• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. Hipotesis

1. Diduga kinerja keuangan perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2016-2020 mengalami penurunan jika diukur menggunakan rasio likuiditas

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

Laporan Keuangan

Analisis Rasio

 Rasio Likuiditas

 Rasio Solvabilitas

 Rasio Profitabilitas

Kinerja Keuangan

24

2. Diduga kinerja keuangan perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2016-2020 mengalami penurunan jika diukur menggunakan rasio solvabilitas

3. Diduga kinerja keuangan perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2016-2020 mengalami penurunan jika diukur menggunakan rasio profitabilitas

25

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah metode ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang ada maka Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder. Data berupa dokumen laporan keuangan perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2016-2020 yaitu neraca dan laporan laba rugi.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi dan studi pustaka.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian yaitu Galeri Bursa Efek Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar di JL. Sultan Alauddin no 259 yang akan dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dari bulan Agustus sampai Oktober tahun 2021 C. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukuran

1. Definisi Operasional Variabel

a. Kinerja Keuangan adalah pengakuan pendapatan dan pengaitan biaya penghasilan angka laba yang lebih unggul dibandingkan arus kas untuk mengevaluasi kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

26

b. Rasio Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya, rasio yang digunakan pada raso likuiditas yaitu current ratio,quick ratio,cashratio.

c. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya untuk melunasi seluruh utang yang ada menggunakan seluruh asset yang dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indoneisa Tbk. Rasio yang digunakan pada rasio solvabilitas yaitu Debt to assets ratio dan debt to equity ratio.

d. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,modal. Rasio yang digunakan pada rasio profitabilitas yaitu profit margin, gross profit margin,return on Assets, return on equity.

2. Pengukuran Variabel

Penelitian yang menjadi dasar pengukuran variabel-variabel yang diteliti adalah:

a. Rasio Likuiditas yang akan diteliti pada PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk meliputi

1) Current ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

2) Quick ratio yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan

27

3) Cash ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

b. Rasio Solvabilitas yang akan diteliti pada PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk meliputi :

1) Debt to assets ratio yaitu mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang peruahaan berpengaruh teradap pengelolaan aktiva

2) Debt to equity ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari utang

c. Rasio Profitabilitas yang akan diteliti pada PT.Telekomunikasi Indonesia tbk meliputi :

1) Profit margin yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

2) Gross profit margin yaitu rasio yang membandingkan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.

3) Return on investmen yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total asset

4) Return on equity yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total modal atau ekuitas.

28

D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dari penelitian ini yaitu data laporan keuangan PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode 2016-2020.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini yaitu terdiri dari neraca dan laporan laba rugi pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode 2016-2020.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yang berarti metode yang menggunakan tekhnik mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menganalisis data yang terdaftar dalam perusahaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di unduh pada website resmi PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk. Yaitu www.telkom.co.id. Subjek penelitian ini adalah PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan objek pada penelitian ini merupakan laporan keuangan pada perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, periode 2016-2020 berupa laporan neraca dan laporan laba rugi. Metode analisis data menggunakan analisis rasio keuangan, analisis rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas.

29

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data sangat diperlukan dalam pengujian hipotesis. Karena analisis ini bertujuan untuk menjawab hipotesis yang ada dalam penelitian ini dalam rangka menyelesaikan masalah dari penelitian. Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum aau generalisasi (khusus).

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadan, ataupun prosedur.

Metode yang akan diterapkan dalam analisis ini yaitu dengan perhitungan menggunakan rasio keuangan.

1) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya).

Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio likuiditas yaitu:

a) Current ratio (rasio lancar)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo.

30

b) Quick ratio (rasio cepat)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva tanpa memperhitungkan nilai invetory (persediaan).

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi.

Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio solvabilitas yaitu:

a) Debt to Assets Ratio (DAR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total uang dengan total aktiva, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva

31

b) Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

3) Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba.

Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu:

a) Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu

b) Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiahpenjualan

c) Return On Assets (ROA)

Return On Assets merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari aktiva yang digunakan.

32

d) Return On Equity (ROE)

Return On Equity adalah perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik / investor

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Telekomunikasi Indonesia, Tbk disebut TELKOM merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia. Sebagai Perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan merupakan Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E.S (Telecommunication, Information, Media, Edutainmet and Services) milik negara yang terbesar di Indonesia, yaitu sebuah portfolio bisnis yang lebih lengkap mengikuti tren perubahan bisnis global di masa yang akan datang.

Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg).Pada tahun 2009 momen tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom.

Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel

34

dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.

Pada tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum Perdana saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) (keduanya sekarang bernama Bursa Efek Indonesia (BEI)), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE).

Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo. Jumlah saham yang dilepas saat itu adalah 933 juta lembar saham.

Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Sejak tahun 1989, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia.

