BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
D. Hipotesis
1. Peningkatan proporsi gliserin sebagai pelarut dapat meningkatkan persentase kerapuhan, meningkatkan persentase obat yang terdisolusi dan menurunkan kekerasan tablet. Peningkatan proporsi amilum kentang sebagai carrier material dapat meningkatkan waktu hancur, meningkatkan persentase obat yang terdisolusi, menurunkan kekerasan tablet dan menurunkan persentase kerapuhan tablet.
2. Proporsi gliserin dengan jumlah 25 mg dan amilum kentang sejumlah 287 mg diperkirakan sebagai formula optimum.
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni dengan melakukan percobaan pembuatan formulasi sediaan tablet liquisolid glibenklamid dengan menggunakan kombinasi pelarut gliserin dan amilum kentang sebagai carrier material. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Padat dan Laboratorium Farmasi Fisika Universitas Sanata Dharma.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan gliserin dan amilum kentang menggunakan simplex lattice design dengan R1 (0%:100%), R2 (0%:100%), R3 (25%:75%), R4 (50%:50%), R5 (50%:50%), R6 (75%:25%), R7 (100%,0%), dan R8 (100%,0%).
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah disolusi tablet liquisolid, sifat fisik serbuk liquisolid (indeks kompresibilitas), sifat fisik tablet liquisolid (keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur).
3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lokasi pemesanan bahan yang dipakai, nomor ayakan, dan waktu pencampuran.
4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan.
C. Definisi Operasional
1. Sifat fisik serbuk merupakan parameter untuk mengukur kualitas serbuk 2. Indeks kompresibilitas merupakan banyaknya ruang kosong pada campuran
serbuk yang akan berdampak pada pembuatan tablet.
3. Sifat fisik tablet merupakan parameter untuk mengukur kualitas dari tablet yang akan diproduksi. Parameter tersebut meliputi uji kekerasan,kerapuhan, waktu hancur, keseragaman bobot, dan disolusi tablet.
4. Keseragaman kandungan merupakan salah satu parameter yang menunjukkan setiap tablet yang dibuat memiliki kadar obat yang sama.
5. Kekerasan tablet merupakan salah satu parameter yang menunjukkan interaksi-interaksi antar komponennya seperti goncangan dan keretakan tablet.
6. Kerapuhan tablet merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kekuatan tablet terhadap benturan mekanik saat pentabletan.
7. Waktu hancur tablet merupakan salah satu parameter yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan tablet telah hancur sempurna.
8. Disolusi merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kadar obat yang terlarut sempurna pada waktu tertentu.
9. Formula tablet optimum merupakan formula yang memenuhi standar penerimaan sediaan tablet yang ditetapkan meliputi memiliki kandungan zat aktif sebesar 90% sampai 120%, kerapuhan < 0,8%, waktu hancur ≤ 15 menit, dan terdisolusi sebesar 100 % setelah 30 menit.
D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat
Hardness tester merk Pharmatest®, Volumenometer merk ERWEKASYM®, disintegran tester merk ATMI®, attrition tester merk ATMI®, timbangan analitik merk DeltaRange®, MELTTER AE260, mesin cetak tablet single punch KORSCH, statif, mortir dan stamper,alat uji disolusi tablet RC-6 D, Spektrofotometer UV SCHIMADZU, stopwatch, dan alat- alat gelas.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yang memiliki spesifikasi pharmaceutical grade adalah glibenklamid (PT. IFARS SOLO), Gliserin (P&G Chemical), Amilum kentang (FAGRON), Avicel PH-102 (FMC BioPolymer), , HDK Wacker N20 (Wacker Chemie AG Werk Burghausen), Mg stearat (Nitica, India), SSG (Gujarat Overseas Inc. India).
E. Tata Cara Penelitian
Formula penelitian dibuat dengan perbandingan gliserin : amilum kentang R1 (0%:100%), R2 (0%:100%), R3 (25%:75%), R4 (50%:50%), R5 (50%:50%), R6 (75%:25%), R7 (100%,0%), dan R8 (100%,0%) yang ditunjukan pada tabel IV.
