• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.5 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis suatu perhitungan sehingga disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Model pengujian yang dilakukan yaitu uji F dan uji t.

1. Uji Signifikansi Pengaruh Serempak (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. H0: β1234=0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serempak antara pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. H1: minimal satu βi≠0, Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara serempak antara pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. F ≥ 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat

45

2. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Ho : βi 0, Artinya pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

b. : βi 0, Artinya pertumbuhan penjualan, profitabilitas, struktur modal dan struktur aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 H0

diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t < 0,05 maka H1 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

3. Koefisien Determinasi (R 2)

Menurut Ghozali (2016), uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

Kelemahan dari koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap pembahasan variabel independen maka R2 pasti akan meningkat tanpa memperdulikan apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Oleh karena itu, digunakanlah model adjusted R2. Model ini dapat naik atau turun apabila ada suatu variabel independen yang ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2016).

BAB IV

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 perusahaan. Profil masing-masing perusahaan Manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Akasha Wira International Tbk (ADES)

Akasha Wira International Tbk didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986.

Pemegang saham mayoritas Akasha Wira International Tbk adalah Water Partners Bottling S.A (91.94%), merupakan perusahaan joint venture antara The Coca Cola Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water Partners Bottling S.A diakuisi oleh Sofos Pte. Ltd., perusahaan berbadan hukum Singapura. Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1,000.- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp 3.850,- per saham. Saham saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 13 Juni 1994.

2. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA)

Wilmar Cahaya Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 03 Februari 1968 dengan nama CV Tjahaja Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, adalah PT Sentratama Niaga Indonesia (pengendali) (87.02%). Wilmar

Cahaya Indonesia Tbk merupakan perusahaan dibawah Grup Wilmar International Limited yang merupakan perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Singapura. Pada 10 Juni 1996, CEKA memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melkaukan Penawaran Umum Perdana Saham CEKA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 34.000.000 dengan nilai nominal Rp 500,- per saham dengan harga penawaran Rp 1.100,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 09 Juli 1996.

3. Delta Djakarta Tbk (DLTA)

Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Delta Djakarta Tbk, antara lain: San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd (pengendali) (58.33%) dan Pemda DKI Jakarta (23.34%). Pada tahun 1984, DLTA memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran Umum Perdana Saham DLTA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatlan pada BEI pada tanggal 27 Februari 1984.

4. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)

Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan tanggal 30 April 1976 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Induk usaha Darya Varia Laboratoria Tbk adalah Blue Sphere Singapore Pte Ltd (menguasai 92,13% saham DVLA), merupakan afiliasi dari United Laboratories Inc, perusahaan farmasi di Filipina. Pada tanggal 12 Oktober 1994, DVLA

49

memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DVLA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 11 November 1994.

5. Gudang Garam Tbk (GGRM)

Gudang Garam Tbk (dahulu PT perusahaan Rokok Tjap) didirikan pada tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Gudang Garam Tbk adalah PT Suryaduta Investama (62,29%) dan PT Suryamitra Kusuma (6,26%). PT Suryaduta Investama merupakan induk usaha dan induk usaha terakhir GGRM. Pada tanggal 17 Juni 1990, GGRM memperoleh izin Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdan Saham GGRM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 27 Agustus 1990.

6. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)

Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk atau dikenal dengan nama HMSP didirikan pada tanggal 27 Maret 1905 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industry rumah tangga induk usaha HM Sampoerna adalah PT Philip Morris Indonesia (menguasai 92.05% saham HMSP), sedangkan induk usaha utama HM Sampoerna adalah Philip Morris International, Inc. Pada tahun 1990, HMSP memperoleh pernyataan efektif

dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham HMSP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 dengan nilai nominal RP1.000,- per saham dengan harga penawaran RP12.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 15 Agustus 1990.

7. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk didirikan 02 September 2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada 1 oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha divisi mi instan dan divisi penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Induk usaha dari Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah INDF, dimana INDF memiliki 80,53% saham yang di tempatkan dan disetor penuh ICBP, sedangkan induk usaha terakhir dari ICBP adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong. Pada tanggal 24 September 2010, ICBP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ICBP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.166.191.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp5.395,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada 07 Oktober 2010.

8. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990 Induk usaha dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah CAB Holding Limited (memiliki 50,07% saham INDF), Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari Indofood Sukses Makmur

51

Tbk adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong. Pada tahun 1994, INDF memperoleh penyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 14 Juli 1994.

