• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

C. Hipotesis Tindakan

Jika model Synectics diterapkan dalam membuat kalimat sederhana maka hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang dapat meningkat.

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan memecahkan masalah yang

bersumber dari proses pembelajaran menulis kalimat sederhana yang dilaksanakan di kelas. Menurut Umar dan Kaco (2007: 9) bahwa “PTK bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani kegiatan belajar mengajar”. Model PTK merupakan penelitian proses pengkajian berdaur yang terdiri dari dua siklus, di mana setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Daur penelitian tindakan kelas ditujukan sebagai perbaikan atas hasil refleksi terhadap tindakan sebelumnya yang dianggap belum berhasil, maka masalah tersebut dipecahkan kembali dengan mengikuti daur sebelumnya melalui tahapan yang berurutan.

Penelitian ini dilaksankan di kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Sekolah ini dipilih karena (1). Kemampuan menulis kalimat sederhana masih kaku, (2). SD Negeri No.65 Tampo Enrekang bersifat terbuka dan mau menerima pembaharuan dalam proses belajar mengajar, (3). Kepala sekolah dan guru bidang studi bersedia untuk berkolaborasi dalam penelitian memperkenalkan penelitian tindakan kelas, dan. (4). Juga sebagai usaha peneliti memperkenalkan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran menulis kalimat sederhana di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

25

B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yang berjumlah 29 orang yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Lokasi Penelitian di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November samapai Desember pada tahun pelajaran 2014/2015.

C. Faktor – Faktor yang diselediki

Faktor utama yang akan menjadi perhatian untuk diselidiki pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor proses yakni melihat keterlaksanaan pembelajaran melalui penerapan model Synectics yang mencakup kehadiran, kesungguhan dan keaktifan serta interaksi antara guru dan siswa.

2. Faktor hasil belajar siswa, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang pada setiap akhir siklus dengan menerapkan model Synectics.

D. Prosedur Kerja Penelitian

Rancangan penelitian tindakan kelas yang dirancanakan terdiri atas dua siklus, yakni siklus pertama dan siklus kedua. Setiap siklus terdiri atas empat kali pertemuan. Gambaran umum yang dilakukan pada setiap siklus adalah:

Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang digambarkan sebagai berikut:

27

Bagan 3.1. Skema Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16).

Secara rinci pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua siklus yaitu:

1. Siklus I. Dilaksanakan selama empat kali pertemuan, satu kali pertemuan untuk proses belajar mengajar sebanyak 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus I sebanyak dua jam pelajaran (2 x 35 menit).

2. Siklus II dilaksanakan selama empat kali pertemuan. Satu kali pertemuan untuk proses belajar mengajar sebanyak 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan satu kali pertemuan untuk proses belajar mengajar sebanyak 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus II sebanyak dua jam pelajaran (2 x 35 menit).

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

SIKLUS I

REFLEKSI

PENGAMATAN

PELAKSANAAN

SIKLUS II

REFLEKSI

PENGAMATAN PERENCANAAN

a. Siklus I 1. Perencanaan

1) Menelaah kurikulum SD Negeri No.65 Tampo Enrekang Kabupaten semester genap tahun pelajaran 2010-2011 untuk kesesuaian waktu antara materi pelajaran dengan rencana penelitian.

2) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP).

3) Menulis Lembar Observasi.

2. Observasi

Proses observasi yang dilakukan dalam penelitian adalah mendokumentasikan pengaruh tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran menulis kalimat sederhana berupa pengamatan terhadap kondisi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

3. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa, penelitian dapat melihat dan merefleksikan apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis kalimat sederhana siswa.

b. Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini relatif sama pada siklus I, hanya diadakan perbaikan:

1. Merumuskan tindakan berikutnya berdasarkan hasil tahap releksi siklus I 2. Melaksanakan siklus II

3. Siswa diberi Tes

4. Analisis hasil pengamatan siklus II.

29

Langkah ini merupakan langkah yang diambil untuk pencapaian pembelajaran yaitu dengan evaluasi siswa seberapa % tingkat keberhasilan yang dicapai dalam mutu pembelajaran khususnya menulis kalimat sederhana siswa kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan tekhnik tes dan observasi.

1. Teknik tes

Teknik pengumpulan instrumen utama penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data peneliti untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis kalimat sederhana dengan menerapkan model Synectics. Tes berisi pertanyaan tertulis dalam bentuk soal-soal isian yang diberikan pada akhir tindakan setiap siklus, dan dilakukan sebanyak dua kali dengan isi tes berbeda.

Tes penelitian siklus pertama dan kedua masing-masing terdiri atas 5 soal, yaitu:

- Proses benar dan jawaban benar, nilainya 20 - Proses benar tapi jawaban salah, nilainya 10.

