PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)
S k r i p s i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Dima Wuenta Caesaria NIM: 049114102
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
“Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang
dapat menandingi TUHAN.”
(Amsal 21:30)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku.”
(Filipi 2:6)
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan
kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal.”
(Mazmur 139:23)
“Belajarlah untuk melihat ke atas dan ke bawah secara seimbang.
Melihat ke atas untuk semangat dan optimisme. Melihat ke bawah
untuk hati yang bersyukur dan kepekaan mengasihi.”
(Penulis)
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus,
Nek Karo (di Surga,)
Papa & Mama,
Semua saudara,
Sahabat-sahabat,
vi
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI
PT. Industri Karet Nusantara
PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)
Dima Wuenta Caesaria
ABSTRAK
Stres kerja menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena stres kerja berpengaruh pada kepuasan kerja. Banyak cara untuk mereduksi stres, salah satunya dengan adanya dukungan sosial yang dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan stres kerja. Subjek penelitian adalah 61 orang karyawan pabrik bagian produksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles), Medan. Kriteria subjek penelitian adalah bekerja pada perusahaan yang sama, masa kerja minimal satu tahun dan karyawan tetap pada suatu pabrik. Alat ukur penelitian adalah Skala Dukungan Sosial yang Dirasakan dan Skala Stres Kerja. Penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows versi 17.00 untuk menganalisis data penelitian. Seleksi item pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan korelasi item total. Setelah analisis item, Skala Dukungan Sosial memiliki 30 item, sedangkan Skala Stres Kerja memiliki 20 item. Skala Stres Kerja memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,917 dan Skala Dukungan Sosial memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,912. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kedua alat ukur ini tinggi karena angka koefisien reliabilitasnya mendekati 1.Pengujian hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan kedua variabel adalah Product-Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara Dukungan Sosial yang Dirasakan dan Stres kerja. Hasil ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = -0,506 dengan koefisien signifikansi p = 0,00, p < 0,05.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan stres kerja.
vii
The Relationship Between Social Support and Work Stress on Factory Production Area’s Employee at PT. Industri Karet Nusantara
PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)
Dima Wuenta Caesaria
ABSTRACT
Work stress become an important things to be observe because it give an influence to job satisfaction. There is so many way to reduce work stress, one of them is the presence of perceived social support. The aim of this research was to investigate the relationship between perceived social support and work stress. The research subject were 61 factory production area’s employee of PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles), Medan. The subject criteria for the research were the employee who working in the same company, minimum work period is one year and permanent employee in a factory. This research used SPSS for Windows verse 17.00 program to analized research’s data. Item selection in the research were qualitative analysis and intem-total correlation. After item selection, Social Support Scale had 30 items and Work Stress Scale has 20 items. The reliability coefficient (α) for Work Stress Scale was 0.880 and for Social Support Scale was 0.912. This coefisient indicate that both measuring instrument had a high reliability because of the value of reliability coefficient (α) almost reach 1.The hypothesis testing that used to saw the relationship between that two variable was Pearson Product-Moment. The result indicate that there was a significant negative correlation between social support and work stress. This result shown by correlation coefficient value rxy = -0.506 with
probability coefficient value p = 0.00 , p < 0,05. Based on the description above could be it concluded that there was a negative significant correlation between perceived social support and work stress.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bapa dan Teman yang terbaik yang selalu memberikan rahmat, berkat, kekuatan, perlindungan, pembelajaran, pembentukan karakter dan membuka-bukakan jalan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik pada waktu yang terindah yang penulis alami.
Karya penulis yang sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna ini dapat penulis selesaikan dengan bantuan baik moril maupun materil dari setiap pribadi yang penulis jumpai. Pada kesempatan yang teristimewa ini, penulis dengan kerendahan hati hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas kesabaran bapak yang luar biasa dalam membimbing dan memberikan saran kepada saya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Thanks a lot sir, you are the best lecture for me and please take my appologize
for all my false to you.
4. Kristiana Dewayani, S.Psi, M.Si, selaku dosen penguji. Terima kasih untuk saran dan masukan dan waktu yang membuat kelulusan ini lebih bermakna. 5. Ibu Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., selaku dosen penguji dan pembimbing
akademik Terima kasih banyak ya Mbak untuk saran dan masukan selama saya menyelesaikan skripsi dan semua bimbingan akademisnya yang sangat membantu saya menjalani masa-masa studi di Psikologi.
x
7. Ibu Agnes Indar Etikawati., S.Psi., Psi., M.Si. Terima kasih banyak telah memberikan saya kesempatan menjadi asisten dosen matakuliah Tes Inventori dan Tes Proyektif : Grafis. Kesempatan yang luar biasa untuk saya belajar berbagi dengan adik-adik angkatan
8. Seluruh Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih Pak, Bu buat semangat yang luar biasa membagikan ilmu dalam berbagai kesempatan.