35

Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan “New Telkom” (“Telkom baru”) yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan.

2. VISI dan MISI Visi

Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media, Edutainment, dan Services (TIMES) di kewasan regional.

Misi

a. Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.

b. Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.

Visi dan Misi ditetapkan berdasarkan keputusan Komisaris PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk No.09/KEP/DK/2012 pada tanggal 30 Mei 2012.

3. Makna Logo Dan Lambang PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Logo adalah lambang atau simbol khusus yang mewakili suatu perusahaan atau organisasi. Logo merupakan suatu bentuk komunikasi perusahaan untuk mencerminkan citra perusahaan yang hendak dikomunikasikan kepada publiknya. Sebuah logo diciptakan sebagai identitas agar unik dan mudah dibedakan dengan perusahaan

36

kompetitor/pesaing. Pengenalan masyarakat terhadap logo bukanlah pekerjaan mudah, itu sebabnya logo memiliki makna dan karakteristik tersendiri, dan bisa saja mengalami perubahan. Suatu logo bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun agar familiar bagi orang banyak.

Gambar 4.1 logo PT. Telekomunikasi indonesia

Arti logo telkom tersebut :

a. Lingkaran, sebagai simbol dari kelengkapan produk dan layanan dalam portofolio bisnis baru Telkom yaitu TIMES b. Tangan yang meraih keluar, symbol ini

mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.

c. Jemari tangan, symbol ini memaknai sebuah

kecermatan, perhatian, serta kepercayaan serta hubungan yang erat.

d. Kombinasi tangan dan lingkaran, symbol dari matahari terbit yang maknanya adalah perubahan awal yang baru.

e. Telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan.

Makna warna yang digunakan adalah :

a. Merah ( Berani, Cinta, Energi, Ulet) : Mencerminkan spirit Telkom untuk selalu optimis dan berani dalam menghadapi tantangan perusahaan.

37

b. Putih ( Suci, Damai, Cahaya, Bersatu) : mencerminkan spirit Telkom untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa.

c. Hitam (Warna Dasar) : melambangkan kemauan keras.

d. Abu (Warna Transisi) : Melambangkan teknologi.

B. Hasil Penelitian

1. Penyajian Data Dari Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk.

Penelitian ini membahas tentang mengukur kinerja keuangan pada perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk periode 2016-2020. Data yang akan dianalisis merupakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca dan laporan rugi laba tahun 2016-2020.

Tabel 4.1 : Laporan posisi keuangan Neraca yang berakhir pada 31 Desember tahun 2016-2020 (Dalam Triliun Rupiah)

Sumber :Laporan Keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk Pada Bursa Efek Indonesia.

Konsolidasian 2016

179.611.000 198.484.000 206.196.000 221.208.000 246.943.000 Liabilitas

74.067.000 86.354.000 88.893.000 103.958.000 126.054.000 Ekuitas yang

didistribusikan kepada pemilik entitas induk

84.384.000 92.713.000 98.910.000 99.561.000 102.527.000

Modal kerja bersih (Asset Lancar – Kewajiban Lancar)

7.939.000 2.185.000 (2.993.000) (16.647.000) (22.590.000)

Investasi pada asosiasi

1.847.000 2.148.000 2.472.000 1.944.000 4.045.000

38

Berdasarkan laporan keuangan neraca dijelaskan bahwa posisi keuangan perusahaan pada PT. Telekomunikasi Indonesia tbk dalam kurun waktu lima tahun (2016-2020) tersebut semakin membaik dengan meningkatnya aset kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal tersebut karena manajemen dengan baik mengelola kekayaan sehingga kinerja keuangan peningkatan yang tidak terlalu besar dan berbeda-beda.

Tabel 4.2 : Laporan Laba Rugi PT. Telekomunikasi Indonesia tbk

116.333.000 128.256.000 130.784.000 135.567.000 136.462.000 Laba bruto

39.195.000 43.933.000 38.845.000 42.394.000 43.505.000 Laba tahun berjalan

29.172.000 32.701.000 26.979.000 27.592.000 29.563.000 Laba tahun berjalan yang dapat

27.073.000 30.369.000 31.921.000 25.400.000 25.986.000 Laba konfrehensif tahun

Sumber : Laporan keuangan PT.Telekomunikasi Indonesia (persero) tbk untuk tahun 2016-2020

39

Berdasarkan tabel diatas laporan laba rugi memuat jenis-jenis pendapatan dan juga melaporkan biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya atau nilai uangnya dalam periode waktu yang berbeda dari tahun 2016-2020. Selisih dari jumlah pendapatan disebut laba rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, maka dikatakan perusahaan dalam kondisi laba atau untung begitupun sebaliknya. Dapat dilihat dari laporan laba rugi pada PT.

