• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja karyawan bagian produksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread and Rubber Articles - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja karyawan bagian produksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread and Rubber Articles - USD Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Dima Wuenta Caesaria NIM: 049114102

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

“Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang

dapat menandingi TUHAN.”

(Amsal 21:30)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku.”

(Filipi 2:6)

“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan

kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan

tuntunlah aku di jalan yang kekal.”

(Mazmur 139:23)

“Belajarlah untuk melihat ke atas dan ke bawah secara seimbang.

Melihat ke atas untuk semangat dan optimisme. Melihat ke bawah

untuk hati yang bersyukur dan kepekaan mengasihi.”

(Penulis)

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus,

Nek Karo (di Surga,)

Papa & Mama,

Semua saudara,

Sahabat-sahabat,

(5)
(6)

vi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

PT. Industri Karet Nusantara

PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)

Dima Wuenta Caesaria

ABSTRAK

Stres kerja menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena stres kerja berpengaruh pada kepuasan kerja. Banyak cara untuk mereduksi stres, salah satunya dengan adanya dukungan sosial yang dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan stres kerja. Subjek penelitian adalah 61 orang karyawan pabrik bagian produksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles), Medan. Kriteria subjek penelitian adalah bekerja pada perusahaan yang sama, masa kerja minimal satu tahun dan karyawan tetap pada suatu pabrik. Alat ukur penelitian adalah Skala Dukungan Sosial yang Dirasakan dan Skala Stres Kerja. Penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows versi 17.00 untuk menganalisis data penelitian. Seleksi item pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan korelasi item total. Setelah analisis item, Skala Dukungan Sosial memiliki 30 item, sedangkan Skala Stres Kerja memiliki 20 item. Skala Stres Kerja memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,917 dan Skala Dukungan Sosial memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,912. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kedua alat ukur ini tinggi karena angka koefisien reliabilitasnya mendekati 1.Pengujian hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan kedua variabel adalah Product-Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara Dukungan Sosial yang Dirasakan dan Stres kerja. Hasil ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = -0,506 dengan koefisien signifikansi p = 0,00, p < 0,05.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan stres kerja.

(7)

vii

The Relationship Between Social Support and Work Stress on Factory Production Area’s Employee at PT. Industri Karet Nusantara

PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)

Dima Wuenta Caesaria

ABSTRACT

Work stress become an important things to be observe because it give an influence to job satisfaction. There is so many way to reduce work stress, one of them is the presence of perceived social support. The aim of this research was to investigate the relationship between perceived social support and work stress. The research subject were 61 factory production area’s employee of PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles), Medan. The subject criteria for the research were the employee who working in the same company, minimum work period is one year and permanent employee in a factory. This research used SPSS for Windows verse 17.00 program to analized research’s data. Item selection in the research were qualitative analysis and intem-total correlation. After item selection, Social Support Scale had 30 items and Work Stress Scale has 20 items. The reliability coefficient (α) for Work Stress Scale was 0.880 and for Social Support Scale was 0.912. This coefisient indicate that both measuring instrument had a high reliability because of the value of reliability coefficient (α) almost reach 1.The hypothesis testing that used to saw the relationship between that two variable was Pearson Product-Moment. The result indicate that there was a significant negative correlation between social support and work stress. This result shown by correlation coefficient value rxy = -0.506 with

probability coefficient value p = 0.00 , p < 0,05. Based on the description above could be it concluded that there was a negative significant correlation between perceived social support and work stress.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bapa dan Teman yang terbaik yang selalu memberikan rahmat, berkat, kekuatan, perlindungan, pembelajaran, pembentukan karakter dan membuka-bukakan jalan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik pada waktu yang terindah yang penulis alami.

Karya penulis yang sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna ini dapat penulis selesaikan dengan bantuan baik moril maupun materil dari setiap pribadi yang penulis jumpai. Pada kesempatan yang teristimewa ini, penulis dengan kerendahan hati hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas kesabaran bapak yang luar biasa dalam membimbing dan memberikan saran kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Thanks a lot sir, you are the best lecture for me and please take my appologize

for all my false to you.

4. Kristiana Dewayani, S.Psi, M.Si, selaku dosen penguji. Terima kasih untuk saran dan masukan dan waktu yang membuat kelulusan ini lebih bermakna. 5. Ibu Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., selaku dosen penguji dan pembimbing

akademik Terima kasih banyak ya Mbak untuk saran dan masukan selama saya menyelesaikan skripsi dan semua bimbingan akademisnya yang sangat membantu saya menjalani masa-masa studi di Psikologi.

(10)

x

7. Ibu Agnes Indar Etikawati., S.Psi., Psi., M.Si. Terima kasih banyak telah memberikan saya kesempatan menjadi asisten dosen matakuliah Tes Inventori dan Tes Proyektif : Grafis. Kesempatan yang luar biasa untuk saya belajar berbagi dengan adik-adik angkatan

8. Seluruh Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih Pak, Bu buat semangat yang luar biasa membagikan ilmu dalam berbagai kesempatan.

9. Seluruh karyawan di Fakultas Psikologi USD, yaitu mbak Nanik, mas Gandung dan Pak Gik, mas Muji dan mas Doni. Terima kasih untuk banyak sekali bantuan dan kesabaran dalam membantu saya selama proses administrasi, kuliah dan skripsi.

10.PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread &Rubber Articles), Medan. Terima kasih atas ijin penelitian dan berbagai kemudahan yang diberikan dan untuk waktu penelitian yang sangat menyenangkan untuk saya.

11.Bapak Anuwar dan Bapak Hendra Syahputra, ST. Terima kasih untuk bantuan, penjelasan dan kemudahan yang bapak berikan selama saya melakukan penelitian.

12.Seluruh karyawan bagian produksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread &Rubber Articles), Medan. Terima kasih atas kesediaan mengisi angket penelitian saya serta sharing mengenai berbagai hal selama saya meneliti.

13.Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Unit Paingan, seluruh staf terutama Romo, Bu Ani, Pak Sunu, Teteh, Mbak Desi, Mas Rahmadi, Mas Suwardi serta teman-teman Mitra, Mbak Prima, Maya, Ismaya, Mbak Dwi, Mbak Evi, Sanja, Nino, Putri, Putu, Iray dan Matilda. Terima kasih buat pengalaman, canda tawa dan pembelajaran yang telah kalian berikan untuk saya.

(11)

xi

15.Mama dan Papa. Terima kasih untuk segala yang boleh Papa dan Mama berikan kepada Dima, baik waktu, tenaga, semangat, kesabaran, emosi, pembelajaran hidup, cerewetan dan biaya. Ribuan terima kasih rasanya tak cukup untuk mengungkapkan terima kasih yang ada di hati. You are the best parent for me Mom, Dad and I feel so blessed I have you in my perfect life.

Thank you so much and I love you.

16.Alm Bulang, Nini, Bulang di Medan, Nek Karo dan Bulang Kemang, Bibik-bibik, Bapak, Kila, Mama, Mami, Kakak, Adik dan Keponakanku yang tersayang. Terima kasih sudah memenuhi hidupku dengan cinta dalam berbagai cara yang kalian lakukan. Hatiku kupastikan lengang tanpa kalian. 17.Nico Flamonia. Terima kasih untuk telinga yang selalu mendengarkan

ceritaku selama mengerjakan skripsi ini.

18.Seluruh teman Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Terima kasih untuk waktu-waktu belajar bersama kalian yang sangat menyenangkan.

19.Psyfartem yaitu Shirleen, Hengky, Juwanta, Fendi, Supri, Elsa, Pipit dan Hendro “Plentong”. Terima kasih ya teman-temanku sayang untuk cerewetannya, dukungannya, semangatnya, waktu untuk curhatnya dan terutama buat waktu tertawa yang tak pernah terlupa setiap pertemuan kita. 20.Alm Om, Tante, Fransisca Metta Amelia Lukito, Caroline Lukito, Lita Lukito

dan Nia Lukito. Terima kasih ya buat kesempatan saya dapat mengenal keluarga yang sangat menyenangkan. Terutama untuk Metta terima kasih ya sering mengingatkan aku untuk dekat sama Tuhan. You are my inspiration for it Met.

