• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh M. Mushawwir S. NIM (Halaman 18-0)

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik perorangan maupun lembaga sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Siswa lebih memahami pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif dalam pembelajaran matematika agar mereka dapat meningkatkan hasil belajar matematikanya.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi guru sebagai alternatif model pembelajaran untuk mata pelajaran matematika dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat menopang pencapaian target yang diharapkan.

4. Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran langsung dengan menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan memberikan dorongan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian yang sejenis.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis 1. Hakekat Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the moditication or strengthening of behavior through experiencing) ( Oemar Hamalik, 2011: 27).

“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.

Perubahan tingkah laku yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan itu diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan sementara seperti mabuk.

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan keterampilan yang bersifat konstan. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku nyata (W.S. Wingkel dalam Haling, 2006).

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat, namun belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan sebagai hasil belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk (Soedjana dalam Abbas, 2009: 10).

Pendapat lain menyatakan bahwa belajar merupakan aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensi (Suryabrata dalam Abbas, 2009: 10).

Belajar itu perubahan-perubahan bersifat psikis (Oemar Hamalik dalam Haling, 2006).

Umar Tirtaraharja (Haling, 2006) mengemukakan tentang ciri-ciri belajar antara lain:

a. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku karena proses kematangan.

b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku karena perubahan kondisi fisik.

c. Hasil belajar bersifat relatif menetap.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

2. Hasil Belajar

Gagne (Fitriani, 2011: 12) mengemukakan bahwa:

"Ada lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar yaitu:

a. Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit;

b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah;

c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta:

d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik dan sebagainya;

8

e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang."

Howard Kingsley (Fitriani, 2011: 12) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Menurut Wood Worth dan Murquis (Fitriani, 2011: 12) mendefenisikan hasil belajar sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan alat yaitu tes.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, berarti bahwa hasil belajar dicapai setelah proses belajar sebagai akibat dari perlakuan dalam kegiatan belajar. Penguasaan materi yang akan diajarkan bagi seorang pengajar belumlah cukup untuk menentukan hasil belajar bagi siswa, tapi juga harus didukung dengan adanya interaksi multi arah antara pengajar dengan siswa yang diajar, atau antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi dua kegiatan yang saling mempengaruhi yang dapat menentukan hasil belajar siswa.

Dari proses belajar mengajar, siswa senantiasa ingin mencapai hasil yang baik dari kegiatan belajarnya, demikian pula guru senantiasa ingin memperoleh hasil yang baik dari kegiatan mengajar. Hasil mengajar merupakan salah satu indikator penting dalam pendidikan dan peningkatan hasil belajar ditentukan oleh tingkat kemampuan siswa untuk belajar. Ausebel (Abbas, 2009: 11) menyatakan bahwa “ Belajar bermakna bila materi yang akan dipelajari disusun sesuai dengan struktur kognitif siswa sehingga ia dapat mengaitkan pelajaran dengan struktur kognitif yang dimilikinya ”.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran diperlukan suatu alat ukur yang biasa berupa tes yang hasilnya merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa yang dapat dicapai dalam usaha belajarnya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran setelah memperoleh pengalaman belajar dalam suatu penggalan waktu tertentu yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.

3. Pembelajaran Matematika

Kualitas pendidikan merupakan salah satu masalah krusial yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia selain masalah kuantitas, masalah efektifitas, masalah efesiensi dan masalah relevansi pendidikan. Komponen guru dan siswa merupakan dua subjek yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas. Guru merupakan subjek yang merancang strategi sekaligus sutradara mengatur jalannya proses pmbelajaran di dalam kelas, termasuk mempersiapkan rencana pengajaran dengan mempertimbangkan kurikulum, sarana dan prasarana yang ada. Sedangkan siswa merupakan subjek yang harus memiliki kemampuan, motivasi dan kesiapan yang memadai untuk belajar. Kualitas diartikan sebagai mutu, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Proses pendidikan merupakan salah satu upaya tahapan pengembangan kemampuan dan prilaku manusia yang melibatkan penggunaan hampir seluruh

10

pengalaman hidup anak. Suatu proses belajar adalah bagian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan kualitas pembelajaran adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.

