• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL SYNECTICS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI NO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL SYNECTICS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI NO."

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

i SKIRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar

Oleh NASRIATI K. 10540 8319 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DESEMBER 2014

(2)

ii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Nasriati

NIM : K. 10540 8319 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul : Penggunaan Model Synectics Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang

Setelah diperiksa/ diteliti ulang, skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diujikan.

Makassar, Desember 2014 Disetujui oleh,

Pembimbing I

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum

Pembimbing II

Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui Dekan FKIP,

Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum NBM. 858625

Ketua jurusan,

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Sulfasyah, MA, Ph. D NBM. 970635

(3)

iii

Nama : Nasriati

NIM : K. 10540 8319 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul : Penggunaan Model Synectics Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang

Setelah diperiksa/diteliti ulang, skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diujikan.

Makassar, Desember 20134 Disetujui oleh,

Pembimbing I

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum.

Pembimbing II

Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui Dekan FKIP,

Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. A. Sukri Syamsuri, M. Hum NBM. 858625

Ketua jurusan,

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Sulfasyah, MA, Ph. D NBM. 970635

(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NASRIATI

NIM : K. 10540 8319 12

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Judul Skripsi : Penggunaan Model Synectics Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan TIM adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Desember 2014 Yang Membuat Pernyataan

NASRIATI

(5)

v Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : NASRIATI

Nim : K. 10540 8319 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD)

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapa pun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan ( plagiat ) dalam menyusun skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Desember 2014 Yang Membuat Perjanjian,

NASRIATI

(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Kerjakanlah apa yang bisa kamu

kerjakan hari ini, jangan tunggu hari esok”

“maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada tuhanmulah hendak kamu berharap”

(QS. Al Insyiroh :7-8)

Karena itu, kupersembahkan karya sederhana ini

sebagai ungkapan rasa cinta dan banggaku sebagai seorang anak

atas segala pengorbanan dan kasih sayang ibundaku dan

ayahandaku, Suamiku serta putraku yang tercinta, saudara-

saudariku, serta keluargaku yang senantiasa mendoakanku .

(7)
(8)
(9)

viii

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Salam dan shalawat kepada pemimpin sejati Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada Ayahanda Jampa’ dan Ibunda Candi’pi yang berjuang begitu keras dan tidak mengenal kata menyerah agar anaknya bisa menyelesaikan pendidikan.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum dan Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd., pembimbing skripsi untuk penulis. Dr. H.

Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. A. Syukri Syamsuri, S.Pd., M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, juga kepada Sulfasyah, MA., Ph. D., ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Hasniar Campa, S. Pd., kepala sekolah

(10)

xi

SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang. Juga Fitriani, S.Pd, SD., guru kelas kelas IV SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya, hanya kepada Allah kita kembalikan semua urusan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah meridhoi sebagai ibadah disisi-Nya. Amin.

Demi Pena dan Segala Apa yang Dituliskannya. Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Januari 2015

Penulis

(11)

vii

Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV di SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh A. Sukri Syamsuri dan Aliem Bahri.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan Model Sinectycs. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua diisi dengan kegiatan pembelajaran sedangkan pertemuan ketiga diisi dengan pemberian tes. Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas IV di SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang sebanyak 29 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, dan observasi. Data yang terkumpul berupa tes hasil belajar dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif sedangkan hasil observasi siswa dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis pada Siswa Siswa Kelas IV di SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan menulis siswa pada siklus I sebesar 65,65 dan siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 65,517%. Nilai rata-rata kemampuan menulis Bahasa Indonesia siswa pada siklus II meningkat menjadi 70,34 dan siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa atau 96,55 %. Di samping itu, data hasil observasi di setiap siklus menunjukkan adanya perubahan sikap murid ke arah yang lebih positif, yaitu terjadi peningkatan rasa percaya diri murid juga murid lebih mandiri dalam pembelajaran. Selain itu perhatian dan motivasi murid juga meningkat. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Sinectycs dapat meningkatkan kemampuan menulis pada Siswa Kelas IV di SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang.

Kata Kunci: Kemampuan Menulis, Model Sinectycs

(12)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……… iii

SURAT PERJANJIAN ….………... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN..………... v

ABSTRAK……… vi

KATA PENGANTAR………... vii

DAFTAR ISI………. ix

DAFTAR TABEL………. xii

DAFTAR GAMBAR……… xiii

BAB I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...………... 1

B. Rumusan Masalah………. 10

C. Tujuan Penelitian ……….. 10

D. Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka……….. 12

1. Hakikat Menulis………... 12

2. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Menulis... 14

3. Menulis Kalimat Sederhana...……... 16

4. Model Synectycs pada Pembelajaran Bahasa Indonesia………. 17

(13)

xi

8. Prinsip Reaksi……….. 22

9. Sistem Pendukung Keberhasilan Belajar...……….. 23

B. Kerangka Pikir……….. 23

C. Hipotesis Tindakan………... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 26

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 26

C. Faktor yang Diselidiki……….. 27

D. Prosedur Penelitian………... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ...……….. 30

F. Instrumen Penelitian ……… 31

G. Teknik Analisis Data ……….. 31

H. Indikator Keberhasilan...……... 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... ………. 34

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan...……… 34

a. Siklus I... 34

b. Siklus II... 39

B. Pembahasan……….. 45

(14)

xii BAB V: PENUTUP

A. Simpulan………....……….. . 48

B. Saran ………... 49

DAFTAR PUSTAKA……… . 50

RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

xiii

Tabel 3.1 Teknik Kategorisasi Standar Berdasarkan Depertemen

Ketetapan Pendidikan Nasional ………... 32 Tabel 4.1 Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus I………... 35 Tabel 4.2 Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus I………... 36 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dan persentase kategori kemampuan

menulis pada Siklus I………... 37 Tabel 4.4 Deskripsi ketuntasan belajar Murid pada siklus I………….. 38 Tabel 4.5 Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus II………... 40 Tabel 4.6 Hasil Observasi Pertemuan 1 Siklus II………... 41 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar

pada siklus II……… 43

Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid pada Siklus II ……… 43 Tabel 4.9 Gambaran Peningkatan Hasil Belajar Murid...…………... 44

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir………... 24 Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas………. 28

(17)

xv

Lampiran B : Data Hasil Belajar Murid Siklus I dan II Lampiran C : Daftar Hadir Murid Siklus I dan II Lampiran D : Dokumentasi Mengajar

(18)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran keterampilan berbahasa diharapkan agar peserta dididk mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan, perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam masyarakat dengan bahasa manusia dapat hidup berkelompok atau bermasyarakat, karena tanpa bahasa maka segala aktivitas kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh.

