• Tidak ada hasil yang ditemukan

JALAN KAKI BERPENGARUH TERHADAP LAMANYA DILATASI SERVIKS PADA FASE AKTIF PERSALINAN NORMAL PRIMIPARA

Yulinda

Abstrak

Menurut SDKI 2007, kejadian partus lama di Indonesia sekitar 37% dan menyumbangkan kematian ibu sebesar 9%. Kondisi ini dapat dicegah melalui Asuhan masa antenatal yang baik, diantaranya dengan menjaga kondisi fisik dan mental melalui senam selama hamil dan jalan kaki. Latihan teratur selama hamil dapat meningkatkan tingkat kebugaran dan membantu secara efisien mengurangi lamanya waktu persalinan.

Latihan yang teratur selama hamil memiliki risiko minimal terhadap janin dan memberikan keuntungan untuk kesehatan ibu. Karena itu perlu dilakukan penelitian apakah senam hamil dan jalan kaki dapat berpengaruh terhadap proses dilatasi serviks pada fase aktif persalinan normal.

Penelitian ini merupakan penelitian case control pada ibu yang datang periksa di Bidan Praktik Mandiri di Wilayah Kota dan Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis univaribel dan bivariabel. Analisis bivariabel yang dipilih untuk menguji hipotesis adalah uji chi kuadrat. Sedangkan untuk menganalisis factor risiko kedua kelompok menggunakan odds rasio.

Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden mengalami dilatasi serviks uteri ≤ 6 jam baik pada kelompok senam hamil maupun jalan kaki. Hasil uji statistic tidak ada perbedaan lamanya dilatasi serviks uteri baik pada kelompok senam hamil maupun jalan kaki.

Diharapkan ibu hamil untuk tetap melakukan latihan selama hamil tanpa melihat jenis latihan.

Abstrack

According to the Demographic and Health Survey 2007, the incidence of prolonged labor in Indonesia contributed about 37% and maternal mortality by 9%. This condition can be prevented through antenatal care is good, such as by maintaining the physical and mental condition through exercise during pregnancy and on foot. Regular exercise during pregnancy can improve fitness levels and help to efficiently reduce the duration of labor.

Regular exercise during pregnancy has minimal risk to the fetus and provide health benefits for the mother. Because it is necessary to study whether the pregnancy exercise and walking can affect the process of cervical dilatation in the active phase of normal labor.

This study is a case-control study in women who come check in Independent Practice Midwife in the region and the city of Bandung regency. Sampling this study using consecutive sampling technique. The analysis in this study uses univaribel and bivariate analysis.

Bivariate analysis were selected to test the hypothesis is chi squared test. While analyzing the risk factors for both groups using odds ratios.

The result showed that the majority of respondents had cervical dilatation ≤ 6 hours on a good pregnancy exercise group or on foot. Results of statistical tests no differences in the amount either dilatation of the cervix uteri in pregnancy exercise group or on foot.

Pregnant women are expected to keep doing exercises during pregnancy regardless of exercise.

Pendahuluan

Kehamilan merupakan proses fisiologis dan terjadi secara alamiah diikuti perubahan-perubahan sistem tubuh dalam beradaptasi terhadap keseimbangan maternal dan janin.

Proses perubahan selama kehamilan ini juga merupakan adaptasi tubuh untuk mempersiapkan persalinan. Kondisi maternal saat persalinan yang tidak baik dapat mempengaruhi proses persalinan, diantaranya partus lama yang dapat berakibat buruk pada kondisi maternal dan janin. Partisipasi perempuan di sektor publik saat ini cukup tinggi di Indonesia, sehingga upaya perempuan untuk menjaga kondisi fisiknya selama hamil terbatas pada waktu untuk melakukan latihan secara teratur. Aktivitas fisik secara teratur ini telah menjadi bagian dari gaya hidup perempuan untuk menjaga kesehatan dan berpengaruh terhadap kehamilan. Namun banyak petugas kesehatan menyarankan untuk mengurangi aktivitas fisik selama kehamilan. Padahal dengan olahraga, dapat meningkatkan cardiac output, central blood volume dan meningkatkan stoke volume.