Lovitt & Clarke (Suherman, dkk, 2003) mengemukakan bahwa “kualitas pembelajaran ditandai dengan berapa luas lingkungan belajar yang dimulai dari mana siswa berada, mengenali bahwa siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda dan cara yang berbeda, melibatkan siswa secara pisik dalam proses belajar dan meminta siswa untuk menvisualkan yang imajiner “.

Hal ini sekali lagi menekankan pentingnya peran aktif siswa dan proses pemahaman dalam belajar matematika. Dalam pembelajaran matematika yang menekankan pemahaman ini, kemampuan melakukan eksplorasi, bertanya, merumuskan masalah, membuat dugaan-dugaan dan memecahkan masalah memegang peranan yang sangat penting.

Kemampuan siswa dalam memahami matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Upu (Abbas, 2009) bahwa : “Salah satu hal penting yang turut mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami matematika adalah pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ada kemungkinan seorang siswa mempunyai kemampuan yang sedang atau rendah, namun keadaan pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru menarik atau sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, maka pemahaman matematikanya menjadi cepat dan prestasi belajarnya pun lebih tinggi.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran matematika meliputi kualitas proses dan kualitas hasil. Kualitas pembelajaran matematika adalah mutu proses dan produk pembelajaran matematika sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Peningkatan proses dapat diamati dari meningkatnya minat, motivasi serta keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran Paduppai (Abbas, 2009). Peningkatan minat, motivasi dan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dengan meningkatnya kehadiran dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan peningkatan kualitas pembelajaran dapat diukur dengan tes kualitas pembelajaran pada setiap akhir siklus penelitian.

4. Model Pembelajaran Langsung a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2011:133).

b. Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang bersifat teacher center. Guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa selangkah demi selangkah, sehingga guru dituntut agar menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.

Model pembelajaran langsung digunakan agar siswa menguasai suatu pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) dan

12

pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata-kata).

Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Kardi, dkk, 2005) :

1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.

Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajarari selangkah demi selangkah.

2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase atau sintaks yang sangat penting, yaitu :

a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, b) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, c) Membimbing pelatihan,

d) Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik,

e) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dan berhasil.

Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab yang terencana).

Sistem pengelolaan kelas meliputi upaya untuk menarik perhatian siswa, kerja sama siswa, cara dan sarana untuk memotivasi siswa, cara guru menciptakan dan mengajarkan aturan-aturan dan prosedur yang jelas, dan langkah-langkah yang diambil oleh guru pada awal tahun pelajaran dapat berlangsung dengan lancar.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru, selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran dan pada waktu menilai hasilnya. Langkah-langkah pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase, yaitu (Yulhaeni, 2004) :

1) Fase-1

Menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyiapkan siswa. Langkah ini bertujuan untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasinya.

a) Menjelaskan indikator pencapaian hasil belajar

Guru mengkomunikasikan indikator hasil belajar kepada siswa melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempel informasi tertulis pada papan buletin.

b) Menyiapkan siswa

Mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki, yang relevan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari.

14

2) Fase-2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan. Adapun langkah-langkah pendemonstrasian yang efektif :

a) Mencapai kejelasan tujuan dan poin-poin utama

(1) Menyatakan indikator pencapaian hasil belajar dari materi pembelajaran

(2) Memfokuskan pada satu ide

(3) Menghindari penyimpangan dari pokok bahasan b) Presentase selangkah demi selangkah

c) Prosedur spesifik dan konkrit

d) Pengecekan untuk pemahaman siswa.

3) Fase- 3

Menyediakan latihan terbimbing. Adapun prinsip-prinsip dalam penerapan dan melakukan pelatihan adalah:

a) Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna

b) Berikan latihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari.

c) Berhati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan dalam latihan berkelanjutan.

4) Fase-4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Adapun pedoman dalam memberikan umpan balik yang efektif adalah :

a) Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan.

b) Umpan balik harus jelas dan spesifik

c) Memberkan balikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa d) Memberikan pujian terhadap kriteria yang benar

e) Apabila memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan bagaimana melakukan yang benar

f) Membantu siswa memusatkan perhatian pada proses dan bukan pada hasil g) Mengajar cara memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri dan

bagaimana menilai keberhasilan kinerja sendiri.

5) Fase-5

Memberikan kesempatan kepada siswa latihan mandiri, guru memberikan pekerjaan rumah.