21.Mbak Ita, Oh Kinoy, Mbak Sari, Mas Toa, Bli Pande, Leni Lolita, Verty, Raniy, Ndol, Kadek, Ita, Ferani dan Angga. Terima Kasih ya teman-teman, kalian mengajari aku banyak hal yang tidak aku mengerti sebelumnya.

22.PMK Ebenhaezer, kakak dan adik rohaniku. Terima kasih menjadi tempat saya menemukan berkat Tuhan dalam hidup saya dan kebersamaan salaing melayani yang saya rasakan. Be blessed to be blessing Guys!!!

(12)

xii

terbaik saya, juga untuk kesempatan menjadi koordinator. Pengalaman yang sangat luar biasa saya alami dalam berbagai suka dukanya.

24.Setiap orang yang saya temui dalam hidup khususnya selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah memenuhi cawan kehidupan Saya dan jadikannya bermakna.

Yogyakarta, Desember 2009

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Motto dan Persembahan ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

3. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ... 16

B. Dukungan Sosial ... 24

1. Pengertian Dukungan Sosial... ... 24

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial ... 26

3. Manfaat Dukungan Sosial ... ... 29

C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja ... 31

(14)

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Identifikasi Variabel... 37

C Definisi Operasional... 38

D Subjek Penelitian... 41

E. Teknik Sampling ... 42

F. Alat Pengambilan Data ... 42

G. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur ... 46

1. Validitas ... 46

2. Seleksi Aitem ... 47

3. Reliabilitas ... 50

H. Prosedur Pengambilan Data ... 52

I. Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Persiapan Penelitian ... 55

B. Orientasi Kancah ... 55

C. Pelaksanaan Penelitian ... 59

D. Hasil Penelitian ... 60

1. Deskripsi Data Penelitian... 60

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue print Skala Dukungan Sosial ... 43

Tabel 2. Blue print Skala Stres Kerja ... 44

Tabel 3. Nilai Skala Kategori ... 45

Tabel 4. Distibusi Item Skal Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item ... 49

Tabel 5. Distribusi Item Skala Stres Kerja Setelah Seleksi Item ... 50

Tabel 6. Data Teoretik Dukungan Sosial dan Stres Kerja ... 60

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Penelitian ... 75

Lampiran B. Tabulasi Data & Reliabilitas Skala Sebelum Seleksi Item .... 82

Lampiran C. Hasil Seleksi Aitem dan Reliabilitas ... 105

Lampiran D. Hasil Uji Normalitas & Linearitas ... 126

Lampiran E. Hasil Olah Data ... 130

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada umumnya manusia dewasa memiliki kebutuhan untuk bekerja

guna memenuhi kebutuhan dirinya atau orang lain yang ditanggung

kehidupannya. Terdapat banyak sekali ragam pekerjaan, mulai dari pekerjaan

yang membutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi sampai pada

pekerjaan yang membutuhkan kemampuan fisik yang tinggi Seseorang

tentunya akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan

yang dimiliki. Sanah satunya pekerjaan yang dianggap sebagian masyarakat

lebih membutuhkan kemampuan fisik dibandingkan dengan kemampuan

intelektual adalah karyawan pabrik yang sering juga disebut sebagai buruh

pabrik. Hal ini membuat pekerjaan menjadi karyawan pabrik menjadi salah

satu alternatif pekerjaan di kota besar terutama untuk para pendatang yang

kurang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi yang disebabkan oleh

minimnya pendidikan yang mereka tempuh.

Tantangan karyawan pabrik bagian produksi tidak hanya mengenci

beban kerja yang tinggi, namun tidak jarang jika terdapat barang yang tidak

memenuhi persyaratan kualitas maka karyawan tersebut harus mengganti

kerugian dengan sejumlah uang. Hal ini sangat memberatkan terlebih melihat

kondisi ekonomi buruh yang pada umumnya kurang mampu. Selain bekerja

(19)

untuk bekerja lebih dari jam kerja yang ditentukan atau dengan kata lain

lembur, terutama pada saat terdapat pesanan yang harus segera dipenuhi.

Vidak jarang dari mereka yang harus bekerja lebih dari delapan belas jam

nonstop.

Tidak hanya berkaitan dengan beban kerja dan faktor ekonomi,

karyawan pabrik bagian produksi seringkali bekerja di lingkungan kerja yang

kurang baik, seperti lingkungan yang memiliki kebisingan yang tinggi, suhu

ruangan yang sangat tinggi, kurang terang ataupun terlalu terang serta

keadaan-keadaan lain yang membuat mereka tidak nyaman. Hal ini sesuai

dengan penjelasan Hurrel,dkk (Munandar, 2001) yang menyatakan bahwa

salah savu faktor stres adalah tuntutan fisik seperti suara bising, vibrasi dan

hygiene, tuntutan tugas yang meliputi kerja shift atau kerja malam, beban kerja

dan penghayatan dari resiko dan bahaya serta tunutan dari luar organisasi atau

pekerjaan yang salah satunya berkaitan dengan kondisi finansial.

Karyawan pabrik bagian produksi yang harus berhadapan dengan

stresor-stresor tersebut tentu saja akan berusaha beradaptasi dengan kedaan

tersebut. Namun jika karyawan tersebut tidak dapat beradaptasi dengan hal

tersebut ataupun kondisi yang sama terjadi terus menerus maka karyawan

tersebut akan mengalami stres. Sebagaimana yang diutarakan Andriani dan

Subekti (2004) bahwa manusia akan mengalami stres apabila orang tersebut

kurang mampu mengadaptasikan keinginan dengan kenyataan.

Stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik

(20)

mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 1992). Anoraga

(1992) menambahkan selama stres sgseorang dapat memunculkan

reaksi-reaksi tertentu yang dapat dilihat dari tiga jenis gejala yaitu gejala fisik,

emosional dan sosial, dimana ketiga bentuk gejala ini bisa saja langsung

terjadi ataupun membutuhkan waktu beberapa saat untuk muncul.

Gejala-gejala stres ini dapat berupa Gejala-gejala ringan sampai berat, dimana salah satu

akibat stres di lingkungan kerja adalah penurunan produktifitas kerja sampai

burnout.

Stres kerja dapat membawa dampak yang buruk. Quick,dkk (Landy

dan Conte,2004) menyebutkan bahwa stres kerja dapat berdampak secara

fisik, psikologis dan perilaku. Secara fisik, stres kerja pada dasarnya

menyebabkan beberapa penyakit seperti hepatitis, stroke, borok, sakit tulang

belakang, arthritis, sakit kepala, tekanan darah tinggi, detak jantung yang

cepat serta gangguan hormon. Sedangkan secara psikolologis stres kerja dapat

pada dasarnya menyebabkan kesehatan mental seseorang seperti mengalami

burnout, depresi, kecemasan, masalah keluarga, gangguan tidur dan

ketidakpuasan kerja. Selain itu secara"perilaku stres kerja juga menyebabkan

perilaku yang kurang baik seperti ketidakhadiran, lateness (terjaga sampai

larut malam), penyalahgunaan obat, alkohol dan tembakau, kecelakaan,

sabotase, kekerasan, pengambilan keputusan dan pemrosesan informasi yang

buruk, unjuk kerja dan pindah kerja.

Salah satu contoh bagaimana stres dapat merugikan bagi karyawan

(21)

indonesia dikagetkan oleh pemberitaan percobaan bunuh diri seorang gadis di

Rekanbaru. Gadis tersebut berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan

menyayat urat nadinya sendiri serta mencoba melompat dari lantai VI sebuah

pusat perbelanjaan tempat kerjanya. Setelah diselidiki ternyata gadis tersebut

nekad untuk bunuh diri setelah ia dimintai pertanggung jawaban atas sejumlah

besar uang oleh bosnya. Namun gadis tersebut masih beruntung, pada saat ia

menjatuhkan diri, warga sekitar menangkap tubuhnya dengan kasur busa

seadanya (www.kompas.com). Terlihat di sini bahwa gadis tersebut awalnya

memiliki konflik dengan bosnya berkaitan dengan sejumlah uang. Konflik

tersebut menyebabkan stres pada gadis tersebut. Dampak stres yang tampak

pada gadis ini adalah depresi yang terlihat dari usahanya untuk bunuh diri.