Telekomunikasi Indonesia tbk dari tahun 2016-2020 pendapatan nya mengalami peningkatan.

a. Analisis Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendek).

1) Current Ratio (Rasio Lancar)

40

( )

2) Quick ratio (rasio cepat)

41

Sumber :Laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk hasil olahan data untuk tahun 2016-2020

Tabel 4.4 : Standar industri rasio likuiditas Rasio Standar Industri

Rata-rata current ratio PT.Telekomunikasi Indonesia tbk dilihat dari tabel 4.3 adalah 91,5 %. Untuk tahun 2016 sebesar 120%, kemudian turun lagi pada tahun 2017 sebesar 104,8%, tahun 2018 94% dan tahun 2019 sebesar 71,5%

kemudian turun lagi di tahun 2020 menjadi 67,3 %. Penurunan yang terjadi diakibatkan karena adanya hal yang dipicu oleh naiknya beban yang masih harus dibayar oleh perusahaan dan utang usaha. Menurut Kasmir (2008) standar

42

industri current ratio adalah 200% atau sebanyak 2 kali. Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam selang lima tahun dikategorikan dalam keadaan “kurang baik” karena mengacu pada standar industri dikatakan bahwa rata-rata industri atau perusahaan hanya memiliki asset lancar sekitar 1 kali dari total kewajiban lancar, artinya aktiva lancar mampu menjamin kewajiban lancar hanya sebanyak 1 kali saja.

Rata-rata quick ratio PT. Telekomunikasi Indonesia tbk selama lima tahun dilihat dari tabel 4.3 adalah 90 % dimana jika melihat rasio yang dicapai pada tahun 2016 yaitu sebesar 118,5%, dan pada tahun 2017 ,2018, 2019 hingga 2020 terus mengalami penurunan yaitu 103 %, 92% dan 70,5 % dan 66%.

Dapat disimpulkan bahwa quick ratio perusahaan dibawah standar industri atau dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan “kurang baik”

Karena penurunan terjadi disebabkan naiknya kewajiban lancar dari tahun ketahun. Rata-rata industri menurut Kasmir (2008) yaitu 150 % atau 1,5 kali dengan melihat rata-rata quick ratio pada perusahan PT Telekomunikasi Indonesia tbk.

Rata-rata cash ratio PT. Telekomunikasi Indonesia tbk selama lima tahun dilihat dari tabel 4.3 adalah 46 % dengan rasio kas pada tahun 2016 yakni 75 % dan untuk tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 55,4% di tahun 2018 sampai 2020 terus mengalami penurunan yaitu 38 %, 31,3 % dan 30%. Dengan melihat rata-rata cash ratio perusahaan selama lima tahun dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dilihat dari indikator kas dan setara kas berada dalam keadaan ”cukup baik” hal ini terjadi dipicu oleh naiknya kewajiban lancar dan turunnya kas dan setara kas pada tahun 2017-2020.

Menurut Kasmir (2008) standar industri cash ratio adalah 50%.

43

b. Analisis Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitasadalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi.

1) Debt to Assets Ratio (DAR)

2) Debt to Equity Ratio (DER)

( )

44

Telekomunikasi Indonesia tbk Periode 2016-2020

Rasio 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-Rata (%)

DAR 41,2 % 43,5 % 43,1 % 47 % 51% 45 %

DER 72,1 % 77 % 76 % 89 % 104,2 84 %

Sumber :Laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk hasil olahan data untuk tahun 2016-2020

Tabel 4.6 : Standar industri rasio solvabilitas Rasio Standar Industri kenaikan sebesar 47 % dan 51%. Rata-rata Debt to Total Assets (DAR) selama

45

lima tahun adalah 45 % artinya bahwa perusahaan mampu menutupi total hutang dengan aset yang dimiliki. Walaupun rata-rata rasio berada sedikit diatas standar industri menurut Kasmir (2008) yakni sebesar 35 % tetapi kinerja perusahaan masih berada dalam kategori ”cukup baik” Kenaikan yang terjadi dipicu oleh terus menerus meningkatnya total hutang perusahaan tiap tahunnya

Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan tinggi maka akan menunjukkan kinerja yang buruk bagi perusahaan. Menurut Kasmir (2008) standar industri Debt to Equity Ratio (DER) yaitu sebesar 80%. Dilihat dari tabel 4.5 diatas pada tahun 2016 sebesar 72,1% kemudian ratio DER pada tahun 2017 kembali mengalami kenaikan menjadi 77% dan pada tahun 2018 turun sedikit menjadi 76% dan pada tahun 2019 sampai tahun 2020 menglamai kenaikan yang sangat drastis yaitu menjadi 89% kemudian menjadi 104,2%. Dari analisis ratio DER di atas menunjukkan rata-rata DER PT. Telekomunikasi Indonesia Indonesia tbk tahun 2016-2020 yakni 84% . Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir berada dibawah standar industri dan dalam keadaan “cukup baik”

c. Analisis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan laba.

