• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lia Insani

Abstrak

Masa Nifas adalah masa pemulihan, mulai dari partus selesai sampai kembalinya alat-alat kandungan seperti sebelum hamil (Varney, 1997). Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Winkjosastro et al, 2002).

Perubahan pada masa nifas yang dialami oleh ibu seringkali tidak dianggap serius oleh anggota keluarga ataupun tenaga medis, berbeda sekali dengan disaat ibu masih dalam masa kehamilan, ini adalah tradisi yang salah karena saat nifas selain hal hal yang disebutkan di atas ada beberapa hal yang dianggap kecil yang sebetulnya membutuhkan perhatian lebih oleh keluarga dan tenaga medis.

Holistic Care Dalam Terapi Kebidanan Komplementer

The holistic concept in medical practice, which is distinct from the concept in the alternative medicine, upholds that all aspects of people's needs including psychological, physical and social should be taken into account and seen as a whole. A 2007 study said the concept was alive and well in general medicine in Sweden (Standberg,et al, 2007)

Konsep dalam Holistic Care adalah menyeluruh (body, mind, soul). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan (Preventif dan promotif).

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional-alternatif atau sering disebut dengan CAM (Complementary Alternative Medicine) adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik. Artinya Pengobatan

komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis.

Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif antara lain : 1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat 3. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional

4. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional.

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan hiperbarik.

8. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode pengobatan komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Tujuan dari pelayanan masa nifas ini adalah dengan menggunakan pendekatan menyeluruh dari fisik, psikologis dan pikiran. Dan menggunakan ilmu pengetahuan konvensional, seni dan alam. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Winkjosastro et al, 2005).

Konsep kebidanan masa nifas komplementer dilakukan dengan tujuan memberikan pelayanan kebidanan nifas secara fisik dan psikologis agar ibu nifas dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai ibu baru tanpa menghilangkan jati dirinya dan kebutuhannya sebagai individual yang mempunyai kebutuhan berbeda beda, mampu merawat bayinya dan mencintai dan merawat tubuhnya saat masa nifas.

Dukungan fisik dan mental untuk ibu nifas sangat diperlukan dalam melewati masa nifas yang seringkali dianggap kurang, terutama di wilayah perkotaan, dimana ibu nifas dalam keadaan sehat secara fisik akan terlupakan kebutuhan psikologisnya.

Herbalisme

Menurut Ayurweda (Ilmu Kedokteran Hindu), Faktor yang mempengaruhi sehat adalah unsur Tri Dosha yang seimbang yakni vatta, pitta, dan kapha. Tiga Prilaku Sehat:

Ahara ( Makanan Sehat) Vihara ( Berprilaku sehat, melakukan kebiasaan hidup yang wajar dan alami) Nidra ( Istirahat yg cukup ).

Tumbuhan obat atau disebut dengan Ausadha dalam bahasa sansekerta. Tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai bahan obat dan sebagainya. Di Bali, Ausadha atau Usadha bermakna lebih luas yakni seluruh pengetahuan dan praktek yang dipergunakan untuk menetapkan diagnosis, pencegahan, dan penyembuhan terhadap gangguan kesehatan fisik, mental maupun sosial dan sepenuhnya. Tumbuhan obat adalah adalah tumbuhan yang berkhasiat menghilangkan rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membunuh bibit penyakit dan memperbaiki organ yg rusak serta menghambat pertumbuhan tidak normal seperti tumor dan kanker.

Dalam masyarakat kita lebih dikenal dengan istilah Jamu, di dalam PERMENKES jamu termasuk Obat Tradisional, dimana jamu sendiri dalam kesehatan ibu nifas dapat berupa topikal, oral maupun digunakan uap dari rebusan. Body Image seringkali mempengaruhi fungsi dan peran sebagai ibu baru, kadang hal ini pun diperberat dengan adanya penurunan hormon dalam masa nifas.

Dalam tradisi di Indonesia herbal topikal seperti tapel selalu diberikan dengan terapi bengkung tradisional, dimana di luar negeri pun telah dikenal dengan “Belly Binding”, Bengkung dapat membantu ibu mengatasi rasa nyeri pada punggung belakang dan rasa menggantung di rahim setelah bersalin.

Aroma terapi adalah teknik perawatan tubuh dengan menggunakan atau memanfaatkan minyak atsiri (essential oil) yang berkhasiat. Cara pengguanaan aroma terapi dapat dengan penghirupan, pengompresan, pengolesan dikulit, perendaman dan akan lebih efektif disertai pijatan.

Menurut Permenkes 1205/Menkes/Per/X/2004 bahan yang digunakan dalam aroma terapi adalah zat aktif yang diambil dari tumbuh-tumbuhan aromatic ( ekstraksi dari bunga, daun, akar, batang/ ranting, buah, biji, dan lain-lain yang memberikan efek stimulasi atau relaksasi.

Massage (Pemijatan)

Massage (Pemijatan) adalah suatu bentuk terapi dengan merangsang berbagi daerah refleks ( zona atau mikrosistem ) di kaki, tangan dan telinga yang ada hubungannya dengan ( mewakili ) berbagai kelenjar, organ dan bagian tubuh lainnya. Relaksasi terapeutik ini berperan menormalkan kembali fungsi organ – organ tubuh yang terganggu, secara efektif memfasilitasi proses penyembuhan alami, meningkatkan vitalitas, dan memperbaharui kesehatan secara menyeluruh.

Pada ibu pasca bersalin, refleksiologi dapat dimanfaatkan untuk : 1) Membantu rahim lebih cepat kembali ke ukuran normalnya 2) Membuat payudara tidak terlalu membengkak

3) Membantu proses laktasi

4) Depresi paska melahirkan juga jarang ditemui pada ibu yang melakukan pijat refleksi secara rutin.

Keuntungan pijat ASI adalah membantu pengeluaran ASI, mencegah terjadinya bendungan ASI. Berbagai minyak obat merupakan sarana yang paling penting dalam terapi masase dibuat dari kombinansi berbagai ramuan. Minyak ini dibuat dengan bahan-bahan yang sesuai dengan masing-masing orang. Masase dengan minyak ini akan meningkatkan stamina dan energi serta melindungi tubuh dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Varney H., Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Jakarta: EGC, 1997

Wiknjosastro, Hanifa, Prof. dr., SpOG. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan RI, tahun 2003 tentang pengobatan tradisional.

Peraturan Menteri Kesehatan RI, tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2008 tentang standar pelayanan hiperbarik Peraturan Menteri Kesehatan RI, tahun 2004

JALAN KAKI BERPENGARUH TERHADAP LAMANYA DILATASI SERVIKS

Dokumen terkait