Tabel IV. Formula tablet liquisolid glibenklamid
Keterangan : Penentuan perbandingan komposisi pelarut gliserin dan carrier material amilum kentang pada masing-masing formula dilakukan dengan menggunakan simplex lattice design dari Design Expert 9.0 dan didapatkan 8 formula yang disebut “R1 hingga R8”.
1. Pembuatan sediaan tablet liquisolid
Semua bahan ditimbang sesuai formula. Glibenklamid dan pelarut gliserin dimasukkan dalam mortir dan diaduk hingga rata sehingga membentuk suspensi. Suspensi tersebut kemudian diserap dengan dengan amilum kentang dan diaduk dalam mortir selama 5 menit. Campuran ditambahkan aerosil sebagai coating dan diaduk kembali selama 5 menit. Campuran dimasukkan kedalam cube mixer dan diaduk selama 15 menit dalam cube mixer dengan kecepatan 50 rpm.
Massa serbuk kering dikeluarkan dari cube mixer kemudian diayak dengan pengayak mesh nomer 16. Massa serbuk yang telah diayak kemudian dimasukkan ke dalam cube mixer dan ditambahkan Avicel PH-102, SSG dan Mg stearat yang sudah ditimbang. Massa sebuk lalu dicampur homogen selama 15 menit di dalam
Bahan Jumlah (mg)
cube mixer. Selanjutnya diuji sifat alir serbuk dan uji homogenitas serbuk. Serbuk yang telah diuji, kemudian dikempa menjadi tablet. Tablet yang sudah dikempa dilakukan pengujian meliputi sifat fisik dan uji disolusi.
2. Uji mutu serbuk liquisolid a. Indeks kompresibilitas
Timbang seksama lebih kurang 100 g serbuk (M) dengan tingkat akurasi 0,1%, masukan dalam gelas ukur 250 mL tanpa pemampatan. Ratakan permukaan serbuk dengan hati-hati tanpa pemampatan jika perlu, dan bacalah volume (V0) pada skala tersebut. Pasang gelas ukur pada penyangga. Lakukan sebanyak 10, 500 dan 1250 ketukan sampai bobot volum serbuk mencapai minimum.
Perubahan volum serbuk dihitung sebagai Vf. Bobot jenis ketuk kemudian dapat dihitung (Depkes RI, 2014).
b. Uji homogenitas serbuk 1. Pembuatan larutan induk
Larutan induk dibuat dengan cara menimbang seksama 100,0 mg glibenklamid kemudian dilarutkan dengan metanol hingga 100 mL (Sudharshan et al., 2009).
2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan induk kemudian diambil 100 µL dan diencerkan dengan larutan metanol hingga 10 mL sehingga didapat konsentrasi 10 µg/mL. Larutan dimasukkan dalam kuvet dan diamati absorbansi pada panjang gelombang 200 – 400 nm sehingga akan diketahui serapan maksimum (Sudharshan et al., 2009).
3. Pembuatan kurva baku
Larutan induk dibuat seri kadar dengan konsentrasi 3,98 µg/mL, 5,97 µg/mL, 7,96 µg/mL, 9,95 µg/mL, 11,94 µg/mL dan diencerkan dengan metanol.
Setelah itu larutan dibaca dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang serapan maksimum, Serapan yang didapat dari masing-masing pengenceran diplotkan dengan kadar dan dibuat kurva dengan persamaan garis dan regresi linier.
4. Homogenitas serbuk
Pengujian dilakukan dengan mengambil 10 titik sampel serbuk. Sampel ditimbang seksama masing-masing 88,0 mg kemudian ditambahkan metanol sampai 100 mL. Sampel kemudian disaring dengan menggunakan milipore.
Serapan dibaca menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 229,0 nm. Homogenitas serbuk harus memenuhi kriteria coefficient variation (CV) kurang dari 5 %.
3. Uji mutu tablet liquisolid a. Keseragaman kandungan
Masing-masing 10 tablet digerus satu per satu kemudian diambil sebanyak 88 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan metanol sampai batas tanda sehingga didapat konsentrasi sebesar 8 µg/mL Serapan dibaca menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 229,0 nm. Hasil serapan kemudian dihitung kadar tiap-tiap formula (Run) dan nilai penerimaan.
b. Uji kekerasan tablet
Sebanyak 20 tablet diletakkan satu per satu secara horizontal pada hardness tester, kemudian salah satu bagian dari mesin ini akan bergerak maju untuk menghancurkan tablet dan alat membaca ukuran tablet yang hancur..
