• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIV-AIDS Susunan Saraf Pusat

Dalam dokumen SPM Neurologi (Halaman 32-37)

DEFINISI / ETIOLOGI

Deflnisi WHO untuk AIDS di Asia Tenggara adalah pasien yang memenuhi kriteria A dan B dibawah ini :

A. Hasil positif untuk antibodi HIV dari dua kali test yang menggunakan dua antigen yang berbeda.

B. Salah satu dari kriteria yang dibawah ini :

1. - Berat badan menurun 10% atau lebih yang tidak diketahui sebabnya. - Diare kronik selama 2 bulan terus menerus atau periodik.

2. Tuberkulosis milier atau menyebar.

3. Kandidiasis esofagus yang dapat didiagnosis dengan adanya kandidiasis mulut yang disertai disfagia / odinofagia.

4. Gangguan neurologis disertai gangguan aktifitas sehari-hari, yang tidak diketahui sebabnya.

5. Sarkoma kaposi.

Infeksi HIV akan menimbulkan penyakit yang kronik dan progresif sehingga setelah bertahun-tahun tampaknya mengancam jiwa. Pengobatan yang tersedia sekarang dapat memperpanjang masa hidup dan kualitas hidup dengan cara memperlambat penurunan sistim imun dan mencegah infeksi oportunistik. Terdapat variasi yang luas dari respon imun terhadap efek patologik HIV. Karena itu mungkin saja sebagian dari mereka tetap hidup dan sehat dalam jangka panjang sedangkan sekitar 40-50% dari mereka menjadi AIDS dalam wakru 10 tahun.

- Etiologi : Virus RNA (Retrovirus) Patofisiologi infeksi HIV

HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan non seksual. Didalam tubuh HIV akan menginfeksi set yang mempunyai reseptor CD4 seperti sel limfosit, monosit dan makrofag dan beberapa sel tertentu lain, walaupun tidak mempunyai reseptor CD4 misalnya set-set glia dan sel langerhans. Secara umum ada dua kelas sel dimana HIV ber-replikasi yaitu di dalam set T limfosit dan didalam sel makrofag, karena itu disebut T-tropik atau syncytium inducing isolates dan Makrofag-tropik atau non-syncytium inducing isolates. Isolat M-tropik lebih sering tertular, tetapi isolat T-tropik terlihat pada 50% dari infeksi HIV stadium lanjut dan menimbulkan progresivitas penyakit yang sangat cepat. Bahkan diketahui bahwa yang menimbulkan perbedaan tropisme adalah kadar ko-reseptor yang penting yaitu CXCR4 dan CCR5.

Sebagai akibatnya akan terjadi dua kelompok gejala utama yaitu :

1. Akibat penekanan pada sistim kekebalan tubuh, sehingga mudah terjadi infeksi, kanyeri kepalaer yang spesifik dan penurunan berat badan yang drastis.

2. Disfungsi neurologik baik susunan saraf pusat maupun susunan saraf perifer. KRITERIA DIAGNOSIS

- Fase I - Infeksi HIV primer (infeksi HIV akut)

- Fase II - Penurunan imunitas dini (sel CD4 > 500 / µl)

- Fase III - Penurunan imunitas sedang (sel CD4 500 – 200 / µl) - Fase lV - Penurunan imunitas berat (sel CD4 < 200 / µl) Kriteria diagnosis presumtif untuk indikator AIDS :

a. Kandidiiasis Esofagus : nyeri retrosternal saat menelan dan bercak putih diatas dasar kemerahan.

b. Retinitis virus sitomegalo c. Mikobakteriosis

d. Sarkoma Kaposi : bercak merah atau ungu pada kulit atau selaput mukosa.

e. Pnemonia Pnemosistis Karini : Riwayat sesak nafas/ batuk nonproduktif dalam 3 bulan terakhir.

f. Toksoplasmosis otak Pemeriksaan Penunjang:

v Enzym-linked immunosorbent assay (Eliza) dan aglutinasi partikel.

v Western Blot Analysis, indirect immunofluorescence assays (IFA) dan

radioimmunoprecipitation assays (RIPA)

v Biakan darah, urin dan sifilis v Antigen/ antibody HIV

v Viral load

v Serologi sifilis, antigen kriptokokus v Lumbal Pungsi

v Pemeriksaan tinta India cairan serebrospinal. v Brain CT scan , MRI

v Electromyograpky (EMG) v Memory test

v Roentgen thorax

v Mikroskopis dan biakan dahak. DIAGNOSIS BANDING

v Massa intrakranial v TBC

v Polineuropathy kerena penyebab lain v Demensia karena penyebab lain TATALAKSANA

Dosis Anti Retroviral untuk ODHA dewasa (Pedoman Nasional 2004)