9. Seluruh karyawan di Fakultas Psikologi USD, yaitu mbak Nanik, mas Gandung dan Pak Gik, mas Muji dan mas Doni. Terima kasih untuk banyak sekali bantuan dan kesabaran dalam membantu saya selama proses administrasi, kuliah dan skripsi.
10.PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread &Rubber Articles), Medan. Terima kasih atas ijin penelitian dan berbagai kemudahan yang diberikan dan untuk waktu penelitian yang sangat menyenangkan untuk saya.
11.Bapak Anuwar dan Bapak Hendra Syahputra, ST. Terima kasih untuk bantuan, penjelasan dan kemudahan yang bapak berikan selama saya melakukan penelitian.
12.Seluruh karyawan bagian produksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread &Rubber Articles), Medan. Terima kasih atas kesediaan mengisi angket penelitian saya serta sharing mengenai berbagai hal selama saya meneliti.
13.Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Unit Paingan, seluruh staf terutama Romo, Bu Ani, Pak Sunu, Teteh, Mbak Desi, Mas Rahmadi, Mas Suwardi serta teman-teman Mitra, Mbak Prima, Maya, Ismaya, Mbak Dwi, Mbak Evi, Sanja, Nino, Putri, Putu, Iray dan Matilda. Terima kasih buat pengalaman, canda tawa dan pembelajaran yang telah kalian berikan untuk saya.
xi
15.Mama dan Papa. Terima kasih untuk segala yang boleh Papa dan Mama berikan kepada Dima, baik waktu, tenaga, semangat, kesabaran, emosi, pembelajaran hidup, cerewetan dan biaya. Ribuan terima kasih rasanya tak cukup untuk mengungkapkan terima kasih yang ada di hati. You are the best parent for me Mom, Dad and I feel so blessed I have you in my perfect life.
Thank you so much and I love you.
16.Alm Bulang, Nini, Bulang di Medan, Nek Karo dan Bulang Kemang, Bibik-bibik, Bapak, Kila, Mama, Mami, Kakak, Adik dan Keponakanku yang tersayang. Terima kasih sudah memenuhi hidupku dengan cinta dalam berbagai cara yang kalian lakukan. Hatiku kupastikan lengang tanpa kalian. 17.Nico Flamonia. Terima kasih untuk telinga yang selalu mendengarkan
ceritaku selama mengerjakan skripsi ini.
18.Seluruh teman Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Terima kasih untuk waktu-waktu belajar bersama kalian yang sangat menyenangkan.
19.Psyfartem yaitu Shirleen, Hengky, Juwanta, Fendi, Supri, Elsa, Pipit dan Hendro “Plentong”. Terima kasih ya teman-temanku sayang untuk cerewetannya, dukungannya, semangatnya, waktu untuk curhatnya dan terutama buat waktu tertawa yang tak pernah terlupa setiap pertemuan kita. 20.Alm Om, Tante, Fransisca Metta Amelia Lukito, Caroline Lukito, Lita Lukito
dan Nia Lukito. Terima kasih ya buat kesempatan saya dapat mengenal keluarga yang sangat menyenangkan. Terutama untuk Metta terima kasih ya sering mengingatkan aku untuk dekat sama Tuhan. You are my inspiration for it Met.
21.Mbak Ita, Oh Kinoy, Mbak Sari, Mas Toa, Bli Pande, Leni Lolita, Verty, Raniy, Ndol, Kadek, Ita, Ferani dan Angga. Terima Kasih ya teman-teman, kalian mengajari aku banyak hal yang tidak aku mengerti sebelumnya.
22.PMK Ebenhaezer, kakak dan adik rohaniku. Terima kasih menjadi tempat saya menemukan berkat Tuhan dalam hidup saya dan kebersamaan salaing melayani yang saya rasakan. Be blessed to be blessing Guys!!!
xii
terbaik saya, juga untuk kesempatan menjadi koordinator. Pengalaman yang sangat luar biasa saya alami dalam berbagai suka dukanya.
24.Setiap orang yang saya temui dalam hidup khususnya selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah memenuhi cawan kehidupan Saya dan jadikannya bermakna.
