• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipotesis Penelitian

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh M. Mushawwir S. NIM (Halaman 29-0)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah: “jika dilaksanakan model pembelajaran langsung, maka hasil belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran siswa dapat meningkat”.

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi: Perencanaan (Planning), tindakan (Action), refleksi (Reflection).

B. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIIIASMP Negeri 27 Makassar pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa sebanyak 28 yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

C. Faktor yang diselidiki

Faktor yang diselidiki untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

a. Faktor input, yaitu kehadiran siswa, siswa yang memperhatikan dan mencatat, keaktifan siswa, kerja sama siswa, siswa yang menyimpulkan materi, siswa yang mengerjakan tugas/PR dan siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran.

b. Faktor proses pembelajaran, interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan siswa lainnya pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran langsung.

c. Faktor output, yaitu peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran langsung.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Selanjutnya diuraikan gambaran umum yang dilakukan pada dua siklus sebagai berikut .

1. Siklus pertama dilaksanakan selama 2 minggu (sebanyak 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran)

2. Siklus kedua dilakukan selama 2 minggu (sebanyak 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran)

Tiap siklus terdiri dari beberapa tahap kegiatan sesuai rancangan penelitian. Berikut ini dijelaskan mengenai gambaran kegiatan kedua siklus tersebut

Gambaran Siklus I 1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.

a. Menelaah Kurikulum Matematika Tingkat Satuan Pendidikan SMP kelas VIII yang akan diajarkan.

b. Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung.

c. Membuat format observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas ketika pelaksanaan tindakan kelas sedang berlangsung.

d. Membuat dan menyusun alat evaluasi.

18

2. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi.

4. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, demikian pula hasil evaluasinya. Dari hasil yang didapatkan peneliti akan merefleksikan diri dengan melihat data observasi, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis pada tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.

Gambaran Siklus 2 :

Kegiatan dalam siklus 2 ini adalah mengulangi langkah kerja siklus I sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan-kegiatan dalam siklus I diulang secara spiral yang memungkinkan terjadinya siklus-siklus yang lebih kecil, dimana tiap siklus kecil tersebut adalah perbaikan dari siklus sebelumnya.

E. Data dan cara pengambilan data

1. Sumber data : Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.

2. Jenis data : Jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kuantitatif : Diperoleh dari tes hasil belajar pada akhir setiap siklus.

Data kualitatif : Diperoleh dari lembar observasi dan tanggapan siswa.

3. Cara pengambilan data :

a. Hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes kepada siswa setiap akhir siklus.

b. Data tentang situasi belajar pada saat dilakukan tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yang terdiri atas rata-rata (mean), rentang (range), median, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum yang diperoleh siswa pada tiap siklus. Sedangkan data hasil observasi dianalisis secara kualitatif.

Menurut Ketuntasan Departemen Pendidikan Nasional (Purwanto:2004), Siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar. Kategorisasi tersebut terdiri atas 5 kriteria penilaian terhadap hasil belajar, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi, sebagai berikut:

20

TABEL 3.1 Kategori Standar Hasil Belajar Berdasarkan Depertemen Pendidikan Nasional

No Skor Kategori

1 0 – 54 Sangat Rendah

2 55 – 64 Rendah

3 65 – 79 Sedang

4 80 – 89 Tinggi

5 90 – 100 Sangat Tinggi

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah bila skor rata- rata hasil belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar dapat meningkat secara nyata dan perubahan tingkah laku siswa terhadap bahan ajar/materi dengan menerapkan model pembelajaran langsung.

Menurut ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 27 Makassar siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor minimal 75 dari skor ideal 100 dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85 % dari siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Siklus I

a) Analisis deskriptif hasil belajar matematika siswa pada Siklus I.

Data hasil belajar matematika siswa pada Siklus I diperoleh melalui pemberian tes hasil belajar matematika setelah penyajian sub pokok bahasan lingkaran. Adapun deskriptif skor hasil belajar matematika siswa pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I Statistik Nilai Statistik

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar setelah pemberian tindakan pada Siklus I adalah 74,14 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor tertinggi 91 dan skor terendah 62 dengan standar deviasi 7,72.