Pembelajaran keterampilan berbahasa hendaknya difokuskan pada kepentingan komunikasi dan berbagai bentuk strategi. Cara pandangan ini semakin diperkuat dalam oleh kurikulum KTSP apalagi dalam Kurikulum 2013.

Untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dikembangkan suatu pendekatan yang berorientasi pada suatu pemahaman bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisandengan muatan nilai-nilai hidup. Selanjutnya, dinyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di persekolahan dalam kurikulum baru ini diarahkan untuk membangun, membina, dan meningkatkan kompetensi berbahasa siswa dalam berbagai aspek kehidupan.

Namun, harapan tersebut tampaknya masih kurang mserius meskipun guru- guru mengetahui bahwa seperti itulah pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

1

(19)

seharusnya dilakukan sebagai aktualisasi dari kurikulum. Masih banyak guru belum melakukannya secara kreatif dengan alasan sulit. Wajarlah jika dikatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia hanya interaksi siswa dan buku teks, tidak terdapat interaksi antara siswa dengan siswa.

Keadaan seperti inilah yang tampak mencolok dalam keseharian pembelajaran keterampilan berbahasa selama ini.

Model pembelajaran keterampilan berbahasa yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia perlu diperkaya dengan model-model lain yang memberi nuansa baru sehingga meningkatkan kompetensi komunikasi siswa.

Selama ini model pembelajaran kurang menantang siswa, terutama gaya belajar yang monoton sehingga tidak memancing kreativitas siwa. Menurut Sagala (2004:

27) Pengorganisasian materi pelajaran dalam kurikulum meliputi tiga komponen utama, yaitu (a) kompetensi dasar, (b) materi pokok, dan (c) indikator pencapaian hasil belajar. Selanjutnya, dinyatakan bahwa kompetensi dasar merupakan kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi lisan dan tulis sesuai dengan kaidah bahasa. Kompetensi tersebut dikembangkan secara terus-menerus untuk membangun tindak komunikasi dalam berpikir kritis dan kreatif, yang dapat dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami langsung oleh siswa.

Pada dasarnya mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan pelajaran yang variatif dan sangat menyenangkan dipelajari. Hal itu disebabkan oleh banyaknya wahana, sarana, alat, ataupun lingkungan di sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

(20)

3

Melalui pembelajaran keterampilan berbahasa yang kreatif dan inovatif, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga secara tidak langsung dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa untuk memahami, mengkaji, mengeksplorasi, dan menganalisis materi pelajarannya. Siswa memiliki banyak kesempatan untuk dapat mengungkapkan gagasan-gagasannya berdasarkan pengalaman yang diperoleh di lapangan, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, secara tidak langsung terjadi pembelajaran lintas bidang studi antara bahasa Indonesia dengan bidang studi yang lain.

Hal itu menunjukkan bahwa tujuan berbahasa melalui pcembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk membina kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini biasanya dilaksanakan secara terpadu.

Salah satu keterampilan berbahasa yang dianggap penting adalah menulis.

Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain, baik sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal maupun melalui lambang-lambang kebahasaan/bahasa tulis lainnya.

Menulis juga melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Peranan menulis yang sangat tinggi sejalan dengan pendapat Tompkins, seorang ahli keterampilan berbahasa, yang menyatakan bahwa masyarakat yang tidak mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, akan tertinggal jauh dari kemajuan karena kegiatan menulis dapat mendorong perkembangan intelektual seseorang sehingga mampu berpikir kritis (Syamsuri, 2007: 12).

(21)

Menurut Tarigan (2008: 4) menulis adalah menirukan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang tersebut. Tentu saja kegiatan harus dimulai dari hal yang sederhana. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Pada umumnya keterampilan menulis diperoleh seseorang melalui sekolah formal. Sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa, keterampilan menulis harus dilatihkan agar siswa dapat mengungkapkan ide atau gagasan tertulisnya secara kohesif dan koherensif. Apabila dihayati hakikat pembelajaran keterampilan menulis ada baiknya guru menganut paham bahwa mengajarkan siswa menulis ibarat melatih seorang pemain catur. Siswa tidak cukup diperkenalkan fungsi setiap anak catur dan teori bermain catur yang andal, akan tetapi siswa harus diterjunkan langsung merasakan permasalahan yang dihadapi dalam bermain catur, disertai dengan pengetahuan dan pengalaman pelatih.

Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang kompleks.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan dan pengetahuan grafologi, struktur bahasa dan kosakata. Pengetahuan bahasa berkaitan dengan tata bahasa, dan semantik. Kosakata berkaitan dengan pilihan kata yang tepat dalam tulisan. Dengan penguasaan keterampilan dan pengetahuan kebahasaan yang demikian itu, komunikasi antara penulis dan pembaca dapat berjalan dengan baik.

Tarigan (2008:5) menjelaskan bahwa keterampilan menulis merupakan alat komunikasi yang tidak secara langsung dapat ditanggapi

(22)

5

oleh pembacanya, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain karena tulisan sebagai media komunikasi yang tidak secara langsung.

Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit.

Meskipun keterampilan menulis sulit, namun peranannya dalam kehidupan manusia sangat penting. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya.

Dapat dikatakan, bahwa kehidupan menusia hampir tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan menulis.

Hingga saat ini, menulis masih ditempatkan pada tingkatan yang paling tinggi dalam aktivitas kebahasaan manusia. Meskipun ada anggapan, terutama dari kalangan ahli komunikasi modern, menyatakan pada zaman elektronik sekarang ini manfaat belajar menulis sudah mulai tergeser. Akan tetapi, tidak sedikit ahli bahasa yang merasa cemas, terutama dari dunia barat, bahwa seakan-akan kemajuan di bidang elektronik dalam hubungannya dengan bahasa dewasa ini, seakan menggiring mereka kembali ke zaman semi buta huruf.

(23)

Maraknya dunia elektronik yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern, dengan jangkauan yang sangat luas, menyita banyak waktu yang biasa digunakan orang untuk membaca. Akan tetapi, bagaimanapun kondisi aktivitas manusia, kegiatan menulis tidak bisa diabaikan. Kenyataan memperlihatkan, bahwa dari berbagai aspek kehidupan manusia. Kegiatan menulis hampir setiap hari disaksikan, seperti menulis surat, laporan, buku, makalah, artikel, berita, iklan, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia hampir tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan menulis.