Menurut SDKI 2009, kejadian partus lama di Indonesia sekitar 37% dan berkontribusi terhadap kematian ibu sebesar 9%. Kondisi persalinan yang baik dapat dipersiapkan melalui Asuhan masa antenatal yang baik, diantaranya dengan melakukan senam selama hamil ataupun jalan kaki secara teratur. Latihan teratur selama hamil dapat meningkatkan tingkat kebugaran dan membantu secara efisien waktu dalam persalinan.1,2

Clapp dalam penelitiannya menyatakan bahwa dilatasi serviks fase aktif persalinan ditemukan 30% lebih pendek pada kelompok yang melakukan latihan, serta hambatan selama kala II persalinan menurun secara signifikan. Kondisi otot otot yang berperan dalam persalinan, seperti otot abdomen, otot panggul dan ektremitas bawah menjadi lebih terlatih. Selama latihan, terjadi peningkatan output catecholamines, umumnya noradrenaline yang dapat menstimulasi aktifitas uterus yang dapat berkontraksi lebih efisien, sehingga proses persalinan dapat berlangsung menjadi lebih pendek. Penelitian ini juga menyebutkan dengan latihan teratur menyebabkan berkurangnya intervensi medik seperti oksitosin drip, ekstraksi forseps, dan seksio sesarea. 3

Latihan yang teratur selama hamil memiliki risiko minimal terhadap janin dan memberikan keuntungan untuk kesehatan ibu. Latihan selama hamil dapat dilakukan dalam bentuk senam hamil, jalan kaki, bersepeda, berenang dan mengangkat beban. Dalam meta analisis, latihan –latihan tersebut tidak ada efek yang merugikan. 3-6 Selain itu, ibu-ibu yang melakukan senam hamil terbukti mampu menyusui bayinya lebih lama dari kelompok ibu yang tidak latihan.6

Walaupun para ibu mengetahui manfaat latihan selama hamil bagi ibu dan janin, namun mereka tidak melakukan latihan dengan berbagai alasan. Karena itu perlu dilakukan

penelitian apakah senam hamil dan jalan kaki dapat berpengaruh terhadap proses dilatasi serviks pada fase aktif persalinan normal.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian case control. Pada studi ini, penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kelompok kasus dan kelompok control. Selanjutnya secara retrospektif diteliti factor risiko yang dapat menjelaskan mengapa kelompok kasus terkena efek. 14,15 Kelompok kasus yaitu ibu bersalin dengan dilatasi serviks fase aktif persalinan > 6 jam, sedangkan kelompok control yaitu ibu bersalin dengan dilatasi serviks fase aktif persalinan

≤ 6 jam.

Selanjutnya kedua kelompok diberikan kuesioner untuk memandu dan menggali informasi apakah selama kehamilan melakukan senam hamil atau jalan kaki sesuai panduan. Jika ibu selama kehamilan melakukan senam hamil, maka masuk ke kelompok senam hamil.

Sedangkan ibu yang selama kehamilannya melakukan jalan kaki dan tidak melakukan senam hamil, maka masuk ke kelompok jalan kaki. Namun, jika ibu selama kehamilannya melakukan senam hamil dan jalan kaki maka ibu di “drop out” dari responden penelitian.

Penelitian dilaksanakan di Bidan Praktik Mandiri Wilayah Kota dan Kabupaten Bandung (BPM Bd. Yayat, BPM Bd. Sukmawati dan Bidan Mariani) yang memiliki program rutin senam hamil selama bulan Mei - September 2013. Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil yang bersalin di Bidan Praktik Mandiri Wilayah Kota dan Kabupaten Bandung.

