• Tidak ada hasil yang ditemukan

HORISON PENCIRI DALAM TAKSONOMI TANAH

Dalam dokumen KLASIFIKASI TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN (Halaman 52-76)

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah mengenai horizon penciri dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi horizon penciri pada profil Tanah menurut systemTaksonomi Tanah

Sasaran Belajar

1. Mahasiswa mampu menjelaskan cirri-ciri horizon penciri : epipedon, endopedon dan horizon penciri lain

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi horizon penciri : epipedon, endopedon dan horizon penciri lain dalam suatu profil tanah

Dalam sistem Taksonomi Tanah, lapisan-lapisan dari tubuh tanah yang diperiksa sebagai sifat penciri ialah epipedon dan endopedon. (horison bawah = subsurface). Selanjutnya akan dikemukakan dibawah ini ciri-ciri beberapa epipedon dan horison bawah. Horison penciri adalah horison genetik yang digunakan untuk menggolongkan tanah dan memberikan nama tanah dalam berbagai kategori.

8.1 EPIPEDON (HORISON ATASAN)

Epipedon berasal dari kata Yunani : pedon = tanah, dan epi = di atas adalah bagian atas dari tanah yang berwarna hitam oleh bahan organik, atau bagian atas horison eluviasi atau kedua-duanya. Epipedon tidak sinonim dengan horison A sebab horison B dapat juga disebut epipedon bila muncul di permukaan dan banyak mengandung bahan organik dan berwarna gelap. Beberapa macam epipedon yan mungkin terdapat dalam tanah adalah :

a. Epipedon Umbric (Latin : Umbra = peneduh, jadi warna tua)

Sama dengan mollic, kecuali bersifat jenuh hidrogen sehingga nilai kejenuhan basa rendah. Epipedon Umbric adalah lapisan atas setebal 18 cm, yang terdiri dari hasil akumulasi dan dekomposisi bahan organik, biasanya dalam lingkungan asan dan dicirikan oleh sifat-sifat berikut :

1. Perkembangan struktur tanah cukup kuat, tidak masif dan keras sampai keras sekali jika kering.

2. Warna chroma horison C.

Jika tidak ada horison C dibandingkan dengan horison di bawah epipedon. 3. Kejenuhan basa < 50% (NH4OAc).

4. Kadar bahan organik paling sedikit 1% (0,58% C –organik). 5. Tebal :

a) > 25 cm, jika solum > 75 cm.

b) > 1/3 dar pada solum, jika solum < 75 cm. c) > 18 cm dalam AR propil.

d) > 10 cm dalam AR propil.

e) 25 cm jika epipedon bertekstur lebih kasar dari pada pasir sangat halus berlempung (very fine loamy sand).

6. P2O5 larut dalam asam sitrat < 2,50 ppm atau meningkat di bawah epipedon.

b. Epipedon ochric (Yunani : ochros = pucat, warna muda)

Epipedon ini mempunyai warna lebih muda, lebih rendah kadar bahan organik, atau tipis dari pada mollic, umbric, anthropic atau histic.

Epipedon ochric dicirikan oleh :

1. Yang tidak termasuk mollic, umbric, anthropic, plaggen atau histic karena lebih tipis.

2. Termasuk horison eluviasi pada atau dekat permukaan (A2 dan horison albic). 3. Ketebalan :

a) meluas sampai horison penciri argillic, natric, spodic, atau oxic jika ada; b) jika horison di bawahnya adalah horison cambic dan tak ada horison

permukan yang berwarna gelap karena banyak mengandung humus, batas saling baik ialah dasar lapisan olah.