Yogyakarta, Desember 2009
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Motto dan Persembahan ... iv
Halaman Pernyataan Keaslian Karya ... v
Abstrak ... vi
Abstract ... vii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xiii
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
3. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ... 16
B. Dukungan Sosial ... 24
1. Pengertian Dukungan Sosial... ... 24
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial ... 26
3. Manfaat Dukungan Sosial ... ... 29
C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja ... 31
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Identifikasi Variabel... 37
C Definisi Operasional... 38
D Subjek Penelitian... 41
E. Teknik Sampling ... 42
F. Alat Pengambilan Data ... 42
G. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur ... 46
1. Validitas ... 46
2. Seleksi Aitem ... 47
3. Reliabilitas ... 50
H. Prosedur Pengambilan Data ... 52
I. Analisis Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Persiapan Penelitian ... 55
B. Orientasi Kancah ... 55
C. Pelaksanaan Penelitian ... 59
D. Hasil Penelitian ... 60
1. Deskripsi Data Penelitian... 60
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue print Skala Dukungan Sosial ... 43
Tabel 2. Blue print Skala Stres Kerja ... 44
Tabel 3. Nilai Skala Kategori ... 45
Tabel 4. Distibusi Item Skal Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item ... 49
Tabel 5. Distribusi Item Skala Stres Kerja Setelah Seleksi Item ... 50
Tabel 6. Data Teoretik Dukungan Sosial dan Stres Kerja ... 60
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala Penelitian ... 75
Lampiran B. Tabulasi Data & Reliabilitas Skala Sebelum Seleksi Item .... 82
Lampiran C. Hasil Seleksi Aitem dan Reliabilitas ... 105
Lampiran D. Hasil Uji Normalitas & Linearitas ... 126
Lampiran E. Hasil Olah Data ... 130
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada umumnya manusia dewasa memiliki kebutuhan untuk bekerja
guna memenuhi kebutuhan dirinya atau orang lain yang ditanggung
kehidupannya. Terdapat banyak sekali ragam pekerjaan, mulai dari pekerjaan
yang membutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi sampai pada
pekerjaan yang membutuhkan kemampuan fisik yang tinggi Seseorang
tentunya akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan
yang dimiliki. Sanah satunya pekerjaan yang dianggap sebagian masyarakat
lebih membutuhkan kemampuan fisik dibandingkan dengan kemampuan
intelektual adalah karyawan pabrik yang sering juga disebut sebagai buruh
pabrik. Hal ini membuat pekerjaan menjadi karyawan pabrik menjadi salah
satu alternatif pekerjaan di kota besar terutama untuk para pendatang yang
kurang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi yang disebabkan oleh
minimnya pendidikan yang mereka tempuh.
Tantangan karyawan pabrik bagian produksi tidak hanya mengenci
beban kerja yang tinggi, namun tidak jarang jika terdapat barang yang tidak
memenuhi persyaratan kualitas maka karyawan tersebut harus mengganti
kerugian dengan sejumlah uang. Hal ini sangat memberatkan terlebih melihat
kondisi ekonomi buruh yang pada umumnya kurang mampu. Selain bekerja
untuk bekerja lebih dari jam kerja yang ditentukan atau dengan kata lain
lembur, terutama pada saat terdapat pesanan yang harus segera dipenuhi.
Vidak jarang dari mereka yang harus bekerja lebih dari delapan belas jam
nonstop.
Tidak hanya berkaitan dengan beban kerja dan faktor ekonomi,
karyawan pabrik bagian produksi seringkali bekerja di lingkungan kerja yang
kurang baik, seperti lingkungan yang memiliki kebisingan yang tinggi, suhu
ruangan yang sangat tinggi, kurang terang ataupun terlalu terang serta
keadaan-keadaan lain yang membuat mereka tidak nyaman. Hal ini sesuai
dengan penjelasan Hurrel,dkk (Munandar, 2001) yang menyatakan bahwa
salah savu faktor stres adalah tuntutan fisik seperti suara bising, vibrasi dan
hygiene, tuntutan tugas yang meliputi kerja shift atau kerja malam, beban kerja
dan penghayatan dari resiko dan bahaya serta tunutan dari luar organisasi atau
pekerjaan yang salah satunya berkaitan dengan kondisi finansial.
Karyawan pabrik bagian produksi yang harus berhadapan dengan
stresor-stresor tersebut tentu saja akan berusaha beradaptasi dengan kedaan
tersebut. Namun jika karyawan tersebut tidak dapat beradaptasi dengan hal
tersebut ataupun kondisi yang sama terjadi terus menerus maka karyawan
tersebut akan mengalami stres. Sebagaimana yang diutarakan Andriani dan
Subekti (2004) bahwa manusia akan mengalami stres apabila orang tersebut
kurang mampu mengadaptasikan keinginan dengan kenyataan.
Stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik
mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 1992). Anoraga
(1992) menambahkan selama stres sgseorang dapat memunculkan
reaksi-reaksi tertentu yang dapat dilihat dari tiga jenis gejala yaitu gejala fisik,
emosional dan sosial, dimana ketiga bentuk gejala ini bisa saja langsung
terjadi ataupun membutuhkan waktu beberapa saat untuk muncul.
Gejala-gejala stres ini dapat berupa Gejala-gejala ringan sampai berat, dimana salah satu
akibat stres di lingkungan kerja adalah penurunan produktifitas kerja sampai
burnout.