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang dibutuhkan terpenuhi, dihitung dengan menggunakan rumus: 14-15 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilatasi serviks diukur dengan vaginal touché, saat ibu memasuki fase aktif persalinan dengan dilatasi 4 cm, kemudian dicatat dalam lembar observasi atau partograf.

Seluruh pasien yang memenuhi kriteria inklusi dibagi secara merata ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kasus yaitu ibu bersalin dengan dilatasi serviks fase aktif persalinan > 6 jam, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok control yaitu ibu bersalin dengan dilatasi serviks fase aktif persalinan ≤ 6 jam.

Sedangkan untuk riwayat senam hamil dan jalan kaki diukur dengan kuesioner. Adapun instrumen/ kuesioner yang digunakan meliputi; daftar isian berupa identitas subjek penelitian yang meliputi: usia, pekerjaan. Selanjutnya, daftar isian berupa kegitan senam hamil dan jalan kaki yang dilakukan selama hamil.

Kegiatan senam hamil yang dilakukan selama hamil dari usia kehamilan ≥ 37-40 minggu dan dilakukan satu kali sebulan, dengan keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik, ibu tidak merasakan ada keluhan. Prosedur senam hamil yang dilakukan mengacu pada panduan dari Kementerian Kesehatan tahun 2010.

Begitu juga ibu melakukan jalan kaki dari usia kehamilan ≥ 37-40 minggu. Jalan kaki dilakukan selama 15 menit tiga kali dalam seminggu. Untuk membatasi kemungkinan recall

bias pada aktifitas jalan kaki, maka peneliti menggali informasi jenis aktifitas dan hal hal/kegiatan lain yang ibu lakukan misalnya : kegiatan rumah tangga.

Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Karakteristik Ibu Bersalin berdasarkan usia dan frekuensi latihan

Karakteristik Kelompok

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa usia responden paling banyak terdapat pada kelompok usia 20-35 tahun baik pada kelompok senam hamil (73%) maupun jalan kaki (83%). Sedangkan jenis pekerjaan pada kelompok senam hamil sebanyak 83% adalah ibu rumah tangga, begitu juga pada kelompok jalan kaki 100% ibu rumah tangga. Dan responden yang mengalami dilatasi serviks paling banyak ≤ 6 jam baik pada kelompok senam hamil (83%) maupun jalan kaki (83%).

2. Pengaruh Usia dan Pekerjaan terhadap Dilatasi Serviks Uteri

Tabel 2. Pengaruh Usia dan Pekerjaan terhadap Dilatasi Serviks Uteri Fase Aktif

Berdasarkan tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa usia dan pekerjaan baik pada kelompok senam hamil dan jalan kaki memiliki nilai P > 0,05. Hal ini berarti bahwa usia dan pekerjaan tidak mempengaruhi dilatasi serviks uteri baik pada kelompok senam hamil maupun jalan kaki.

3. Pengaruh Senam Hamil dan Jalan Kaki terhadap Dilatasi Serviks Uteri

Tabel 3. Pengaruh Senam Hamil dan Jalan Kaki terhadap Dilatasi Serviks Uteri Fase Aktif Persalinan Normal perbedaan lamanya dilatasi serviks uteri antara kelompok senam hamil dan jalan kaki.

Selain itu, memiliki pengaruh yang sama terhadap lamaya dilatasi serviks uteri pada fase aktif persalinan normal

Pembahasan

Karakteristik Responden

Usia responden paling banyak terdapat pada kelompok usia 20-35 tahun pada kedua kelompok, pada rentang masa reproduksi ini merupakan usia yang sangat baik dan sangat mendukung dalam proses persalinan yang baik, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, sedangkan umur lebih dari 35 tahun dianggap juga berbahaya sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun selain itu bisa terjadi resiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan penyulit pada kehamilan, persalinan dan nifas.16