4. Tidak terdapat batuan, juga tidak termasuk sedimen-sedimen muda dengan stradifikasi halus.

5. Keras dan masif bila kering. 6. Warna :

o value > 5,5 bila kering atau > 3,5 bila lembab o chorma 4 atau lebih

c. Epipedon histic (Yunani : histos = jaringan)

Merupakan horison organik (gambut). Epipedon histic adalah horison permukaan yang jenuh akan air untuk lebih dari 30 hari berturut-turut pada suatu musim dalam setahun atau telah mengalami, perbaikan drainase dan mempunyai salah satu sifat berikut :

1. Tebalnya < 30 cm, jika ada pernaikan drainase, mengandung lebih dari 17,4% C-organik (30% atau lebih bahan C-organik) jika bagian mineralnya sebagain besar terdiri dari liat; mengandung lebih dari 11,6% C-organik (20% atau lebih atau lebih bahan organik) jika bagian mineral tidak mengandung lempung dan C-organik yang seimbang. Jika epipedon tersebut tebalnya kurang dari 20 cm ia masih cukup tebal untuk memenuhi ciri No. 2 (di bawah) jika horison tercampur sampai kedlaman 20 cm.

2. Suatu lapisan olah yang mengandung lebih dari 8,12% C-organik (14% atau lebih bahan organik) jika tidak mengandung lempung; mengandung lebih dari 16,2% C-organik (28% atau lebih bahan C-organik) jika bagian mineral setengahnya atau lebih dari lempung; atau jika kandungan lempung dan C-organik seimbang. 3. Suatu lapisan permukaan yang tebalnya kurang dari 50% terletak di atas lapisan

gambut (peat atau muck) yang mengandung bahan organik seperti pada point (1) dan mempunyai ketebalan diantara 10-30 cm. Dalam hal ini epipedon hostic telah mengalami penimbunan.

d. Epipedon mollic (Latin : molic = Lunak)

Epipedon mollic adalah horison permukaan yang tebal dan berwarna gelap, mempunyai kejenuhan basa tinggi dengan tingkat perkembangan struktur sedang sampai kuat. Horison ini serupa dengan epipedon umbric, kecuali kejenuhan basa yang lebih dari 50%. Pada umumnya terdapat pada tanah daerah semi arid dan subhumid seperti Bruinzem, Chernozem dan Chestnut. Di samping itu terdapat pula pada tanah-tanah Rendzina dan Brown Forest Soil.

Horison ini terbentuk karena terjadinya dekomposisi bahan organik di dalam tanah yang banyak mengandung kation-kation bervalensi dua. Bahan organik berasal dari sisa-sisa akar tanaman, atau bahan organik dari permukaan tanah yang tercampur ke dalam tanah oleh binatang-binatang yang terdapat organisme-organisme yang masih hidup.

Ciri-ciri epipedon mollic adalah sebagai berikut :

1. Tingkat perkembangan struktur cukup kuat, dan tidak keras bila kering. 2. Warna tanah adalah :

a) Lembab : chroma dan value kurang dari 3,5. b) Kering : value kurang dari 5,5.

c) Jika ada horison C, maka dalam keadaan lembab dan kering value 1 satuan lebih gelap dan chroma 1 satuan lebih gelap dari pada c.

3. Tanah-tanah yang belum digarap (virgin soil) mempunyai C/N ratio 17 atau kurang, sedang pada tanah-tanah yang telah dikerjakan C/N ratio 13 atau kurang. 4. Kejenuhan basa lebih dari 50% (metode NH4OAc) dan komplek adsorpsinya

didominasi ole ion-ion Ca.

5. Mengandung paling sedikit 0,58% C (1% bahan organik). 6. Ketebalan :

a) > 25 cm bila solum > 75 cm.

b) > 1/3 dari tebal solum, bila solum < 75 cm. c) > 18 cm pada tanah dengan profil AC. d) > 10 cm pada tanah dengan profil AR.

e) > 25 cm bila tanah bertesktur lebih kasar dari pasir berlempung sangat halus (loamy very fine sand).