Gol / Nama obat Dosis

Nucleoside RTI

Abacavir (ABC) 300 mg setiap 12 jam Didanoside (ddl) 400 mg sekali sehari

250 mg @ 12 jam (BB < 60kg)

Atau 250 mg sekali sehari bila diberi bersama TDF diberi bersama TDF

Lamivudine (3TC) 150 mg setiap 12 jam atau 300 mg sekali sehari

Stavudine (d4T) 30 mg @ 12 jam (BB < 60 kg) Zidovudine (ZDV atau AZT) 300 mg @ 12 jam

Nucleotide RTI

Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari Non-nucleoside RTIs

Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari

Nevirapine (NVP) 200 mg sekali sehari (14 hari) kemudian 200 mg @ 12 jam Protease Inhibitors

Indinavir / Ritonavir (IDV/r) 800 mg / 100 mg @ 12 jam Lopinavir / Ritonavir (LPV/r) 400 mg / 100 mg @ 12 jam Nelfinavir (NFV) 1250 mg @ 12 jam

Squinavir / Ritonavir (SQV/r) 1000 mg / 100 mg @ 12 jam atau 1600 mg / 200 mg sekali sehari Ritovanir (RTV/r) Capsule 100 mg

Larutan oral 400 mg / 5 ml Infeksi Opportunistik

1. Sitomegalovirus pada HIV : Pada funduskopi = Retinitis sitomegalovirus Gansiklovir 5 mg/KgBB dua kali sehari parenteral selama 14-21 hari. Selanjutnya 5 mg/KgBB sekali sehari

dianjurkan sampai CD4 lebih dari 100 sel/ml. 2. Ensefalitis Toksoplasma

Pirimetamin 50-75 mg perhari dengan Sulfadiazin 100 mg/KgBB/ hari Asam Folat 10-20 mg perhari

Atau :

Fansidar 2-3 tablet per hari dan Klindamisin 4 x 600 mg perhari Disertai leukovorin 10 mg perhari.

(Fansidar mengandung : Pirimetamine 25 mg + Sulfadoksin 500 mg) Untuk mencegah kekambuhan : Kotrimoksazol 2 tab perhari.

3. Meningitis Cryptoccocus

Terapi primer fase akut : Amfoterisin B 0,7 mg/kgBB/hari iv – 2 minggu. Selanjutnya Fluconazale 400 mg per hari peroral selama 8-10 minggu. Terapi pencegahan kekambuhan :

Fluconazole 100 mg perhari seterusnya selama jumlah sel CD4 masih dibawah 300 sel/mL

(Flow chart sesuai grafik gambar di belakang)

Antiretroviral rekomendasi WHO 2004 ARV first line :

• d4T / 3TC / NVP (Stavudin / Lamifudin / Nevirapin) • d4T / 3TC / EFV (Stavudin / Lamifudin / Efavirens)

• AZT / 3TC / NVP (Zidovudin / Lamifudin / Nevirapin) • AZT / 3TC / EFV (Zidovudin / Lamifudin / Efavirens) PENYULIT / KOMPLIKASI

1. Drug toxicity 2. AIDP 3. CIDP

4. Mononeuropathy 5. Focal brain lesions

6. Distal Symmetric Polineuropathy

7. Inflammatory demyelinating polyneuropathy 8. Progressive polyradiculopathy

9. Mononeuritis multiplex

10. Spinal cord syndrome / vacuolar myelopathy KONSULTASI :

Pokja HIV-AIDS RS Setempat, VCT Clinic JENIS PELAYANAN

Rawat Inap dan Rawat Jalan TENAGA STANDAR :

Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Dalam, Perawat Terlatih PROGNOSIS :

Angka kekambuhan tinggi Angka kematian tinggi

Gambar 1 : Algoritme penatalaksanaan keluhan intraserebral pada penderita HIV/AIDS

Keluhan Intraserebral

MRI

CT Scan

Meningeal enhanceme

Normal Atrofi Hidrosefalus Lesi desak

ruang Evaluasi CSF Positif Negatif Observasi Terapi sesuai Shunt (kalau perlu) Efek

massa (-) Lesi massa

Gambar 2 : Algoritme penatalaksanaan lesi massa intracranial pada penderita HIV / AIDS Steroid ? + - Ancaman Herniasi Ya tidak

Lesi Masa Intrakranial

• Alert-lethargic • Stabil

• Stupor-coma • Perburukan cepat • Massa besar dengan

resiko herniasi

Lesi multipel Lesi tunggal

Serologi Toksoplasma Obat antitokplasma Perbaikan Obat Antitoksoplasma seumur hidup Biopsi Stereotaktik Terapi sesuai etiologi Dekompresi biopsi terbuka

Dalam dokumen SPM Neurologi (Halaman 32-37)

Dokumen terkait