• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Arteri tersebut menembus myometrium dan memberi cabang menjadi arteri radialis. Arteri radialis tersebut menembus endometrium dan memberi cabang arteri spiralis. Pada kehamilan normal, terjadi dilatasi arteri spiralis, sehingga memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot spiralis menjadi tetap kaku dan keras, sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan menjadi hipoksia dan iskemia plasenta.

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan. Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai electron bebas. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksik, khususnya terhadap membrane sel endotel pembuluh darah.

Adanya radikal hidroksil dalam darah, dapat merusak membrane sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak, kemudian berlanjut ke nucleus dan protein sel endotel, dan tanda dan gejala atau syndrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vaso spasme dan aktivasi endotel dinamakan preeklamsia (Cunningham et al, 2006).

ANTIOKSIDAN

Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yaitu dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas. Radikal bebas sebenarnya berasal dari molekul oksigen yang secara kimia strukturnya berubah akibat dari aktifitas lingkungan. Radikal bebas yang beredar dalam tubuh berusaha untuk mencuri elektron yang ada pada molekul lain seperti DNA dan sel.

Pencurian ini jika berhasil akan merusak sel dan DNA tersebut. Antioksidan membantu menghentikan proses perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada radikal bebas. Antioksidan akan menetralisir radikal bebas sehingga tidak mempunyai kemampuan lagi mencuri elektron dari sel dan DNA. Proses yang terjadi sebenarnya sangat komplek tapi secara sederhana dapat dilukiskan seperti itu. Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksigen yang berasal dari dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen) (Halliwel B, 1995). Adakalanya sistem antioksidan endogen tidak cukup mampu mengatasi stres oksidatif yang berlebihan (Halliwel B, 1995). Stres oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk memecah spesi oksigen reaktif (Halliwel B, 1995). Oleh karena itu, diperlukan antioksidan dari luar (eksogen) untuk mengatasinya (Halliwel B, 1995).

Jenis Antioksidan Antioksidan primer

Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil (Gordon, 1994).Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase (Gordon, 1994).

Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegah terjadinya reaksi berantai (Gordon, 1994). Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten (Gordon, 1994).

Antioksidan Tersier

Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas (Gordon, 1994).Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase (Gordon, 1994).

Beberapa penyakit degeneratif berhubungan erat dengan radikal bebas. Diantaranya, kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, pikun, katarak, dan penurunan fungsi kognitif. Proses penuaan dini juga berhubungan dengan radikal bebas. Antioksidan dipercaya mampu untuk mencegah beberapa penyakit ini.

Sumber Antioksidan VITAMIN C

1. Sifat

Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu jenis vitamin yang bersifat larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.

Vitamin ini stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah mengalami kerusakan akibat oleh oksidasi dalam suasana basa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan vitamin C meliputi suhu, pH, oksigen, katalis logam, sinar, enzim, konsentrasi awal vitamin C, dan rasio asam askorbat dan asam dehidroaskorbat. Kerusakan vitamin C dapat diminimalisasi dengan pengemasan dan pengendalian suhu pemasakan. ( Ade Suherman, 2012)

Dalam sebuah jurnal penelitian berjudul “Vitamin C Content During Processing And Storage Of Pineapple” tahun 2009 oleh A.Uckiah, D.Goburdhunand dan A.Ruggoo dari Faculty of Agriculture, University of Mauritius, melakukan percobaan pada kaleng jus jeruk disimpan selama 12 minggu. Hasilnya menunjukkan bahwa hilangnya vitamin C lebih dari dua kali lipat pada suhu antara 29,48º C dan 37,88º C. Selain itu, pada suhu antara 37,88º C dan 46,18º C, kandungan vitamin C menurun lebih dari tiga kali lipat.

Hal ini menunjukkan bahwa pada penyimpanan suhu meningkat, terjadi ketidak proporsionalan dari asam askorbat. Penyimpanan pada suhu rendah juga menyebabkan berbagai penurunan konten di dalam vitamin C

2. Fungsi

Vitamin C merupakan bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi, sehingga vitamin C dikenal sebagai

koenzim atau kofaktor di dalam tubuh. Fungsi vitamin C menurut Almatsier tahun 2004 antara lain adalah sebagai berikut :

a. Sintesis kolagen

b. Sintesis karnitin, noradrenalin, serotonin, dan lain-lain c. Absorbsi dan metabolisme zat besi

d. Absorbsi kalsium e. Mencegah infeksi

f. Mencegah kanker dan penyakit jantung 3. Metabolisme Vitamin C

Metabolisme vitamin C terdiri dari oksidasi, ekskresi dan regenerasi. Hasil oksidasi vitamin C yang pertama adalah radikal bebas askorbil yang bisa berubah secara reversibel menjadi bentuk vitamin C kembali atau akan mengalami oksidasi ireversibel menjadi dehydro-L ascorbid acid. Vitamin C dapat juga mengalami oksidasi setelah bereaksi dengan vitamin E atau radikal urat.