Kemudian, hasilnya dihitung rata-ratanya (Anilkumar, Arun, Amol, Harinath, 2010).
c. Uji kerapuhan tablet
Sebanyak 20 tablet ditimbang secara bersamaan dan dicatat sebagai bobot awal. Seluruh tablet dimasukkan ke dalam attrition tester dengan kecepatan putar 25 rpm selama 4 menit. Tablet hasil atrition tester dibersihkan dari serbuk serbuk halus yang menempel dan ditimbang kembali. Nilai persen kerapuhan dapat dihitung dari selisih penimbangan awal dengan penimbangan akhir dibagi penimbangan awal dan dikalikan 100 persen (Arulkumaran et al., 2014).
d. Uji waktu hancur tablet
Enam tablet dipilih secara acak diletakkan di dalam tabung disintegran tester. Tabung dimasukkan kedalam bejana yang telah diisi air bersuhu 370C, tinggi air tidak kurang dari 15 cm sehingga tabung dapat turun naik dengan jarak 7,5 cm. Kemudian dicatat waktu hancur tablet. Tablet dikatakan hancur apabila ada bagian tablet ada yang tertinggal di atas kasa. Waktu hancur tablet dikatakan baik ≤ 15 menit (Depkes RI, 2014).
e. Penetapan kadar
Satu tablet ditimbang lalu digerus, kemudian diambil 88,0 mg dengan seksama lalu dilarutkan dengan metanol dalam labu takar 10 mL sampai batas
tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum metanol. Kadar diperoleh dengan memasukkan nilai serapan ke dalam kurva baku glibenklamid dalam metanol. Percobaan diulang sebanyak tiga kali tiap running dan dihitung rata-rata serta simpangan deviasi (SD).
f. Uji Disolusi
1. Pembuatan Larutan buffer phosphate pH 8,5
Larutan buffer phosphate pH 8,5 sebagai medium disolusi dibuat dengan cara menimbang sebanyak 6,8 gram monobasic potassium phosphat dan 1,99 gram NaOH kemudian ditambahkan akuadest ke dalam labu takar 1000 mL hingga batas tanda (United States Pharmacopeial Convention, 2014).
2. Pembuatan larutan induk
Larutan induk dibuat dengan cara menimbang seksama 67,0 mg glibenklamid kemudian ditimbang seksama lalu dilarutkan 40 mL metanol di dalam labu takar 500 mL. Sonifikasi selama 5 menit lalu ditambahkan medium disolusi hingga batas tanda (United States Pharmacopeial Convention, 2014).
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Larutan induk kemudian diambil 400 µl dan diencerkan dengan larutan buffer phosphate pH 8,5 hingga 10 mL. Larutan ini dimasukkan dalam kuvet dan diamati absorbansi pada panjang gelombang 200 – 400 nm sehingga akan diketahui serapan maksimum.
4. Pembuatan kurva baku
Larutan induk dibuat seri kadar dengan konsentrasi 2,668 µg/mL, 4,002 µg/mL, 5,336 µg/mL, 6,670 µg/mL, 8,004 µg/mL yang diencerkan sampai 25 mL
dengan buffer phosphate pH 8,5. Setelah itu larutan dibaca dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang serapan maksimum, Serapan yang didapat dari masing-masing pengenceran diplotkan dengan kadar dan dibuat kurva dengan persamaan garis dan regresi linier.
5. Uji disolusi tablet
Tablet dimasukkan ke dalam labu yang berisi larutan 0,05 M buffer phosphate pH 8,5 yang berfungsi sebagai media disolusi. Jarak pengaduk dayung dari dasar labu adalah 2,5 ± 0,2 cm dan pengaduk dayung diputar pada kecepatan 50 rpm. Suhu medium dijaga konstan 37 ± 0,5º C dengan volume media disolusi yang digunakan adalah 900 mL. Sampel obat yang terlepas ke medium diambil pada menit ke 0, 5, 10, 15, 30, dan 45 menit sebanyak 5 mL pada posisi yang telah ditentukan. Setiap kali pengambilan sampel diganti dengan volume yang sama (5,0 mL) dengan medium buffer phosphate. Serapan dari larutan uji ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang maksimum.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari percobaan adalah data indeks kompresibilitas, homogenitas serbuk, uji disolusi dan sifat fisik tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan tablet, dan waktu hancur tablet.
