BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, kajian teoritis dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal, dan struktur aktiva secara Struktur Aktiva
Nilai perusahaan Pertumbuhan Penjualan
Profitabilitas Struktur modal
serempak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Struktur Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5. Struktur Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif menurut SugiYono (2013) merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau pun juga hubungan antar dua variabel atau lebih, yaitu variabel yang memengaruhi (X) terhadap variabel dependen yang dipengaruhi (Y). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan data dalam bentuk angka pada analisis statistik.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Struktur Modal dan Struktur Aktiva Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Manufaktur sektor Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan Perusahaan Manufaktur sektor Konsumsi. Data diambil dari website Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia.
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan sampai Maret 2019-Mei 2019.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Alasan peneliti
menetapkan batasan operasional adalah untuk menghindari timbulnya salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian dan peneliti lebih fokus dalam melakukan pengamatan. Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:
a. Variabel terikat (dependent variable), yaitu nilai perusahaan.
b. Variabel bebas (independent variable), yaitu pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva.
2. Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur Sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan dari perusahaan manufaktur sub sektor konsumsi periode 2013-2017.
3.4 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Definisi Parameter Skala
Ukur
35
Lanjutan Tabel 3.1
No Variabel Definisi Parameter Skala
Ukur
3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2013), Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri dari atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017. Seluruhnya berjumlah 41 perusahaan
3.5.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan industri manufaktur sektor barang konsumsi yang menerbitkan laporan keuangannya secara lengkap selama periode 2013-2017
2. Perusahaan industri manufaktur sektor barang konsumsi yang menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan.
3. Perusahaan industri manufaktur sektor barang konsumsi yang tidak mengalami laba bersih negatif selama periode 2013-2017
Tabel 3.2
Kriteria Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Jumlah Populasi perusahaan industri manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia 41
2
Perusahaan industri manufaktur sektor barang konsumsi yang laporan keuangannya tidak lengkap selama periode 2013-2017
(8)
3
Perusahaan industri manufaktur sektor barang konsumsi yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan
(0)
4
Perusahaan industri manufaktur sektor barang konsumsi yang mengalami laba bersih negatif selama periode 2013-2017
(8)
Total Sampel 25
Tabel 3.3
Daftar Sampel Terpilih Perusahaan Manufaktur sektor konsumsi
No Kode Nama Perusahaan Jenis Sub Sektor Tanggal
Listing 1 ADES Akasha Wira Iternational Tbk kosmetik dan keperluan
rumah tangga 13 Juni 1994 2 CEKA Wilmar Cahya IndonesiaTbk Makanan dan Minuman 9 Juli 1996 3 DLTA Delta Djkarta Tbk Makanan dan Minuman 12 Februari
1984 4 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk Farmasi 11 November
1994
5 GGRM Gudang Garam Tbk Rokok 27 Agustus
1990 6 HMSP Handjaya Mandala Sampoerna
Tbk Rokok 15 Agustus
1990 7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk Makanan dan Minuman 7 Oktober
2010 8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk Makanan dan Minuman 14 Juli 1994 9 KAEF Kimia Farma (persero) Tbk Farmasi 04 Juli 2001
10 KLBF Kalbe Farma Tbk Farmasi 30 Juli 1991
11 KICI Kedaung Indah Can Tbk Peralatan Rumah Tangga
28 Oktober 1993
37
Lanjutan Tabel 3.3
12 MERK Merck Indonesia Tbk Farmasi 23 Juli 1981
13 MLBI Multi Bintang Tbk Makanan dan Minuman 17 Januari 1994 14 MYOR Mayora Indah Tbk Makanan dan Minuman 4 Juli 1990
15 PYFA Pyridam Farma Tbk Farmasi 16 Oktober
2001 16 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk Makanan dan Minuman 28 Juni 2010 17 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul Tbk Farmasi 18 Desember
2013 19 SKLT Sekar Laut Tbk Makanan dan Minuman 8 September
1993 20 STTP Siantar Top Tbk Makanan dan Minuman 16 Desember
1996 21 TCID Mandom Indonesia Tbk kosmetik dan keperluan
rumah tangga
23 September 1993
22 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk Farmasi 17 Januari
1994 23 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk Makanan dan Minuman 2 Juli 1990 24 UNVR Unilever Indonesia Tbk kosmetik dan keperluan
rumah tangga
11 Januari 1982
25 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk Rokok 18 Desember
2012 Sumber : www.sahamok.com
3.6 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data berasal dari laporan keuangan perusahaan Manufaktur sektor konsumsi yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia. Sumber data penelitian ini menggunakan situs resmi IDX, yaitu www.idx.co.id.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka adalah metode
yang pengumpulan data melalui buku bacaan, jurnal ilmiah serta artikel -artikel yang terkait dengan penelitian. Sedangkan dokumentasi menurut Sugiyono (2013), Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, peraturan, kebijakan, dan lain-lain. Data dalam penelitian ini berasal dari laporan keuangan perusahaan Manufaktur sektor konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 yang dipublikasikan.