Vitamin C mudah di absorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena cava porta. Rata-rata absorbsi adalah 90% untuk konsumsi di antara 20 dan 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya di absorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitari, dan retina.

Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila konsumsi mencapai 100 mg sehari. Konsumsi melebihi taraf kejenuhan berbagai jaringan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk asam oksalat. Pada konsumsi melebihi 100 mg sehari kelebihan akan dikeluarkan sebagai asam askorbat atau sebagai karbon dioksida melalui pernapasan.

Manusia tidak bisa mensintesis sendiri vitamin C disebabkan tidak adanya enzim L- gulonolakton oksidase yang mengkatalisis perubahan L- gulonolakton menjadi L- askorbik acid maka tidak terbentuk vitamin C sehingga tergantung asupan dari luar tubuh. Fungsi metabolik vitamin C adalah sebagai kofaktor enzim (hydroxilating enzymes), agen protektif (hydroxylases pada biosintesis collagen), dan sebagai radikal yang bereaksi dengan metal ion. (Bhutani VK, 2002)

Metobolisme vitamin C dapat terganggu oleh beberapa faktor dan keadaan seperti merokok, minum kopi, atau minuman beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang, antibiotik tetrasiklin, antiartritis, obat tidur, dan kontrasepsi oral.

Kebiasaan merokok menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Dr. W.J. McCormick dari Toronto menyatakan bahwa sebatang rokok dapat merusak 25 mg vitamin C.

Selain nikotin senyawa lain yang berdampak sama buruknya adalah kafein.

4. Kecukupan Asupan Vitamin C Selama Kehamilan

Selama kehamilan, asupan nutrisi ibu sangat perlu diperhatikan. Semua aspek gizi serta kecukupan vitamin menjadi faktor penentu hasil dari kehamilan ibu. Salah satu jenis vitamin yang perlu untuk diperhatikan kecukupannnya adalah vitamin C.

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2012, jumlah kebutuhan ibu hamil terhadap vitamin C adalah sebesar kurang lebih 70 mg/ hari. Berikut tabel yang menunjukan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin C.

Menurut sebuah jurnal penelitian yang berjudul “Depressed Antioxidant Status in Pregnant Women on Iron Supplements: Pathologic and Clinical Correlates” oleh J.I.Anetor, et al tahun 2009, menyebutkan bahwa pada usia kehamilan trimester ketiga, jumlah asam askorbat atau vitamin C, tembaga, dan seng secara signifikan menurun.

Tabel 2.1 : Tabel Angka Kecukupan Vitamin C (Mg/ Hari)

Sumber : Angka Kecukupan Gizi tahun 2012

5. Sumber Vitamin C

Pada umumnya, vitamin C hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat.

Vitamin C juga banyak terdapat dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.

Kelompok Umur mg/ hari

Anak

0-6 bln 30

7-11 bln 35

1-3 thn 40

4-6 thn 45

7-9 thn 45

Wanita

10-12 thn 50

13-15 thn 60

16-18 thn 60

19-29 thn 60

30-49 thn 60

50-64 thn 60

65 + thn 60

+an bagi ibu hamil

Trimester 1 +10

Trimester 2 +10

Trimester 3 +10

+an bagi ibu menyusui

6 bln pertama +25

6 bln kedua +10

Tabel 2.2: Nilai Vitamin C Dalam Berbagai Bahan Makanan (mg/100 gr)

Bahan makanan mg

Alpukat 13

Gandaria (masak) 111

Jambu biji 87

Pepaya 78

Mangga 12

Lemon 50

Durian 53

Kedondong (masak) 30

Jeruk manis 49

Jeruk nipis 19,7

Nenas 22

Rambutan 58

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan tahun 2009

Gambar 2: Buah-Buahan Sumber Vitamin C

Sumber : google.com

Keadaan yang menyebabkan berkurangnya kandungan vitamin c dalam bahan makanan adalah

 Lama disimpan pada suhu panas

 Membiarkan lama terbuka pada udara (oksidasi)

 Pencucian

 Perendaman dalam air

 Memasak dengan suhu tinggi untuk waktu lama

 Memasak dalam panci besi atau tembaga

 Membiarkan lama sesudah dimasak pada suhu kamar atau suhu panas sebelum dimakan

VITAMIN E

Dokumen terkait