Data sifat fisik yang diperoleh, dihitung rata-rata dan standar deviasi.
Data sifat alir, sifat fisik, dan uji disolusi tablet dianalisis menggunakan Design Expert 9.0 sehingga didapatkan interaksi dari kedua komponen untuk masing-masing respon dan formula optimum. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji ANOVA pada taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan Design Expert 9.0
dan uji T tidak berpasangan dengan menggunakan R studio 3.2.3. Nilai p-value yang kurang dari 0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
35 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Sifat Alir Serbuk Liquisolid
Serbuk liquisolid yang dihasilkan diuji sifat alirnya untuk mengetahui kemampuan alir serbuk dalam mengisi ruang kompresi pada mesin pencetak tablet sehingga tablet yang dihasilkan memiliki keseragaman bobot yang baik.
Pengujian sifat alir serbuk liquisolid dilakukan dengan metode indeks kompresibilitas.
1. Indeks Kompresibilitas
Indeks kompresibilitas merupakan kemampuan granul untuk berkurang/menurun volumenya setelah diberi tekanan tertentu (Sulaiman, 2007).
Peningkatan nilai indeks kompresibilitas menunjukkan penurunan kemampuan alir serbuk, sedangkan penurunan nilai indeks kompresibilitas menunjukkan peningkatan kemampuan alir. Indeks kompresibilitas dipengaruhi oleh bentuk, kerapatan dan ukuran partikel (Sirisha et al., 2012).
Respon indeks kompresibilitas ditunjukkan pada persamaan 13.
Y= 3,50 X1 + 0,05 X2 - 0,01 X1X2 ... (13)
Keterangan : X1 = Gliserin
X2 = Amilum kentang
Model plot respon indeks kompresibilitas ditunjukan pada gambar 5.
Keterangan:
Y = Respon indeks kompresibilitas A = Komponen gliserin
B = Komponen amilum kentang = Design point
= Convidence interval --- = Tolerance interval
Gambar 5. Model plot respon indeks kompresibilitas serbuk liquisolid Pada persamaan (13) dapat diketahui bahwa gliserin, amilum kentang dan interaksi gliserin dan amilum kentang memberikan pengaruh respon indeks kompresibilitas. Persamaan (13) memiliki nilai p-value pada lack of fit sebesar 0,6836 (p>0,05), sehingga dinyatakan persamaan tersebut dapat menggambarkan eksperimental. Hasil anova untuk persamaan (13) sebesar 0,0011 (p<0,05) maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan signifikan, sehingga penambahan tunggal maupun interaksi gliserin dan amilum kentang pengaruhnya besar terhadap persentase indeks kompresibilitas serbuk liquisolid. Nilai positif menunjukkan penggunaan komponen gliserin meningkatkan indeks kompresibilitas dengan nilai 3,50. Komponen gliserin memiliki pengaruh yang dominan terhadap peningkatan indeks kompresibilitas, hal ini disebabkan gliserin akan menyebabkan serbuk menjadi basah dan menjadi lebih padat, sehingga berdampak pada peningkatan indeks kompresibilitas. Nilai negatif pada interaksi amilum kentang menunjukkan amilum kentang mampu menyerap gliserin menjadi serbuk kering sehingga
menurunkan indeks kompresibilitas. Hasil indeks kompresibilitas serbuk pada tiap formula menunjukkan indeks kompresibilitas serbuk berada pada rentang 11,49%-13,79% sehingga dapat dikatakan serbuk memenuhi persyaratan indeks kompresibilitas yang baik yaitu berada pada rentang 11%-15% (Arulkumaran et al., 2014).
B. Hasil Uji Homogenitas Serbuk
Uji Homogenitas serbuk dilakukan untuk mengetahui apakah proses pencampuran serbuk yang dilakukan menghasilkan campuran yang homogen.