3.8 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji regresi linier berganda data panel, adalah sebagai berikut:
3.8.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.
3.8.2 Pemilihan Model Data Panel
Data panel adalah data yang dikumpulkan secara cross section dan pada periode waktu tertentu. Karena data panel merupakan gabungan dari data cross section dan time series, jumlah pengamatan menjadi sangat banyak. Oleh karena itu, diperlukan teknik tersendiri untuk mengatasi model yang menggunakan data panel. Terdapat beberapa teknik yang ditawarkan yaitu:
1. Common Effect Model atau Pooled Least Square
39
Teknik ini hampir mirip dengan membuat regresi dengan cross section atau time series. Tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi atau cross section dan data time series harus digabungkan terlebih dahulu.
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Pendekatan fixed effect memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi omitted-variables, yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross section.
3. Model Efek Random (Random Effect)
Pendekatan random effect memperbaiki efisiensi proses least square dengan memperhitungkan error dari cross sectiondan time series. Model random effect adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS).
Adapun langkah-langkah dalam melakukan pemilihan model data panel adalah sebagai berikut:
1. Uji Chow (Pooled Least Square atau Fixed Effect Model) Dengan kriteria pengujian :
H0 = Pooled Least Square H1 = Fixed Effect Model
Tolak H0 jika p-value < nilai signifikan (0,05); maka H1 diterima.
2. Uji Hausman (Random Effect Model atau Fixed Effect Model) Dengan kriteria pengujian:
H0 = Random Effect Model H1 = Fixed Effect Model
Tolak H0 jika p-value < nilai signifikan (0,05); maka H1 diterima.
3. Uji Langrange Multiplie (LM) Dengan kriteria pengujian:
H0 = Common Effect Model H1 = Random Effect Model
Tolak H0 jika p-value < nilai signifikan (0,05); maka H1 diterima.
3.8.3 Metode Analisis Regresi Data Panel
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi melalui variabel secara individual.
Adapun persaamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = β0 + β1X1it+ β2X2it + β3X3it + β4X4it + ɛit Keterangan:
Yit = Nilai Perusahaan i pada waktu t β0 = Konstanta
β1-4 = Koefisien regresi variabel X
X1it = Pertumbuhan penjualan perusahaan i pada waktu t X2it = Profitabilitas perusahaan i pada waktu t
X3it = Struktur Modal perusahaan i pada waktu t X4it = Struktur Aktiva perusahaan i pada waktu t ɛ = Error Term
t = Waktu i = Perusahaan
41
3.8.4 Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Tujuan pengujian asumsi klasik adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas, heteroskedasitas, dan autokorelasi. Analisis uji asumsi klasik dianalisis dengan menggunakan bantuan program Eviews.
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Model regresi yang baik adalah model yang memliki residual normal. Jika residual normal maka hasil penelitian bisa di generalisasikan. Dalam penggunaan Eviews, uji normalitas residu dapat ditempuh dengan Uji Jarque Berra (JB Test) dengan hipotesis sebagai berikut:
a. Ho: Residual berdistribusi normal b. : Residual tidak berdistribusi normal
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%. Jika nilai p-value taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi normal.
Sebaliknya jika nilai p-value < taraf nyata (α), maka Ho ditolak dan diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedasitas
Menurut Ghozali (2016), Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji White Heteroscedasticity yang tersedia dalam program Eviews. Pengujian hipotesis heteroskedastisitas sebagai berikut:
a. : tidak terjadi heteroskedastisitas (homokedastisitas) b. : terjadi heteroskedastisitas
Kriteria pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
a. diterima jika probabilitas F
b. ditolak ( diterima) jika probabilitas F 3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2016). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Memperhatikan nilai t-statistik, R2, uji F, dan Durbin Watson (DW) Statistik.
b. Melakukan uji LM (metode Bruesch Godfrey). Metode ini didasarkan
43
pada nilai F dan Obs*R-Squared, di mana jika nilai probabilitas dari Obs*R-Squared melebihi tingkat kepercayaan, maka H0 diterima. Artinya tidak ada masalah autokorelasi.
Pengujian hipotesis autokorelasi :
a. H0: tidak terjadi korelasi serial (serial correlations) b. H1: terjadi korelasi serial (serial correlations)
Jika p-value Obs*R-square < α, maka H0 ditolak, yang berarti tidak terjadi masalah korelasi.
4. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2016). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan tolerance dan varians inflating faktor (VIF). VIF merupakan suatu jumlah yang menunjukkan variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel independen lain dalam persamaan regresi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan kriteria berikut ini:
a. Jika VIF 10, maka tidak terjadi multikolineritas b. Jika VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas c. Jika tolerance0.01, maka terjadi multikolinearitas
d. Jika tolerance <0.01, maka tidak terjadi multikolinearitas.