9. Kimia Farma (persero) Tbk (KAEF)

Kimia farma (persero) Tbk didirikan pada tanggal 16 Agustus 1971. Pemegang saham pengendali KAEF adalah pemerintah Republik Indonesia, dengan memiliki 1 saham Preferen (saham seri A Dwiwarna) dan 90,02% di saham seri B pada tanggal 14 Juni 2001, KAEF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KAEF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 500.000.000 saham seri B dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 04 Juli 2001.

10. Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Kalbe Farma Tbk didirikan tanggal 10 September 1966 dan memuai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Pemegang saham yang memiliki 5%, atau lebih saham KLBF, antara lain: PT Gira Sole Prima (10,17%), PT Santa Seha Sanadi (9,71%), PT Diptanala Bahana (9,49%). PT Lucasta Murni Cemerlang (9,47%). PT Ladang Ira Panen (9,21%) dan PT Bina Arta Charisma (8,61%). Semua pemegang saham ini merupakan pemegang saham pengendali. Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 30 Juli 1991.

11. Kedaung Indah Can Tbk (KICI)

Kedaung Indah Can Tbk didirikan tanggal 11 Januari 1974 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tanggal 1974. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Kedaung Indah Can Tbk adalah PT kedawung Subur (pengendali) (43,62%), DK Lim dan Sons Investment Pte. Ltd.

(pengendali) (31,40%) dan UOB KayHian Pte. Ltd (8,04%). Pada tanggal 07 Oktober 1993, KICI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KICI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.600,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 28 Oktober 1993.

12. Merck Indonesia Tbk (MERK)

Merck Indonesia Tbk didirikan pada 14 Oktober 1970 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Pemegang saham yang memiliki 5%, atau lebih saham MERK antara laim: Merck Holding GmbH, Jerman (pengendali) (73,99%) dan Emedia Export company mbH, Jerman (12,66%). Pada tanggal 22 Juni 1981, MERK memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MERK (IPO) kepada Masyarakat sebanyak 1.680.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham

53

dengan harga penawaran Rp1.900,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 23 Juli 1981.

13. Multi Bintang Tbk (MLBI)

Multi Bintang Tbk didirikan 03 Juni 1929 dengan nama N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara, komersial pada tahun 1929. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham MLBI adalah Heineken International BV (pengendali) (81,78%). Pada tahun 1981, MLBI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MLBI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.520.012 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.570,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 15 Desember 1981.

14. Mayora Indah Tbk (MYOR)

Mayora Indah Tbk didirikan 17 Februari 1977 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Pemegang saham yang memiliki 5% dan lebih saham MYOR adalah PT Unita Branindo, yakni dengan persentase kepemilikan sebesar 32,93%. Pada tanggal 25 Mei 1990, MYOR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MYOR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 04 Juli 1990.

15. Pyridam Farma Tbk (PYFA)

Pyridam Farma Tbk didirikan pada tanggal 27 November 1977 dan memulai

kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1977. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Pyridam Farma Tbk, antara lain: PT Pyridam Internasional (53,85%), Sarkri Kosasih, IR (11,54%) dan Rani Tjandra (11.54%). Pada tanggal 27 September 2001. PYFA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PYFA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 120.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp105,- per saham dan disertai Waran Seri I sebanyak 60.000.000. Saham dan Waran seri I tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 06 Oktober 2001.

16. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)

Nippon Indosari Corpindo Tbk didirikan 08 Maret 1995 dan mulai beroperasi tahun 1996. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham ROTI antara lain: Indoritel Makmur International Tbk (DNET) (31,50%), Bonlight Investments, Ltd (25,03%) dan Pasco Shikishima Corporation (8.50%). Pada tanggal 18 Juni 210 ROTI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ROTI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 151.854.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp1.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada BEI pada tanggal 28 Juni 2010.

17. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) didirikan tanggal 18 Maret 1975. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, antara lain: Desy Sulistio

55

Hidayat, dengan kepemilikan sebesar (40,50%), Irwan Hidayat (8,10%), Sofyan Hidayat (8,10%), Johan Hidayat (8,10%), Sandra Linata Hidajat (8,10%) dan David Hidayat (8,10%). Semua pemegang saham ini merupakan pemegang saham pengendali. Pada tanggal 10 Desember 2013, SIDO memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SIDO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.500.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp580,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2013.

