• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini adalah terjadinya peningkatan skor menulis kalimat sederhana

bahasa Indonesia melalui penggunaan model Synectics sesudah tindakan dilaksanakan, sebagaimana data awal yang diperoleh pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 sekitar 70 % nilai siswa berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 65 dari skor ideal 100.

Selain peningkatan nilai keterampilan menulis, indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah terjadinya peningkatan keterampilan menulis Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yakni terjadi peningkatan siklus I ke siklus II dengan skor minimal 65 dari skor ideal, dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan), dan (4) refleksi tindakan.

1. Siklus 1 a. Perencanaan

Perencanaan disusun dan dikembangkan oleh peneliti yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Adapun Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan siklus I adalah menulis kalimat sederhana. Dengan standar kompetensi adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat salah. Dengan kompetensi dasar adalah Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

b. Implementasi Tindakan Siklus I

Pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu tanggal 1 dan 3 Desember, serta 4 dan 6 Desember 2014 yang diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun.

Berdasarkan RPP tersebut implementasi tindakan pada semua pertemuan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

33

Pertemuan pertama dilaksanakan 1 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis

35

yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Pertemuan kedua (Rabu, 3 Desember 2014)

Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 3 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pekerjaan rumah, dan memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

3) Pertemuan ketiga (Kamis, 4 Desember 2014)

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

37

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

4) Pertemuan keempat (Sabtu, 6 Desember 2014 )

Pertama-tama guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek kesiapan murid dan menginstruksikan untuk menyiapkan alat tulis-menulisnya.

Setelah murid siap, guru membagikan tes siklus I yang harus dikerjakan oleh setiap murid, murid tidak diperbolehkan untuk menyontek dan bekerjasama, waktu yang diberikan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi.

Kegiatan evaluasi siklus I ini berjalan dengan lancar. Dan hasilnya

mengumpulkan lembar jawabannya, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Observasi dan Evaluasi

Berikut ini data hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan model pembelajaran synectics pada murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Berdasarkan hasil observasi itulah peneliti menggambarkannya data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.1: Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang selama penerapan model pembelajaran Synectics pada Siklus I Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III.

No Komponen yang Diamati Jumlah Murid

SIKLUS I

I II III Persentase

1 Murid yang hadir pada saat pembelajaran

29 28 28 29 97,6

2 Murid yang

memperhatikan materi

yang diajarkan 29 23 24 24 81,7

3 Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran

29 14 12 12 43,8

39

No Komponen yang Diamati Jumlah Murid

SIKLUS I

I II III Persentase 4 Murid yang keluar masuk

pada saat proses pembelajaran

29 10 11 10 35,5

5 murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka

29 10 10 12 36,9

6 Murid yang bertanya pada

saat proses pembelajaran 29 6 6 6 20,7

7 Murid yang meminta bimbingan guru saat pembentukan kelompok

29 10 10 9 33,4

8 Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis

29 5 4 5 16,2

9 Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok

29 19 19 19 65,5

Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar murid pada siklus I, dimana dari 29 murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yang di observasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar, hasilnya dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut; Murid yang hadir pada saat pembelajaran sebesar 97,6%; Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan sebesar 81,7%; Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran sebesar

murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka sebesar 36,9%; Murid yang bertanya pada saat proses pembelajaran sebesar 20,7%; Murid yang meminta bimbingan guru saat pembentukan kelompok sebesar 33,4%; Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis sebesar 16,2%; dan Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok sebesar 65,5%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada murid kelas V SD Negeri No.65 Tampo Enrekang, peneliti memperoleh dan mengumpulkan data melalui instrumen tes siklus I. Dari hasil tes Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Nilai Statistik Menulis Kalimat Sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan Model pembelajaran Synectics pada siklus I

Sumber : Hasil Olahan Data (2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata – rata menulis kalimat sederhana murid sebanyak 65,6. Nilai terendah yang diperoleh murid adalah 50 dari

Statistik Nilai Statistik

Subjek 29

Nilai ideal 100

Nilai tertinggi 74

Nilai terendah 50

Rentang nilai 24

Nilai rata-rata 65,6

41

nilai yang mungkin dicapai 0-50 dan nilai tertinggi yang diperoleh murid adalah 74 dari nilai ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang nilai 24, ini menunjukkan kemampuan murid cukup bervariasi.