Pengukuran dilakukan menggunakan working standar glibenklamid dalam metanol pada instrumen spektrofotometer UV untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Hasil serapan maksimum terukur pada panjang gelombang 229 nm yang ditunjukan pada gambar 6.
Gambar 6. Spectrum graph glibenklamid dalam metanol (panjang gelombang vs absorbansi)
Menurut Bilal (2013) serapan glibenklamid dalam metanol berada pada panjang gelombang dalam kisaran 229,5 nm. Hal ini tidak berbeda jauh dari penelitian tersebut dalam penentuan absorbansi panjang gelombang dibandingkan dengan hasil yang didapat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi absorbansi
229,0
y = 0,0606x + 0,058 pengganggu (Gandjar and Rohman, 2009). Berikut kurva baku glibenklamid yang ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Kurva baku glibenklamid dalam metanol (n=1)
Persamaan kurva baku glibenklamid dalam metanol yang didapat yaitu Y= 0,0606X + 0,058 dengan nilai regresi (r) sebesar 0,998. Menurut Miller dan Miller (2010), nilai r yang dianjurkan untuk sebuah analisis dengan menggunakan persamaan regresi linear adalah r dengan nilai diatas 0,99, sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk penetapan kadar obat glibenklamid.
Pengujian homogenitas serbuk dilakukan dengan mengambil 10 titik sampel pada bagian atas tengah dan bawah cube mixer dan diukur dengan instrumen spektofotometer UV. Hasil penetapan kadar tablet ditunjukan pada tabel V.
Tabel V. Hasil uji homogenitas serbuk liquisolid
Hasil uji homogenitas diperoleh kadar 96,39 ± 1,44 (%) dengan coefficient variation (CV) sebesar 1,49 %, sehingga serbuk yang dibuat dapat dikatakan sudah homogen karena memenuhi persyaratan uji homogenitas yaitu memiliki CV kurang dari 5% (Depkes RI, 2014).
Sample no Kadar glibenklamid (%)
1 95,30
C. Hasil Uji Mutu Fisik Tablet Liquisolid 1. Keseragaman Kandungan Tablet Liquisolid
Uji keseragaman kandungan bertujuan untuk mengetahui kandungan zat aktif tiap tablet liquisolid yang telah dikempa.
Respon keseragaman kandungan ditunjukkan pada persamaan 14.
Y=2,230 X1 + 0,311 X2 - 0,007 X1X2 ... (14)
Keterangan : X1 = Gliserin
X2 = Amilum kentang
Model plot respon keseragaman kandungan ditunjukan pada gambar 8.
Keterangan:
Y = Respon keseragaman kandungan A = Komponen gliserin
B = Komponen amilum kentang = Design point
= Convidence interval --- = Tolerance interval
Gambar 8. Model plot respon keseragaman kandungan tablet liquisolid Pada persamaan (14) dapat diketahui bahwa gliserin, amilum kentang dan interaksi gliserin dan amilum kentang memberikan pengaruh respon keseragaman kandungan. Persamaan tersebut memiliki nilai p-value pada lack of fit sebesar 0,3347 (p>0,05), sehingga dinyatakan persamaan tersebut dapat menggambarkan eksperimental. Hasil anova untuk persamaan (14) sebesar 0,0820 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan sehingga penambahan tunggal maupun interaksi gliserin dan amilum kentang pengaruhnya kecil terhadap keseragaman kandungan tablet liquisolid. Nilai positif
menunjukkan penggunaan komponen gliserin meningkatkan kadar obat yang terbaca dengan nilai 2,30. Komponen gliserin memiliki pengaruh yang dominan terhadap peningkatan keseragaman kandungan, hal ini disebabkan penambahan gliserin akan mendispersikan glibenklamid menjadi partikel yang lebih kecil, sehingga berdampak pada peningkatan kelarutan glibenklamid dalam metanol.
Nilai negatif menunjukkan interaksi amilum kentang dalam menurunkan kadar obat yang terbaca dengan nilai -0,007, hal ini disebabkan komponen amilum kentang memiliki mekanisme pelepasan obat dengan mengembang dalam air sehingga obat sulit untuk lepas. Hasil keseragaman kandungan tablet pada tiap formula menunjukkan kadar tiap tabletnya berada pada rentang 93,65-100,45 dengan nilai penerimaan 2,81-7,56% sehingga dapat dikatakan tablet memenuhi persyaratan keseragaman kandungan yaitu memiliki nilai penerimaan kurang dari 15% (Depkes RI, 2014).