- Proses salah dan jawaban salah, nilainya 0 2. Tekhnik observasi

Observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Synectics di kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang. Objek pengamatan yaitu pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Synectics yang dilaksanakan selama proses tindakan, sekaligus mengamati dampak dari tindakan

yang dilaksanakan berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, seperti:

keaktifan, kreatifitas dan ketepatan menulis kalimat sederhana.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar diambil dengan menggunakan tes pada akhir setiap siklus.

2. Lembar observasi

Data tentang proses pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengukur kemampuan siswa kelas SD Negeri No.65 Tampo Enrekang dalam menulis kalimat sederhana bahasa Indonesia melalui penggunaan model Synectics berdasarkan hasil tes (2 kali tes), dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, yang didukung oleh hasil obsevasi. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata skor hasil tes sesuai hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal bahasa Indonesia berdasarkan hasil tes.

Pengujian hipotesis penelitian bahwa jika model Synectics dalam membuat kalimat sederhana pada siswa kelas SD Negeri No.65 Tampo Enrekangditerapkan, maka hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan meningkat,

31

maka dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam membuat kalimat sederhana bahasa Indonesia berdasarkan hasil tes, antara tes pertama dan tes kedua.

Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk melihat hasil belajar siswa berdasarkan pada kategorisasi standar yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional. Kategorisasi tersebut terdiri atas 5 kriteria penilaian terhadap hasil belajar yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional.

No. Skor Kategori

1 90 – 100 Sangat Tinggi

2 80 – 89 Tinggi

3 65 – 79 Sedang

4 55 – 64 Rendah

5 0 – 54 Sangat Rendah

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini adalah terjadinya peningkatan skor menulis kalimat sederhana

bahasa Indonesia melalui penggunaan model Synectics sesudah tindakan dilaksanakan, sebagaimana data awal yang diperoleh pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 sekitar 70 % nilai siswa berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 65 dari skor ideal 100.

Selain peningkatan nilai keterampilan menulis, indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah terjadinya peningkatan keterampilan menulis Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yakni terjadi peningkatan siklus I ke siklus II dengan skor minimal 65 dari skor ideal, dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan), dan (4) refleksi tindakan.

1. Siklus 1 a. Perencanaan

Perencanaan disusun dan dikembangkan oleh peneliti yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Adapun Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan siklus I adalah menulis kalimat sederhana. Dengan standar kompetensi adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat salah. Dengan kompetensi dasar adalah Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

b. Implementasi Tindakan Siklus I

Pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu tanggal 1 dan 3 Desember, serta 4 dan 6 Desember 2014 yang diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun.

Berdasarkan RPP tersebut implementasi tindakan pada semua pertemuan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

33

Pertemuan pertama dilaksanakan 1 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis

35

yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Pertemuan kedua (Rabu, 3 Desember 2014)

Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 3 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pekerjaan rumah, dan memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

3) Pertemuan ketiga (Kamis, 4 Desember 2014)

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

37

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

4) Pertemuan keempat (Sabtu, 6 Desember 2014 )

Pertama-tama guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek kesiapan murid dan menginstruksikan untuk menyiapkan alat tulis-menulisnya.

Setelah murid siap, guru membagikan tes siklus I yang harus dikerjakan oleh setiap murid, murid tidak diperbolehkan untuk menyontek dan bekerjasama, waktu yang diberikan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi.

Kegiatan evaluasi siklus I ini berjalan dengan lancar. Dan hasilnya

mengumpulkan lembar jawabannya, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Observasi dan Evaluasi

Berikut ini data hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan model pembelajaran synectics pada murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Berdasarkan hasil observasi itulah peneliti menggambarkannya data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.1: Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang selama penerapan model pembelajaran Synectics pada Siklus I Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III.

No Komponen yang Diamati Jumlah Murid

SIKLUS I

I II III Persentase

1 Murid yang hadir pada saat pembelajaran

29 28 28 29 97,6

2 Murid yang

memperhatikan materi

yang diajarkan 29 23 24 24 81,7

3 Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran

29 14 12 12 43,8

39

No Komponen yang Diamati Jumlah Murid

SIKLUS I

I II III Persentase 4 Murid yang keluar masuk

pada saat proses pembelajaran

29 10 11 10 35,5

5 murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka

29 10 10 12 36,9

6 Murid yang bertanya pada

saat proses pembelajaran 29 6 6 6 20,7

7 Murid yang meminta bimbingan guru saat pembentukan kelompok

29 10 10 9 33,4

8 Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis

29 5 4 5 16,2

9 Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok

29 19 19 19 65,5

Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar murid pada siklus I, dimana dari 29 murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yang di observasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar, hasilnya dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut; Murid yang hadir pada saat pembelajaran sebesar 97,6%; Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan sebesar 81,7%; Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran sebesar

murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka sebesar 36,9%; Murid yang bertanya pada saat proses pembelajaran sebesar 20,7%; Murid yang meminta bimbingan guru saat pembentukan kelompok sebesar 33,4%; Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis sebesar 16,2%; dan Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok sebesar 65,5%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada murid kelas V SD Negeri No.65 Tampo Enrekang, peneliti memperoleh dan mengumpulkan data melalui instrumen tes siklus I. Dari hasil tes Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Nilai Statistik Menulis Kalimat Sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan Model pembelajaran Synectics pada siklus I