18. Sekar Bumi Tbk (SKBM)

Sekar Bumi Tbk didirikan 12 April 1973 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sekar Bumi Tbk, yaitu: TAEL Two Partners Ltd. (32,14%), PT Multi Karya Sejati (pengendali) (9,84%), Berlutti Finance Limited (9,60%), Sapphira Corporation Ltd (9,39%), Arrowman Ltd. (8,47%), Malvina Investment (6,89%) dan BNI Divisi Penyelamatan & Penyelesaian Kredit Korporasi (6,14%). Tanggal 18 September 1995, SKBM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SKBM (IPO) kepada masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Januari 1993.

Kemudian sejak tanggal 15 September 1999, saham PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) dihapus dari daftar Efek Jakarta oleh PT Bursa Efek Jakarta (sekarang PT Bursa Efek Indonesia / BEI). Pada tanggal 24 September 2012,

SKBM memperoleh persetujuan pencatatan kembali (relisting) efeknya oleh PT Bursa Efek Indonesia, terhitung sejak tanggal 28 September 2012.

19. Sekar Laut Tbk (SKLT)

Sekar Laut Tbk didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sekar Laut Tbk, antara lain: Omnistar Investment Holding Limited (26,78%), PT Alamiah Sari (pengendali) (26,16%), Malvina Investment Limited (17,22%), Shadforth Agents Limited (13,39%) dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) QQ KP2LN Jakarta III (12,54%). Pada tahun 1993, SKLT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SKLT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.300,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 September 1993.

20. Siantar Top Tbk (STTP)

Siantar Top Tbk didirikan tanggal 12 Mei 1987 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan September 1989. Pemegang saham yang memiliki 5%

atau lebih saham Siantar Top Tbk adalah PT Shindo Tiara Tunggal, dengan persentase kepemilikan sebesar 56,76%. ada tanggal 25 Nopember 1996, STTP memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham STTP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan harga

57

penawaran Rp2.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Desember 1996.

21. Mandom Indonesia Tbk (TCID)

Mandom Indonesia Tbk (TCID) didirikan tanggal 5 Nopember 1969 dengan nama PT Tancho Indonesia dan mulai berproduksi secara komersial pada bulan April 1971. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Mandom Indonesia Tbk, antara lain: Mandon Corporation, Jepang (60,84%) dan PT Asia Jaya Paramita (11,32%). Pada tanggal 28 Agustus 1993, TCID memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TCID (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.400.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp7.350,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 September 1993.

22. Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC)

Tempo Scan Pacific Tbk didirikan di Indonesia tanggal 20 Mei 1970 dengan nama PT Scanchemie dan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1970.

Pemegang saham yang memiliki 5% saham Tempo Scan Pacific Tbk, adalah PT Bogamulia Nagadi (induk usaha) (78,15%). Pada tanggal 24 Mei 1994, TSPC memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TSPC (IPO) kepada masyarakat sebanyak 17.500.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp8.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Juni 1994.

23. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ)

Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk didirikan tanggal 2 Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk, antara lain: PT Prawirawidjaja Prakarsa (21,40%), Tuan Sabana Prawirawidjaja (14,66%), PT Indolife Pensiontana (8,02%), PT AJ Central Asia Raya (7,68%) dan UBS AG Singapore Non-Treaty Omnibus Acco (Kustodian) (7,42%). Pada tanggal 15 Mei 1990, ULTJ memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ULTJ (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 2 Juli 1990.

24. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Unilever Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Induk usaha Unilever Indonesia adalah Unilever Indonesia Holding B.V. dengan persentase kepemilikan sebesar 84,99%, sedangkan induk usaha utama adalah Unilever N.V., Belanda. Pada tanggal 16 Nopember 1982, UNVR memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham UNVR (IPO) kepada masyarakat sebanyak 9.200.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham

59

dengan harga penawaran Rp3.175,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Januari 1982.

25. Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM)

Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) didirikan tanggal 14 Desember 1994 dan dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1963. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Wismilak Inti Makmur Tbk, antara lain: Central Tower Capital Pte Ltd (22,48%), Ronald Walla (pengendali) (9,70%), Stephen Walla (pengendali) (9,70%), Gaby Widjajadi (pengendali) (9,34%), Indahtati Widjajadi (pengendali) (7,64%) dan Sugito Winarko (pengendali) (7,27%). Pada tanggal 04 Desember 2012, WIIM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham WIIM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 629.962.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp650,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Desember 2012.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Desktiptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan terhadap variable penelitian yang terdiri dari 4 variabel independen yaitu pertumbuhan penjualan, profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity (ROE), struktur modal yang diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER), dan struktur asset yang diukur menggunakan Fixed Assets Turnover Ratio (FAR), dan variabel dependen yaitu nilai perusahaan yang diukur menggunakan Price to Book Value (PBV) untuk mengetahui gambaran deskriptif meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai

rata-rata (mean), dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Struktur Modal, Struktur Aktiva Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi

Variabel Nilai Perusahaan

Pertumbuhan

Penjualan Profitabilitas Struktur Modal

Struktur Aktiva Mean 7.307959 0.122681 0.254731 0.208281 0.343431 Median 3.465909 0.089541 0.162400 0.125000 0.320000 Maximum 82.44000 1.273150 1.435300 0.933798 0.921705 Minimum 0.360000 -0.277017 0.004000 0.000209 0.021112 Std. Dev. 12.86161 0.212901 0.309113 0.202738 0.166093 Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 sampel data yang diambil dari Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui situs www.idx.co.id. Berikut adalah analisis deskriptif yang di peroleh dari Tabel 4.1:

1. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa Nilai perusahaan (Y) memiliki nilai maksimum sebesar 82,44000 yang dimiliki oleh Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pada tahun 2017, dan nilai perusahaan minimum sebesar 0,360000 yang dimiliki oleh Kedaung Indah Can Tbk (KICI) pada tahun 2016. Sementara rata-rata (mean) dan standar deviasi dari nilai perusahaan adalah 7,307959 dan 12,86161.

2. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa Pertumbuhan Penjualan memiliki nilai maksimum sebesar 1,273150 yang dimiliki oleh Multi Bintang Tbk (MLBI) pada tahun 2013, dan Pertumbuhan Perusahaan minimum sebesar -0,277017 yang dimiliki oleh Merck Indonesia Tbk (MERK) pada tahun 2014. Sementara rata-rata (mean) dan standar deviasi

61

dari nilai perusahaan adalah 0,122681dan 0,212901.

3. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa Profitabilitas memiliki nilai maksimum sebesar 1,435300yang dimiliki oleh Multi Bintang Tbk (MLBI) pada tahun 2014, dan Profitabilitas minimum sebesar 0,004000 yang dimiliki oleh Kedaung Inti Can Tbk (KICI) pada tahun 2016. Sementara rata-rata (mean) dan standar deviasi dari nilai perusahaan adalah 0,254731dan 0,309113.

4. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa Struktur Modal memiliki nilai maksimum sebesar0.933798 yang dimiliki oleh Nippon Indosari Carpindo Tbk (ROTI) pada tahun 2013, dan Struktur Modal minimum sebesar 0.000209 yang dimiliki oleh Sekar Bumi Tbk (SKBM) pada tahun 2013. Sementara rata-rata (mean) dan standar deviasi dari nilai perusahaan adalah 0.208281 dan 0.202738.

5. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa Struktur Aktiva memiliki nilai maksimum sebesar 0,921705 yang dimiliki oleh Nippon Indosari Carpindo Tbk (ROTI) pada tahun 2014, dan Struktur Aktiva minimum sebesar 0,021112 yang dimiliki oleh Wilmar Cahya Indonesia Tbk (SIDO) pada tahun 2013. Sementara rata-rata (mean) dan standar deviasi dari nilai perusahaan adalah 0,343431dan 0,166093.

4.2.2 Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel

Pada Penelitian ini terdapat tiga macam pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis model data panel, yaitu pendekatan Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect (REM). Pemilihan

model estimasi regresi data panel dilakukan dengan Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplier (LM).

Tabel 4.2 Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 10.723779 (24,96) 0.0000

Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji Chow menunjukkan nilai Prob. Cross Section-Chi Square sebesar 0,0000 atau lebih kecil dari 0,05. Hasil Uji Chow menunjukan bahwa model yang sebaiknya digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji Chow menunjukkan nilai Prob. Cross Section-Chi Square sebesar 0,0000 atau lebih kecil dari 0,05. Hasil Uji Chow menunjukan bahwa model yang sebaiknya digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Dokumen terkait