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis antara lain dapat mengenali potensi dan kemampuan dapat mengembangkan berbagai gagasan, melalui aktivitas bernalar, memperluas wawasan dengan menyerap mencarai, dan menguasai berbagai informasi baik secara teoritis maupun yang berkaitan dengan fakta, membisakan berfikir secara tertib dan sistematis, memecahkan suatu permasalahan, belajar secara aktif, selain itu, keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi manusia.

Begitu pentingnya kegiatan menulis, sehingga ada asumsi yang menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat diukur dengan melihat maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Hal itu dapat dilihat pada kualitas hasil cetakan dan penerbitan, seperti majalah, suarat kabar, buku, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal itu, keterampilan menulis harus diupayakan sedini mungkin. Upaya tersebut terlihat dalam kurikulum mulai

(24)

7

sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengajaran menulis masih menjadi salah satu mata sajian yang diprioritaskan.

Namun, sayang, kenyataan memperlihatkan, bahwa pembelajaran menulis termasuk di SD hingga saat ini belum menggembirakan. Hal itu terlihat pada hasil penelitian Abdullah (2009) bahwa Siswa SD di Makassar mempunyai kemampuan menulis yang belum memadai.” Sejalan dengan itu, Risnawati (2008) mengemukakan, bahwa Siswa SD Muhammadiyah Makassar belum mampu menulis karangan sederhana.” Demikian pula hasipenelitian Agusraidi (2010) siswa SD Ajangale Bone belum memadai.

Hal itu berkaitan dengan minat siswa yang masih sangat rendah.

Hal ini juga terihat pada siswa SDN 65 Tampo Kabupaten Enrekang.

Berdasarkan hasil observasi awal penulis yang dilakukan di SDN 65 Tampo Kabupaten Enrekang, tampak bahwa fenomena pembelajaran menulis, khususnya di kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 mengalami banyak masalah sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang sangat rendah. Dari keseluruhan murid, sekitar 70% murid yang memperoleh nilai 65 ke bawah dan hanya 30% murid yang memenuhi standar (KKM) yaitu 65. Hal ini berarti sekitar 70% orang murid dinyatakan belum memenuhi standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk matapelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek menulis.

Kenyataan di atas mengharuskan pembelajaran keterampilan menulis digalakkan sedini mungkin. Tidak mengherankan jika dalam kurikulum mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, pembelajaran keterampilan menulis menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang mendapat porsi yang cukup

(25)

besar. Hal ini terlihat pada banyaknya porsi kegiatan keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pembelajaran keterampilan menulis. Meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang memengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis, namun diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Kenyataan dewasa ini adalah pembelajaran keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni bagaimana mengajar siswa menulis secara langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan kerangka dengan penekanan pada aspek hasil tulisan.

Dengan dasar itulah sehingga penulis termotivasi untuk melaksanakan penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran menulis menggunakan model synectic untuk meningkatkan kemampuan menulis sederhana siswa.

Model Synetics menurut Gordon Not Godon (dalam Mujiono, 1993) adalah pola pembelajaran yang dirancang untuk melatih siswa mengembangkan (i) keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dan (ii) kreativitas pribadi model Synetics juga cocok untuk mengembangkan rasa simpati dan kemampuan membuat tilikan dalam hubungan sosial.

Ahli yang menyusun model ini adalah Gordon Not Godon (dalam Mujiono, 1993) masyarakat membutuhkan pekerjaan kreatif. Kreativitas itu dapat dipelajari, sebab (i) kreativitas merupakan kegiatan dalam sehari-hari, dan dilakukan oleh orang-orang, (ii) proses kreatif bukan barang aneh, (iii) penemuan-penemuan kreatif dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan, (iv) penemuan-penemuan

(26)

9

yang ditemukan oleh kelompok atau individu berkat berpikir kreatif untuk menciptakan diperlukan kegiatan belajar yang mendorong strategi mengajar yang khusus, model Synectics dirancang untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana.

Penelitian menyangkut peningkatan presentasi belajar bahasa Indonesia baik secara keseluruhan maupun secara persial atau satu persatu keterampilan berbahasa dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam menggunakan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran keterampilam berbahasa Indonesia. Arifuddin (2010) meneliti tentang penerapan model pembelajaran Synectics untuk meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Namun belum ada yang mengkaji proses pembelajaran menulis kalimat sederhana dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kekuatan dan kelamahan siswa dalam pembelajaran tersebut. Para guru di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang belum menggunakan model pembelajaran Synectics, hal ini disebabkan model pembelajaran tersebut masih baru (inovatif). Mencermati kenyataan di atas, mengundang curahan penelitian untuk menjembatani melalui sesuatu penelitian dengan mengkaji peningkatan kemampuan menulis kalimat sederhana. Siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model Synectics dikelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang. Dengan mengaitkan antara hasil pengamatan dan terori pembelajaran model Synectics, peneliti mencoba mengarahkan perhatian pada pelaksanaan pembelajaran melalui model Synectics, pada bagian merefleksikan belajar dan mengevaluasi secara berbasis kelas.

(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis kalimat sederhana bahasa Indonesia melalui penerapan model synectics dapat siswa kelas IV di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis kalimat sederhana bahasa Indonesia dengan menggunakan model Synectics pada siswa kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teortis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memperluas khazanah keilmuan bagi siswa tentang pembelajaran menulis kalimat sederhana dengan menggunakan model Synectics sebagai bagian dari upaya untuk mengevaluasi dan merefleksi cara belajarnya sendiri.

b. Diharapkan mampu memberikan sumbangan teoritis dalam pembelajaran menulis kalimat sederhana secara umum.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru yakni diharapkan dapat :

(28)

11

1. Memberikan masukan pengetahuan dan pengalaman praktik dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Menjadi masukan atau bahan pertimbangan penentu kebijakan tentang strategi dan model dalam proses pembelajaran, khususnya menulis kalimat sederhana

3. Membawa dampak positif bagi siswa dalam upaya meningkatkan, kreativitas dan nantinya menunjang prestasi belajar siswa khususnya menulis kalimat sederhana bahasa Indonesia.

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Menulis

Menurut Akhadiah dkk. (1988: 11) hakikat menulis yaitu kemampuan mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang tentang pemahaman, pengalaman, penghayatan, serta proses mengembangkan gagasan menjadi tulisan (lambang-lambang kebahasaan).