2. Kekerasan Tablet Liquisolid
Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet terhadap tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh bobot bahan, kemampuan alir serbuk, kompaktibilitas bahan, tekanan pengempaan, celah antara punch atas dan punch bawah pada saat pengempaan pengempaan.
Respon kekerasan tablet ditunjukkan pada persamaan 15.
Y= –47,83 X1 + 0,03 X2 + 0,24 X1X2 + 0,0003 X1X2(X1X2) ... (15)
Keterangan : X1 = Gliserin
X2 = Amilum kentang
Model plot respon kekerasan tablet ditunjukan pada gambar 9.
Keterangan:
Y = Respon kekerasan tablet A = Komponen gliserin
B = Komponen amilum kentang = Design point
= Convidence interval --- = Tolerance interval
Gambar 9. Model plot respon kekerasan tablet liquisolid
Pada persamaan (15) dapat diketahui bahwa gliserin, amilum kentang dan interaksi gliserin dengan amilum kentang memberikan pengaruh respon kekerasan tablet. Persamaan tersebut memiliki nilai p-value pada lack of fit sebesar 0,41 (p>0,05), sehingga dinyatakan persamaan tersebut dapat menggambarkan eksperimental. Hasil p-value pada anova untuk persamaan (15) sebesar 0,0001 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan sehingga penambahan tunggal maupun interaksi gliserin dan amilum kentang pengaruhnya besar terhadap kekerasan tablet liquisolid.
Nilai negatif pada persamaan (15) menunjukkan penggunaan komponen gliserin yang dominan terhadap penurunan kekerasan tablet dengan nilai –47,83.
Komponen gliserin memiliki pengaruh yang dominan terhadap penurunan kekerasan tablet, hal ini disebabkan gliserin yang dijerap oleh amilum menyebabkan serbuk menjadi lebih lembab sehingga menyebabkan serbuk memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik. Hasil pada tiap formula
memiliki kekerasan tablet pada rentang 4,0–7,8 sehingga dapat dikatakan tablet memenuhi persyaratan kekerasan tablet yaitu antara 4 kg hingga 8 kg.
3. Kerapuhan Tablet Liquisolid
kerapuhan tablet merupakan parameter kecenderungan tablet untuk terkikis selama penanganan, pengemasan dan pendistribusian. Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh bobot bahan, kelembaban, kompatibilitas bahan, tekanan pengempaan.
Respon kerapuhan tablet ditunjukkan pada persamaan 16.
Y= 5,23 X1 + 0,001 X2 – 0,026 X1X2 – 0,00003 X1X2(X1X2) ... (16)
Keterangan : X1 = Gliserin
X2 = Amilum kentang
Model plot respon kerapuhan tablet ditunjukan pada gambar 10.
Keterangan:
Y = Respon kerapuhan tablet A = Komponen gliserin
B = Komponen amilum kentang = Design point
= Convidence interval --- = Tolerance interval
Gambar 10. Model plot respon kerapuhan tablet liquisolid
Pada persamaan (16) dapat diketahui bahwa gliserin, amilum kentang dan interaksi gliserin dan amilum kentang memberikan pengaruh respon kerapuhan tablet. Persamaan tersebut memiliki nilai p-value pada lack of fit sebesar 0,8557 (p>0,05), sehingga dinyatakan persamaan tersebut dapat
menggambarkan eksperimental. Nilai p-value pada anova untuk persamaan (16) sebesar 0,0001 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan sehingga penambahan tunggal maupun interaksi gliserin dan amilum kentang pengaruhnya besar terhadap persentase kerapuhan tablet liquisolid.