Stres kerja dapat membawa dampak yang buruk. Quick,dkk (Landy
dan Conte,2004) menyebutkan bahwa stres kerja dapat berdampak secara
fisik, psikologis dan perilaku. Secara fisik, stres kerja pada dasarnya
menyebabkan beberapa penyakit seperti hepatitis, stroke, borok, sakit tulang
belakang, arthritis, sakit kepala, tekanan darah tinggi, detak jantung yang
cepat serta gangguan hormon. Sedangkan secara psikolologis stres kerja dapat
pada dasarnya menyebabkan kesehatan mental seseorang seperti mengalami
burnout, depresi, kecemasan, masalah keluarga, gangguan tidur dan
ketidakpuasan kerja. Selain itu secara"perilaku stres kerja juga menyebabkan
perilaku yang kurang baik seperti ketidakhadiran, lateness (terjaga sampai
larut malam), penyalahgunaan obat, alkohol dan tembakau, kecelakaan,
sabotase, kekerasan, pengambilan keputusan dan pemrosesan informasi yang
buruk, unjuk kerja dan pindah kerja.
Salah satu contoh bagaimana stres dapat merugikan bagi karyawan
indonesia dikagetkan oleh pemberitaan percobaan bunuh diri seorang gadis di
Rekanbaru. Gadis tersebut berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan
menyayat urat nadinya sendiri serta mencoba melompat dari lantai VI sebuah
pusat perbelanjaan tempat kerjanya. Setelah diselidiki ternyata gadis tersebut
nekad untuk bunuh diri setelah ia dimintai pertanggung jawaban atas sejumlah
besar uang oleh bosnya. Namun gadis tersebut masih beruntung, pada saat ia
menjatuhkan diri, warga sekitar menangkap tubuhnya dengan kasur busa
seadanya (www.kompas.com). Terlihat di sini bahwa gadis tersebut awalnya
memiliki konflik dengan bosnya berkaitan dengan sejumlah uang. Konflik
tersebut menyebabkan stres pada gadis tersebut. Dampak stres yang tampak
pada gadis ini adalah depresi yang terlihat dari usahanya untuk bunuh diri.
Kasus di atas bukan satunya-satunya kasus yang menggambarkan bagaimana
stres kerja dapat menimbulkan dampak buruk bagi karyawan dan perusahaan.
Terdapat berbagai kasus serupa baik di negara kita maupun negara-negara
lainnya.
Dampak buruk stres tidak hanya mempengaruhi karyawan namun juga
mempengaruhi perusahaan. Stres kerja yang berlebihan dapat berpengaruh
pada unjuk kerja karyawan, dimana unjuk kerjanya akan rendah. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Foresman (Robbins, 1996) bahwa jika terlalu banyak stres
yang berurusan dengan permintaan yang tidak tercapai atau membuat
seseorang tidak leluasa maka ini akan menghasilkan unjuk kerja yang rendah.
Unjuk kerja karyawan yang buruk tentunya akan berpengaruh pada
stres juga seringkali memutuskan untuk pindah kerja. Jika tingkat pindah kerja
(turnover) pada perusahan tinggi maka produktifitas perusahan tersebut juga
akan menurun.
Kasus-kasus yang serupa dengan kasus di atas dapat terjadi karena
seseorang kurang mampu beradaptasi dengan stres yang dialaminya di tempat
kerja. Untuk beradaptasi dengan stres, seseorang harus memiliki kekuatan
fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarafino (1994) yang
menyatakan bahwa olahraga dan kondisi fisik yang sehat dapat melindungi
seseorang dari efek-efek stres yang membahayakan pada kesehatan. Pola pikir
yang lebih juga dibutuhkan untuk dapat beradaptasi dengan baik. Pola pikir ini
berupa pemaknaan ulang kognisi dimana seseorang mencoba meletakkan
pandangan yang positif pada hal-hal negatif, seperti memberi catatan bahwa
hal tersebut dapat menjadi lebih buruk, membuat perbandingan pada
seseorang yang keadaannya lebih buruk dan mencoba mencari hal baik yang
muncul dari permasalahan tersebuv (Sarafino, 1994).
Selain kekuatan fisik dan pola pikir, pada saat beradaptasi dengan
stres, seseorang juga dapat mencari dukungan dari orang lain. Dukungan
tersebut dinamakan dukungan sosial (social support). Landy dan Conte (2004)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, bantuan, atau informasi
yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal dengan orang
lain atau kelompok. House (Landy dan Conte,2004) membedakan dukungan
sosial ke dalam empat bentuk yaitu dukungan instrumental, dukungan
Pada karyawan pabrik bagian produksi, stresor yang utama adalah
beban kerja. Beban kerja yang berat membuat karyawan mengalami stress
kerja. Keadaan stres ini menyebabkan emosi yang buruk mulai dari sedih
sampai marah. Emosi yang seperti ini pada akhirnya seringkali menyebabkan
relasi interpersonal mereka menjadi tegang. Keadaan lingkungan kerja dimana
hubungan interpersonal antar karyawan tegang membuat lingkungan sosial di
tempat kerja menjadi vidak baik dan pada akhirnya menimbulkan lingkungan
kerja yang penuh stres bagi karyawan pabrik bagian produksi. Melihat
lingkungan sosial dapat menyebabkan lingkungan kerja yang stres maka
dukungan sosial sangatlah dibutuhkan oleh karyawan pabrik bagian produksi.