Kasus di atas bukan satunya-satunya kasus yang menggambarkan bagaimana

stres kerja dapat menimbulkan dampak buruk bagi karyawan dan perusahaan.

Terdapat berbagai kasus serupa baik di negara kita maupun negara-negara

lainnya.

Dampak buruk stres tidak hanya mempengaruhi karyawan namun juga

mempengaruhi perusahaan. Stres kerja yang berlebihan dapat berpengaruh

pada unjuk kerja karyawan, dimana unjuk kerjanya akan rendah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Foresman (Robbins, 1996) bahwa jika terlalu banyak stres

yang berurusan dengan permintaan yang tidak tercapai atau membuat

seseorang tidak leluasa maka ini akan menghasilkan unjuk kerja yang rendah.

Unjuk kerja karyawan yang buruk tentunya akan berpengaruh pada

(22)

stres juga seringkali memutuskan untuk pindah kerja. Jika tingkat pindah kerja

(turnover) pada perusahan tinggi maka produktifitas perusahan tersebut juga

akan menurun.

Kasus-kasus yang serupa dengan kasus di atas dapat terjadi karena

seseorang kurang mampu beradaptasi dengan stres yang dialaminya di tempat

kerja. Untuk beradaptasi dengan stres, seseorang harus memiliki kekuatan

fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarafino (1994) yang

menyatakan bahwa olahraga dan kondisi fisik yang sehat dapat melindungi

seseorang dari efek-efek stres yang membahayakan pada kesehatan. Pola pikir

yang lebih juga dibutuhkan untuk dapat beradaptasi dengan baik. Pola pikir ini

berupa pemaknaan ulang kognisi dimana seseorang mencoba meletakkan

pandangan yang positif pada hal-hal negatif, seperti memberi catatan bahwa

hal tersebut dapat menjadi lebih buruk, membuat perbandingan pada

seseorang yang keadaannya lebih buruk dan mencoba mencari hal baik yang

muncul dari permasalahan tersebuv (Sarafino, 1994).

Selain kekuatan fisik dan pola pikir, pada saat beradaptasi dengan

stres, seseorang juga dapat mencari dukungan dari orang lain. Dukungan

tersebut dinamakan dukungan sosial (social support). Landy dan Conte (2004)

mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, bantuan, atau informasi

yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan orang

lain atau kelompok. House (Landy dan Conte,2004) membedakan dukungan

sosial ke dalam empat bentuk yaitu dukungan instrumental, dukungan

(23)

Pada karyawan pabrik bagian produksi, stresor yang utama adalah

beban kerja. Beban kerja yang berat membuat karyawan mengalami stress

kerja. Keadaan stres ini menyebabkan emosi yang buruk mulai dari sedih

sampai marah. Emosi yang seperti ini pada akhirnya seringkali menyebabkan

relasi interpersonal mereka menjadi tegang. Keadaan lingkungan kerja dimana

hubungan interpersonal antar karyawan tegang membuat lingkungan sosial di

tempat kerja menjadi vidak baik dan pada akhirnya menimbulkan lingkungan

kerja yang penuh stres bagi karyawan pabrik bagian produksi. Melihat

lingkungan sosial dapat menyebabkan lingkungan kerja yang stres maka

dukungan sosial sangatlah dibutuhkan oleh karyawan pabrik bagian produksi.

Dukungan sosial yang diberikan oleh rekan kerja kepada seseorang

dapat membantu seseorang untuk mengurangi dampak stres yang ia hadapi di

tempat kerja. Pernyataan ini didukung oleh Shulman (1991) yang menyatakan

bahwa sistem dukungan formal dan informal dapat disajikan untuk menahan

pengaruh stres pada pekerja, membantu mereka untuk mengatur semangat

juang dan meningkatkan efektifitas mereka dengan klien-kliennya. Dukungan

dapat disediakan oleh supervisor (atasan), kolega dan ahli-ahli lainnya.

Dukungan tersebut dinamakan dukungan sosial yang terdiri dari empat

aspek yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental dan dukungan informatif (House dalam Smet, 1994). Dukungan

sosial yang diterima oleh karyawan tersebut membuat mereka merasa

berharga, dicintai, didukung, diterima dan merasa tenang. Kondisi ini dapat

(24)

sesuai dengan pernyataan beberapa ahli yang dimuat dalam Kim, Sherman dan

Taylor (2008) yang menyatakan bahwa dukungan sosial secara efektif

mereduksi distres psikologis sperti depresi atau kecemasan selama masa-masa

stres, demikian pula dengan hasil penelitian Bolger, Zuckerman dan Kessler

(2000) yang menyatakan bahwa dukungan sosial meningkatkan keoampuan

beradaptasi terhadap stresor pada umumnya.

Penelitian-penelitian yang hendak meneliti mengenai kemungkinan

bahwa dukungan sosial mengurangi masalah-masalah kesehatan dengan

melindungi seseorang dari efek-efek negatif stres kerja disebut dengan

Hipotesis buffer atau moderator (buffer or moderator hypothesis). Salah

satunya adalah penelitian yang dilakukan Frese (Landy dan Conte, 2004).

Frese melakukan penelitian longitudinal pada 90 pekerja pandai besi kerah

biru (blue-collar metalworkers). Penelitian ini menemukan bukti untuk

hipotesis buffer dalam mengurangi kecemasan dan ketegangan ketika

dukungan sosial secara langsung tepat kepada stresor sosial seperti konflik

kerja dengan seorang supervisor (atasan).

Melihat adanya fenomena seperti kasus yang telah disebutkan di atas

serta adanya kemungkinan bahwa dukungan sosial dapat melindungi

seseorang dari efek-efek negatif stres kerja membuat peneliti tertarik mencari

bukti terhadap hipotesis buffer tersebut terutama pada karyawan bagian

produksi melalui pgnelitian yang akan peneliti lakukan. Sehingga dalam

(25)

hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja pada karyawan pabrik

bagian produksi.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun pertanyaan penelitian yang ingin diungkap peneliti adalah

apakah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial

dengan stres kerja pada karyawan pabrik bagian produksi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan negatif antara dukungan sosial dengan stres kerja yang dirasakan

oleh karyawan.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu Psikologi

khususnya Psikologi Industri dan terutama dalam hal dukungan sosial dan

stres kerja.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan yang

memiliki bagian produksi pada struktur organisasinya, seperti perusahaan

manufaktur, sehingga dapat lebih memperhatikan masalah dukungan sosial

(26)

bagi karyawan. Selain bagi perusahaan, penelitian ini juga berguna bagi

karyawan. Karyawan juga dapat memperhatikan dukungan sosial di sekitar

mereka untuk mengurangi stres kerja. Selain itu, penelitian ini diharapkan

(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Stres Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

Stres dapat dialami seseorang dalam segala aspek kehidupannya

termasuk pada saat bekerja. Menurut Handoko (2001) stres kerja adalah suatu

kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi

seseorang, dimana stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan

seseorang untuk menghadapi lingkungan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Muchlas (2005) yang menyebutkan bahwa stres kerja adalah tekanan

pekerjaan yang dialami karyawan yang menyebabkan hambatan pada proses

berpikir, emosional dan gangguan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi

kinerja dan kesehatan, bahkan dapat mengancam kemampuan untuk mengatasi

lingkungan.

Jika definisi stres kerja di atas lebih menekankan pada akibat yang

dihasilkan oleh stres kerja, maka definisi yang diutarakan oleh Greenberg dan

Newman lebih menyoroti pada hal-hal yang dapat mengakibatkan stres kerja.

Greenberg (2004) menyatakan bahwa stres kerja adalah kombinasi dari

sumber tekanan di tempat kerja, karakteristik individu dan sumber stres

organisasi lainnya. Sedangkan menurut Beehr dan Newman (Luthans, 2005)

(28)

dan pekerjaan serta dikarakterisasikan oleh perubahan manusia yang

memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.

Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) stres kerja merupakan hasil

yang penting dari interaksi antara tugas pekerjaan dengan individu-individu

yang melaksanakan pekerjaan itu. Definisi ini menekankan pada bagaimana

tugas dan individu dapat saling berinteraksi dan menghasilkan stres.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa stres kerja adalah tekanan pekerjaan yang dapat mempengaruhi emosi,

proses berpikir dan gangguan fisik yang dapat menghambat kinerja seseorang.

2. Aspek-aspek Stres Kerja

Greenberg (2004) menyatakan bahwa stres kerja adalah kombinasi dari

sumber tekanan di tempat kerja, karakteristik individu dan sumber stres

organisasi lainnya. Berdasarkan definisi tersebut maka secara sederhana

streskeja dapat diartikan sebagai stres di tempat kerja. Pada dasarnya stres

kerja merupakan stresyang umumnya dirasakan oleh seseorang hanya saja

disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di lingkungan pekerjaan, sehingga

aspek-aspek stres kerja pun pada dasarnya sama dengan aspek-aspek stres.

Stres kerja dapat dilihat dalam beberapa aspek. Sarafino (1994) membagi

(29)

a. Aspek Biologis

Aspek ini dapat dilihat dari reaksi fisik tubuh pada saat seseorang

mengalami stres. Stres seringkali menimbulkan masalah kesehatan yang

merupakan hasil dari pelemahan fungsi kekebalan tubuh, seperti borok,

tekanan darah tinggi dan asma. Jika kondisi stres berlangsung terus, maka

penyakit dan kerusakan secara fisik akan meningkat dan kematian dapat

saja terjadi.

Sejalan dengan Sarafino, Anoraga (1992) menambahkan bahwa

gejala biologis pada saat seseorang mengalami stres adalah sakit kepala

(pusing, migrain, vertigo), sakit maag, mudah kaget (berdebar-debar),

banyak keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher

belakang sampai punggung, dada rasa panas atau nyeri, rasa tersumbat di

kerongkongan, gangguan psikoseksual, mafsu makan menurun, mual,

muntah, gejala kulit, bermacam-macam gangguan menstruasi, keputihan,

kejang-kejang, penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi dan

serangan jantung.

b. Aspek Psikososial

Pada saat seseorang mengalami stres maka aspek psikososial juga

memainkan peran di dalamnya. Aspek psikososial sendiri dapat dibagi lagi

(30)

1) Aspek Kognisi

Aspek ini dapat dilihat dari dampaknya pada kognisi seseorang.

Cohen,dkk (Sarafino, 1994) mengatakan bahwa tingkat stres yang

tinggi dapat merusak memori seseorang dan perhatiannya selama

aktivitas kognitif. Dampak stres dalam hal kognisi ini berupa

pengabaian ataupun kesalahan dalam memahami informasi penting dan

kesulitan mengingat.

2) Aspek Emosi

Aspek emosi ini dapat dilihat dari reaksi emosi yang muncul

pada saat seseorang stres yaitu takut, kecemasan, perasaan sedih,

depresi dan kemarahan. Anoraga (1992) menambahkan gejala

emosional dapat dilihat dari keadaan pelupa, sukar konsentrasi, sukar

mengambil keputusan, cemas, was-was, kuatir, mimpi-mimpi buruk,

murung, mudah marah atau jengkel, mudah menangis, pikiran bunuh

diri, gelisah dan pandangan putus asa.

3) Aspek Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku seseorang kepada orang lain.

Pada saat seseorang mengalami kondisi penuh stres tertentu seseorang

dapat membangun hubungan yang kooperatif dan perilaku menolong.

Namun pada situasi stres yang lainnya seseorang dapat menjadi kurang

suka bergaul, kurang dapat memberikan perhatian, lebih meninjukkan

(31)

Gejala sosial yang dapat diamati adalah makin banyak merokok

atau meminum minuman keras atau makan, sering mengontrol pintu

dan jendela, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar

sampai membunuh (Anoraga, 1992).

Berbeda dengan penjelasan di atas, Everly dan Girdani (dalam

Munandar, 2001) membagi tanda-tanda adanya disstres sebagai berikut:

a. Tanda-tanda Suasana Hati (Mood)

Tanda-tanda kehadiran disstres yang berkaitan dengan suasana hati

dapat berupa menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur

pada malam hari (somnabulisme), menjadi mudah bingung dan lupa,

menjadi sangat tidak nyaman dan gelisah serta menjadi gugup.

b. Tanda-tanda Otot Kerangka (Musculoskeletal)

Tanda-tanda otot kerangka yang dapat diamati adalah jari-jari dan

tangan gemetar, tidak dapat duduk diam dan berdiri di tempat,

mengembangakan tic, kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau

kaku, menggagap jika berbicara dan leher menjadi kaku.

c. Tanda-tanda Organ-organ dalam Badan (Visceral)

Tanda-tanda organ-organ dalam badan yang dapat dialami seperti

perut terganggu, merasa jantung berdebar, banyak berkeringat, tangan

berkeringat, merasa kepala ringan atau akan pingsan, mengalami

kedinginan, wajah menjadi panas, mulut menjadi kering, mendengar bunyi

(32)

George and Jones (2005) menjelaskan aspek stres kerja dari dampak

yang ditimbulkan stres kerja, dimana dampak tersebut dapat dibagi sebgai

berikut :

a. Dampak Fisik

Dampak fisik stres meliputi susah tidur, telapak tangan berkeringat,

merasa bergejolak, gemetar, hati terasa seperti dipukul-pukul, kenaikan

tekanan darah, sakit kepala, pusing, kemuakan, sakit perut, sakit

punggung, pembengkakan hati dan kerusakan pada sistem daya tahan

tubuh. Dampak fisik stres yang paling buruk dapat terjadi jika stres

dirasakan dalam jangka waktu panjang, seperti sakit jantung, tekanan

darah tinggi, penyakit kardiovaskular serta penyakit hati.

b. Dampak Psikologis

Dampak stres dalam hal psikologis yang paling umum adalah

mengalami perasaan penuh stres dan emosi mulai dari suasana hati yang

buruk, kecemasan, khawatir dan kesedihan sampai kepada perasaan marah,

rasa penghinaan, perasaan tidak enak/kepahitan dan perasaan bermusuhan.

Seseorang cenderung memiliki sikap yang negatif pada saat ia mengalami

stres. Karyawan yang mengalami stres cenderung memandang negatif

beberapa aspek dalam pekerjan dan organisasinya serta cenderung

memiliki kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang rendah. Karyawan

yang stres juga dapat merasa tidak dihargai, merasa kurangnya kontrol dan

merasakan bahwa pekerjaan mereka mencampuri urusan pribadi mereka.

(33)

c. Dampak Perilaku

Stres juga memberikan dampak pada perilaku seseorang. Stres

pada kadar tertentu akan meningkatkan unjuk kerja karyawan sampai pada

batas tertentu. Namun jika batas tersebut terlewati maka unjuk kerja

terebut kembali menurun. Selain mengurangi unjuk kerja karyawan,

dampak stres pada perilaku meliputi ketegangan dalam hubungan

interpersonal, ketidakhadiran dan pindah kerja (turnover). Pada saat

karyawan mengalami stres pada tingkat yang tinggi maka sulit bagi

mereka untuk dapat memeberikan perhatian dan memahami orang lain

baik rekan kerja, bawahan, atasan maupun pelanggan seperti biasanya.

Karyawan yang biasanya mudah setuju dapat tiba-tiba menjadi marah juga

dapat terjadi pada saat ia mengalami stres. Selain itu karyawan yang stres

juga memiliki hubungan yang tegang dengan pasangan dan keluarga.

Berdasarkan penjelasan di atas maka aspek stres kerja yang akan

digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Sarafino (1994) dan

Anoraga (1992) yang dilengkapi oleh pendapat Everly dan Girdani

(Munanadar, 2001) serta George dan Jones (2005) yang dapat dibedakan

menjadi aspek bilogis/fisik, aspek emosi, aspek kognisi dan aspek perilaku.

3. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Hurrel, dkk

(Munandar, 2001) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang dapat

(34)

a. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan

Termasuk dalam kategori ini adalah tuntutan fisik dan tuntutan

tugas. Tuntutan fisik adalah suara bising, vibrasi, hygiene. Sedangkan

tuntutan tugas adalah kerja shift atau kerja malam, beban kerja dan

penghayatan dari resiko dan bahaya.

b. Peran individu dalam organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam

organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya

yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai

dengan yang diharapkan oleh atasannya. Yang dianggap sebagai

pembangkit stres dalam bagian ini adalah konflik peran dan ketidakjelasan

peran (role ambiguity)

c. Pengembangan karier

Hall (Munandar, 2001) mengungkapkan bahwa pengembangan

karier mengacu pada aktivitas kerja yang diikuti sepanjang waktu, yang

dapat melibatkan beberapa pekerjaan dan berbagai jenis jabatan selama

beberapa waktu. Hal yang secara potensial dapat membangkitkan stres

berkaitan dengan pengembangan karier adalah ketidakpastian pekerjaan,

promosi yang berlebihan dan promosi yang kurang.

d. Hubungan dalam pekerjaan

Menurut Argyris dan Cooper (Munandar, 2001) hubungan yang

baik antar anggota dari suatu kelompok kerja dianggap sebagai faktor

(35)

tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah,

taraf pemberian support yang rendah dan minat yang rendah dalam

pemecahan masalah dalam organisasi.

e. Struktur dan iklim organisasi

Faktor stres dalam kategori ini adalah sejauh mana tenaga kerja

dapat terlibat atau berperan serta dan pada support sosial. Penelitian

menunjukkan kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan

keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku yang negatif.

f. Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan

Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan,

keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang saling bertentangan,

konflik antar tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat

merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya yang pada akhirnya

dapat menimbulkan stres.

g. Ciri-ciri individu

Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, atau dalam bentuk perilaku

terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya,

mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang

didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, penghalaman lalu, keadaan

kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan

dan pembelajaran).

Sedikit berbeda dengan Hurrel,dkk, Riggio (2003) membagi

(36)

a. Penyebab-penyebab organisasional.

Penyebab-penyebab organisasional merupakan penyebab stres

yang berasal dari dalam lingkungan kerja, yang dapat dibedakan menjadi

sebagai berikut.:

1) Penyebab yang berasal dari pekerjaan

Penyebab yang berasal dari pekerjaan dapat dibedakan menjadi

sebagai berikut:

a) Beban kerja berlebihan (Work overload)

Terjadi pada saat pekerjaan membutuhkan kecepatan, hasil

atau konsentrasi yang berlebihan.

b) Kurang dimandaatkan (Underutilization)

Terjadi pada saat seseorang merasa bahwa pekerjaannya

tidak menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuannya

yang berkaitan dengan pekerjaannya.

c) Ketidakpastian kerja (Job uncertainty)

Terjadi pada saat aspek-aspek pekerjaan seperti tugas dan

persyaratanya tidak diberitahukan secara jelas, sehingga karyawan

tidak yakin dengan tugas dan tanggung jawabnya.

d) Kondisi fisik tempat kerja (Physical condition)

Kondisi fisik tempat kerja meliputi temperatur tinggi,

kebisingan, kurangnya pencahayaaan dan ventilasi, serta tempat

(37)

2) Penyebab yang berasal dari relasi dengan karyawan lain

Penyebab yang berasal dari relasi dengan karyawan lainnya

terdiri dari :

a) Stres interpersonal (Interpersonal stres)

Terjadi pada saat seseorang mengalami kesulitan untuk

membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain di

lingkungan kerja, serta pada saat seseorang berada pada situasi

konflik dengan rekan sekerjanya.

b) Kurangnya pengawasan (Lack of control)

Stres dapat terjadi jika seseorang merasa kurang diawasi

baik dalam hal lingkungan kerja maupun perilaku bekerja mereka

sendiri.

3) Perubahan dalam organisasi

Stres dapat terjadi jika terdapat perubahan pada organisasi kerja

seperti reorganisasi perusahaan, penggabungan dua perusahaan atau

akuisisi sebuah perusahaan oleh perusahaan lainnya, peruibahan sistem

dan teknologi kerja, perubahan pada kebijakan perusahaan dan

perubahan pada personil dan pada bagian manajerial.

b. Penyebab-penyebab individual.

Penyebab-penyebab individual merupakan penyebab stres yang

berasal dari kharakteristik individu karyawan sendiri, yang dapat

(38)

1) Life events

Kejadian-kejadian dalam hidup yang dapat menyebabkan stres

sapat berupa kejadian-kejadian traumatis seperti kematian pasangan

atau seseorang yang dicintai, perceraian atau perpisahan, penyakit

besar serta permasalahan finansial dan hukum, namun dapat pula

berupa kejadian-kejadian yang positif seperti pernikahan, kelahiran

anak dan liburan.

2) Bentuk-bentuk perilaku Tipe A

Kharakteristik perilaku Tipe A adalah dorongan dan daya saing

yang berlebihan, perasaan bahwa keadaan mendesak dan

ketidaksabaran serta permusuhan yang mendasar. Bentuk-bentuk

perilaku Tipe A ini menjadi dasar untuk kepribadian Tipe A.

Kepribadian Tipe A cenderung lebih mudah terkena penyakit-penyakit

yang berhubungan dengan stres seperti sakit jantung.

3) Kerentanan terhadap stres dan efek stres

Kerentanan terhadap stres dan efek stres dapat dilihat dari

apakah seseorang memiliki kepribadian yang tabah atau tidak tabah

(hardy dan unhardy). Seseorang yang memiliki kepribadian yang

tabah, lebih tahan pada efek buruk dari stres karena mereka

memandang keadaan penuh stres sebagai keadaan yang menantang

serta mereka yakin bahwa mereka dapat mengontrol dan

(39)

seseorang yang tidak tabah. Ia cenderung lebih mudah terkena dampak

buruk dari stres.

Selain kedua tokoh di atas, Gitosudarmo dan Sudita (2000)

menyebutkan terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya stres kerja yaitu :

a. Faktor yang bersumber dari individu itu sendiri

Sumber stres kerja yang berasal dari individu itu sendiri seperti

kepribadian, kebutuhan, nilai, tujuan, umur dan kondisi kesehatan.

b. Faktor yang bersumber dari luar individu

Ada dua sumber stres kerja yang berasal dari luar individu yaitu:

1) Faktor dari dalam organisasi

Faktor dari dalam organisasi terbagi lagi menjadi sebagai

berikut :

a) Faktor lingkungan kerja, seperti faktor lingkungan fisik yang

meliputi cahaya yang terlalu terang, situasi yang bising an

temperatur yang terlalu panas.

b) Faktor pekerjaan meliputi adanya konflik peran (orang yang

memiliki beberapa peran yang saling bertentangan), tidak jelasnya

tugas dan tanggung jawab seseorang, beban tugas yang melebihi

batas kemampuan seseorang dan adanya desakan waktu untuk

penyelesaian suatu tugas.

c) Faktor-faktor kerja kelompok seperti norma-norma yang dianut

(40)

kekompakan diantara angota kelompok dan kurangnya dukungan

dari kelompok.

d) Faktor organisai meliputi kurangnya dukungan atasan, struktur

organisasi yang terlalu birokrasi dan penerapan gaya

kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan kharakteristik

bawahan.

e) Faktor karier juga dapat menimbulkan adanya stres kerja yaitu

saat-saat awal dari seseorang memasuki pekerjaannya, karier yang

tidak maju dan pemecatan.

2) Faktor dari luar organisasi

Faktor di luar organisasi antara lain keadaan keluarga yang

tidak harmonis, hubungan dengan masyarakat yang kurang baik dan

kondisi keuangannya

Selain berbagai faktor yang telah disebutkan di atas, masa kerja juga

dapat mempengaruhi timbulnya stres kerja, seperti yang dikemukakan oleh

Gibson,dkk (2006) masa kerja yang telah lama akan membuat seorang pekerja

cenderung dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ditekuninya

selama ini sehingga hal tersebut akan memudahkan dirinya dalam

meningkatkan prestasi kerja. Namun di sisi lain menurut Everly dan Girdano

(dalam www.MarudutRajaLaorens.freewebs.com) masa kerja yang telah lama

juga dapat berakibat negatif karena seseorang akan merasa bosan dengan

pekerjaannya karena merasa bahwa pekerjaan itu tidak lagi menantang atau

(41)

pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi

sosial) yang tentunya dapat menyebabkan tergangunya pekerjaan. Hal ini

biasa disebut dengan Deprivational stres.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor penyebab stres kerja meliputi faktor yang berasal dari lingkungan

pekerjaan, lingkungan sosial dan pribadi individu itu sendiri.

B. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Pada saat seseorang mengalami stres, seseorang akan berusaha untuk

mengurangi stres yang dialaminya. Salah satu cara yang dapat diambil adalah

dengan mencari dukungan dari orang lain. Dukungan tersebut dinamakan

dengan dukungan sosial.

Larocco dan Jones (Toifur dan Prawitasari, 2003) mengungkapkan

bahwa dukungan sosial merupakan tindakan menolong yang diperoleh melalui

hubungan interpersonal. Dukungan sosial adalah kenyamanan, bantuan, atau

informasi yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal

dengan orang lain atau kelompok (Landy dan Conte, 2004). Menurut Jonson

dan Johnson dalam Toifur dan Prawitasari (2009) dukungan sosial adalah

keberadaan orang lain yang bisa diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan

dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan dan masalah. Definisi

yang diberikan oleh tokoh-tokoh di atas menekankan bahwa dukungan sosial

(42)

Sedikit berbeda dengan penjelasan di atas Sarason dkk (Rohman,

Prihartanti dan Rosyid, 1997) mendefenisikan dukungan sosial sebagai suatu

keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang

dapat dipercaya. Sedangkan Ganster (Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997)

menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan hubungan yang membantu

dan berkualitas. Pengertian dukungan sosial yang diajukan oleh tokoh-tokoh

ini lebih menekankan pada manfaat dukungan sosial bagi kehidupan

seseorang.

Sedangkan definisi dukungan sosial berikut ini lebih menekankan pada

bentuk-bentuk dukungan sosial. House (Rohman, Prihartanti dan Rosyid,

1997) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah bentuk transaksi antar

pribadi yang melibatkan perhatian emosional, bantuan instrumental,

pemberian informasi dan adanya penilaian.Adriani dan Subekti (2004)

medefenisikan dukungan sosial sebagai tindakan yang bersifat menolong atau

membantu dengan melibatkan aspek dukungan emosi, bantuan instrumen,

dukungan informasi dan penilaian dalam interaksinya dengan orang lain di

sekitarnya yang bisa menyokong individu dalam mengatasi masalahnya.

Cobb,Cohen dan Wills dan Seeman dalam Kim,Sherman dan Taylor (2008)

mendefenisikan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari seseorang yang

berupa cinta dan perhatian, penghargaan dan penilaian, dan bagian dari

jaringan komunikasi dan kewajiban bersama

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

(43)

lain yang dapat berbentuk perhatian emosional, bantuan instrumental,

pemberian informasi dan adanya penilaian pada saat seseorang mengalami

kesulitan atau sedang dalam masalah yang didapatkan melalui hubungan

interpersonal dengan orang lain.

2. Apek-aspek Dukungan Sosial

Dukungan sosial memiliki beberapa aspek. House (Smet, 1994)

mengutarakan bahwa terdapat empat aspek dari dukungan sosial yaitu :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat

(penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan

dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu

dengan orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang

mampu atau lebih buruk keadaannya.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung. Cohen dan

Syme serta House dalam Rohman, Prihatanti dan Rosyid (1997)

mengatakan bahwa dukungan ini merupakan penyediaan piranti guna

(44)

yang ditanggung seseorang. Meliputi bantuan suatu benda, membantu

pelaksanaan pekerjaan, termasuk memberi peluang waktu.

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif mencakup memberi nasehat,

petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik.

Jika House membedakan aspek-aspek dukungan sosial ke dalam empat

aspek, maka Sheldan dan Dadmacher (1992) membedakan aspek dukungan

sosial ke dalam tiga aspek yaitu :

a. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental mencakup menyediakan pertolongan

secara langsung dalam bentuk pinjaman, hadiah ataupun pelayanan. Jenis

dukungan ini dapat mengurangi stress dengan cara menyelesaikan masalah

secara langsung atau meningkatkan waktu untuk relaksasi dan hiburan

(Cohen dan Wilis dalam Sheldan dan Dadmacher, 1992 )

b. Dukungan Informasional

Dukungan informasional mencakup pemberian informasi, nasihat

atau feedback tentang bagaimana seseorang melakukan pekerjaannya.

Iformasi dapat membantu seseorang mengenal dan menanggulangi

masalah-masalahnya dengan lebih mudah.

c. Dukungan Penghargaan

Dukungan Penghargaan menyediakan kita perasaan dihargai dan

(45)

diri merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan

manajemen stres.

Berdasarkan penjelasan maka aspek dukungan sosial yang digunakan

dalam penelitian berdasarkan pada pendapat House (Smet, 1994) yang terdiri

dari empat aspek yaitu dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan

informatif.

Persepsi seseorang merupakan hal yang penting dalam hal dukungan

sosial. Hal ini sejalan dengan pernyataan Barrera; Heller; Swindle dan

Dusenbury; Wethington dan Kessler (Pakalns, 1990) bahwa hal yang lebih

penting dalam dukungan sosial adalah bagaimana dukungan sosial itu

dirasakan (dukungan sosial yang dirasakan) daripada keberadaan dukungan

sosial itu sendiri.

Bagaimana dukungan sosial itu dirasakan seseorang akan

mempengaruhi bagaimana pengaruh dukungan sosial tersebut dalam upaya

penanggulangan stres. Pernyataan di atas sejalan dengan hasil penelitian

Cruza-Guet, Spokane, Caskie, Brown, and Szapocznik (Budd, Buschman dan

Esch, http://www.kon.org/urc/v8/budd.html) bahwa kepuasan terhadap

dukungan sosial berkaitan dengan rendahnya tingkat distres psikologis.

Jumlah dukungan sosial yang diterima ditemukan berkaitan dengan tingginya

tingkat distres psikologis, menandakan bahwa hal yang lebih penting dalam

menghalagi distrespsikologis adalah efek perasaan mendapatkan dukungan

sosial daripada kualitas atau kuantitas dari dukungan sosial itu sendiri. Namun

(46)

peningakatan ketidaksehatan jantung dan kematian pada pasien penyakit

jantung koroner. (http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106).

Bagaimana pengaruh dukungan sosial yang dirasakan dengan stres

dapat dilihat dari bagaimana seseorang merasa aman. Individu yang merasa

aman dan tidak aman sangat berbeda dalam harapan mereka pada umumnya

tentang ketersediaan orang-orang terdekat dan cara merespon mereka terhadap

kebutuhan sebagaimana harapan mereka tentang penerimaan dan penolakan

mereka harus mempengaruhi untuk membedakan cara mereka memproses

informasi tentang

Terdapat beberapa sumber dukungan sosial. Dukungan sosial dapat

bersumber dari pasangan (suami atau isteri) atau rekan, kerabat, sahabat, rekan

kerja dan koneksi dengan komunitas (Kim, Sherman dan Taylor, 2008).

Sedikit berbeda Ganster, Fusilier dan Mayes (Rohman, Prihartanti dan Rosyid,

1997) menyatakan bahwa terdapat tiga sumber dukungan sosial yaitu

keluarga, rekan sekerja dan supervisor (penyelia). Berdasarkan penjelasan di

atas maka sumber dukungan sosial antara lain, keluarga, rekan sekerja,

penyelia, sahabat dan koneksi dengan komunitas.

3. Manfaat Dukungan Sosial

Seseorang mencari dukungan sosial tentu saja karena terdapat manfaat

dari adanya dukungan sosial tersebut. Johnson dan Johnson (Toifur dan

(47)

a. Meningkatkan produktivitas bila dihubungkan dengan pekerjaan.