Sumber : Hasil Olahan Data (2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata – rata menulis kalimat sederhana murid sebanyak 65,6. Nilai terendah yang diperoleh murid adalah 50 dari

Statistik Nilai Statistik

Subjek 29

Nilai ideal 100

Nilai tertinggi 74

Nilai terendah 50

Rentang nilai 24

Nilai rata-rata 65,6

41

nilai yang mungkin dicapai 0-50 dan nilai tertinggi yang diperoleh murid adalah 74 dari nilai ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang nilai 24, ini menunjukkan kemampuan murid cukup bervariasi.

Jika nilai Pemahaman dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang setelah penerapan model pembelajaran Synectics pada siklus I

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 90 – 100 Sangat Tinggi 0 0%

2 80 – 89 Tinggi 4 13,79%

3 65 – 79 Sedang 23 79,31%

4 55 – 64 Rendah 1 3,45%

5 0 – 54 Sangat Rendah 1 3,45%

Jumlah 29 100

Sumber : Hasil Olahan Data (2014)

Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa persentase nilai pemahaman murid setelah diterapkan siklus I adalah 1 orang murid atau 3,45% berada pada kategori sangat rendah, 1 orang murid atau 3,45% berada pada kategori rendah, 23 orang murid atau 79,31% berada pada kategori sedang, 4 orang murid atau 13,79% berada pada kategori tinggi, dan tidak ada murid atau 0% berada pada kategori sangat tinggi.

Gambar 4.1: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase ketuntasan Menulis kalimat sederhana yang diperoleh dari hasil belajar Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV setelah penerapan Pembelajaran Synectics pada siklus I

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

(%)

1 0 – 64 Tidak Tuntas 10 34,482%

2 65- 100 Tuntas 19 65,517%

Jumlah 29 100

43

Berdasarkan tabel di atas hasil belajar Menulis kalimat sederhana yang diperoleh murid dengan nilai rata–rata dan pada ketuntasan hasil belajar Menulis kalimat sederhana diperoleh 65,517% dikategorikan tidak tuntas dan 34,482% tuntas.

Dari hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi ketuntasan dalam proses belajar mengajar karena murid yang mencapai ketuntasan hanya 19 murid dari 29 murid. Karena itulah, peneliti berusaha untuk mengadakan perbaikan dengan cara melanjutkan penelitian pada siklus II untuk melihat seberapa jauh menulis kalimat sederhana murid itu tercapai.

d. Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan data–data yang dituliskan di atas; murid yang memperhatikan penjelasan peneliti, murid yang hadir, murid yang bertanya pada saat pembelajaran berlangsung, Murid yang keluar masuk saat pembelajaran, juga murid yang meminta bimbingan peneliti di kelas pada pertemuan kedua telah mulai sedikit mengalami perubahan. Masih ada peluang untuk lebih dari itu. Sedangkan dari hasil tes siklus menunjukkan bahwa persentase murid yang telah mencapai nilai KKM ialah sebanyak 65,517%. Padahal indikator keberhasilan menyatakan bahwa tuntas secara klasikal hanya apabila minimal 85% dari jumlah murid telah mencapai nilai KKM.

Oleh karena itu dibutuhkan siklus II untuk memperbaikinya. Segala kekurangan-kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II nantinya.

2. Siklus II

Penerapan pembelajaran Menulis kalimat sederhana pada siklus II melalui penerapan model Synectics adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan tindakan kelas yang akan berlangsung pada siklus II sebagian sama dengan kegiatan pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut pelaksanaan siklus pertama yang telah ditetapkan 4 x pertemuan yakni Senin 8 Desember,Rabu 10 Desember, Kamis 11 Desember dan Sabtu 13 Desember 2014.

b. Implementasi Tindakan Siklus II

Tahap pelaksanaan pada siklus II selama 4 kali pertemuan yang diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun dan dapat dilihat pada lampiran.

Pelaksanaan tindakan II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I hanya pada pelaksanaan tindakan II ini terdapat perbaikan yang masih diperlukan dari tindakan I. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan II, yaitu Menulis kalimat sederhana. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pertemuan Pertama (Senin, 1 Desember 2014)

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2014. Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan

45

pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis

Dokumen terkait