Dukungan sosial yang diberikan oleh rekan kerja kepada seseorang
dapat membantu seseorang untuk mengurangi dampak stres yang ia hadapi di
tempat kerja. Pernyataan ini didukung oleh Shulman (1991) yang menyatakan
bahwa sistem dukungan formal dan informal dapat disajikan untuk menahan
pengaruh stres pada pekerja, membantu mereka untuk mengatur semangat
juang dan meningkatkan efektifitas mereka dengan klien-kliennya. Dukungan
dapat disediakan oleh supervisor (atasan), kolega dan ahli-ahli lainnya.
Dukungan tersebut dinamakan dukungan sosial yang terdiri dari empat
aspek yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental dan dukungan informatif (House dalam Smet, 1994). Dukungan
sosial yang diterima oleh karyawan tersebut membuat mereka merasa
berharga, dicintai, didukung, diterima dan merasa tenang. Kondisi ini dapat
sesuai dengan pernyataan beberapa ahli yang dimuat dalam Kim, Sherman dan
Taylor (2008) yang menyatakan bahwa dukungan sosial secara efektif
mereduksi distres psikologis sperti depresi atau kecemasan selama masa-masa
stres, demikian pula dengan hasil penelitian Bolger, Zuckerman dan Kessler
(2000) yang menyatakan bahwa dukungan sosial meningkatkan keoampuan
beradaptasi terhadap stresor pada umumnya.
Penelitian-penelitian yang hendak meneliti mengenai kemungkinan
bahwa dukungan sosial mengurangi masalah-masalah kesehatan dengan
melindungi seseorang dari efek-efek negatif stres kerja disebut dengan
Hipotesis buffer atau moderator (buffer or moderator hypothesis). Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan Frese (Landy dan Conte, 2004).
Frese melakukan penelitian longitudinal pada 90 pekerja pandai besi kerah
biru (blue-collar metalworkers). Penelitian ini menemukan bukti untuk
hipotesis buffer dalam mengurangi kecemasan dan ketegangan ketika
dukungan sosial secara langsung tepat kepada stresor sosial seperti konflik
kerja dengan seorang supervisor (atasan).
Melihat adanya fenomena seperti kasus yang telah disebutkan di atas
serta adanya kemungkinan bahwa dukungan sosial dapat melindungi
seseorang dari efek-efek negatif stres kerja membuat peneliti tertarik mencari
bukti terhadap hipotesis buffer tersebut terutama pada karyawan bagian
produksi melalui pgnelitian yang akan peneliti lakukan. Sehingga dalam
hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja pada karyawan pabrik
bagian produksi.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun pertanyaan penelitian yang ingin diungkap peneliti adalah
apakah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial
dengan stres kerja pada karyawan pabrik bagian produksi?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan negatif antara dukungan sosial dengan stres kerja yang dirasakan
oleh karyawan.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu Psikologi
khususnya Psikologi Industri dan terutama dalam hal dukungan sosial dan
stres kerja.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan yang
memiliki bagian produksi pada struktur organisasinya, seperti perusahaan
manufaktur, sehingga dapat lebih memperhatikan masalah dukungan sosial
bagi karyawan. Selain bagi perusahaan, penelitian ini juga berguna bagi
karyawan. Karyawan juga dapat memperhatikan dukungan sosial di sekitar
mereka untuk mengurangi stres kerja. Selain itu, penelitian ini diharapkan
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Stres dapat dialami seseorang dalam segala aspek kehidupannya
termasuk pada saat bekerja. Menurut Handoko (2001) stres kerja adalah suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
seseorang, dimana stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Muchlas (2005) yang menyebutkan bahwa stres kerja adalah tekanan
pekerjaan yang dialami karyawan yang menyebabkan hambatan pada proses
berpikir, emosional dan gangguan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi
kinerja dan kesehatan, bahkan dapat mengancam kemampuan untuk mengatasi
lingkungan.
Jika definisi stres kerja di atas lebih menekankan pada akibat yang
dihasilkan oleh stres kerja, maka definisi yang diutarakan oleh Greenberg dan
Newman lebih menyoroti pada hal-hal yang dapat mengakibatkan stres kerja.
Greenberg (2004) menyatakan bahwa stres kerja adalah kombinasi dari
sumber tekanan di tempat kerja, karakteristik individu dan sumber stres
organisasi lainnya. Sedangkan menurut Beehr dan Newman (Luthans, 2005)
dan pekerjaan serta dikarakterisasikan oleh perubahan manusia yang
memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.
Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) stres kerja merupakan hasil
yang penting dari interaksi antara tugas pekerjaan dengan individu-individu
yang melaksanakan pekerjaan itu. Definisi ini menekankan pada bagaimana
tugas dan individu dapat saling berinteraksi dan menghasilkan stres.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa stres kerja adalah tekanan pekerjaan yang dapat mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan gangguan fisik yang dapat menghambat kinerja seseorang.