Dukungan sosial dapat mengurangi stres. Stres yang berkurang

secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerja, karena stres

yang berlangsung terus menerus walaupun dalam tingkat yang rendah akan

menurunkan produktivitas kerja (Robbins, 1996)

b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan

menumbuhkan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, meningkatkan

harga diri dan mengurangi stres.

Adanya empati menyebabkan seseorang merasa dirinya diterima secara

positif oleh lingkungannya. Rogers (dalam Rohman, Prihartanti dan

Rosyid, 1997) mengatakan bahwa ketika seseorang merasakan dirinya

dapat diterima secara positif oleh lingkungannya maka ia akan cenderung

untuk mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan lebih

menerima dan menghargai dirinya sendiri. Keadaan ini tentu saja

membantu seorang karyawan untuk dapat mereduksi stres yang

dialaminya.

c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik. Jika dukungan sosial yang

dirasakan tinggi maka dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang dalam

ini berkaitan dengan tereduksinya stres kerja, sebaliknya jika dukungan

sosial yang dirasakan rendah maka akan menurunkan kesejahteraan

seseorang bahkan diasosiasikan dengan peningakatan ketidaksehatan

jantung dan kematian pada pasien penyakit jantung koroner.

(48)

Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) mengungkap bahwa dukungan

sosial meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap stresor pada

umumnya.

d. Pengelolaan konstruktif terhadap stres dengan menyediakan pelayanan,

perawatan, sumber-sumber informasi dan umpan balik yang diperlukan

untuk menghadapi stres dan tekanan. Dukungan sosial ini yang kemudian

membantu seseorang untuk mengurangi stres dan menghadapi stresor

dalam lingkungan kerjanya (Smet,1994).

C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja

Pada saat seseorang bekerja maka pasti akan terdapat sumber-sumber

stres (stresor) pada tempat ia bekerja tersebut. Stresor tersebut dapat berupa

stresor dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial dan pribadi individu itu

sendiri. Stresor tersebut dapat berfungsi sebagai sumber eustres maupun

sumber disstres. Pada saat stresor menghampiri seseorang maka orang tersebut

akan berusaha untuk beradaptasi. Namun jika pada kenyataannya seseorang

tidak dapat beradaptasi dengan stresor tersebut maka orang tersebut akan

mengalami apa yang dinamakan dengan stres kerja.

Stres kerja merupakan tekanan pekerjaan yang dapat mempengaruhi

emosi, proses berpikir dan gangguan fisik yang dapat menghambat kinerja

seseorang. Dampak buruk dari stres kerja dapat berupa emosi yang labil,

mudah lupa sampai kepada gangguan fisik seperti sakit penyakit. Adanya

(49)

bekerja. Melihat adanya dampak buruk stres pada kinerja seseorang maka stres

ini harus diatasi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi stres adalah ada tidaknya dukungan

sosial (Smet,1994). Menurut Smet dukungan sosial dapat berupa dukungan

emosional, dukungan penghargaan, instrumental dan informatif. Dimana

dukungan sosial tersebut dapat diperoleh seseorang dari keluarga, rekan

sekerja, penyelia, sahabat dan koneksi dengan komunitas. Dukungan sosial ini

yang kemudian membantu seseorang untuk mengurangi stres dan menghadapi

stresor dalam lingkungan kerjanya.

Aspek pertama dari dukungan sosial adalah aspek emosional. Sebagaimana

kita ketahui bahwa seseorang membutuhkan empati dari orang lain. Adanya

empati ini menyebabkan seseorang merasa dirinya diterima secara positif oleh

lingkungannya. Rogers (Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997) mengatakan

bahwa ketika seseorang merasakan dirinya dapat diterima secara positif oleh

lingkungannya maka ia akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif

terhadap dirinya sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri.

Keadaan ini tentu saja membantu seorang karyawan untuk dapat mereduksi

stres yang dialaminya.

Aspek kedua adalah dukungan penghargaan yang meliputi ungkapan

hormat (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan

dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu

dengan orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu

(50)

penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain yang

dinamakan sebagai need of positive regard (Rogers dalam Rohman,

Prihartanti dan Rosyid, 1997). Pada saat seseorang mengalami stres, dukungan

dalam bentuk ini akan membantu ia untuk membangun harga diri, kompetensi,

merasa berharga, meningkatkan kepercayaan diri dan konsep diri

(Sarafino,1997). Dengan demikian dukungan ini akan membantu seseorang

untuk menghadapi perasaan tertekan yang ia alami.

Aspek ketiga dari dukungan sosial adalah aspek instrumental. Aspek ini

meliputi bantuan dalam hal benda-benda yang dibutuhkan untuk menunjang

kelancaran pelaksanaan sebuah pekerjaan, secara langsung membantu

pelaksanaan pekerjaan, termasuk memberi peluang waktu. Pemberian dalam

bentuk instrumental ini membantu kelancaran seseorang dalam melaksanakan

tugasnya. Jika sebuah pekerjaan dapat berjalan dengan lancar tentunya akan

secara langsung membantu seseorang untuk mereduksi stresnya.

Aspek terakhir adalah dukungan informasi. Aspek ini berkaitan dengan

pemberian informasi yang berguna untuk mengatasi masalah pribadi maupun

pekerjaan yang meliputi pemberian nasihat, pengarahan dan

keterangan-keterangan yang dibutuhkan tentu saja kepada seeorang yang

membutuhkannya (Cohen dan Syme serta House dalam Rohman, Prihatanti

dan Rosyid, 1997). Pemberian informasi ini dapat membantu seseorang untuk

mereduksi stres yang dialami baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun

(51)

Hal yang penting dari adanya dukungan sosial adalah bagaimana

dukungan sosial tersebut dirasakan oleh seseorang. Dukungan sosial yang

dapat dirasakan oleh seseorang dinamakan dengan dukungan sosial yang

dirasakan. Jika dukungan sosial yang dirasakan tinggi maka dapat

meningkatkan kesejahteraan seseorang dalam ini berkaitan dengan

tereduksinya streskerja, sebaliknya jika dukungan sosial yang dirasakan

rendah maka akan menurunkan kesejahteraan seseorang bahkan diasosiasikan

dengan peningakatan ketidaksehatan jantung dan kematian pada pasien

penyakit jantung koroner. (http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106).

Sarason (Toifur dan Prawitasari, 2003) mengungkapkan bahwa dukungan

sosial dari lingkungan sekitar membuat seseorang merasa aman dan

dimengerti. Individu yang mendapatkan dukungan yang tinggi akan

mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai harga diri, serta

konsep diri yang tinggi dan memiliki kecemasan yang rendah. Selain itu

individu akan memiliki pandangan yang optimis terhadap hidupnya karena

seseorang yakin akan kemampuannya dalam mengendalikan situasi

dibandingkan dengan individu yang mendapatkan dukungan sosial yang

rendah. Sebaliknya, individu yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah

atau tidak mendapatkannya cenderung akan merasa tidak puas dengan

hidupnya. Sikap optimis ini memampukan individu untuk dapat mengatasi

stres yang ia hadapi dengan lebih baik atau mereduksi stres yang ada.

Berdasarkan penelitian beberapa ahli yang dimuat dalam Kim,Sherman

(52)

disstres psikologis seperti depresi atau kecemasan selama masa-masa stres,

dan hal tersebut diasosiasikan dengan berbagai keuntungan terhadap kesehatan

mental, meliputi efek positif pada penyakit jantung koroner, diabetes, penyakit

paru-paru, penyakit jantung, radang sendi dan kanker. Selain itu dukungan

sosial juga mengurangi kemungkinan terkena pernyakit, mempercepat

pemulihan penyakit, dan mengurangi kemungkinan kematian akibat sakit yang

serius.

Hasil penelitian Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) melakukan

penelitian untuk melihat bagaimana efek dukungan sosial pada saat seseorang

mengalami stres, terutama yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.