7. Kadar P2O5 larut dalam asam sitrat kurang dari 250 ppm. Merupakan horison penciri dari order mollisol dan beberapa great group dan subgroup dari Inceptisol.

e. Epipedon anthropic (Yunani : anthropos = manusia)

Mempunyai ciri-ciri yang sama dengan epipedon mollic, kecuali kasar P2O5 larut dalam asam sitrat yang lebih dari 250 ppm. Terbentuk pada tanah-tanah yang dipupuk dengan pupuk organik dalam jumlah besar sehingga warna tanah menjadi gelap dan

banyak mengandung phosphate. Batas dengan horison dibawahnya pada umumnya jelas sekali. Hanya merupakan horison penciri pada great group Anthrumberpt.

f. Epipedon plaggen (Yunani : plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput atau turfa) Epipedon plaggen merupakan ―horison buatan manusia‖ (man made surface layer), tebal lebih dari 50 cm, dan merupakan hasil dari pemupukan yang terus-menerus dengan sejenis rumput (sod) atau saresah hutan (forest litter). Cara pemupukan seperti ini dilakukan beberapa adab yang lalu di Eropa Barat, sebelum ditemukan pupuk-pupuk buatan. Warna dan kandungan bahan organik tergantung dari bahan yang ditambahkan.

Pada horison ini sering ditemukan pecah-pecahan batu bata, atau benda-benda lain, yang warna dan ukurannya berbeda-beda. Merupakan horison yang sudah bercampur, aduk dengan berbagai macam bahan dari luar.

Hanya untuk penciri pada suborder Plaggept (Inceptisol).

8.2 HORISON ENDOPEDON (SUBSURFACE PENCIRI) a. Horison Oxic (Perancis : oxide = oksida)

Horison oxic yang umum terdapat pada Oxisol (Latosol), dijumpai dalam kedalaman antara 45 cm sampai 175 cm.

Horison oxic mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ketebalan paling sedikit 30 cm, terdiri dari oksida-oksida besi dan aluminium, mineral liat 1 : 1, dan kadang-kadang kuarsa.

2. Perbatasan antar subhorison di dalam oxic berangsur-angsur atau baur, kecuali perbatasan antara subhorison yang mengandung batuan, plinthite, atau lapisan gibsit. Batas antara epipedon dengan horison oxic biasanya baur kecuali pada tanah yang telah dikerjakan.

3. Struktur umumnya masif, blocky atau gumpal, dengan tingkat perkembangan dan ukuran bervariasi. Bila ditekan diantara jari-jari mudah hancur menjadi butir-butir halus.

4. Konsistensi remah dan tidak plastis.

6. Warna bukan sebagai penciri, bervariasi dari kelabu, coklat, merah, putih atau campuran warna itu dalam becak-becak kasar atau sedang.

7. Fragmen batuan lapuk yang masih memperlihatkan struktur batuan asal (saprolite) tidak ada atau terdapat kurang dari 5% volume, kecuali jika diselubungi dan iikat oleh besi oksida atau gibsit.

Ciri-ciri laboratorium yang dapat digunakan untuk menetapkan horison oxic ialah :

1. Kapasitas Penukaran kation yang ditetapkan dengan larutan 1 N NH4CL tidak melebihi 10 m.e per 100 g lempung (clay).

2. Basa terekstrak dan aluminium dapat ditukar (KCl); kurang dari 10 meg per 100 g liat.

3. Kapasitas penukaran Kation dengan NH4OAC dari seluruh bagian horison oxic (bahan organik liat dan pasir) ialah 16 meg atau kurang per 100 g liat.

4. Preparat horison dari horison oxic tidak menunjukkan lebih dari 1% selaput liat (clay skin).

5. Liat didispersi dalam air dikocok (jungkir balik) dalam air selama 16 jam tanpa bahan dispersi tak mendapatkan lebih dari 3% fraksi liat kecuali jika mempunyai muatan positif (pH KCl pH air).

6. Tekstur tanah (bagian 2 mm) adalah lempung berpasir atau lebih halus mengandung paling sedikit 15% liat.

b. Horison Argillic (Latin : argilla = liat putih)

Horison argillic adalah horison illuviasi, mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Mengandung lebih banyak liat halus (< 0,2 µ) daripada lapisan eluviasi. 2. Mengandung lebih banyak liat (< 2 µ) daripada lapisan eluviasi.