2. Aspek-aspek Stres Kerja
Greenberg (2004) menyatakan bahwa stres kerja adalah kombinasi dari
sumber tekanan di tempat kerja, karakteristik individu dan sumber stres
organisasi lainnya. Berdasarkan definisi tersebut maka secara sederhana
streskeja dapat diartikan sebagai stres di tempat kerja. Pada dasarnya stres
kerja merupakan stresyang umumnya dirasakan oleh seseorang hanya saja
disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di lingkungan pekerjaan, sehingga
aspek-aspek stres kerja pun pada dasarnya sama dengan aspek-aspek stres.
Stres kerja dapat dilihat dalam beberapa aspek. Sarafino (1994) membagi
a. Aspek Biologis
Aspek ini dapat dilihat dari reaksi fisik tubuh pada saat seseorang
mengalami stres. Stres seringkali menimbulkan masalah kesehatan yang
merupakan hasil dari pelemahan fungsi kekebalan tubuh, seperti borok,
tekanan darah tinggi dan asma. Jika kondisi stres berlangsung terus, maka
penyakit dan kerusakan secara fisik akan meningkat dan kematian dapat
saja terjadi.
Sejalan dengan Sarafino, Anoraga (1992) menambahkan bahwa
gejala biologis pada saat seseorang mengalami stres adalah sakit kepala
(pusing, migrain, vertigo), sakit maag, mudah kaget (berdebar-debar),
banyak keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher
belakang sampai punggung, dada rasa panas atau nyeri, rasa tersumbat di
kerongkongan, gangguan psikoseksual, mafsu makan menurun, mual,
muntah, gejala kulit, bermacam-macam gangguan menstruasi, keputihan,
kejang-kejang, penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi dan
serangan jantung.
b. Aspek Psikososial
Pada saat seseorang mengalami stres maka aspek psikososial juga
memainkan peran di dalamnya. Aspek psikososial sendiri dapat dibagi lagi
1) Aspek Kognisi
Aspek ini dapat dilihat dari dampaknya pada kognisi seseorang.
Cohen,dkk (Sarafino, 1994) mengatakan bahwa tingkat stres yang
tinggi dapat merusak memori seseorang dan perhatiannya selama
aktivitas kognitif. Dampak stres dalam hal kognisi ini berupa
pengabaian ataupun kesalahan dalam memahami informasi penting dan
kesulitan mengingat.
2) Aspek Emosi
Aspek emosi ini dapat dilihat dari reaksi emosi yang muncul
pada saat seseorang stres yaitu takut, kecemasan, perasaan sedih,
depresi dan kemarahan. Anoraga (1992) menambahkan gejala
emosional dapat dilihat dari keadaan pelupa, sukar konsentrasi, sukar
mengambil keputusan, cemas, was-was, kuatir, mimpi-mimpi buruk,
murung, mudah marah atau jengkel, mudah menangis, pikiran bunuh
diri, gelisah dan pandangan putus asa.
3) Aspek Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku seseorang kepada orang lain.
Pada saat seseorang mengalami kondisi penuh stres tertentu seseorang
dapat membangun hubungan yang kooperatif dan perilaku menolong.
Namun pada situasi stres yang lainnya seseorang dapat menjadi kurang
suka bergaul, kurang dapat memberikan perhatian, lebih meninjukkan
Gejala sosial yang dapat diamati adalah makin banyak merokok
atau meminum minuman keras atau makan, sering mengontrol pintu
dan jendela, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar
sampai membunuh (Anoraga, 1992).
Berbeda dengan penjelasan di atas, Everly dan Girdani (dalam
Munandar, 2001) membagi tanda-tanda adanya disstres sebagai berikut:
a. Tanda-tanda Suasana Hati (Mood)
Tanda-tanda kehadiran disstres yang berkaitan dengan suasana hati
dapat berupa menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur
pada malam hari (somnabulisme), menjadi mudah bingung dan lupa,
menjadi sangat tidak nyaman dan gelisah serta menjadi gugup.
b. Tanda-tanda Otot Kerangka (Musculoskeletal)
Tanda-tanda otot kerangka yang dapat diamati adalah jari-jari dan
tangan gemetar, tidak dapat duduk diam dan berdiri di tempat,
mengembangakan tic, kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau
kaku, menggagap jika berbicara dan leher menjadi kaku.
c. Tanda-tanda Organ-organ dalam Badan (Visceral)
Tanda-tanda organ-organ dalam badan yang dapat dialami seperti
perut terganggu, merasa jantung berdebar, banyak berkeringat, tangan
berkeringat, merasa kepala ringan atau akan pingsan, mengalami
kedinginan, wajah menjadi panas, mulut menjadi kering, mendengar bunyi
George and Jones (2005) menjelaskan aspek stres kerja dari dampak
yang ditimbulkan stres kerja, dimana dampak tersebut dapat dibagi sebgai
berikut :
a. Dampak Fisik
Dampak fisik stres meliputi susah tidur, telapak tangan berkeringat,
merasa bergejolak, gemetar, hati terasa seperti dipukul-pukul, kenaikan
tekanan darah, sakit kepala, pusing, kemuakan, sakit perut, sakit
punggung, pembengkakan hati dan kerusakan pada sistem daya tahan
tubuh. Dampak fisik stres yang paling buruk dapat terjadi jika stres
dirasakan dalam jangka waktu panjang, seperti sakit jantung, tekanan
darah tinggi, penyakit kardiovaskular serta penyakit hati.