Apabila skor hasil belajar matematika siswa tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Departemen

22

Pendidikan Nasional, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar matematika siswa pada Siklus I, sebagai berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 – 54 Sangat rendah 0 0

55 – 64 Rendah 3 10,71

65 – 79 Sedang 19 67,86

80 – 89 Tinggi 5 17,86

90 – 100 Sangat Tinggi 1 3,57

Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah;

10,71% yang masuk dalam kategori rendah; 67,86% yang masuk dalam kategori sedang; 17,86% yang masuk dalam kategori tinggi; dan 3,57% yang masuk dalam kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data Tabel 4.1 diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 74,14. Jika skor rata-rata siswa tersebut dikelompokkan ke dalam kategori seperti pada Tabel 4.2 maka skor rata-rata tersebut berada pada kategori sedang.

Deskripsi secara kuantitatif ketuntasan belajar matematika siswa setelah pemberian tindakan pada siklus I, diperlihatkan pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3.Deskripsi ketuntasan belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar pada siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 - 74 Tidak Tuntas 13 46,43

75 - 100 Tuntas 15 53,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, setelah pemberian tindakan pada Siklus I terdapat 13 siswa dalam kategori tidak tuntas dan sebanyak 15 siswa dalam kategori tuntas.

b) Analisis deskriptif sikap siswa dalam proses pembelajaran pada Siklus I.

Data sikap siswa pada Siklus I diperoleh melalui observasi siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun deskripsi sikap siswa pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

24

Tabel 4.4. Tabel hasil observasi pada pembelajaran langsung siklus I

No. Komponen yang Diamati Pertemuan Persentase

1 2 3 4 (%)

1. Siswa yang hadir pada saat

pembelajaran. 28 27 28 28 99,11

2. Siswa yang bertanya pada proses

belajar mengajar 10 8 8 7 29,46

3. Siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran

22 22 24 26 83,93

4. Siswa yang aktif mengerjakan soal latihan/LKS yang diberikan pada proses belajar mengajar berlangsung.

21 21 23 23 78,57

5. Siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru pada proses belajar mengajar.

5 5 7 8 22,32

6. Siswa yang mengajukan diri untuk

mengerjakan soal di papan tulis. 4 5 7 8 21,43

7. Siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada proses belajar mengajar

10 10 12 15 41,96

8. Siswa yang mengerjakan tugas/PR. 25 26 27 27 91,25 9. Siswa yang melakukan kegiatan lain

yang sifatnya mengganggu pembelajaran

6 5 4 4 16,96

Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, kehadiran siswa mengikuti pelajaran rata-rata mencapai 99,11%, siswa yang bertanya pada proses belajar mengajar rata-rata mencapai 29,46%, siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran rata-rata mencapai 83,93%, siswa yang aktif mengerjakan soal latihan/LKS yang diberikan pada proses belajar mengajar rata-rata mencapai 78,57%, siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru pada proses belajar mengajar 22,32%, siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis

21,43%, siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada proses belajar mengajar rata mencapai 41,96%, siswa yang mengerjakan tugas/PR rata-rata mencapai 91,25% dan siswa yang melakukan kegiatan lain yang sifatnya mengganggu pembelajaran rata-rata mencapai 16,96%.

c) Refleksi Siklus I

1) Tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi masih kurang, seiring dengan banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan dan meminta bimbingan dari tiap pertemuan tetapi siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru semakin meningkat.

2) Masih kurangnya rasa percaya diri dari siswa untuk tampil kedepan untuk menyelesaikan soal.

3) Masih adanya siswa yang melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung karena sebelumnya siswa telah terbiasa pasif dalam menerima materi pelajaran dan masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas/PR.