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Tarigan (2008: 21) hakikat menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca pula lambang-lambang grafis itu, jika mereka memahami bahasa dan lambang grafis tersebut.

Bahasa tulis sangat diperlukan sebagai penyampaian isi pesan kepada orang lain dalam betuk tulisan. Oleh sebab itu, tulisan harus dapat dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, penulis harus memiliki pula pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan bahasa tulis. Agar tulisan tersebut dapat dipahami pembaca, penulis juga harus menguasai bahasa pembaca sebagaimana yang diharapkan.

Hal itu menunjukkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang sangat rumit dan kompleks. Oleb sebab itu, penulis hendaknya mengungkapkan gagasannya dengan jelas. Dengan kata lain, dia harus menggunakan bahasa dengan tepat, dan

12

(30)

13

memahami siapa pembaca yang dituju. Di samping itu, penulis harus memiliki keterampilan memilih dan menata gagasan sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh para pembaca. Hal itu diperlukan karena kegiatan menulis merupakan bentuk kegiatan komunikasi secara tidak lanssung. Sebaliknya, dalam komunikasi tidak langsung digunakan bahasa yang benar-benar efektif agar mudah dipahami oleh orang lain.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Syafi’ie (dalam http:

//www.kajianpustaka.com) mengemukakan bahwa untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus memiliki kemampuan khusus ke arah itu. Dia terlebih dulu harus (a) mengetahui masalah yang akan ditulis, (h) memahami kondisi pembaca, (c) menyusun perencannan penilaian, (d) menggunakan bahasa, (c) memulai tulisan, dan (f) memeriksa tulisan. Pandangan tersebut dapat dipertegas bahwa tulisan akan menjadi efektif jika pertama-tama penulis memiliki objek yang akan dikemukakan. Bila objek telah ditentukan, penulis harus memikirkan dan merenungkan gagasannya secara jelas. Kemudian dikembangkan gagasan- gagasan utamanya secara jelas dan rinci serta memilih dan menggunakan bahasa secara cermat untuk diungkapkannya.

Sehubungan Nurgiyantoro (dalam http: //www.kajianpustaka.com) menyatakan bahwa dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui bahasa tulis. Aktivitas yang pertama memberikan penekanan pada unsur bahasa, sedangkan yang kedua pada unsur gagasan.

(31)

Menurut Vygotsky (dalarn http://jibvet856.blogspot.com) bahwa menulis adalah perkembangan yang dapat dilihat pada anak-anak dan yang berangsur- angsur menambah bentuk-bentuk abstrak, dan menggambar, membaca, dan menulis yang berkmbang dalam keberwacanaan. Membaca dan menulis adalah proses interaktif, dinamik yang berorientasi arti.

2. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Menulis

Salah satu aspek pengajaran keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis. Menulis berkaitan erat dengan tujuan pengajaran bahasa Indonesia itu sendiri dan meliputi tiga aspek yaitu. (1) tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pembinaan sikap positif terhadap bahasa Indoneia, (2) tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pembinaan pengetahuan tentang segi, bentuk, makna, dan fungsi bahasa Indonesia, serta (3) tujuan pengajaran yang berkaitan dengan pembinaan kemampuan penggunaan hahasa Indonesia. Hal itu berarti bahwa membina siswa mampu atau terampil di dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwa, karena menulis meningkatkan pembelajaran.

Sejalan dengan uraian di atas, Warsito (dalam http://jibvet856.blogspot.com) menyatakan bahwa kemampuan menulis yang merupakan keterampilan berbahasa produktif tulisan melibatkan aspek penggunaan ejaan. kemampuan penggunaan diksi kosakata, kemampuan penggunaan kalimat penggunaan jenis komposisi (gaya penulisan , penentuan ide, pengolahan ide, dan pengorganisasian ide). Kesemua aspek itulah yang diukur dalam kemampuan menulis. Demikian pula, Mustakim (2004: 56) menyatakan

(32)

15

bahwa tujuan pengajaran keterampilan menulis berkaitan erat dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi tulis.

Aktivitas menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks di antaranya adalah kemampuan berpikir secara sistematis, logis, serta kemampuan mengekspresikan gagasan atau pikiran secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif, serta menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik. Dikatakan pula bahwa kapabilitas menulis yang diperlukan itu diperoleh melalui proses yang panjang. Anak didik sudah harus mulai menulis sejak tingkat awal, yakni mengenal lambang-lambang bunyi sampai pada tingkat akhir yaitu mampu dan terampil menulis. Kemampuan dan keterampilan menulis yang diperoleh pada tingkat permulaan menjadi (dasar untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan selanjutnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam kemampuan reproduktif ialah menyalin teks dan buku atau yang ditulis di papan tulis. Sebaliknya, kemampuan reseptif- produktif yakni teks diberikan kepada siswa. Tcks itu merupakan teks terttilis yang dibaca oleh siswa atau yang diperdengarkan melalui kaset. Siswa diminta untuk memproduksi kembali teks tersebut secara keseluruhan atau sebahagian (intinya) saja. Kedua kemampuan ini memperlihatkan bahwa siswa masih terikat dengan teks yang diberikan, terutama mengenai isi ,jalan cerita, dan konsep pemikiran.

Anak didik harus menulis secara bebas berdasarkan tema yang diberikan dengan menggunakan beberapa kata kunci untuk mengembangkan kemampuan produktifnya. Aktivitas yang dilakukan adalah mengonsep isi cerita, menyusun

(33)

bahasa, dan membuat komposisi yang sesuai dengan apa yang ditentukan. Bentuk- bentuk kemampuan menulis itu disebutkan oleh Nurgiyantoro (dalam http:

//www.kajianpustaka.com) sebagai tugas kemampuan menulis. Diungkapkan pula bahwa ada tujuh tugas kemampuan menulis yang perlu diperhatikan yaitu : (1) tugas rnenyusun kalimat, (2) menulis berdasarkan rangsang visual, (3) menulis berdasarkan rangsang suara. (4) menulis dengan rangsang buku, (5) menulis laporan, (6) menulis surat, (7) menulis berdasarkan tema tertentu.

3. Menulis Kalimat Sederhana a. Hakikat Kalimat

Beberapa pakar mendefenisikan kalimat terdiri atas berbagai pengertian, antara lain :

1. Sultan Takdir Alisyahbana (dalam Syamsuri, 2008:44) menjelaskan bahwa kalimat adalah kumpulan kata-kata yang terkecil yang mengandung pikiran lengkap.