b. Dampak Psikologis
Dampak stres dalam hal psikologis yang paling umum adalah
mengalami perasaan penuh stres dan emosi mulai dari suasana hati yang
buruk, kecemasan, khawatir dan kesedihan sampai kepada perasaan marah,
rasa penghinaan, perasaan tidak enak/kepahitan dan perasaan bermusuhan.
Seseorang cenderung memiliki sikap yang negatif pada saat ia mengalami
stres. Karyawan yang mengalami stres cenderung memandang negatif
beberapa aspek dalam pekerjan dan organisasinya serta cenderung
memiliki kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang rendah. Karyawan
yang stres juga dapat merasa tidak dihargai, merasa kurangnya kontrol dan
merasakan bahwa pekerjaan mereka mencampuri urusan pribadi mereka.
c. Dampak Perilaku
Stres juga memberikan dampak pada perilaku seseorang. Stres
pada kadar tertentu akan meningkatkan unjuk kerja karyawan sampai pada
batas tertentu. Namun jika batas tersebut terlewati maka unjuk kerja
terebut kembali menurun. Selain mengurangi unjuk kerja karyawan,
dampak stres pada perilaku meliputi ketegangan dalam hubungan
interpersonal, ketidakhadiran dan pindah kerja (turnover). Pada saat
karyawan mengalami stres pada tingkat yang tinggi maka sulit bagi
mereka untuk dapat memeberikan perhatian dan memahami orang lain
baik rekan kerja, bawahan, atasan maupun pelanggan seperti biasanya.
Karyawan yang biasanya mudah setuju dapat tiba-tiba menjadi marah juga
dapat terjadi pada saat ia mengalami stres. Selain itu karyawan yang stres
juga memiliki hubungan yang tegang dengan pasangan dan keluarga.
Berdasarkan penjelasan di atas maka aspek stres kerja yang akan
digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Sarafino (1994) dan
Anoraga (1992) yang dilengkapi oleh pendapat Everly dan Girdani
(Munanadar, 2001) serta George dan Jones (2005) yang dapat dibedakan
menjadi aspek bilogis/fisik, aspek emosi, aspek kognisi dan aspek perilaku.
3. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Hurrel, dkk
(Munandar, 2001) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang dapat
a. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan
Termasuk dalam kategori ini adalah tuntutan fisik dan tuntutan
tugas. Tuntutan fisik adalah suara bising, vibrasi, hygiene. Sedangkan
tuntutan tugas adalah kerja shift atau kerja malam, beban kerja dan
penghayatan dari resiko dan bahaya.
b. Peran individu dalam organisasi
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam
organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya
yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai
dengan yang diharapkan oleh atasannya. Yang dianggap sebagai
pembangkit stres dalam bagian ini adalah konflik peran dan ketidakjelasan
peran (role ambiguity)
c. Pengembangan karier
Hall (Munandar, 2001) mengungkapkan bahwa pengembangan
karier mengacu pada aktivitas kerja yang diikuti sepanjang waktu, yang
dapat melibatkan beberapa pekerjaan dan berbagai jenis jabatan selama
beberapa waktu. Hal yang secara potensial dapat membangkitkan stres
berkaitan dengan pengembangan karier adalah ketidakpastian pekerjaan,
promosi yang berlebihan dan promosi yang kurang.
d. Hubungan dalam pekerjaan
Menurut Argyris dan Cooper (Munandar, 2001) hubungan yang
baik antar anggota dari suatu kelompok kerja dianggap sebagai faktor
tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah,
taraf pemberian support yang rendah dan minat yang rendah dalam
pemecahan masalah dalam organisasi.
e. Struktur dan iklim organisasi
Faktor stres dalam kategori ini adalah sejauh mana tenaga kerja
dapat terlibat atau berperan serta dan pada support sosial. Penelitian
menunjukkan kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan
keputusan berhubungan dengan suasana hati dan perilaku yang negatif.
f. Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan
Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan,
keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang saling bertentangan,
konflik antar tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat
merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya yang pada akhirnya
dapat menimbulkan stres.
g. Ciri-ciri individu
Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, atau dalam bentuk perilaku
terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya,
mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang
didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, penghalaman lalu, keadaan
kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan
dan pembelajaran).
Sedikit berbeda dengan Hurrel,dkk, Riggio (2003) membagi
a. Penyebab-penyebab organisasional.