3.8.5 Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis suatu perhitungan sehingga disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Model pengujian yang dilakukan yaitu uji F dan uji t.
1. Uji Signifikansi Pengaruh Serempak (Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. H0: β1=β2=β3=β4=0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serempak antara pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. H1: minimal satu βi≠0, Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara serempak antara pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. F ≥ 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat
45
2. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Ho : βi 0, Artinya pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
b. : βi 0, Artinya pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 H0
diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t < 0,05 maka H1 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Koefisien Determinasi (R 2)
Menurut Ghozali (2016), uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
Kelemahan dari koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap pembahasan variabel independen maka R2 pasti akan meningkat tanpa memperdulikan apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Oleh karena itu, digunakanlah model adjusted R2. Model ini dapat naik atau turun apabila ada suatu variabel independen yang ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2016).
BAB IV
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 perusahaan. Profil masing-masing perusahaan Manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Akasha Wira International Tbk (ADES)
Akasha Wira International Tbk didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986.
Pemegang saham mayoritas Akasha Wira International Tbk adalah Water Partners Bottling S.A (91.94%), merupakan perusahaan joint venture antara The Coca Cola Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water Partners Bottling S.A diakuisi oleh Sofos Pte. Ltd., perusahaan berbadan hukum Singapura. Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1,000.- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp 3.850,- per saham. Saham saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 13 Juni 1994.
2. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA)
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 03 Februari 1968 dengan nama CV Tjahaja Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, adalah PT Sentratama Niaga Indonesia (pengendali) (87.02%). Wilmar
Cahaya Indonesia Tbk merupakan perusahaan dibawah Grup Wilmar International Limited yang merupakan perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Singapura. Pada 10 Juni 1996, CEKA memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melkaukan Penawaran Umum Perdana Saham CEKA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 34.000.000 dengan nilai nominal Rp 500,- per saham dengan harga penawaran Rp 1.100,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 09 Juli 1996.
3. Delta Djakarta Tbk (DLTA)
Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Delta Djakarta Tbk, antara lain: San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd (pengendali) (58.33%) dan Pemda DKI Jakarta (23.34%). Pada tahun 1984, DLTA memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran Umum Perdana Saham DLTA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatlan pada BEI pada tanggal 27 Februari 1984.
4. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)
Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan tanggal 30 April 1976 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Induk usaha Darya Varia Laboratoria Tbk adalah Blue Sphere Singapore Pte Ltd (menguasai 92,13% saham DVLA), merupakan afiliasi dari United Laboratories Inc, perusahaan farmasi di Filipina. Pada tanggal 12 Oktober 1994, DVLA
49
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DVLA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 11 November 1994.
5. Gudang Garam Tbk (GGRM)
Gudang Garam Tbk (dahulu PT perusahaan Rokok Tjap) didirikan pada tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Gudang Garam Tbk adalah PT Suryaduta Investama (62,29%) dan PT Suryamitra Kusuma (6,26%). PT Suryaduta Investama merupakan induk usaha dan induk usaha terakhir GGRM. Pada tanggal 17 Juni 1990, GGRM memperoleh izin Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdan Saham GGRM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 27 Agustus 1990.
6. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk atau dikenal dengan nama HMSP didirikan pada tanggal 27 Maret 1905 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industry rumah tangga induk usaha HM Sampoerna adalah PT Philip Morris Indonesia (menguasai 92.05% saham HMSP), sedangkan induk usaha utama HM Sampoerna adalah Philip Morris International, Inc. Pada tahun 1990, HMSP memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham HMSP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 dengan nilai nominal RP1.000,- per saham dengan harga penawaran RP12.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 15 Agustus 1990.
7. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk didirikan 02 September 2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada 1 oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha divisi mi instan dan divisi penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Induk usaha dari Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah INDF, dimana INDF memiliki 80,53% saham yang di tempatkan dan disetor penuh ICBP, sedangkan induk usaha terakhir dari ICBP adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong. Pada tanggal 24 September 2010, ICBP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ICBP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.166.191.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp5.395,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada 07 Oktober 2010.
8. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990 Induk usaha dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah CAB Holding Limited (memiliki 50,07% saham INDF), Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari Indofood Sukses Makmur
51
Tbk adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong. Pada tahun 1994, INDF memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 14 Juli 1994.
9. Kimia Farma (persero) Tbk (KAEF)
Kimia farma (persero) Tbk didirikan pada tanggal 16 Agustus 1971. Pemegang saham pengendali KAEF adalah pemerintah Republik Indonesia, dengan memiliki 1 saham Preferen (saham seri A Dwiwarna) dan 90,02% di saham seri B pada tanggal 14 Juni 2001, KAEF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KAEF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 500.000.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 04 Juli 2001.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 04 Juli 2001.