2. Gorys Keraf (dalam Syamsuri, 2008:44), mengemukakan bahwa kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti kesenyapan, sedangkan Intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.

3. Fachmuddin A.E (Syamsuri, 2008:44) mendefinisikan bahwa kalimat adalah kelompok kata yang mempunyai arti tertetu, terdiri atas subjek dan predikat tidak tergantung pada suatu konstruksi gramatikal yang lebih besar.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa kalimat dapat menarik kesimpulan bahwa kalimat adalah kumpulan kata

(34)

17

yang memiliki pengertian lengkap dan dibangun oleh konstruksi fungsional dan tidak bergantung pada konstruksi gramatikal yang lebih besar.

b. Sederhana

Sederhana menurut Syamsuri (2008:44) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku pula untuk hal yang lain.

Sederhana memainkan peran penting dalam pemecahan masalah pengambilan keputusan, persepsi, memori, kreativitas dan komunikasi letaknya dibelakang tugas-tugas dasar seperti identifikasi tempat, benda, orang misalnya persepsi wajah dan sistem pengenalan wajah telah berpendapat bahwa sederhana adalah inti dari kognisi, bahasa sederhana khusus terdiri dari contoh, perbandingan, metapora, similes, kiasan dan perumpamaan.

c. Kalimat Sederhana

Kalimat Sederhana adalah membuat suatu pasangan yang berlawanan kemudian merangkaikannya dalam suatu kalimat. Pada kegiatan ini siswa diharapkan mengemukakan pasangan kata atau yang berlawanan untuk mendeskripsikan suatu objek (dalam Akhdiyah, 1988).

4. Model Synectics pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Ahli yang menyusun model ini ialah William J.J Gordon (dalam Mudjiono, 1993) masyarkat membutuhkan pekerjaan yang kreatif. Kreativitas itu dapat dipelajari, sebab (i) kreativitas merupakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari

(35)

dan dilakukan oleh orang-orang, (ii) Proses kreatif bukan barang aneh, (iii) penemuan-penemuan kreatif dapat terjadi disegala bidang kehidupan, (iv) penemuan dihasilkan oleh individu atau kelompok diperlukan kegiatan belajar yang mendorong perkembangan kreatifitas diperlukan strategi mengajar yang khusus, Model Synectics dirancang untuk pengembangan kreativitas.

Model Synectics (dalam Mudjiono, 1993) adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk melatih siswa mengembangkan (i) keterampilan memecahkan masalah secara kreatif dan (ii) kreatif pribadi.

Model Synectics juga cocok menggambarkan rasa simpati, dan kemampuan membuat tilikan dalam hubungan sosial. Dalam kehidupan modern perubahan terjadi secara cepat sehingga menimbulkan banyak masalah. Masalah tersebut ada yang sederhana dan ada yang kompleks.

Pemecahan masalah memerlukan penelitian, pemecahan masalah memerlukan penelitian secara ilmiah dan sekaligus memerlukan kreativitas baik dalam proses maupun dalam cara-cara pemecahan. Siswa perlu didik untuk terampil memecahkan masalah, dan kreatif dalam memecahkan masalah. Model Synectics merupakan pola belajar dan mengajar yang dirancang untuk

mengembangkan kreativitas. Kreativitas hanya muncul bila seseorang terbiasa dengan aktivitas. Oleh karena itu model Synectics cocok menciptakan kondisi yan mendorong timbulnya cara belajar aktif dan sekaligus kreatif.

Urutan langkah-langkah pembelajaran dengan strategi membuat “hal baru”

menjadi serupa berdasarkan sederhana sebagai berikut (dalam Mudjiono, 1993):

(36)

19

1. Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya.

2. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal.

3. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

4. Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”.

5. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan- perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru”

dibandingkan dengan “harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”.

6. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru.

Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan ……

atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi ……

saya akan ….…

1. Sistem Sosial Model Synectics

Hubungan guru siswa dalam model Synectics tergolong moderat. Perilaku hubungan itu dapat digambarkan sebagai berikut (dalam Mudjiono, 1993):

1. Guru menggunakan urutan pelajaran, kemudian membimbing perilaku belajar dengan sederhana-sederhana.

2. Guru meminta siswa mempelajari penalarannya sendiri. Siswa bebas berdiskusi, dan bebas menggunakan kiasan-kiasan dalam pemecahan masalah.

3. Norma perilaku adalah kooperatif, berorientasi pada permainan fantasi, permainan penalaran dan kesamaan perasaan.

4. Hadiah kegiatan adalah terletak pada kepuasan berinteraksi.

5. Prinsip Reaksi Model Synectics

Perilaku guru mereaksikan siswa sebagai berikut (dalam Mudjiono, 1993):

1. Guru memusatkan perhatian pada pola penalaran siswa yang tampak

“kaku” atau tetap tak berubah. Pola penalaran yang “kaku atau tetap tak berubah tersebut diberi alternatif lain.

2. Guru memberanikan siswa untuk menggunakan fantasi, imajinasi simbol, dan hal-hal “baru” yang memperlancar arus berpikir.

(37)

3. Guru diminta menerima perilaku siswa yang aneh, luar biasa, tetapi memperlancar arus kreativitas

4. Guru harus semakin mengembangkan kreavifitas, jika masalahnya semakin kompleks dan sulit.

Pendukung keberhasilan belajar sebagai berikut (dalam Mudjiono, 1993):

1. Perpustakaan yang menyediakan informasi yang kaya dan baik.

2. Ruang kerja dan alat-alat yang mendorong imajinasi dan kreatifitas pemakai.

3. Narasumber yang memiliki keahlian mendorong keberhasilan siswa untuk menggunakan segala kemampuan untuk memecahkan masalah.

6. Dampak Pengajaran dan Pengiring Model Synectics

Model Synectics mengembangkan kreativitas secara umum maupun khusus bidang tertentu, seperti seni, teknik, dan lainnya. Dampak pengajaran dan dampak pengiring pada model Synectics (dalam Joice dan Well, 1980:184) dapat dilukiskan dalam bagan :

Catatan :

Bagan 2.1. Dampak Model Synectics Dampak Pengajaran Dampak pengiring

Kecakapan kreativitas atau penciptaan secara umum.

MODEL SYNECTICS

Kecakapan kreativitas atau penciptaan pada bidang yang khusus.

Pemberian dalam kecakapan pada penalaran ,imajinasi, perasaan sesuai bidangkhusus.

Kekompakan kelompok dan produktifitas.