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah: “jika dilaksanakan model pembelajaran langsung, maka hasil belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran siswa dapat meningkat”.

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi: Perencanaan (Planning), tindakan (Action), refleksi (Reflection).

B. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIIIASMP Negeri 27 Makassar pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa sebanyak 28 yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

C. Faktor yang diselidiki

Faktor yang diselidiki untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

a. Faktor input, yaitu kehadiran siswa, siswa yang memperhatikan dan mencatat, keaktifan siswa, kerja sama siswa, siswa yang menyimpulkan materi, siswa yang mengerjakan tugas/PR dan siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran.

b. Faktor proses pembelajaran, interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan siswa lainnya pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran langsung.

c. Faktor output, yaitu peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran langsung.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Selanjutnya diuraikan gambaran umum yang dilakukan pada dua siklus sebagai berikut .

1. Siklus pertama dilaksanakan selama 2 minggu (sebanyak 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran)

2. Siklus kedua dilakukan selama 2 minggu (sebanyak 4 kali pertemuan atau 8 jam pelajaran)

Tiap siklus terdiri dari beberapa tahap kegiatan sesuai rancangan penelitian. Berikut ini dijelaskan mengenai gambaran kegiatan kedua siklus tersebut

Gambaran Siklus I 1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.

a. Menelaah Kurikulum Matematika Tingkat Satuan Pendidikan SMP kelas VIII yang akan diajarkan.

b. Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung.

c. Membuat format observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas ketika pelaksanaan tindakan kelas sedang berlangsung.

d. Membuat dan menyusun alat evaluasi.

18

2. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pembelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi.

4. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, demikian pula hasil evaluasinya. Dari hasil yang didapatkan peneliti akan merefleksikan diri dengan melihat data observasi, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis pada tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.

Gambaran Siklus 2 :

Kegiatan dalam siklus 2 ini adalah mengulangi langkah kerja siklus I sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan-kegiatan dalam siklus I diulang secara spiral yang memungkinkan terjadinya siklus-siklus yang lebih kecil, dimana tiap siklus kecil tersebut adalah perbaikan dari siklus sebelumnya.

E. Data dan cara pengambilan data

1. Sumber data : Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.

2. Jenis data : Jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kuantitatif : Diperoleh dari tes hasil belajar pada akhir setiap siklus.

Data kualitatif : Diperoleh dari lembar observasi dan tanggapan siswa.

3. Cara pengambilan data :

a. Hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes kepada siswa setiap akhir siklus.

b. Data tentang situasi belajar pada saat dilakukan tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yang terdiri atas rata-rata (mean), rentang (range), median, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum yang diperoleh siswa pada tiap siklus. Sedangkan data hasil observasi dianalisis secara kualitatif.

Menurut Ketuntasan Departemen Pendidikan Nasional (Purwanto:2004), Siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar. Kategorisasi tersebut terdiri atas 5 kriteria penilaian terhadap hasil belajar, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi, sebagai berikut:

20

TABEL 3.1 Kategori Standar Hasil Belajar Berdasarkan Depertemen Pendidikan Nasional

No Skor Kategori

1 0 – 54 Sangat Rendah

2 55 – 64 Rendah

3 65 – 79 Sedang

4 80 – 89 Tinggi

5 90 – 100 Sangat Tinggi

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah bila skor rata- rata hasil belajar matematika pada pokok bahasan lingkaran siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar dapat meningkat secara nyata dan perubahan tingkah laku siswa terhadap bahan ajar/materi dengan menerapkan model pembelajaran langsung.

Menurut ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 27 Makassar siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor minimal 75 dari skor ideal 100 dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85 % dari siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Siklus I

a) Analisis deskriptif hasil belajar matematika siswa pada Siklus I.

Data hasil belajar matematika siswa pada Siklus I diperoleh melalui pemberian tes hasil belajar matematika setelah penyajian sub pokok bahasan lingkaran. Adapun deskriptif skor hasil belajar matematika siswa pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I Statistik Nilai Statistik

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar setelah pemberian tindakan pada Siklus I adalah 74,14 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Skor tertinggi 91 dan skor terendah 62 dengan standar deviasi 7,72.

