• Tidak ada hasil yang ditemukan

Histologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang jaringan. Patologi adalah kajian tentang penyakit atau kajian tentang adaptasi yang tidak cukup terhadap perubahan lingkungan eksternal dan internal (Spector 1993). Histopatologi adalah metode yang sensitif dan secara biologis dapat mengukur efek stres hewan terhadap lingkungan. Perubahan histopatologi merupakan indikator faktor stres terhadap lingkungan.

2.7.2 Gambaran Darah Ikan

Sel darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit), dan kedua tipe sel ini terbentuk pada jaringan hematopoetik ginjal. Volume darah pada ikan lebih sedikit dibandingkan dengan vertebrata lainnya,

yaitu sekitar 3% dari berat tubuhnya. Darah mempunyai fungsi vital diantaranya adalah mengedarkan nutrien seperti ke seluruh sel-sel tubuh, membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh serta membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukannya, menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mengangkut hasil buangan metabolisme seperti karbon dioksida dan asam laktat. Darah juga

membawa materi ion anorganik Na+, Mg2+, Cl-, dan senyawa organik seperti

hormon, vitamin, dan beberapa protein plasma. Pemeriksaan darah penting artinya untuk mendiagnosa suatu penyakit dan kondisi ikan. Penyimpangan fisiologi ikan menyebabkan komponen-komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dapat menentukan kondisi atau status kesehatan ikan (Wedemeyer 1996).

2.7.2.1 Sel Darah Merah

Sel darah merah terbentuk di jaringan hematopoetik ginjal dan pada ikan

merupakan sel yang terbanyak. Lagler et al. (1977) membagi darah ikan

berdasarkan warna dan fungsinya yaitu sel darah merah (eritrosit) dan sel darah

putih (leukosit). Sel darah merah ikan pada umumnya mempunyai inti dengan

bentuk oval hingga bundar, intinya kecil dengan sitoplasma, berwarna merah

kekuningan dan berukuran 10 x 11 μm sampai 12 x 13 μm dengan diameter inti

4-5 μm dan jumlah sel darah merah 1,43 x 106 sel/mm3 sampai 3,18 x 106

sel/mm3. Pada ikan bertulang keras jumlah sel darah merah dalam keadaan

normal berkisar antara 1,05-3,00 x 106 sel/mm3

Jumlah sel darah putih lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Penyimpangan sel darah putih dari keadaan normal mempunyai arti klinis penting untuk evaluasi proses penyakit (Dallman dan Brown 1989). Sel darah putih dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan ada tidaknya butir-butir (granula) . Sel darah merah berfungsi sebagai transport oksigen. Rendahnya jumlah eritrosit menandakan ikan menderita anemia dan kerusakan organ ginjal, sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan Yasutake 1977; Nabib dan Pasaribu 1989). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah adalah spesies, perbedaan induk (genetik), kondisi nutrisi, aktifitas fisik, dan umur (Dallman dan Brown 1989).

dalam sel, yaitu agranulosit dan granulosit. Agranulosit dibagi menjadi limposit, trombosit, dan monosit, sedangkan granulosit berupa netrofil. Sel darah putih berdiferensiasi pada ginjal menjadi beberapa tipe khusus seperti limposit, netrofil, dan trombosit. Netrofil berfungsi melawan penyakit bersama-sama dengan eosinofil yang disebabkan oleh organisme mikroseluler seperti bakteri dan virus. Sifat melawan penyakit ini disebut sifat fagositik yaitu memakan dan

menghancurkan sel penyebab penyakit (Lagler et al. 1977). Secara normal pada

individu yang sehat jumlah sel darah putih di dalam darah adalah 1% dari total

jumlah darah. Sel darah putih tidak berwarna, jumlahnya setiap mm3 berkisar

20.000-150.000 butir (Affandi dan Tang 2002). Peningkatan sel darah putih dapat disebabkan oleh penyakit, infeksi, parasit, stres akibat penanganan dan pengaruh lingkungan (Guyton dan Hall, 1997). Kadar limfosit pada ikan kerapu normal adalah 72% dari total leukositnya, sedangkan yang diberi perlakuan

hormon steroid LHRHa dosis 50 mg/kg bobot tubuh yaitu 54,5% (Fris et al.

2003). Limfosit merupakan jenis leukosit yang paling dominan dalam leukosit dengan kisaran 71,1-82,88% dari total leukosit (Rostagi 1997).

Jumlah limfosit yang tinggi dalam sirkulasi darah akan diimbangi dengan jumlah netrofil yang rendah dan sebaliknya. Penurunan jumlah limfosit dalam darah terjadi karena sebagian besar limfosit dari sirkulasi darah berkonsentrasi

dalam jaringan dimana terjadi peradangan (Jawad et al. 2004)

2.7.2.3 Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang tersusun atas protein globin tidak berwarna dan pigmen heme yang dihasilkan dalam eritrosit. Blaxhall (1972) menyatakan bahwa kadar hemoglobin merupakan indikator anemia, selanjutnya Anderson dan Swicki (1993) menyatakan bahwa peningkatan kadar hemoglobin menunjukkan ikan berada dalam keadaan stres. Siakpere (2005) menyatakan bahwa secara fisiologis, hemoglobin menentukan tingkat ketahanan tubuh ikan dikarenakan hubungannya yang sangat erat dengan daya ikat oksigen oleh darah. Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen bergantung pada kadar Hb dalam

darah (Lagler et al. 1977). Wells et al. (2005) menyatakan bahwa 1 gram

2.7.2.5 Glukosa

Tingkat glukosa darah merupakan indikator terjadinya stres awal pada ikan karena tingkat glukosa darah sangat sensitif terhadap hormon yang mengatur stres (Mazeaud dan Mazeaud 1991). Stres dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan kualitas air atau penanganan yang salah pada waktu pengangkutan, sehingga dapat menyebabkan ikan mengalami hiperglisemia dan mempengaruhi kesehatan ikan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup (Carmichael 1984;

Robertson et al. 1988; Barton dan Iwama 1991). Mekanisme terjadinya

hiperglisemia (tingkat glukosa darah tinggi) akibat stres yaitu dengan pemecahan glikogen otot dan hati melalui jalur glikogenolisis yang akan menghasilkan glukosa (Mazeaud dan Mazeaud 1981).

Keberadaan glukosa darah ditentukan oleh pakan, waktu akhir makan, status simpanan glikogen hati, stadia perkembangan dan musim (Mazeud dan Mazeud 1981). Apabila kadar glukosa darah mengalami penurunan dari tingkat normal, maka hormon insulin, tiroid, glukagon, epinefrin dan steroid dengan segera akan berfungsi untuk meningkatkan glukosa darah ke tingkat normal melalui pemecahan glikogen, deaminasi asam amino dan konversi dari gliserol yang merupakan bagian dari molekul lemak. Jika jumlah glukosa darah mengalami peningkatan diatas nilai normal, maka hanya hormon insulin yang dapat berperan dalam menurunkan glukosa ke level normal melalui transport aktif glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam seluruh sel tubuh (Mazeud dan Mazeud 1981).

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2010. Kegiatan pemeliharaan benih ikan dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, analisis darah dan histologi insang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pengujian kadar glukosa darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Dokumen terkait