• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TERORI

C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja

Pada saat seseorang bekerja maka pasti akan terdapat sumber-sumber stres (stresor) pada tempat ia bekerja tersebut. Stresor tersebut dapat berupa stresor dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial dan pribadi individu itu sendiri. Stresor tersebut dapat berfungsi sebagai sumber eustres maupun sumber disstres. Pada saat stresor menghampiri seseorang maka orang tersebut akan berusaha untuk beradaptasi. Namun jika pada kenyataannya seseorang tidak dapat beradaptasi dengan stresor tersebut maka orang tersebut akan mengalami apa yang dinamakan dengan stres kerja.

Stres kerja merupakan tekanan pekerjaan yang dapat mempengaruhi emosi, proses berpikir dan gangguan fisik yang dapat menghambat kinerja seseorang. Dampak buruk dari stres kerja dapat berupa emosi yang labil, mudah lupa sampai kepada gangguan fisik seperti sakit penyakit. Adanya dampak buruk ini tentu saja akan menghambat kinerja seseorang dalam

bekerja. Melihat adanya dampak buruk stres pada kinerja seseorang maka stres ini harus diatasi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi stres adalah ada tidaknya dukungan sosial (Smet,1994). Menurut Smet dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, instrumental dan informatif. Dimana dukungan sosial tersebut dapat diperoleh seseorang dari keluarga, rekan sekerja, penyelia, sahabat dan koneksi dengan komunitas. Dukungan sosial ini yang kemudian membantu seseorang untuk mengurangi stres dan menghadapi stresor dalam lingkungan kerjanya.

Aspek pertama dari dukungan sosial adalah aspek emosional. Sebagaimana kita ketahui bahwa seseorang membutuhkan empati dari orang lain. Adanya empati ini menyebabkan seseorang merasa dirinya diterima secara positif oleh lingkungannya. Rogers (Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997) mengatakan bahwa ketika seseorang merasakan dirinya dapat diterima secara positif oleh lingkungannya maka ia akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri. Keadaan ini tentu saja membantu seorang karyawan untuk dapat mereduksi stres yang dialaminya.

Aspek kedua adalah dukungan penghargaan yang meliputi ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Setiap manusia membutuhkan kehangatan,

penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain yang dinamakan sebagai need of positive regard (Rogers dalam Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997). Pada saat seseorang mengalami stres, dukungan dalam bentuk ini akan membantu ia untuk membangun harga diri, kompetensi, merasa berharga, meningkatkan kepercayaan diri dan konsep diri (Sarafino,1997). Dengan demikian dukungan ini akan membantu seseorang untuk menghadapi perasaan tertekan yang ia alami.

Aspek ketiga dari dukungan sosial adalah aspek instrumental. Aspek ini meliputi bantuan dalam hal benda-benda yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan sebuah pekerjaan, secara langsung membantu pelaksanaan pekerjaan, termasuk memberi peluang waktu. Pemberian dalam bentuk instrumental ini membantu kelancaran seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Jika sebuah pekerjaan dapat berjalan dengan lancar tentunya akan secara langsung membantu seseorang untuk mereduksi stresnya.

Aspek terakhir adalah dukungan informasi. Aspek ini berkaitan dengan pemberian informasi yang berguna untuk mengatasi masalah pribadi maupun pekerjaan yang meliputi pemberian nasihat, pengarahan dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan tentu saja kepada seeorang yang membutuhkannya (Cohen dan Syme serta House dalam Rohman, Prihatanti dan Rosyid, 1997). Pemberian informasi ini dapat membantu seseorang untuk mereduksi stres yang dialami baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun permasalahan pribadi.

Hal yang penting dari adanya dukungan sosial adalah bagaimana dukungan sosial tersebut dirasakan oleh seseorang. Dukungan sosial yang dapat dirasakan oleh seseorang dinamakan dengan dukungan sosial yang dirasakan. Jika dukungan sosial yang dirasakan tinggi maka dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang dalam ini berkaitan dengan tereduksinya streskerja, sebaliknya jika dukungan sosial yang dirasakan rendah maka akan menurunkan kesejahteraan seseorang bahkan diasosiasikan dengan peningakatan ketidaksehatan jantung dan kematian pada pasien penyakit jantung koroner. (http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106). Sarason (Toifur dan Prawitasari, 2003) mengungkapkan bahwa dukungan sosial dari lingkungan sekitar membuat seseorang merasa aman dan dimengerti. Individu yang mendapatkan dukungan yang tinggi akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai harga diri, serta konsep diri yang tinggi dan memiliki kecemasan yang rendah. Selain itu individu akan memiliki pandangan yang optimis terhadap hidupnya karena seseorang yakin akan kemampuannya dalam mengendalikan situasi dibandingkan dengan individu yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah. Sebaliknya, individu yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah atau tidak mendapatkannya cenderung akan merasa tidak puas dengan hidupnya. Sikap optimis ini memampukan individu untuk dapat mengatasi stres yang ia hadapi dengan lebih baik atau mereduksi stres yang ada.

Berdasarkan penelitian beberapa ahli yang dimuat dalam Kim,Sherman dan Taylor (2008) dinyatakan bahwa dukungan sosial secara efektif mereduksi

disstres psikologis seperti depresi atau kecemasan selama masa-masa stres, dan hal tersebut diasosiasikan dengan berbagai keuntungan terhadap kesehatan mental, meliputi efek positif pada penyakit jantung koroner, diabetes, penyakit paru-paru, penyakit jantung, radang sendi dan kanker. Selain itu dukungan sosial juga mengurangi kemungkinan terkena pernyakit, mempercepat pemulihan penyakit, dan mengurangi kemungkinan kematian akibat sakit yang serius.

Hasil penelitian Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) melakukan penelitian untuk melihat bagaimana efek dukungan sosial pada saat seseorang mengalami stres, terutama yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Hasil penelitiannya mengungkap bahwa dukungan sosial meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap stresor pada umumnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dan stres kerja.

Dokumen terkait