4) Frekuensi kehadiran siswa tergolong cukup tinggi. Pada pertemuan pertama, ketiga, dan keempat seluruh siswa hadir mengikuti proses pembelajaran. Pada pertemuan kedua, dari 28 siswa hanya 27 siswa yang hadir. Hal ini disebabkan adanya siswa yang sakit.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes akhir siklus I tergolong sedang dan masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Sehingga ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus pertama belum mencapai ketuntasan klasikal 85 %.

26

d. Keputusan

Dilihat dari perolehan nilai tes, masih terdapat siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM, yakni ada 13 orang siswa yang masih berada dalam kategori tidak tuntas dan 3 orang yang hasil belajarnya masih dalam kategori rendah.

Dilihat dari hasil lembar observasi siswa, dapat menunjukkan bahwa belum terjadi perubahan sikap siswa yang berarti. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya dengan mengupayakan perbaikan dengan memberikan perhatian dan bimbingan khusus kepada siswa yang tergolong dalam kategori rendah serta memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Siklus II

a) Analisis deskriptif hasil belajar setelah pemberian tindakan pada Siklus II.

Data hasil belajar matematika siswa pada Siklus II diperoleh melalui pemberian tes hasil belajar matematika setelah menyelesaikan sub pokok bahasan lingkaran. Adapun deskriptif skor hasil belajar matematika siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II Statistik Nilai Statistik

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa setelah pemberian tindakan pada Siklus II adalah 81,93 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor tertinggi 97 dan skor terendah 75 dengan standar deviasi 6,54.

Apabila skor hasil belajar matematika siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar matematika siswa pada Siklus II, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase

90 – 100 Sangat Tinggi 4 14,28

Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah dan rendah; 42,86% yang masuk dalam kategori sedang dan tinggi; dan 14,28%

yang masuk dalam kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data Tabel 4.5 diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 81,93. Jika skor rata-rata siswa tersebut dimasukkan pada tabel 4.6 maka skor rata-rata masuk pada kategori tinggi.

Deskripsi secara kuantitatif ketuntasan belajar matematika siswa setelah pemberian tindakan pada siklus II, diperlihatkan pada tabel 4.7 berikut ini :

28

Tabel 4.7 Deskripsi ketuntatasan belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar pada siklus II.

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 - 74 Tidak Tuntas 0 0

75 - 100 Tuntas 28 100

Jumlah 28 100

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, setelah pemberian tindakan pada Siklus II semua siswa masuk dalam kategori tuntas.

b) Analisis deskriptif sikap siswa dalam proses pembelajaran pada Siklus II Tabel 4.8 Hasil observasi pada pembelajaran pendekatan kontekstual siklus II No. Komponen yang Diamati Pertemuan Persentase

1 2 3 4 (%)

1. Siswa yang hadir pada saat

pembelajaran. 28 28 28 28 100

2. Siswa yang bertanya pada proses

belajar mengajar 7 5 4 4 17,86

3. Siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran

26 27 28 28 97,32

4. Siswa yang aktif mengerjakan soal latihan/LKS yang diberikan pada proses belajar mengajar berlangsung.

23 25 25 27 89,29

5. Siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru pada proses belajar mengajar.

9 11 12 14 41,07

6. Siswa yang mengajukan diri untuk

mengerjakan soal di papan tulis. 9 9 11 13 37,50

7. Siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada proses belajar mengajar

14 15 17 18 57,14

8. Siswa yang mengerjakan tugas/PR. 26 27 28 28 97,32 9. Siswa yang melakukan kegiatan lain

yang sifatnya mengganggu pembelajaran

4 4 3 2 11,61

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, kehadiran siswa mengikuti pelajaran mencapai 100%, siswa yang bertanya pada proses belajar mengajar rata-rata mencapai 17,86%, siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran rata-rata mencapai 97,32%, siswa yang aktif mengerjakan soal latihan/LKS yang diberikan pada proses belajar mengajar rata-rata mencapai 89,29%, siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru pada proses belajar mengajar rata-rata mencapai 41,07%, siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis 37,50%, siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada proses belajar mengajar rata mencapai 57,14%, siswa yang mengerjakan tugas/PR rata-rata mencapai 97,32% dan siswa yang melakukan kegiatan lain yang sifatnya mengganggu pembelajaran rata-rata mencapai 11,61%.

c) Refleksi Siklus II.

1) Perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh guru menunjukkan peningkatan. Hal ini ditandai dengan berkurangnya siswa yang mengajukan pertanyaan dan siswa yang meminta bimbingan serta siswa yang menjawab dan menanggapi pertanyaan lisan guru semakin bertambah.

2) Tingkat keberanian siswa semakin baik, terlihat dari banyaknya siswa yang ingin tampil kedepan.

3) Siswa yang melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung sudah mulai berkurang. Hal ini terlihat dari pertemuan

30

pertama dan kedua terdapat 4 siswa sedangkan pertemuan ketiga dan keempat masing-masing terdapat 3 dan 2 siswa.

4) Siswa yang tidak mengerjakan tugas/PR sudah mulai berkurang.

5) Frekuensi kehadiran siswa semakin meningkat jika dibandingkan pada siklus I.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes akhir siklus II tergolong tinggi. Sehingga ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus kedua sudah mencapai ketuntasan klasikal (85 % ketuntasan klasikal)

d. Keputusan

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama Siklus II, dapat diketahui bahwa: (1) siswa sudah aktif belajar untuk mengkonstruksi pemahamannya terhadap materi yang diberikan; (2) terjadi peningkatan jumlah siswa yang menjawab pertanyaan dan menyimpulkan materi yang dibahas serta siswa yang mencatat materi pelajaran pada saat proses belajar mengajar berlangsung; (4) terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat dari skor rata-rata hasil belajar siswa dimana pada siklus I adalah 74,14 menjadi 81,93 dan skor hasil belajar siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi pada siklus I yakni ada 4 orang menjadi 7 orang pada siklus II.

3. Hasil tanggapan siswa setelah pemberian tindakan pada proses pembelajaran.

Pada akhir penelitian penulis memberikan pertanyaan tanggapan kepada siswa untuk memberikan komentar tentang pembelajaran matematika serta proses

belajar mengajar selama penelitian berlangsung yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, kemudian disimpulkan sebagai berikut : a) Tanggapan siswa tentang pelajaran matematika

Berdasarkan analisis tanggapan siswa tentang pelajaran matematika diperoleh bahwa ada beberapa siswa yang senang pelajaran matematika dan ada yang tidak senang, adapula kadang-kadang senang kadang-kadang tidak. Pada umumnya siswa yang tidak senang belajar matematika beralasan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat sulit karena memiliki banyak rumus.

Sedangkan siswa yang kadang-kadang senang beralasan materi yang diberikan oleh guru kadang mudah dimengerti kadang tidak. Bagi siswa yang senang belajar matematika beralasan bahwa pelajaran matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, dengan belajar matematika dapat menghitung dengan baik dan benar. Adapula yang beralasan bahwa pelajaran matematika memberi tantangan bagi dirinya, sebagian lagi beralasan bahwa pelajaran matematika berguna bagi masa depan (misalnya dapat melanjutkan studi dan mencari kerja).

b) Tanggapan siswa tentang pembelajaran matematika dengan mode pembelajaran langsung.

Secara umum siswa mengatakan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung sangat bagus dan menyenangkan. Pelajaran mudah dimengerti dan dipahami karena contoh-contoh yang diberikan dijelaskan selangkah demi selangkah. Pelajaran dimulai dengan benda-benda yang ada di sekitar siswa yang bisa langsung dilihat dan diraba oleh siswa. Jadi mereka belajar matematika tidak lagi menghafal apalagi hanya menghayal tentang konsep

32

yang sedang dipelajari sehingga mereka mudah mengerti dan memahami pelajaran yang dipelajari. Disamping itu pembentukan kelompok kemudian membagikan LKS pada setiap kelompok sangatlah menyenangkan karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara aktif menemukan sendiri konsep/rumus matematika dari suatu materi dan membiasakan menjalin kerjasama dengan teman yang lain.

c) Saran siswa tentang perbaikan pembelajaran matematika.