% liat dalam lapisan A % liat dalam lapisan B

< 15 (% A) + ≥ 3 %

15 – 40 (% A) x 1,2

> 40 (%A) + ≥ 8 %

3. Penambahan liat dalam sub b tersebut dicapai dalam suatu jarak vertikal < 30 cm.

> 1/10 daripada ketebalan lapisan-lapisan di atasnya atau 15 cm jika tebal A ½ B > 150 cm.

5. Pada permukaan ped (umpalan struktur) dijumpai selaput liat (caly skin) paling sedikit 1 % (thin section) terkecuali jika terdapat gejala pengerutan dan pengembangan.

c. Horison Agik (Latin : ager = lapangan)

Horison argik adalah horison illuviasi liat dan humus yang terbentuk pada tanah-tanah yang diusahakan. Akumulasi liat dan humus pada horison ini, dapat berupa ―lamellae‖ yang tebal dan berwarna kelam, atau sebagai selaput (coating) pada gumpalan-gumpalan struktur (ped0 dan lubang-luang cacing yang meliputi paling sedikit 15 % volume tanah. Sebagai horison penciri hanya untuk great group Agrudalf (Alfisol).

d. Horison Natrik (Latin baru : natric = natrium)

Horison natrik banyak ditemukan pada tanah solodized, solonetz atau tanah solonetz.

Mempunyai sifat seperti horison argilk dengan beberapa ciri khusus sebagai berikut : 1. Struktur prismatik atau columnar.

2. Kompleks adsorpsi lebih dari 15 % Na dapat dipertukarkan maka horison argilik + yang kandungan Mg dan Na dapat ditukar lebih besar dari Ca + H disebut pula horison natrik.

3. Lidah-lidah horison eluviasi yang di tasnya, menyusup kedalam horison natrik sampai lebih dari 2,5 cm. Merupakan horison penciri untuk beberapa great group dan sub group dari order Aridisol, Mollisol dan Alfisol.

e. Horison Spodic (Yunani : Spodos = abu kayu)

Horison spodic adalah horison illuviasi dimana terjadi akumulasi humus + Al atau Fe dalam bentuk amorf (Podzol B horison). Bahan yang amorf ini memiliki kapasitas penukaran kation yang tinggi, permukaan yang luas dan daya menahan air yang besar. Baik horison spodic ataupun horison argillic keduanya adalah horison illuvial. Bedanya

adalah bahwa pada horison spodic bahan yang diakumulasikan bersifat amorf, sedang pada horison argillic bebentuk kristal (crystallin layer-lattice sillicate clays).

Horison spodic kebanyakan ditemukan di daerah dingin dan sedang, tetapi ditemukan pula di daerah-daerah tropica basah. Horison ini biasanya terbentuk pada tanah-tanah berasal dari bahan induk yang bertesktur kasar. Dapat terbentuk pada tanah-tanah yang berdrainase baik ataupun buruk. Dalam keadaan optimum horison ini dapat terbentuk setelah beberapa ratus tahun.

Di lapang horison spodic dicirikan oleh :

1. Tekstur horison berpasir atau debu kasar.

2. Hue, value dan chroma berubah dengan jelas dalam jarak beberapa cm ke bawah. Value yang terendah, hue termerah atau chroma yang tertinggi terdapat pada bagian horison yang paling atas. Warna tanah kebanyakan mempunyai hue 10 R atau lebih merah (lembab) dengan value dan chroma 6/6, 4/4, 3/2 dan 2/1. Horison di bawah horison spodic mempunyai chroma yang rendah atau hue kuning.

3. Tidak bertekstur, remah, granular, platty atau blocky dan prismatik dengan taraf perkembangan yang lemah.

4. Butir-butir halus berukuran debu (20 – 50 µ) yang disebut ―pellet‖ dan selaput lempung pada butir-butir pasir sering ditemukan pada horison psodic yang banyak mengandung pasir.

5. Tebal lebih dari 1 cm, baik merupakan horison yang bersambung atau lamelae-lamelae dalam batas 1 m. Tidak disebut horison spodic bila horison tersebut sangat tipis (< 1 cm), atau terlalu dekat permukaan dan tidak jelas sehingga oleh pengolahan yang berulang-ulang sampai sedalam 18 cm menghilangkan ciri yang ada.