(38)

21

Melukiskan bahwa dampak pengajaran model Synectics yang penting adalah I kecepatan seperti kesenian lukis, patung dan sastra. Dampak pengiring berupa I pemeroleh kecapakan dan bernalar, berfantasi, berimajinasi, mempermainkan perasaan dibidang khusus.Hal ini tampak pada buku sastra yang mengolah imajinasi pembaca ini kecepatan ikatan kelompok sehingga menimbulkan karya seperti karya sastra dan juga karya ilmiah.

7. Sistem Sosial

Perilaku hubungan guru siswa (dalam Mudjiono, 1993)sebagai berikut : 1. Guru mengemukakan tentang Ki Hajar Dewantara”, dan tugas siswa

mengenal kata-kata baru, membuat kalimat sederhana, dan membuat kesimpulan isi bacaan, dan karangan.

2. Guru mengemukakan bahwa siswa bebas mengembangkan penaralaran, fantasi dan imajinasi dan membuat kiasan dan pengandaran.

3. Guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan dan memberi komentar pada tugas-tugas siswa.

4. Selama pembelajaran berlangsung disiplin kelas bersifat kooperatif.

8. Prinsip Reaksi

Perilaku guru mereaksikan siswa (dalam Mudjiono, 1993) sebagai berikut:

1. Guru memusatkan perhatian pada penggunaan kata-kata baru seperti tokoh teladan, hukuman buang, rintangan, kecaman, wartawan, hari Pendidikan Nasional, dan kalimat sederhana seperti “jika saya…….., maka ………..”

2. Guru memberanikan siswa untuk menggunakan penalaran, fantasi, imajinasi tentang tokoh Ki Hajar Dewantara dan Lukisan Zaman Belanda.

3. Guru memberi komentar tentang kalimat siswa, cara membuat sederhana, dan membimbing bagaimana menarik kesimpulan tentang isi bacaan.

9. Sistem Pendukung Keberhasilan Belajar

Faktor pendukung keberhasilan belajar (dalam Mudjiono, 1993) sebagai berikut:

(39)

1. Buku pelajaran dan bacaan tentang Ki Hajar Dewantara serta buku petunjuk pengarang di sekolah dasar.

2. Contoh-contoh kalimat pengandaian “jika saya …….. maka…………..”.

3. Kamus bahasa Indonesia, kamus pepatah dan kiasan dalam bahasa Indonesia.

4. Narasumber seperti Ahli pantun dalam masyarkaat . 5. KTSP sekolah dasar kelas IV.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang dilakukan pada kemampuan menulis kalimat sederhana dengan menggunakan model Synectics oleh siswa kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang. Guru, siswa dan materi kurikulum merupakan faktor penting dalam penelitian ini, karena ketiga komponen tersebut memikirkan keterkaitan yang sangat penting dalam proses pembelajaran siswa dalam membuat kalimat sederhana dengan menggunakan model Synectics menjadi kajian utama dalam penelitian ini.

Topik yang diangakat dalam penelitian ditinjau identifikasi kompetensi dan subkompetensi dalam menulis kalimat sederhana, identifikasi daya imajinasi, nalar dan hambatan, identifikasi tindakan lanjut yang diinginkan siswa dalam pembelajaran yang kemudian dianalisis untuk mengetahui kemampuan kalimat sederhana dengan model Synectics.

(40)

23

Bagan 2.2. Bagan KerangkaPikir KURIKULUM

KTSP

Keterampilan Berbahasa

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Menulis kalimat sederhana

Model Synectics

Identifikasi Kompetensi Sub kompetensi Menulis

kalimat Sederhana

Identifikasi daya imajinasi, nalar

hambatan

Identifikasi tindak lanjut yang diinginkan siswa dalam pembelajaran

Hasil

(41)

C. Hipotesis Tindakan

Jika model Synectics diterapkan dalam membuat kalimat sederhana maka hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang dapat meningkat.

(42)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan memecahkan masalah yang

bersumber dari proses pembelajaran menulis kalimat sederhana yang dilaksanakan di kelas. Menurut Umar dan Kaco (2007: 9) bahwa “PTK bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani kegiatan belajar mengajar”. Model PTK merupakan penelitian proses pengkajian berdaur yang terdiri dari dua siklus, di mana setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Daur penelitian tindakan kelas ditujukan sebagai perbaikan atas hasil refleksi terhadap tindakan sebelumnya yang dianggap belum berhasil, maka masalah tersebut dipecahkan kembali dengan mengikuti daur sebelumnya melalui tahapan yang berurutan.

Penelitian ini dilaksankan di kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Sekolah ini dipilih karena (1). Kemampuan menulis kalimat sederhana masih kaku, (2). SD Negeri No.65 Tampo Enrekang bersifat terbuka dan mau menerima pembaharuan dalam proses belajar mengajar, (3). Kepala sekolah dan guru bidang studi bersedia untuk berkolaborasi dalam penelitian memperkenalkan penelitian tindakan kelas, dan. (4). Juga sebagai usaha peneliti memperkenalkan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran menulis kalimat sederhana di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

25

(43)

B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yang berjumlah 29 orang yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Lokasi Penelitian di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November samapai Desember pada tahun pelajaran 2014/2015.

C. Faktor – Faktor yang diselediki

Faktor utama yang akan menjadi perhatian untuk diselidiki pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor proses yakni melihat keterlaksanaan pembelajaran melalui penerapan model Synectics yang mencakup kehadiran, kesungguhan dan keaktifan serta interaksi antara guru dan siswa.

2. Faktor hasil belajar siswa, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang pada setiap akhir siklus dengan menerapkan model Synectics.

D. Prosedur Kerja Penelitian

Rancangan penelitian tindakan kelas yang dirancanakan terdiri atas dua siklus, yakni siklus pertama dan siklus kedua. Setiap siklus terdiri atas empat kali pertemuan. Gambaran umum yang dilakukan pada setiap siklus adalah:

Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang digambarkan sebagai berikut:

(44)

27

Bagan 3.1. Skema Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16).

Secara rinci pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua siklus yaitu:

1. Siklus I. Dilaksanakan selama empat kali pertemuan, satu kali pertemuan untuk proses belajar mengajar sebanyak 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus I sebanyak dua jam pelajaran (2 x 35 menit).

2. Siklus II dilaksanakan selama empat kali pertemuan. Satu kali pertemuan untuk proses belajar mengajar sebanyak 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan satu kali pertemuan untuk proses belajar mengajar sebanyak 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus II sebanyak dua jam pelajaran (2 x 35 menit).