Hasil penelitiannya mengungkap bahwa dukungan sosial meningkatkan

kemampuan beradaptasi terhadap stresor pada umumnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa terdapat

hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dan

stres kerja.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan

antara dukungan sosial dengan stres kerja. Sehingga jika dukungan sosial

tinggi maka stres kerja akan rendah. Sebaliknya jika dukungan sosial rendah

(53)

Gambar 1 Kerangka Alur Pemikiran Penelitian

Karyawan yang kurang atau tidak mendapatkan dukungan dan dipercaya, merasa tenang dan santai

Merasa tidak dicintai, tidak diakui, ditolak, sendirian, tidak dihargai dan tidak dipercaya, merasa tegang

(54)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Korelasional. Usman dan

Akbar (2004) mengatakan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian

yang bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-wariasi pada suatu

faktor berhubungan dengan variasi-variasi faktor lain berdasarkan koefisien

korelasinya. Sebagaimana defenisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui hubungan antara konflik kerja antar karyawan dengan stres kerja.

B. Identifikasi Variabel

Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stres kerja.

C. Definisi Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Stres kerja

Stres kerja adalah keadaan kurang nyaman di tempat kerja yang

(55)

terdapat di lingkungan kerja yang kemudian mempengaruhi kondisi

fisik, emosi, kognisi dan aspek perilaku seseorang. Aspek-aspek stres yang

dipakai dalam penelitian ini seperti yang telah disebutkan di atas merupakan

aspek-aspek stres berdasarkan Sarafino (1994) dan Anoraga (1992)yang

dilengkapi oleh pendapat Everly dan Girdani (Munandar, 2001) serta George

dan Jones (2005) yang dikaitkan dengan faktor-faktor stres kerja dari Riggio

(2003).

Aspek-aspek stres kerja dapat dibagi sebagai berikut :

a. Aspek biologis/fisik

Aspek ini berkaitan dengan bagaimana stres dapat dilihat dari

reaksi fisik yang dimunculkan seseorang seperti keringat dingin, tangan

bergetar, detak jantung lebih cepat, sakit kepala sebelah dan gangguan

fisik lainnya.

b. Aspek emosi

Aspek emosi berkaitan dengan bagaimana stres dapat dilihat dari

reaksi emosi yang dimunculkan seseorang seperti ketakutan, mudah

marah, cemas dan kondisi emosi yang kurang baik lainnya.

c. Aspek kognisi

Aspek ini berkaitan dengan bagaimana stress dapat dilihat dari

reaksi kognisi seseorang seperti kesulitan mengingat, kesalahan dalam

memahami informasi penting atau bahkan pengabaian pada informasi

(56)

d. Aspek perilaku

Aspek perilaku berkaitan dengan bagaimana stress dapat dilihat

dari reaksi perilaku seseorang seperti kurang suka bergaul, sikap

bermusuhan, kurang sensitif pada orang lain, kurang dapat memberikan

perhatian, ketidakhadiran, pindah kerja dan perilaku-perilaku yang kurang

baik lainnya.

Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya stres kerja dapat

dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek berdasarkan

skor skala Stres Kerja dengan metode skala Likert. Semakin tinggi skor yang

diperoleh, subjek maka semakin tinggi pula stres kerja subjek, sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula stres kerja

subjek.

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial adalah dukungan yang dirasakan oleh karyawan pada

saat mengalami kesulitan atau sedang dalam masalah yang diperoleh melalui

hubungan interpersonalnya dengan orang lain. Dukungan sosial ini memiliki

empat aspek yaitu aspek dukungan emosional, aspek dukungan instrumental,

aspek dukungan informatif dan aspek dukungan penghargaan. Adapun

aspek-aspek dukungan sosial yang dipakai dalam penelitian ini seperti yang telah

disebutkan di atas merupakan aspek-aspek dukungan sosial berdasarkan teori

(57)

Aspek dukungan sosial dapat dibagi menjadi

a. Aspek dukungan emosional

Aspek dukungan emosional yang berkaitan dengan

bantuan-bantuan yang berkaitan dengan keadaan emosi seseorang seperti ungkapan

empati, kepedulian dan perhatian.

b. Aspek dukungan instrumental

Aspek ini berkaitan dengan sesuatu yang memperlancar jalannya

suatu pekerjaan seperti meyediakan alat-alat yang dibutuhkan saat bekerja,

membantu melakukan pekerjaan secara langsung dan memberikan peluang

waktu untuk melakukan pekerjaan.

c. Aspek dukungan informatif

Aspek ini berkaitan dengan memberikan informasi yang

dibutuhkan pada saat seseorang bekerja baik dalam bentuk nasihat,

petunjuk, saran dan umpan balik atas pekerjaan yang telah dilakukan.

d. Aspek dukungan penghargaan

Aspek ini berkaitan dengan adanya penghargaan positif terhadap

hasil kerja seseorang, memberi dorongan untuk tetap maju, menyetujui

gagasan dan perasan seseorang dan perbandingan positif orang tersebut

dengan orang lain.

Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya dukungan sosial

dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek

berdasarkan skor skala Dukungan sosial yang Dirasakan dengan metode skala

(58)

dukungan sosial subjek, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka

semakin rendah pula dukungan sosial subjek.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 61 orang karyawan pabrik bagian

produksi. Kharakteristik subjek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. Bekerja pada perusahaan yang sama

Kriteria ini ditentukan mengingat bahwa lingkungan kerja yang

berbeda akan memungkinkan perbedaan tingkat stres dan ketersediaan

dukungan sosial. Sehingga jika menggunakan karyawan dari perusahaan yang

berbeda memungkinkan data yang muncul kurang reliable dan kurang valid

serta memungkinkan munculnya error penelitian.

2. Masa kerja minimal 1 tahun

Kriteria ini ditentukan mengingat stres kerja dapat diakibatkan oleh

kondisi dimana seseorang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan

kerjanya. Pekerja yang baru saja bekerja di suatu tempat akan menjalani

proses adaptasi dan kurangnya pengalaman yang dapat mengakibatkan stress

kerja yang tinggi pada mereka. Peneliti menilai bahwa waktu 1 tahun

merupakan waktu yang cukup untuk beradaptasi. Sehingga dengan memilih

subjek dengan masa kerja minimal 1 tahun diharapkan stress kerja yang

(59)

bukan stress kerja yang berasal dari ketidakmampuannya dalam beradaptasi

atau kurangnya pengalaman dalam melakukan pekerjaannya.

3. Karyawan tetap pada suatu pabrik

Kriteria ini ditentukan mengingat dukungan sosial dan stres kerja

antara karyawan tetap dengan karyawan outsourcing dapat berbeda. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan seperti

tunjangan pada karyawan outsourcing ditentukan oleh perusahaan asal

karyawan bukan perusahaan tempat ia bekerja.

E. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hadi

(1991) menjelaskan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel didasarkan

pada adanya tujuan tertentu dimana subjek yang diambil adalah subjek yang

benar-benar memiliku ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang

merupakan ciri-ciri pokok populasi.

F. Alat Pengambilan Data

Alat pengambilan data adalah skala dengan metode Skala Likert yang

dibuat oleh peneliti.

1. Judul Instrumen

Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini, yaitu

Gambar

Gambar 1 Kerangka Alur Pemikiran Penelitian
Tabel 1. Blue print Skala Dukungan sosial
Tabel 2. Blue print Skala StresKerja
Tabel 3. Nilai Skala Kategori
+4

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi dan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan keterampilan proses sains (KPS) mengalami peningkatan. Dengan demikian disimpulkan: 1) dapat dibuat rancangan model

Pada tahun pertama (tahun 2012) penelitian akan ditujukan untuk: 1) Mengindentifikasi potensi sumber daya perikanan di Kabupaten Klaten yang dapat dikembangkan sebagai

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) peran PMO pada pasien TB paru di di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo sebagian besar adalah berperan, (2) keberhasilan pengobatan TB

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat

Penelitian ini menghasilkan hipotesa strategi pemasaran cross-selling yang merupakan preferensi layanan pelanggan, melalui peluang penjualan additional product untuk

[r]

Alhamdulillahirabbill’alamin atas segala Anugerah Rahmat dan Karunia yang dilimpahkan Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

langsung sehingga pada ujung jalan dibuat gerbang berupa dinding batu alam serta diberi tulisan “Taman Kuliner” untuk memperjelas batas wilayah Taman Kuliner sekaligus menjadi