6. Bila diantaranya terdapat horison eluviasi (horison albic) biasanya terjadi lagi akumulasi bahan organik (second maximum) yaitu horison B2h pada horison spodic tersebut.

Analisis laboratorium horison spodic mempunyai ciri-ciri :

a. Dalam irisan yang tipis mudah dilihat adanya ―coating‖ atau ―pellet‖ yang isotroph.

b. Mempunyai kapasitas penukaran kation tinggi yang mudah hilang kalau dilepaskan.

c. Air yang ditahan pada tegangan 15 bar kurang dari 20%.

d. Kurang 60% dari fraksi 20 – 200 u terdiri dari abu vitric (vitric ash), batu apung (pumice) atau bahan-bahan piroklastik lain.

e. Prosent extractable C + Fe +Al Prosent liat > 0,15

f. Extractable C + Fe + Al 1%

g. Bila horison spodic bercampue dengan Ap misalnya karena pengolahan tanah, maka Ap dapat disebut horison spodic bila memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas dengan tambahan :

1. mengandung bahan organik lebih dari 3% 2. % ext. C + Fe +Al > 20% clay

h. Mengandung lebih 0,29% C-organik atau 1% seskwioksida bebas. i. Pada tanah-tanah yang belum digarap C/N ratio lebih dari 14.

j. SiO2/R203 fraksi lempung horison spodic <S102/R203 fraksi lempung A2 < Si2/R203 fraksi lempung bahan induk. Merupakan horison penciri untuk order spodosol.

f. Horison Cambic (Latin baru : cambire = menukar)

Horison cambic adalah horison yang pembentukannya baru dalam tingkat permulaan, sudah terlihat adanya bentuk-bentuk struktur tertentu tetapi tanpa ada sedikit sekali bahan-bahan illuviasi. Ciri-ciri dari horison cambic adalah :

1. Tekstur pasir sangat halus berlempung atau lebh halus. 2. Terdapat mineral-mineral yang mudah lapuk.

3. Adanya perubahan (alteration) terlihat bentuk-bentuk sebagai berikut : a) Tanah berwarna kelabu (gley)

- Jika tidak ada karatan, chroma 2 atau kurang

- Jika tidak ada karatan dan value kurang dari 4 chroma kurang dari satu. - Jika tidak ada karatan dan value 4 atau lebih, maka kroma 1 atau kurang. - Jika warna berubah karena sinar matahari maka hue tidaklebih biru dari 10 Y.

b) Tanah-tanah mempunyai chroma lebih terang atau hue lebih merah daripada horison dibawahnya.

c) Terdapat pemindahan carbonat; horison cambic mengandung carbonat lebih rendah daripada horison Ca di bawahnya.

4. Bahan illuviasi sedikit sekali 5. Tak ada fragipan atau duripan.

6. Biasanya tak terdapat horison albic di atasnya. 7. Tebalnya paling sdikit 25 cm.

8. Tidak ada lapisan berwarna gelap (epipedon mollic atau umbric).

Horison cambic merupakan horison penciri untuk beberapa sub-order, great group dan subgroup dari Inceptisol. Aridisol dan Mollisol (misalnya Camborthid).

1.3. HORISON-HORISON LAIN

a. Horison calcic (Latin calsis = kapur)

Horison calcic adalah horison dimana terdapat akumulasi CaCO3 dapat terjadi pada horison C, pada epipedon mollic, horison argillic, horison natric atau pada duripan. Horison calcic yang membentuk lapisan yang padat disebut horison petrocalcic. Horison calcic terutama terdapat pada tanah-tanah daerah arid dan semi arid. Kadang-kadang di bawah horison calcic ditemuka horison gyspsic, bahkan pada tanah-tanah tertentu, di bawah horison gipsic, didapat horison salic.