Jika nilai Pemahaman dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang setelah penerapan model pembelajaran Synectics pada siklus I

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 90 – 100 Sangat Tinggi 0 0%

2 80 – 89 Tinggi 4 13,79%

3 65 – 79 Sedang 23 79,31%

4 55 – 64 Rendah 1 3,45%

5 0 – 54 Sangat Rendah 1 3,45%

Jumlah 29 100

Sumber : Hasil Olahan Data (2014)

Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa persentase nilai pemahaman murid setelah diterapkan siklus I adalah 1 orang murid atau 3,45% berada pada kategori sangat rendah, 1 orang murid atau 3,45% berada pada kategori rendah, 23 orang murid atau 79,31% berada pada kategori sedang, 4 orang murid atau 13,79% berada pada kategori tinggi, dan tidak ada murid atau 0% berada pada kategori sangat tinggi.

Gambar 4.1: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase ketuntasan Menulis kalimat sederhana yang diperoleh dari hasil belajar Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV setelah penerapan Pembelajaran Synectics pada siklus I

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

(%)

1 0 – 64 Tidak Tuntas 10 34,482%

2 65- 100 Tuntas 19 65,517%

Jumlah 29 100

43

Berdasarkan tabel di atas hasil belajar Menulis kalimat sederhana yang diperoleh murid dengan nilai rata–rata dan pada ketuntasan hasil belajar Menulis kalimat sederhana diperoleh 65,517% dikategorikan tidak tuntas dan 34,482% tuntas.

Dari hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi ketuntasan dalam proses belajar mengajar karena murid yang mencapai ketuntasan hanya 19 murid dari 29 murid. Karena itulah, peneliti berusaha untuk mengadakan perbaikan dengan cara melanjutkan penelitian pada siklus II untuk melihat seberapa jauh menulis kalimat sederhana murid itu tercapai.

d. Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan data–data yang dituliskan di atas; murid yang memperhatikan penjelasan peneliti, murid yang hadir, murid yang bertanya pada saat pembelajaran berlangsung, Murid yang keluar masuk saat pembelajaran, juga murid yang meminta bimbingan peneliti di kelas pada pertemuan kedua telah mulai sedikit mengalami perubahan. Masih ada peluang untuk lebih dari itu. Sedangkan dari hasil tes siklus menunjukkan bahwa persentase murid yang telah mencapai nilai KKM ialah sebanyak 65,517%. Padahal indikator keberhasilan menyatakan bahwa tuntas secara klasikal hanya apabila minimal 85% dari jumlah murid telah mencapai nilai KKM.

Oleh karena itu dibutuhkan siklus II untuk memperbaikinya. Segala kekurangan-kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II nantinya.

2. Siklus II

Penerapan pembelajaran Menulis kalimat sederhana pada siklus II melalui penerapan model Synectics adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan tindakan kelas yang akan berlangsung pada siklus II sebagian sama dengan kegiatan pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut pelaksanaan siklus pertama yang telah ditetapkan 4 x pertemuan yakni Senin 8 Desember,Rabu 10 Desember, Kamis 11 Desember dan Sabtu 13 Desember 2014.

b. Implementasi Tindakan Siklus II

Tahap pelaksanaan pada siklus II selama 4 kali pertemuan yang diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun dan dapat dilihat pada lampiran.