Apabila skor hasil belajar matematika siswa tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Departemen

22

Pendidikan Nasional, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar matematika siswa pada Siklus I, sebagai berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 – 54 Sangat rendah 0 0

55 – 64 Rendah 3 10,71

65 – 79 Sedang 19 67,86

80 – 89 Tinggi 5 17,86

90 – 100 Sangat Tinggi 1 3,57

Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, tidak ada siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah;

10,71% yang masuk dalam kategori rendah; 67,86% yang masuk dalam kategori sedang; 17,86% yang masuk dalam kategori tinggi; dan 3,57% yang masuk dalam kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data Tabel 4.1 diperoleh skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 74,14. Jika skor rata-rata siswa tersebut dikelompokkan ke dalam kategori seperti pada Tabel 4.2 maka skor rata-rata tersebut berada pada kategori sedang.

Deskripsi secara kuantitatif ketuntasan belajar matematika siswa setelah pemberian tindakan pada siklus I, diperlihatkan pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3.Deskripsi ketuntasan belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar pada siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 - 74 Tidak Tuntas 13 46,43

75 - 100 Tuntas 15 53,57

Jumlah 28 100

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, setelah pemberian tindakan pada Siklus I terdapat 13 siswa dalam kategori tidak tuntas dan sebanyak 15 siswa dalam kategori tuntas.

b) Analisis deskriptif sikap siswa dalam proses pembelajaran pada Siklus I.

Data sikap siswa pada Siklus I diperoleh melalui observasi siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun deskripsi sikap siswa pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

24

Tabel 4.4. Tabel hasil observasi pada pembelajaran langsung siklus I

No. Komponen yang Diamati Pertemuan Persentase

1 2 3 4 (%)

1. Siswa yang hadir pada saat

pembelajaran. 28 27 28 28 99,11

2. Siswa yang bertanya pada proses

belajar mengajar 10 8 8 7 29,46

3. Siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran

22 22 24 26 83,93

4. Siswa yang aktif mengerjakan soal latihan/LKS yang diberikan pada proses belajar mengajar berlangsung.

21 21 23 23 78,57

5. Siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru pada proses belajar mengajar.

5 5 7 8 22,32

6. Siswa yang mengajukan diri untuk

mengerjakan soal di papan tulis. 4 5 7 8 21,43

7. Siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada proses belajar mengajar

10 10 12 15 41,96

8. Siswa yang mengerjakan tugas/PR. 25 26 27 27 91,25 9. Siswa yang melakukan kegiatan lain

yang sifatnya mengganggu pembelajaran

6 5 4 4 16,96

Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa dari 28 siswa kelas VIIIA SMP Negeri 27 Makassar, kehadiran siswa mengikuti pelajaran rata-rata mencapai 99,11%, siswa yang bertanya pada proses belajar mengajar rata-rata mencapai 29,46%, siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran rata-rata mencapai 83,93%, siswa yang aktif mengerjakan soal latihan/LKS yang diberikan pada proses belajar mengajar rata-rata mencapai 78,57%, siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru pada proses belajar mengajar 22,32%, siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis

21,43%, siswa yang menyimpulkan materi pelajaran pada proses belajar mengajar rata mencapai 41,96%, siswa yang mengerjakan tugas/PR rata-rata mencapai 91,25% dan siswa yang melakukan kegiatan lain yang sifatnya mengganggu pembelajaran rata-rata mencapai 16,96%.

c) Refleksi Siklus I

1) Tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi masih kurang, seiring dengan banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan dan meminta bimbingan dari tiap pertemuan tetapi siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan lisan guru semakin meningkat.

2) Masih kurangnya rasa percaya diri dari siswa untuk tampil kedepan untuk menyelesaikan soal.

3) Masih adanya siswa yang melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung karena sebelumnya siswa telah terbiasa pasif dalam menerima materi pelajaran dan masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas/PR.

4) Frekuensi kehadiran siswa tergolong cukup tinggi. Pada pertemuan pertama, ketiga, dan keempat seluruh siswa hadir mengikuti proses pembelajaran. Pada pertemuan kedua, dari 28 siswa hanya 27 siswa yang hadir. Hal ini disebabkan adanya siswa yang sakit.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes akhir siklus I tergolong sedang dan masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Sehingga ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus pertama belum mencapai ketuntasan klasikal 85 %.

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh M. Mushawwir S. NIM (Halaman 18-0)

Dokumen terkait