Ciri-ciri horison calcic adalah : 1. Tebal > 15 cm

2. CaCO3 > 15% dan 15% lebih daripada horison C.

3. Jika terdapat di atas batuan keras maka horison calcic paling sedikit tebalnya 2,5 cm dan ketebalan (cm) x % CaCO3 > 200.

4. Bila horison calcic berasal dari bahan induk yang banyak mengandung kapur, maka sifat pencirinya adalah terdapatnya carbonat sekunder (misalnya powdery white pocked) yang lebih dari 5% volume tanah dan lapisannya > 15 cm. Horison calcic merupakan horison penciri dari beberapa suborder, great group dan group yang termasuk dalam order mollisol, aridosol dan alfisol.

b. Horison Gypsic (gipsum = gips)

Horison gypsic adalah horison dimana terdapat akumulasi CaSO4. Cara terbentuk dan terdapatnya horison ini sama dengan horison calcic. Horison gypsic terdapat di bawah horison calcic (bila ada) karena daya larut CaSO4 lebih besar daripada CaCO3. Ciri-ciri horison gypsic :

1. Tebal >15 cm.

2. CaSO4 paling sedikit 5% lebih banyak daripada horison C atau lapisan (stratum) di bawahnya.

3. Ketebalan (cm) x % CaSO4 >150.

Merupakan horison penciri pada order Mollisol dan Aridisol bagi beberapa great group dan subgroup yang termasuk di dalamnya.

c. Horison Salic (Latin : sal = garam)

Horison salic adalah horison dimana terdapat akumulasi garam yang lebih mudah larut dalam air dingin daripada gypsum. Biasanya terdapat di bawah horison calcic dan gypsic karena daya larutnya lebih tinggi.

Ciri-cirinya :

1. Tebal > 15 cm.

2. Kandungan garam yang mudah larut paling sedikit 2%. 3. Ketebalan (cm) x % garam mudah larut > 60%.

Merupakan horison penciri terhadap beberapa great group dan subgroup dari order Mollisol dan Ardisol.

d. Horison Albic (Latin : albus = putih)

Horison Albic adalah horison elluviasi dimana terdapat pemindahan lempung dan oksida-oksida bebas sehingga berwarna putih dan bertekstur pasir atau debu. Sebagian besar terdiri dari mineral kuarsa atau mineral-mineral primer lain-lain yang berwarna kelabu sampai putih. Merupakan horison A2, tetapi tidak semua horison A2 disebut Albic.

1. Horison permukaan atau di bawah permukaan (subsurface). 2. Tidak ada coating pada pasir dan debu, atau sangat tipis.

3. Warna horison ditentukan oleh warna pasir dan debu. Bila kuarsa dominan maka dalam keadaan lembab chroma 3 dan dalam keadaan kering 3. Chroma lebih rendah daripada horison argillic di bawahnya, kecuali bila chroma horison argillic 2 atau kurang.Value dalam keadaan kering dan lembab biasanya lebih tinggi daripada horison argillic atau spodic di bawahnya.

4. Biasanya terletak di atas argillic, spodic, fragipan atau lapisan-lapisan kedap air (impervious).

Merupakan horison penciri beberapa great group dan subgroup dari order Spodosol, Alfisol dan Mollisol.

8.4 PAN

Beberapa horison yang digunakan sebagai horison penciri kadang-kadang sangat teguh atau padat dan tidak dapat ditembus akar tanaman. Horison ini disebut pan yang meliputi horison petrocalcic, fragipan, duripan dan horison placic.

a. Horison petrocalcic (Yunani : petre = batuan)

Horison petrocalcic adalah horison calcic yang padat karena mengikatkan oleh CaCO3 dan MgCO3. Horison ini merupakan calcic yang sudah lanjut. Hanya terdapat pada dareah-daearh beriklim arid dan semi arid.

Mempunyai ciri-ciri seperti horison calcic kecuali beberapa hal sebagai berikut : 1. Memadat secara kontinue di seluruh bagaian horison.

