• Tidak ada hasil yang ditemukan

), akuarium untuk wadah pemeliharaan, termometer, pH-meter, DO-meter dan spektrofotometer.

3.3.1 Puasa Ikan

Puasa ikan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan ikan bisa bertahan hidup tanpa diberi makan. Penentuan puasa ikan dilakukan dengan

cara menyiapkan akuarium berukuran 40 × 32 × 30 cm3

3.3.2 Tingkat Konsumsi Oksigen

yang telah dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari kemudian diisi air laut sebanyak 25 liter yang diaerasi selama 2 hari lalu dimasukkan ikan kerapu macan berukuran 7±0,5 cm sebanyak 10 ekor. Pengamatan tingkah laku ikan serta kualitas air dilakukan setiap hari. Kualitas air yang ukur yaitu oksigen terlarut dengan menggunakan DO-meter, suhu dengan termometer dan pH dengan pH-meter

Tingkat konsumsi oksigen (TKO) ditentukan bertujuan untuk menghitung kebutuhan oksigen benih ikan kerapu macan per jam, dengan cara menyiapkan 3 stoples bervolume 3 liter yang telah dibersihkan dan dikeringkan, kemudian diisi air bersalinitas 31 g/l yang sebelumnya diaerasi selama 3 hari hingga jenuh. Ikan uji yang digunakan berukuran 7±0,5 cm dengan bobot 4,02 gram. Ikan uji dipuasakan selama 2 hari kemudian dimasukkan kedalam wadah masing-masing

dengan kepadatan 3 ekor setiap wadah, kemudian ditutup dengan penutup plastik. Kandungan DO diukur setiap jam selama 4 jam dengan memasukkan DO-meter ke dalam stoples.

3.3.3 Uji Letal Konsentrasi (LC50-96 jam)

Uji letal konsentrasi yang mematikan selama 96 jam (LC50-96 jam) dengan

4 tingkat konsentrasi termasuk kontrol. Untuk mendapatkan konsentrasi yang dikehendaki dilakukan pengenceran dari larutan stok berkonsentrasi 1000 ppm,

dengan menggunakan rumus: N1V1 = N2V2

3.3.4 Analisis Darah

. Selanjutnya konsentrasi tersebut ditetapkan sebagai konsentrasi perlakuan yaitu perlakuan A (60 ppm), B (80 ppm), C (100 ppm), D (120 ppm) dan E (140 ppm), kemudian ikan yang sudah dipuasakan selama 48 jam dimasukkan kedalam media yang sudah mengandung konsentrasi minyak sereh tertentu, lalu diamati tingkah laku ikan sampai ada perlakuan yang mengalami kematian 50%.

Analisis darah yang dilakukan selama penelitian meliputi parameter :

1) Sel darah merah (eritrosit)

Penghitungan jumlah sel darah merah dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan dan 7 hari setelah pemeliharaan. Pengamatan dan penghitungan jumlah sel darah merah dilakukan berdasarkan prosedur dari Blaxhall dan Daisley (1973). Darah diambil dari ikan dengan menggunakan injeksi yang terlebih dahulu telah diisi dengan cairan antikoagulan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah. Darah yang tersedot dimasukkan kedalam ependorf, dan kemudian darah dihisap dengan menggunakan pipet pencampur sampai dengan skala 0,5 dan ditambahkan dengan larutan hayems yang dihisap dengan menggunakan pipet yang sama hingga mencapai skala 101. Setelah itu, pipet digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Tetesan pertama dibuang dan tetesan berikutnya diteteskan kedalam hemositometer dan ditutup dengan kaca penutup. Penghitungan dilakukan pada 5 kotak kecil yaitu pada sudut kiri atas, sudut kanan atas, sudut kiri bawah, sudut kanan bawah dan pada bagian tengah.

Jumlah sel darah merah yang terhitung dikonversikan dengan rumus :

Jumlah sel darah merah = ∑ sel darah merah terhitung x 106

2) Sel darah putih (leukosit)

Penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan dan 7 hari setelah pemeliharaan. Pengamatan dan penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan berdasarkan prosedur dari Blaxhall dan Daisley (1973). Metode pengambilan darahnya sama dengan metode pengambilan darah merah. Darah dihisap dengan pipet pencampur sampai dengan skala 11. Kemudian pipet digoyangkan hingga membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Tetesan pertama dibuang, dan tetesan selanjutnya diteteskan diatas hemositometer lalu ditutup dengan kaca penutup. Penghitungan dilakukan pada 5 kotak besar.