Usia ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. lbu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalarn hal jasmani dan sosial dalarn menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang dilahirkan. Sedangkan ibu yang berusia 20-35 tahun disebut sebagai "masa

dewasa" dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalarn menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya nanti. Pada primipara dengan usia diatas 35 tahun, dimana produksi hormone relatif berkurang, mengakibatkan proses kehamilan dan persalinan terutama kondisi organ reproduksi menurun, sedangkan pada usia remaja 12-19 tahun harus dikaji pula secara teliti karena perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya belum siap yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi dalam kehamilan dan persalinan. Menurut Hurlock, bahwa semakin meningkatnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja akan lebih matang.16

Lamanya proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa banyak faktor, salah satunya adalah faktor power. Power disini adalah kontraksi uterus dan kekuatan ibu mengejan. Latihan yang dilakukan selama hamil baik berupa senam hamil maupun jalan kaki merupakan salah satu bentuk olahraga untuk membantu wanita hamil memperoleh power yang baik sehingga memperlancar proses persalinannya. Olahraga selama kehamilan akan menguntungkan baik secara fisik dan psikologik, mengingat perasaan takut dan cemas dalam menghadapi kehamilan dan persalinan dapat menimbulkan ketegangan jiwa dan fisik, yang dapat menyebabkan kakunya otot-otot persendian sehingga persalinan berjalan tidak normal.9

Pada penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara senam hamil dan jalan kaki terhadap lamanya dilatasi serviks uteri pada persalinan normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat aktifitas ibu hamil. Berdasarkan sampel yang ditemui yaitu jenis pekerjaan ibu hamil dapat berpengaruh pada dilatasi serviks uteri, yaitu sebesar 84%

bekerja sebagai Ibu rumah tangga pada kelompok ibu hamil dan sebesar 100% sebagai ibu rumah tangga pada kelompok ibu yang jalan kaki. Kondisi ini dapat berpengaruh pada aktifitas fisik ibu karena pekerjaan ibu rumah tangga seperti mencuci pakaian, membereskan dan membersihkan rumah, mengantarkan anak ke sekolah dengan berjalan kaki, berbelanja ke pasar dengan jalan kaki dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilakukan sebagai tambahan aktifitas di luar agenda jalan kaki ataupun senam hamil. Hal ini dapat memberikan kontribusi yang baik untuk menjaga fisik dan psikologis ibu hamil karena dengan melakukan kegiatan sebagai ibu tangga dapat melibatkan seluruh system tubuh yang dapat berpengaruh terhadap fisik ibu yang pada khirnya dapat mempengarui proses persalinan.

Jalan kaki merupakan aktivitas sangat sederhana dan merupakan salah satu jenis olahraga yang bersifat aerobik dan dapat meningkatkan kondisi fisik (conditional fitness) dari seseorang. Olahraga jalan kaki merupakan aktivitas fisik yang tidak membutuhkan waktu dan teknik, serta biaya yang cukup besar untuk mempelajarinya, karena olahraga jalan kaki dapat dilakukan dimana dan kapan saja dan aman untuk segala jenis umur, dan dapat dijadikan olahraga pilihan paling aman pasca sakit. Keunggulan berjalan kaki adalah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kualitas ataupun derajat kesehatan masyarakat umum.

Jalan kaki atau berjalan kaki merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang juga merupakan olahraga, karena berjalan kaki merupakan serangkaian gerak yang dilakukan secara sistematis dan fungsional juga, dalam bentuk latihan low impact. Jalan kaki dikelompokkan jenis olahraga aerobik yaitu jenis olahraga yang dilakukan dan memerlukan oksigen sebagai sumber energinya dan biasanya dilakukan di lapangan.17 Aktivitas jalan kaki memang baru bisa disebut olahraga jika dilakukan secara kontinu.