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

SIKLUS I

REFLEKSI

PENGAMATAN

PELAKSANAAN

SIKLUS II

REFLEKSI

PENGAMATAN PERENCANAAN

(45)

a. Siklus I 1. Perencanaan

1) Menelaah kurikulum SD Negeri No.65 Tampo Enrekang Kabupaten semester genap tahun pelajaran 2010-2011 untuk kesesuaian waktu antara materi pelajaran dengan rencana penelitian.

2) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP).

3) Menulis Lembar Observasi.

2. Observasi

Proses observasi yang dilakukan dalam penelitian adalah mendokumentasikan pengaruh tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran menulis kalimat sederhana berupa pengamatan terhadap kondisi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

3. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa, penelitian dapat melihat dan merefleksikan apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis kalimat sederhana siswa.

b. Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini relatif sama pada siklus I, hanya diadakan perbaikan:

1. Merumuskan tindakan berikutnya berdasarkan hasil tahap releksi siklus I 2. Melaksanakan siklus II

3. Siswa diberi Tes

4. Analisis hasil pengamatan siklus II.

(46)

29

Langkah ini merupakan langkah yang diambil untuk pencapaian pembelajaran yaitu dengan evaluasi siswa seberapa % tingkat keberhasilan yang dicapai dalam mutu pembelajaran khususnya menulis kalimat sederhana siswa kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan tekhnik tes dan observasi.

1. Teknik tes

Teknik pengumpulan instrumen utama penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data peneliti untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis kalimat sederhana dengan menerapkan model Synectics. Tes berisi pertanyaan tertulis dalam bentuk soal-soal isian yang diberikan pada akhir tindakan setiap siklus, dan dilakukan sebanyak dua kali dengan isi tes berbeda.

Tes penelitian siklus pertama dan kedua masing-masing terdiri atas 5 soal, yaitu:

- Proses benar dan jawaban benar, nilainya 20 - Proses benar tapi jawaban salah, nilainya 10.

- Proses salah dan jawaban salah, nilainya 0 2. Tekhnik observasi

Observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Synectics di kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang. Objek pengamatan yaitu pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Synectics yang dilaksanakan selama proses tindakan, sekaligus mengamati dampak dari tindakan

(47)

yang dilaksanakan berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, seperti:

keaktifan, kreatifitas dan ketepatan menulis kalimat sederhana.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar diambil dengan menggunakan tes pada akhir setiap siklus.

2. Lembar observasi

Data tentang proses pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengukur kemampuan siswa kelas SD Negeri No.65 Tampo Enrekang dalam menulis kalimat sederhana bahasa Indonesia melalui penggunaan model Synectics berdasarkan hasil tes (2 kali tes), dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, yang didukung oleh hasil obsevasi. Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata skor hasil tes sesuai hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal bahasa Indonesia berdasarkan hasil tes.

Pengujian hipotesis penelitian bahwa jika model Synectics dalam membuat kalimat sederhana pada siswa kelas SD Negeri No.65 Tampo Enrekangditerapkan, maka hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan meningkat,

(48)

31

maka dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam membuat kalimat sederhana bahasa Indonesia berdasarkan hasil tes, antara tes pertama dan tes kedua.

Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk melihat hasil belajar siswa berdasarkan pada kategorisasi standar yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional. Kategorisasi tersebut terdiri atas 5 kriteria penilaian terhadap hasil belajar yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional.

No. Skor Kategori

1 90 – 100 Sangat Tinggi

2 80 – 89 Tinggi

3 65 – 79 Sedang

4 55 – 64 Rendah

5 0 – 54 Sangat Rendah

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini adalah terjadinya peningkatan skor menulis kalimat sederhana

bahasa Indonesia melalui penggunaan model Synectics sesudah tindakan dilaksanakan, sebagaimana data awal yang diperoleh pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 sekitar 70 % nilai siswa berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 65 dari skor ideal 100.

(49)

Selain peningkatan nilai keterampilan menulis, indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah terjadinya peningkatan keterampilan menulis Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV di SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yakni terjadi peningkatan siklus I ke siklus II dengan skor minimal 65 dari skor ideal, dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan), dan (4) refleksi tindakan.

1. Siklus 1 a. Perencanaan

Perencanaan disusun dan dikembangkan oleh peneliti yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Adapun Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada tindakan siklus I adalah menulis kalimat sederhana. Dengan standar kompetensi adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, dan surat salah. Dengan kompetensi dasar adalah Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

b. Implementasi Tindakan Siklus I

Pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu tanggal 1 dan 3 Desember, serta 4 dan 6 Desember 2014 yang diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun.

Berdasarkan RPP tersebut implementasi tindakan pada semua pertemuan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

33

(51)

Pertemuan pertama dilaksanakan 1 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis

(52)

35

yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Pertemuan kedua (Rabu, 3 Desember 2014)

Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 3 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

(53)

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pekerjaan rumah, dan memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

3) Pertemuan ketiga (Kamis, 4 Desember 2014)

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran. Pada kegiatan inti, Langkah Pertama: guru menambahkan “informasi” atau hal baru pada lukisan keadaannya. Langkah Kedua: Guru meminta siswa membuat lukisan serupa atau sederhana dengan lukisan awal. Langkah Ketiga: Guru meminta kepada siswa membuat sederhana langsung seperti “ jika saya menjadi …., maka ………”.

Langkah Keempat: Guru meminta siswa untuk membandingkan persamaan–

(54)

37

persamaan diantara “hal” baru dengan sederhana langsung sebagai ilustrasi. Semula guru melukiskan “tokoh seniman sukses”. Langkah Kelima: Guru meminta siswa untuk melihat perbedaan-perbedaan analogi yang ada. Siswa diminta menerangkan hal-hal yang tidak sesuai. Misalnya ketidak sesuaian suksesnya “seniman” dengan

“lukisan” lamanya meneliti sehingga “menemukan hal baru” dibandingkan dengan

“harga lukisan” atau “honorarium meneliti”, dengan “laba pedagang”. Langkah Keenam: Guru meminta siswa untuk menarik sederhana. Siswa membandingkan persamaan dan perbedaan Sederhana-sederhana atau pengandaian-pengandaian, kemudian menarik satu sederhana baru. Sebagai ilustrasi “jika saya menjadi pelukis yang menghasilkan …… atau pedagang yang menghasilkan, ……. Maka jika saya menjadi …… saya akan ….….

