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan harapan pihak manajemen dan pemegang saham) serta digunakan untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005). Dengan demikian efisiensi operasi suatu

bank yang diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. Dendawijaya (dalam Agistiara, 2011).

Faktor ketiga yang diduga mempengaruhi ROA dan PBV yaitu Net Interest Margin (NIM). Dalam dunia perbankan, Net Interest Margin (NIM) merupakan ukuran untuk membedakan antara bunga pendapatan yang diperoleh bank ,atau lembaga keuangan, dengan jumlah bunga yang diberikan kepada pihak pemberi pinjaman. NIM itu sendiri bertujuan untuk melakukan evaluasi bank dalam mengelola berbagai resiko yang mungkin terjadi pada suku bunga. Ketika keuntungan yang diperoleh dari pasar perbankan Indonesia meningkat maka hal ini dapat menimbulkan munculnya akuisisi bank lokal oleh bank asing karena Net Interest Margin bank-bank di Indonesia paling tinggi se-Asia. Dengan demikian besarnya NIM akan mempengaruhi laba-rugi Bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut.

Faktor keempat yang diduga mempengaruhi ROA dan PBV yaitu Loan to Deposits Ratio (LDR) merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dendawijaya (dalam Agistiara, 2011). LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78-100 % (Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/PBI/2010).

Besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas suatu bank karena besarnya jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit akan membuat jumlah dana yang menganggur berkurang sehingga penghasilan bunga yang diperoleh akan meningkat. Hal ini tentunya akan meningkatkan LDR sehingga profitabilitas bank juga meningkat

Faktor terakhir yang diduga mempengaruhi ROA dan PBV yaitu kualitas aktiva produktif. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam bentuk rupiah maupun valuta asing, kredit yang diberikan, surat berharga yang diterbitkan serta penempatan pada bank lain. sehingga rasio kualitas aktiva produktif adalah rasio yang digunakan untuk menghitung keseluruhan kredit yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Kualitas aktiva produktif dapat dihitung dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap Total aktiva produktif. APYD merupakan aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, sedangkan Total Aktiva Produktif merupakan total dari penanaman dana dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.

Penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (dalam Agistiara, 2011) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh yang signifikan positif antara Capital Adequecy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Usman (dalam Agistiara, 2011) yang menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif, sementara itu Mawardi (2005) mengatakan bahwa tidak adanya pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA).

BOPO yang diteliti oleh Usman (dalam Agistiara, 2011) yang berjudul analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia dan Sudarini (dalam Agistiara, 2011) menunjukkan hasil yang positif terhadap pengaruh BOPO terhadap perubahan laba, sedangkan menurut Mawardi (2005) menunjukkan pengaruh yang negatif.

Net Interest Margin (NIM) yang diteliti oleh Mawardi (2005) yang berjudul analisis pengaruh efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum yang beroperasi di Indonesia menunjukkan hasil Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan menurut Usman (dalam Agistiara, 2011), Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif.

Loan to Deposit Ratio (LDR) yang diteliti oleh Usman (dalam Agistiara, 2011) yang berjudul analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada bank-bank di Indonesia menunjukkan adanya pengaruh positif antara Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap perubahan laba.Sementara pada Werdaningtyas (dalam Agistiara, 2011) pengaruh negatif.

Kualitas Aktiva Produktif (KAP), yang diteliti oleh Nu’man (2009 dalam

Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap total aktiva produktif. APYD merupakan aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, sedangkan Total Aktiva Produktif merupakan total dari penanaman dana Bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan, sehingga semakin kecil KAP menunjukkan semakin efektif kinerja Bank untuk menekan APYD serta memperbesar total aktiva produktif yang akan memperbesar pendapatan, sehingga laba yang dihasilkan semakin bertambah (Syahyunan, 2002). Oleh karena itu, dari pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh terhadap Laba. Berdasarkan hasil penelitian dengan teori menunjukkan hasil yang berbeda, maka menarik untuk dilakukan penelitian.

Adanya hubungan yang tidak konsisten antara variabel CAR, BOPO, NIM, LDR, dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap ROA maupun PBV, serta adanya hasil penelitian yang berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu, maka berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengangkat judul

“Pengaruh CAR, BOPO, NIM, LDR dan Kualitas Aktiva Produktif

Terhadap Nilai Perusahaan dengan ROA sebagai Variabel Intervening pada Industri Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.”

Dokumen terkait