Olahraga jalan kaki merupakan jenis olahraga yang sangat sederhana, mudah dilakukan oleh orang yang sehat jasmani dan rohani dan aman untuk semua kalangan umur dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa meluangkan banyak waktu . Berjalan kaki secara harafiah diartikan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan alat gerak dominan yaitu kedua kaki kita yang diikuti dengan ayunan tangan kita dan bagian anggota tubuh yang lain secara sinergis. 18

Berolahraga jalan kaki secara teratur bisa menguatkan jantung dengan meningkatkan efisiensinya, menurunkan risiko serangan jantung dan penyakit pembuluh-pembuluh koroner, kebugaran juga menguatkan otot-otot, ligamen, tendon, dan tulang rawan, serta mengencangkan otot-otot kaki. Jalan kaki dapat meningkatkan gambaran diri serta mengurangi depresi dan kecemasan.17

Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara senam hamil dan jalan kaki terhadap lamanya dilatasi serviks uteri pada fase aktif persalinan, yakni dengan nilai p >0,05 dan nilai CI 95%; 1 (0,25-3,88), dengan jumlah sample masing masing pada kelompok kasus dan control adalah sebanyak 30 ibu bersalin. Hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang diperoleh, oleh karena itu perlu penelitian lanjutan dengan sampel yang diperbesar. Jalan kaki dapat dilakukan sesering mungkin selama ibu sanggup, namun tidak boleh melebihi kondisi dengan indicator nadi tidak boleh lebih dari 98x/

menit. 5

Senam hamil adalah bagian dari perawatan antenatal yang berguna untuk mempersiapkan persalinan dengan cara memperkuat otot-otot dinding perut, otot dasar panggul, ligament dan jaringan fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan. Sehingga diharapkan proses persalinan dapat berlangsung normal dan relatif cepat. Senam hamil yang teratur dapat memperkuat, mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan, melenturkan persendian-persendian yang berhubungan dengan proses persalinan, mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi persalinan membentuk sikap tubuh yang prima sehingga dapat membantu mengatasi keluhan- keluhan, menguasai teknik-teknik pernapasan dalam persalinan. 8 Wanita yang melakukan senam hamil secara teratur selama kehamilannya, maka tingkat kehabisan tenaga atau penggunaan tenaga selama proses persalinan akan sangat rendah, dan lebih cepat sembuh pada masa pasca-persalinanPeningkatan hormon endorfin yang terjadi selama melakukan senam hamil akan mengurangi tingkat rasa sakit selama proses persalinan sehingga sangat membantu mempercepat proses persalinan.8

Dengan senam hamil vaskularisasi dari rahim ke plasenta menjadi lebih baik yang menjamin suplai oksigen dan nutrisi ke janin mencukupi. Latihan-latihan yang dilakukan

pada senam hamil tujuan utamanya adalah agar ibu hamil memperoleh kekuatan dan tonus otot yang baik, teknik pernapasan yang baik, yang penting dalam proses persalinan terutama saat persalinan kala II dalam hal ini adalah power pada persalinan. Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa berat janin yang lahir dari wanita hamil yang melakukan senam/olahraga kehamilannya lebih berat dibanding yang tidak melakukan olahraga, hal ini dapat diterangkan mengingat olahraga akan meningkatkan aliran darah ke uterus yang merupakan jalan terpenting bagi suplai nutrien dan metabolisme janin, terdapat hubungan positif antara berat plasenta dan berat badan lahir. Wanita hamil yang melakukan latihan-latihan selama kehamilannya akan memiliki plasenta yang lebih berat akibat meningkatnya placental blood flow, dengan demikian nutrisi ke janin akan menjadi lebih baik. 8,18,19

Latihan selama kehamilan baik senam hamil maupun jalan kaki memberikan efek positif terhadap dilatasi serviks dan aktivitas uterus yang terkoodinasi saat persalinan. Hubungan antara latihan fisik dan kehamilan sangat kompleks.7