Pelaksanaan tindakan II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I hanya pada pelaksanaan tindakan II ini terdapat perbaikan yang masih diperlukan dari tindakan I. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan II, yaitu Menulis kalimat sederhana. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pertemuan Pertama (Senin, 1 Desember 2014)

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2014. Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan

45

pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pekerjaan rumah, meberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Pertemuan kedua (Rabu, 10 Desember 2014)

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2014. Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan

sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

47

Menyebutkan nama kerajaan di Indonesia, bentuk peninggalan sejarahnya, dan raja yang memerintah.

Guru memberikan pekerjaan rumah, dan memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

3) Pertemuan ketiga (Kamis, 11 Desember 2014)

Pertemuan ketiga ini diawali dengan mengucapkan salam kemudian dilanjutkan dengan mengabsen murid. Indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

4) Pertemuan keempat (Sabtu, 13 Desember 2014)

Pertama-tama guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek kesiapan murid dan menginstruksikan untuk menyiapkan alat tulis menulisnya dan mengumpulkan alat tulisnya dimeja guru.

Setelah murid siap, guru membagikan tes siklus II yang harus dikerjakan oleh setiap murid, murid tidak diperbolehkan untuk menyontek dan bekerjasama, waktu yang diberikan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi.

Kegiatan evaluasi siklus II ini berjalan dengan lancar. Dan hasilnya dikumpulkan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Setelah semua murid mengumpulkan lembar jawabannya, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

49

c. Observasi dan Evaluasi

Berikut ini data dari hasil observasi siklus II yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan pembelajaran Synectics pada murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang. Berdasarkan hasil observasi itulah peneliti menggambarkannya data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.5: Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Murid kelas V SD Negeri No.65 Tampo Enrekang selama penerapan model pembeajaran Synectics pada Siklus II Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III

No Komponen yang Diamati Jumlah Murid

SIKLUS II

I II III Persentase

1 Murid yang hadir pada saat pembelajaran

29 29 28 29 98,9

2 Murid yang

memperhatikan materi

yang diajarkan 29 27 29 29 97,6

3 Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran

29 5 5 4 10,2

4 Murid yang keluar masuk pada saat proses

pembelajaran

29 4 3 2 10,3

5 murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil

29 20 21 20 70

I II III Persentase kerjasama mereka

6 Murid yang bertanya pada

saat proses pembelajaran 29 10 12 15 42,4

7 Murid yang meminta bimbingan guru saat pembentukan kelompok

29 3 3 2 9,3

8 Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis

29 15 18 18 58,6

9 Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok

29 28 29 29 98,9

Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar murid pada siklus I, dimana dari 29 murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yang di observasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar, hasilnya dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut; Murid yang hadir pada saat pembelajaran sebesar 98,9%; Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan sebesar 97,6%; Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran sebesar 10,2%; Murid yang keluar masuk pada saat proses pembelajaran sebesar 10,3%;

murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka sebesar 70%; Murid yang bertanya pada saat proses pembelajaran sebesar 42,4%; Murid yang meminta bimbingan guru saat

51

pembentukan kelompok sebesar 9,3%; Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis sebesar 58,6%; dan Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok sebesar 98,9%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada murid kelas V SD Negeri No.65 Tampo Enrekang, peneliti memperoleh dan mengumpulkan data melalui instrumen tes siklus II, dan hasil tes Siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6: Nilai Statistik Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan Pembelajaran Synectics pada siklus II

Statistik Nilai Statistik

Subjek 29

Nilai ideal 100

Nilai tertinggi 80

Nilai terendah 60

Rentang nilai 20

Nilai rata-rata 70,34

Sumber : Hasil Olahan Data (2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata – rata menulis kalimat sederhana murid sebanyak 70,34. Nilai yang terendah yang diperoleh murid adalah 60 dari nilai yang mungkin dicapai 0-54 sampai nilai tertinggi yang diperoleh murid 80 dari nilai ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang nilai 20, ini menunjukkan bahwa kemampuan murid cukup bervariasi.

Jika nilai pemahaman dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka

Dokumen terkait