Nilai positif pada persamaan (16) menunjukkan penggunaan komponen gliserin meningkatkan kerapuhan tablet dengan nilai 5,23 dan nilai negatif menunjukkan interaksi amilum kentang menurunkan kerapuhan tablet dengan nilai -0,026. Komponen gliserin memiliki pengaruh yang dominan terhadap peningkatan kerapuhan tablet, hal ini disebabkan gliserin yang dijerap oleh amilum menyebabkan serbuk menjadi lebih lembab dan menghasilkan tablet yang lebih rapuh. Hasil kerapuhan tablet pada tiap formula menunjukkan bahwa nilai kerapuhan tablet berada pada rentang 0,28–0,67 % sehingga dapat dikatakan tablet memenuhi persyaratan kerapuhan tablet yaitu memiliki nilai kerapuhan yang kurang dari 1 % (Sharma, 2010).
4. Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur tablet adalah waktu yang diperlukan tablet untuk pecah dan menjadi partikel-partikel penyusunnya, sehingga akan meningkatkan luas permukaan yang kontak dengan cairan dalam tubuh (Siregar, 2008). Waktu hancur dipengaruhi tekanan kompresi dan kompaktibilitas bahan (Aulton, 2007).
Waktu hancur bukan menjadi parameter nilai biovalibilitas dalam tubuh (Depkes RI, 2014).
Respon waktu hancur tablet ditunjukan pada persamaan 17.
Y= –0,480 X1 + 0,002 X2 + 0,002 X1X2 ... (17)
Keterangan : X1 = Gliserin
X2 = Amilum kentang
Model plot respon waktu hancur tablet ditunjukan pada gambar 11.
Keterangan:
Y = Respon waktu hancur tablet A = Komponen gliserin
B = Komponen amilum kentang = Design point
= Convidence interval --- = Tolerance interval
Gambar 11. Model plot respon waktu hancur tablet liquisolid
Pada persamaan (17) dapat diketahui bahwa gliserin, amilum kentang dan interaksi gliserin dan amilum kentang memberikan pengaruh respon waktu hancur tablet. Persamaan (17) memiliki nilai p-value pada lack of fit sebesar 0,9199 (p>0,05), sehingga dinyatakan persamaan tersebut dapat menggambarkan eksperimental. Nilai p-value untuk anova pada persamaan (17) sebesar 0,0004 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan sehingga penambahan tunggal maupun interaksi gliserin dan amilum kentang pengaruhnya besar terhadap waktu hancur tablet liquisolid.
Nilai negatif pada persamaan (17) menunjukkan penggunaan komponen gliserin menurunkan waktu hancur tablet dengan nilai -0,480 dan nilai positif menunjukkan interaksi amilum kentang meningkatkan waktu hancur tablet dengan
nilai 0,002. Komponen gliserin memiliki pengaruh yang dominan dalam menurunkan waktu hancur, hal ini disebabkan gliserin yang lebih cenderung hidrofil dan larut dalam air sehingga dapat menurunkan waktu hancur tablet.
Komponen amilum kentang memiliki pengaruh dalam meningkatkan waktu hancur, hal ini disebabkan amilum kentang yang memiliki mekanisme mengembang dalam air dan tidak larut dalam air, sehingga dapat meningkatkan waktu hancur tablet. Hasil waktu hancur tablet pada tiap formula menunjukkan bahwa waktu hancur tablet berada pada rentang 0,81-1,26 menit, sehingga dapat dikatakan tablet memenuhi persyaratan waktu hancur tablet yaitu kurang dari 15 menit (Depkes RI, 2014).
D. Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Liquisolid
Uji penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui kadar glibenklamid dalam tablet untuk digunakan dalam perhitungan uji disolusi. Hasil penetapan kadar tablet ditunjukan pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil penetapan kadar glibenklamid dalam tablet liquisolid Formula Kadar tablet glibenklamid
×
± SD (%) n= 3Hasil penetapan kadar pada tiap formula menunjukkan bahwa kadar glibenklamid dalam tablet berada pada rentang 93,44% hingga 99,22%, sehingga
memenuhi persyaratan kadar tablet glibenklamid yang tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110 % (United States Pharmacopeial Convention, 2014)
E. Hasil Uji Disolusi Tablet Liquisolid 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan working standar glibenklamid dalam buffer phosphate pada instrumen spektrofotometer UV. Hasil serapan maksimum terukur pada panjang gelombang
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan working standar glibenklamid dalam buffer phosphate pada instrumen spektrofotometer UV. Hasil serapan maksimum terukur pada panjang gelombang