2. Fragmen yang kering tidak larut dalam air. 3. Tidak dapat ditembus cangkul atau bor. 4. Masif atau platy

5. Sangat keras bila kering, sangat teguh bila lembab.

b. Fragipan )Latin : fragllis = rapuh)

Fragipan adalah horison subsurface yang mampat (dense) dan rapuh (brittle, tekstur berlempung, tidak mengeras tetapi dapat menghambat pergerakan air dan

perakaran. Biasanya terdapat bagian-bagian berwarna pucat sepanjang bidang pecahan vertikal yang membagi horison menjadi poligon-poligon kasar.

Ciri-ciri fragipan :

1. Tekstur gelupan dengan sedikit debu atau pasir sangat halus. 2. Kandungan bahan organik rendah.

3. Bulk density tinggi.

4. Keras atau sangat keras bila kering dan rapuh bila lembab.

5. Biasanya banyak terdapat karatan dengan beberapa bidang patahan berwarna pucat yang membentuk poligon-poligon.

6. Tidak terdapat akar-akar tanaman kecuali pada bidang-bidang patahan yang berwarna pucat tersebut.

7. Batas dengan horison atasya jelas sekali dan terletak pada kedalaman 35-60 cm dari permukaan tanah. Batas dengan horison di bawahnya baur atau berangasur-angsur.

8. Tebal beberapa cm sampai beberapa meter.

9. Struktur berbentuk prisma-prisma besar poligon yang berlapis-berlapis, kadang-kadang blocky atau masif.

10. Sering ditemukan di bawah horison-horison spodic, argillic, cambric atau albic, tetapi tidak pernah terdapat pada bahan-bahan yang masih berkapur.

Digunakan sebagai penciri beberapa great group dari order Inceptisol, Alfisol, Spodosol dan Ulisol.

c. Duripan (Laton : durus = keras)

Duripan adalah horison bahwa yang padat karena pengikatan oleh silika sedemikan rupa hingga bila kering tidak dapat larut dalam air atau asam. Ada 3 macam duripan yaitu :

1. Duripan daerah beriklim arid. 2. Duripan daerah beriklim mediteran. 3. Duripan dari Spodosol pada horison albic.

a) Pengikatannya cukup kuat sehingga fragment yang kering tidak dapat larut dalam air, tidak larut dalam asam tetapi larut dalam alkali yang pekat atau asam alkali berganti-ganti.

b) Terdapat coating silika pada ruang-ruang pori, atau bidang-bidang struktur.

Duripan merupakan horison penciri pada beberapa great group dari order Inceptisol, Aridisol, Mollisol, Spodosol dan Alfisol.

d. Horison placic (Yunani : plax = batu pipih)

Horison placic adalah lapisan pan yang tipis (2-10) berwarna merah tua sampai hitam dengan besi sebagai pengikat, sukar ditembus air atau akar tanaman dan mengandung bahan organik 3% atau lebih.

8.5 SIFAT-SIFAT PENCIRI LAIN

Disamping horison penciri dan pan, beberapa sifat penciri lain digunakan pula dalam menggolongkan tanah ke dalam klas yang sesuai, terutama pada kategori tinggi. Adapun sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Resim Temperatur Tanah

Temperatur tanah merupakan salah satu sifat penting dari tanah karena berpengaruh terhadap pertumbuhan-pertumbuhan misalnya: proses biologis, kimia dan fisika serta berpengaruh terhadap adaptasi tanaman. Temperatur terlalu tinggi atau terlalu rendah dari temperatur optimum sering merupakan faktor pembatas utama untuk pertumbuhan tanaman dan proses pembentukan tanah. Apabila temperatur tanah antara 0 sampai 5o C perkembangan akar dan perkecambahan biji terhenti. Temperatur 5oC dianggap sebagai batas bawah dimulainya adanya pertumbuhan atau perkembangan tanaman. Tiap-tiap tanaman memerlukan temperatur tertentu untuk pertumbuhan yang optimum. Tanaman pegunungan memerlukan temperatur optimum lebih rendah jika dibanding dengan tanaman dataran rendah. Misalnya tanaman teh perlu temperatur lebih

Dalam dokumen KLASIFIKASI TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN (Halaman 52-76)

Dokumen terkait