Karena dengtan melakukan exercise/ latihan selama hamil terjadi perubahan biochemical pada uterus dan serviks yang mengakibatkan emanating signal parakrin dan endokrin terhadap ibu dan janin. Sehingga, berpengaruh terhadap proses persalinan. Perubahan integritas otot polos lebih fleksibel mengakibatkan otot-otot dan ligament uterus dan sekitarnya menjadi lebih lentur. Perubahan fisiologis struktur serviks pada ibu hamil terjadi peningkatan vaskulasasi, hipertropi dan hyperplasia. Perubahan ini merefleksikan tipe atau jumlah dari covalent cross link antara triple helices kolagen yang normalnya untuk menstabilkan formasi fibril kolagen.7,13

Dengan olahraga/ latihan selama hamil akan merangsang meningkatnya hormon serotonin yang membuat perasan lebih nyaman. Selain itu, tubuh memproduksi hormone endorphin, yang membuat seseorang merasa bahagia. Dengan demikian olahraga selama hamil dapat mengurangi depresi dan stress.

Beberapa literatur mengatakan bahwa wanita hamil yang melakukan latihan selama hamil akan mengalami risiko persalinan tindakan lebih kecil dari yang tidak latihan. Wanita hamil yang secara teratur melakukan lari atau aerobik selama kehamilannya sedikit yang memperoleh tindakan medis seperti penggunaan oksitosin, persalinan dengan forsep dan seksiosesaria dan lebih dari 85% persalinannya pervaginam tanpa komplikasi serta lama persalinannya lebih singkat. 10

Clapp mengatakan tidak ada data bahwa latihan teratur selama kehamilan dihubungkan dengan kematian janin dalam rahim; sebaliknya bayi yang dilahirkan dapat memberikan toleransi yang baik terhadap persalinan, stress saat bersalin dan kehamilan lewat waktu, serta periode neonatus dilalui dengan baik. 10

Semua wanita hamil yang aktif berkegiatan seharusnya selalu dievaluasi secara periodik untuk menilai efek latihan selama hamil yang dilakukannya terhadap perkembangan janin dalam kandungannya, sehingga bila terjadi gangguan bisa segera dilakukan penyesuaian terhadap aktivitas dan latihan yang dilakukannya. Sedangkan bagi wanita hamil yang

mengalami komplikasi medis atau obstetri seharusnya berhati-hati bila akan melakukan latihan hamil. 5

Dengan demikian tidak ada alasan bagi wanita hamil yang bekerja di dalam maupun di luar rumah, formal atau informal untuk tidak melakukan latihan selama hamil, dengan alasan pekerjaannya sehari-hari sudah menguras banyak tenaga, apabila tidak mengalami gangguan kesehatan ataupun gangguan obstetri.

Simpulan

1. Lama dilatasi serviks pada fase aktif persalinan setelah melakukan senam hamil adalah kurang dari 6 jam sebesar 83% dan > 6 jam sebesar 17%

2. Lamanya dilatasi serviks pada fase aktif persalinan setelah melakukan jalan kaki adalah kurang dari 6 jam sebesar 83% dan > 6 jam sebesar 17%

3. Tidak terdapat perbedaan lamanya dilatasi serviks pada fase aktif persalinan antara kelompok ibu yang melakukan senam hamil dan jalan kaki

4. Besar risiko dilatasi serviks lebih dari 6 jam pada kelompok senam dan jalan kaki adalah sama

Saran

1. Merekomendasikan kepada ibu hamil untuk tetap melakukan latihan selama hamil untuk menjaga kesehatan fisik dan psikologisnya, dengan berbagai bentuk/jenis latihan, misalnya: senam hamil, jalan kaki, aerobic, berenang, dll sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ibu hamil. Latihan dapat dilakukan setelah trimester

1. Merekomendasikan kepada ibu hamil untuk tetap melakukan latihan selama hamil untuk menjaga kesehatan fisik dan psikologisnya, dengan berbagai bentuk/jenis latihan, misalnya: senam hamil, jalan kaki, aerobic, berenang, dll sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ibu hamil. Latihan dapat dilakukan setelah trimester

Dokumen terkait