Adapun saran-saran yang dikemukakan siswa sebagai upaya perbaikan proses belajar mengajar matematika adalah agar pelajaran matematika sebaiknya diajarkan dengan mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan benda-benda atau situasi yang ada di sekitar kita. Kemudian dalam proses belajar mengajar guru seharusnya memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum mereka pahami.

Memberikan penjelasan terlebih dahulu jika ada soal atau latihan yang akan diselesaikan, demikian pula sebaiknya lebih banyak membahas soal-soal dengan tujuan agar terbiasa dan terlatih dalam mengerjakan soal.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Peningkatan hasil belajar matematika Siswa Kelas VIIIASMP Negeri 27 Makassar.

Berdasarkan analisis deskriptif hasil belajar matematika siswa kelas VIIIA

SMP Negeri 27 Makassar, diperoleh bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada Siklus I adalah 74,14, sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada Siklus II adalah 81,93 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Ini menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor sebesar 7,79 sehingga secara kuantitatif diperoleh bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar setelah penerapan model pembelajaran langsung dari kategori sedang menjadi kategori tinggi.

Pada Siklus II tampak bahwa pada umumnya siswa mengalami peningkatan skor hasil belajar matematika. Hal ini disebabkan antara lain pada Siklus II siswa telah mampu menyelesaikan soal sesuai prosedur yang diharapkan sehingga umumnya siswa dapat memperoleh skor pada setiap butir soal.

2. Perubahan sikap dan aktivitas Siswa Kelas VIIiA SMP Negeri 27 Makassar.

Berdasarkan analisis deskriptif aktivitas siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, diperoleh bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa. Jika dibandingkan hasil observasi Siklus I dan Siklus II, persentase rata-rata kehadiran siswa meningkat dari 99,11% menjadi 100%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang bertanya pada proses belajar mengajar menurun dari 29,46% menjadi 17,86%.

Persentase rata-rata jumlah siswa yang memperhatikan dan mencatat materi pelajaran yang sedang berlangsung meningkat dari 83,93% menjadi 97,32%.

Persentase rata-rata jumlah siswa yang aktif mengerjakan soal latihan/LKS meningkat dari 78,57% menjadi 89,29%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru pada proses belajar mengajar meningkat dari 22,32% menjadi 41,07%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis meningkat dari 21,43%

menjadi 37,50%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang menyimpulkan materi

34

pelajaran meningkat dari 41,96% menjadi 57,14%. Persentase rata-rata jumlah siswa yang mengerjakan tugas/PR meningkat dari 91,25% menjadi 97,32%.

Persentase rata-rata jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain yang sifatnya mengganggu pembelajaran menurun dari 16,96% menjadi 11,61%.

Terjadinya peningkatan persentase aktivitas siswa, kehadiran siswa mengikuti proses belajar mengajar dan keaktifan siswa baik pada saat proses pembelajaran maupun dalam kerja kelompok meningkat sehingga kerjasama dalam kegiatan kelompok terjalin dengan baik, serta siswa yang mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kesadaran dan perhatian yang cukup besar untuk belajar matematika. Namun tidak dapat dipungkiri masih terdapat siswa yang tidak mau mengemukakan pendapat selama diskusi berlangsung juga masih tidak dapat bekerja sama dan hanya melakukan kegiatan lain atau hanya diam. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor psikologis dari siswa sendiri yang belum terbiasa dengan pembelajaran seperti ini.

Selain perubahan aktivitas siswa yang menunjukkan peningkatan, juga terjadi perubahan yang menunjukkan penurunan. Jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran semakin berkurang sampai pertemuan terakhir. Jumlah siswa yang memerlukan bimbingan juga berkurang yang menunjukkan bahwa akhirnya siswa mampu mengerjakan LKS tanpa dibimbing oleh guru. Hal ini dapat terjadi karena motif mengerjakan LKS yang hampir sama pada setiap pertemuan dan kerjasama siswa yang meningkat.

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh M. Mushawwir S. NIM (Halaman 29-0)

Dokumen terkait