Guru memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

4) Pertemuan keempat (Sabtu, 6 Desember 2014 )

Pertama-tama guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek kesiapan murid dan menginstruksikan untuk menyiapkan alat tulis-menulisnya.

Setelah murid siap, guru membagikan tes siklus I yang harus dikerjakan oleh setiap murid, murid tidak diperbolehkan untuk menyontek dan bekerjasama, waktu yang diberikan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi.

Kegiatan evaluasi siklus I ini berjalan dengan lancar. Dan hasilnya

(55)

mengumpulkan lembar jawabannya, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Observasi dan Evaluasi

Berikut ini data hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan model pembelajaran synectics pada murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang.

Berdasarkan hasil observasi itulah peneliti menggambarkannya data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.1: Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang selama penerapan model pembelajaran Synectics pada Siklus I Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III.

No Komponen yang Diamati Jumlah Murid

SIKLUS I

I II III Persentase

1 Murid yang hadir pada saat pembelajaran

29 28 28 29 97,6

2 Murid yang

memperhatikan materi

yang diajarkan 29 23 24 24 81,7

3 Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran

29 14 12 12 43,8

(56)

39

No Komponen yang Diamati Jumlah Murid

SIKLUS I

I II III Persentase 4 Murid yang keluar masuk

pada saat proses pembelajaran

29 10 11 10 35,5

5 murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka

29 10 10 12 36,9

6 Murid yang bertanya pada

saat proses pembelajaran 29 6 6 6 20,7

7 Murid yang meminta bimbingan guru saat pembentukan kelompok

29 10 10 9 33,4

8 Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis

29 5 4 5 16,2

9 Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok

29 19 19 19 65,5

Berdasarkan data pada tabel di atas, diperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar murid pada siklus I, dimana dari 29 murid kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang yang di observasi terkait aspek-aspek aktivitas belajar, hasilnya dapat dijelaskan dalam skala deskriptif sebagai berikut; Murid yang hadir pada saat pembelajaran sebesar 97,6%; Murid yang memperhatikan materi yang diajarkan sebesar 81,7%; Murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran sebesar

(57)

murid yang mengajukan tanggapan / komentar kepada kelompok lain saat mempersentasekan hasil kerjasama mereka sebesar 36,9%; Murid yang bertanya pada saat proses pembelajaran sebesar 20,7%; Murid yang meminta bimbingan guru saat pembentukan kelompok sebesar 33,4%; Murid yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis sebesar 16,2%; dan Murid yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok sebesar 65,5%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada murid kelas V SD Negeri No.65 Tampo Enrekang, peneliti memperoleh dan mengumpulkan data melalui instrumen tes siklus I. Dari hasil tes Siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Nilai Statistik Menulis Kalimat Sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan Model pembelajaran Synectics pada siklus I

Sumber : Hasil Olahan Data (2014)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata – rata menulis kalimat sederhana murid sebanyak 65,6. Nilai terendah yang diperoleh murid adalah 50 dari

Statistik Nilai Statistik

Subjek 29

Nilai ideal 100

Nilai tertinggi 74

Nilai terendah 50

Rentang nilai 24

Nilai rata-rata 65,6

(58)

41

nilai yang mungkin dicapai 0-50 dan nilai tertinggi yang diperoleh murid adalah 74 dari nilai ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang nilai 24, ini menunjukkan kemampuan murid cukup bervariasi.

Jika nilai Pemahaman dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagaimana berikut ini:

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No. 65 Tampo Enrekang setelah penerapan model pembelajaran Synectics pada siklus I

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1 90 – 100 Sangat Tinggi 0 0%

2 80 – 89 Tinggi 4 13,79%

3 65 – 79 Sedang 23 79,31%

4 55 – 64 Rendah 1 3,45%

5 0 – 54 Sangat Rendah 1 3,45%

Jumlah 29 100

Sumber : Hasil Olahan Data (2014)

Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa persentase nilai pemahaman murid setelah diterapkan siklus I adalah 1 orang murid atau 3,45% berada pada kategori sangat rendah, 1 orang murid atau 3,45% berada pada kategori rendah, 23 orang murid atau 79,31% berada pada kategori sedang, 4 orang murid atau 13,79% berada pada kategori tinggi, dan tidak ada murid atau 0% berada pada kategori sangat tinggi.

(59)

Gambar 4.1: Diagram Batang Hasil Evaluasi siklus I

Adapun presentase ketuntasan Menulis kalimat sederhana yang diperoleh dari hasil belajar Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4: Persentase Ketuntasan Menulis kalimat sederhana Murid Kelas IV setelah penerapan Pembelajaran Synectics pada siklus I

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

(%)

1 0 – 64 Tidak Tuntas 10 34,482%

2 65- 100 Tuntas 19 65,517%

Jumlah 29 100

Gambar

Tabel 3.1 Teknik Kategorisasi Standar Berdasarkan Depertemen
Tabel 3.1 Kategorisasi  Standar  Berdasarkan  Ketetapan  Departemen Pendidikan Nasional.
Tabel  4.1:  Rekapitulasi  Hasil  Observasi  Aktivitas  Belajar Murid kelas IV SD Negeri  No.65  Tampo  Enrekang selama  penerapan  model pembelajaran Synectics pada  Siklus  I  Pertemuan  I, Pertemuan  II, dan Pertemuan III.
Tabel  4.2: Nilai Statistik Menulis Kalimat Sederhana Murid Kelas IV SD Negeri No.65 Tampo Enrekang setelah penerapan Model pembelajaran Synectics pada siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang memperlihatkan kondisi perairan estuaria pada ekosistem mangrove dalam pemodelan ini adalah DIN (Dissolved Inorganic Nitrogen/ nitrogen anorganik

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh Pokja V Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2014 pada Kantor Layangan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :. APBD

cluster dengan objek-objek yang memiliki tingkat kesamaan yang cukup tinggi dalam suatu cluster, dan memiliki tingkat ketidaksamaan yang cukup tinggi juga apabila

Pengantar Psikologi Umum .Yogyakarta: Andi Press. Bimbingan dan Konseling Perkawinan :

[r]

Kinerja (Y) Analisis Regresi Hasil dari penelitian ini adalah bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 4 Bryan Mercy (2012) Pengaruh Kebutuhan

Efektivitas Bimbingan Kelompok D engan Menggunakan Teknik Assertive Training Untuk Meningkatkan Pemahaman Perilaku Seksual Sehat Remaja Putri. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pengaruh Penghargaan dan Kebutuhan Aktualisasi Diri Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT.. Telkom Kotabaru