Jumlah sel darah putih yang terhitung dikonversikan dengan rumus :

Jumlah sel darah putih = ∑ sel darah putih terhitung x 50 sel/mm

4) Kadar Hemoglobin (Hb)

3

3) Diferensiasi Leukosit

Dengan cara menghitung jumlah neutrofil, limfosit, monosit, trombosit dalam darah tersebut dengan pengamatan dilakukan sebanyak 10 lapang pandang kemudian perhitungan dalam bentuk persentase

Pengukuran kadar hemoglobin pada prinsipnya adalah mengkonversikan hemoglobin dalam darah ke dalam bentuk asam hematin oleh asam klorida dan dinyatakan dalam persen (% Hb). Kadar HB dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan dan 7 hari setelah pemeliharaan (Anderson dan Swicki 1993). Prosedur pengukuran kadar hemoglobin. Mula-mula darah diisap menggunakan

pipet sahli hingga skala 20 mm3, kemudian dipindahkan ke dalam tabung Hb yang

berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (kuning). Didiamkan selama 3–5 menit agar Hb bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin, kemudian diaduk dan ditambahkan aquadestila (sedikit demi sedikit) hingga warnanya sama dengan standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat tinggi permukaan larutan yang dikocok dengan skala lajur g% yang menunjukkan banyaknya Hb dalam gram setiap 100 ml darah dan dinyatakan dalam persentase (% Hb).

4. Glukosa Darah

Pengukuran dilakukan untuk mengevaluasi tingkat stres pada ikan. Prosedur pengukuran glukosa darah ikan yaitu: darah diambil dari ikan dengan menggunakan injeksi yang telah diisi dengan cairan antikoagulan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah. Darah yang tersedot dimasukkan ke dalam tabung ependorf, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Setelah terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri dari lapisan plasma yang jernih di bagian atas, selanjutnya ambil 10 µ l lapisan plasma tambahkan kedalam tabung reaksi berisi 1 ml regen (glucose liquicolor) selanjutnya dihomogenkan dengan menggunakan vortex, diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar, baca

nilai absorban pada spektrofotometer dengan λ 500 nm. Kadar glukosa darah

diukur mengikuti Wedemeyer dan Yatsuke (1977) yaitu : Absorban sampel

Glukosa darah = x Konsentrasi standar Absorban standar

Analisis Histopatologi

Histopatologi dilakukan pada ikan normal, pasca pengangkutan, dan setelah pemeliharaan 7 hari diukur di Laboratorium Kesehatan ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Jaringan yang diamati adalah insang. Pengamatan dilakukan dengan membuat preparat histologi. Prosedur pembuatan preparat histologi insang disajikan pada Lampiran 2.

3.3.6 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 4 dan dilakukan pengukuran setiap 24 jam sekali.

Tabel 4 Parameter air yang diukur dan alat yang digunakan

Parameter Satuan Metode/alat yang digunakan

Suhu oC Termometer

Salinitas g/L Refraktometer

pH pH-meter

Oksigen terlarut (DO) mg/L DO-meter

Karbon dioksida (CO2) mg/L Titrasi (larutan NaOH 0,0227 N, indikator phenolphthalein

(pp), indikator Methyl Orange 0,05%

Amoniak mg/L Pereaksi uji amoniak (1 tetes MnSO4

Nitrit

, 0,6 ml phenat, 0,5 ml chlorox) Spektofotometer panjang gelombang 630

mg/L Sulfanilamit 5 tetes, NED 5 tetes Spektofotometer panjang

gelombang 543

Alkalinitas mg/L Titrasi (PP 2 tetes, BCG+MR 2 tetes, HCl 0,0200 N)

Kesadahan mg/L Titrasi (Buffer hardnes 1 ml, EBT 2-3 tetes, EDTA 0,0141

3.3.7 Derajat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Spesifik

Pengamatan kelangsungan hidup (survival rate, SR) ikan kerapu macan

dilakukan setiap 6 jam sekali selama pengangkutan. Derajat kelangsungan hidup ikan kerapu ditentukan dengan menggunakan rumus (Effendi 1978) :

% 100 x No Nt Sr = Keterangan :

SR = derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = jumlah hewan uji pada akhir penelitian (ekor) No = jumlah hewan uji pada awal penelitian (ekor)

Laju pertumbuhan spesifik (spesific growth rate, SGR) ikan kerapu macan

ditentukan dengan menggunakan rumus (Zonneveld 1991) : % 100 ) 0 ln (ln x t W Wt SGR − =

Keterangan: SGR = Laju pertumbuhan spesifik

Wt = Berat tubuh ikan pada waktu t

W0 = Berat tubuh ikan pada awal penelitian

t = Waktu penelitian

3.3.8 Prosedur Pengangkutan

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan masing-masing 2 ulangan. Setiap kantong dilengkapi dengan kran pengeluaran air, kemudian diisi air laut dan

oksigen dengan perbandingan 1 : 3 kemudian diikat dengan karet gelang, setelah

itu dimasukkan ke dalam kotak stirofom dan diberi es batu kemudian ditutup. Pengangkutan dilakukan secara simulasi yaitu dengan memasukkan stirofom ke dalam bak kemudian air dialirkan dari kran dan juga digerakkan dengan pompa. Pengamatan keadaan ikan dilakukan setiap 6 jam dengan cara mengeluarkan kantong dari stirofom, sedangkan pengambilan sampel air dilakukan setiap 24 jam sekali dengan mengalirkan air dari kran sehingga kantong tetap dalam keadaan tertutup.

Dokumen terkait