1) Profit Margin

46

47

3) Return On Investment (ROA)

48

Telekomunikasi Indonesia tbk Periode 2016-2020

Rasio 2016 2017 2018 2019 2020 Rata-Rata

Profit Margin 25,1 % 25,0 % 20,6 % 20,3 % 21,6% 22,5%

GPM 57,2 % 55,5 % 50,1 % 51,7 % 53,5% 53,6%

ROA 16,2 % 16,2 % 13,1 % 12,5 % 12% 14%

ROE 27 % 28,6 % 23,0 % 23,5 % 25% 25,4%

Sumber :Laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk hasil olahan data untuk tahun 2016-2020

Tabel 4.8 : Standar industri rasio profitabilitas Rasio Standar Industri

49

profit margin selama lima tahun adalah 22,5 % dengan standar industri Profit Margin menurut Kasmir (2008) adalah 20% maka dapat disimpulkan bahwa perusahaa berada dalam keadaan “baik” karena berada di atas rata-rata industri. Artinya setiap Rp.1 penjualan bersih turut berkonstribusi menciptakan Rp. 22,5% laba bersih.

Gross Profit Margin (GPM) perusahaan pada tahun 2016-2020 mengalami fluktuasi atau naik turunnya harga. Dimana pada tahun 2016 sebesar 57,2% kemudian mengalami penurunan di tahun 2017 sebesar 1,7% sehingga menjadi 55,5%, lalu kemudian mengalami lagi penurunan ditahun 2018 penurunan sebesar 5,4% sehingga menjadi 50,1% dan pada tahun 2019 mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,6% sehingga menjadi 51,7% kemudian pada tahun 2020 mengalami kenaikan 1,8% sehingga menjadi 53,5%. Dilihat dari tabel 4.7 diatas rata-rata gross profit margin perusahaan selama lima tahun sebesar 53,6% yang berarti setiap Rp. 1 penjualan bersih memuat Rp. 0,536 harga pokok penjualan. Dengan rata-rata standar industri menurut Kasmir (2008) untuk gross profit margin adalah 30%. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dilihat dari gross profit margin berada dalam keadaan

“cukup baik” karena berada sedikit diatas rata-rata industri.

Return On Asset (ROA) pada tahun 2016 dan 2017 rasio yang didapatakan yaitu sebesar 16,2% . Dan untuk tahun 2018 terjadi penurunan sebesar 3,1% menjadi 13,1% kemudian di tahun 2019 masih mengalami sedikit penurunan sebesar 0,6% menjadi 23,5%. Kemudian pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 0,5% menjadi 12%. Penurunan yang terjadi dipicu oleh naiknya total aktiva serta turunnya laba bersih selain itu perusahaan juga menunjukkan ketidakmampuan dalam memanfaatkan aset secara efektif

50

untuk memperoleh laba. Dengan melihat rata-rata return on asset (ROA) selama lima tahun sebesar 14% dengan melihat rata-rata standar industri menurut Kasmir (2008) untuk Return On Asset adalah 30% maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dilihat dari ROA berada dalam keadaan

“kurang baik” karena berada dibawah industri. Artinya setiap Rp. 1 total aset turut menyumbang atau berkontribusi menciptakan Rp. 14 laba bersih.

Hasil analisis menunjukkan Return On Equity (ROE) pada tahun 2016 yaitu sebesar 27% kemudian mengalami kenaikan sebesar 1,6% di tahun 2017 sehingga menjadi 28,6%. Setelah 2 tahun mengalami kenaikan pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 5,6% sehingga pada tahun 2018 diperoleh 23,0%

dan mengalami sedikit peningkatan di tahun 2019 sebesar 0,5% menjadi 23,5%.

Kemudian mengalami lagi kenaikan di tahun 2020 sebesar 1,5 % sehingga menjadi 25%. Dengan rata-rata Return On Equity selama lima tahun sebesar 25% dan rata-rata industri Return On Equity menurut Kasmir (2008) yaitu 40%.

Artinya setiap Rp. 1 ekuitas turut berkontribusi menciptakan 25% laba bersih.

Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum maksimal dalam menghasilkan laba dari setiap dana yang tertanam dalam total ekuitas karena rata-rata Return On Equity masih dibawah rata-rata standar industri jadi perusahaan dalam keadaan “kurang baik” Kenaikan yang terjadi dipicu karena meningkatnya jumlah laba bersih dan ekuitas yang digunakan dalam kegiatan perusahaan sedangkan penurunan yang terjadi disebabkan oleh menurunnya jumlah laba bersih perusahaan.

51

2. Pembahasan Hasil Penelitian

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen terkait