Penyebab-penyebab organisasional merupakan penyebab stres
yang berasal dari dalam lingkungan kerja, yang dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut.:
1) Penyebab yang berasal dari pekerjaan
Penyebab yang berasal dari pekerjaan dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut:
a) Beban kerja berlebihan (Work overload)
Terjadi pada saat pekerjaan membutuhkan kecepatan, hasil
atau konsentrasi yang berlebihan.
b) Kurang dimandaatkan (Underutilization)
Terjadi pada saat seseorang merasa bahwa pekerjaannya
tidak menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuannya
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
c) Ketidakpastian kerja (Job uncertainty)
Terjadi pada saat aspek-aspek pekerjaan seperti tugas dan
persyaratanya tidak diberitahukan secara jelas, sehingga karyawan
tidak yakin dengan tugas dan tanggung jawabnya.
d) Kondisi fisik tempat kerja (Physical condition)
Kondisi fisik tempat kerja meliputi temperatur tinggi,
kebisingan, kurangnya pencahayaaan dan ventilasi, serta tempat
2) Penyebab yang berasal dari relasi dengan karyawan lain
Penyebab yang berasal dari relasi dengan karyawan lainnya
terdiri dari :
a) Stres interpersonal (Interpersonal stres)
Terjadi pada saat seseorang mengalami kesulitan untuk
membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain di
lingkungan kerja, serta pada saat seseorang berada pada situasi
konflik dengan rekan sekerjanya.
b) Kurangnya pengawasan (Lack of control)
Stres dapat terjadi jika seseorang merasa kurang diawasi
baik dalam hal lingkungan kerja maupun perilaku bekerja mereka
sendiri.
3) Perubahan dalam organisasi
Stres dapat terjadi jika terdapat perubahan pada organisasi kerja
seperti reorganisasi perusahaan, penggabungan dua perusahaan atau
akuisisi sebuah perusahaan oleh perusahaan lainnya, peruibahan sistem
dan teknologi kerja, perubahan pada kebijakan perusahaan dan
perubahan pada personil dan pada bagian manajerial.
b. Penyebab-penyebab individual.
Penyebab-penyebab individual merupakan penyebab stres yang
berasal dari kharakteristik individu karyawan sendiri, yang dapat
1) Life events
Kejadian-kejadian dalam hidup yang dapat menyebabkan stres
sapat berupa kejadian-kejadian traumatis seperti kematian pasangan
atau seseorang yang dicintai, perceraian atau perpisahan, penyakit
besar serta permasalahan finansial dan hukum, namun dapat pula
berupa kejadian-kejadian yang positif seperti pernikahan, kelahiran
anak dan liburan.
2) Bentuk-bentuk perilaku Tipe A
Kharakteristik perilaku Tipe A adalah dorongan dan daya saing
yang berlebihan, perasaan bahwa keadaan mendesak dan
ketidaksabaran serta permusuhan yang mendasar. Bentuk-bentuk
perilaku Tipe A ini menjadi dasar untuk kepribadian Tipe A.
Kepribadian Tipe A cenderung lebih mudah terkena penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan stres seperti sakit jantung.
3) Kerentanan terhadap stres dan efek stres
Kerentanan terhadap stres dan efek stres dapat dilihat dari
apakah seseorang memiliki kepribadian yang tabah atau tidak tabah
(hardy dan unhardy). Seseorang yang memiliki kepribadian yang
tabah, lebih tahan pada efek buruk dari stres karena mereka
memandang keadaan penuh stres sebagai keadaan yang menantang
serta mereka yakin bahwa mereka dapat mengontrol dan
seseorang yang tidak tabah. Ia cenderung lebih mudah terkena dampak
buruk dari stres.
Selain kedua tokoh di atas, Gitosudarmo dan Sudita (2000)
menyebutkan terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya stres kerja yaitu :
a. Faktor yang bersumber dari individu itu sendiri
Sumber stres kerja yang berasal dari individu itu sendiri seperti
kepribadian, kebutuhan, nilai, tujuan, umur dan kondisi kesehatan.
b. Faktor yang bersumber dari luar individu
Ada dua sumber stres kerja yang berasal dari luar individu yaitu:
1) Faktor dari dalam organisasi
Faktor dari dalam organisasi terbagi lagi menjadi sebagai
berikut :
a) Faktor lingkungan kerja, seperti faktor lingkungan fisik yang
meliputi cahaya yang terlalu terang, situasi yang bising an
temperatur yang terlalu panas.
b) Faktor pekerjaan meliputi adanya konflik peran (orang yang
memiliki beberapa peran yang saling bertentangan), tidak jelasnya
tugas dan tanggung jawab seseorang, beban tugas yang melebihi
batas kemampuan seseorang dan adanya desakan waktu untuk
penyelesaian suatu tugas.
c) Faktor-faktor kerja kelompok seperti norma-norma yang dianut
kekompakan diantara angota kelompok dan kurangnya dukungan
dari kelompok.
d) Faktor organisai meliputi kurangnya dukungan atasan, struktur
organisasi yang terlalu birokrasi dan penerapan gaya
kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan kharakteristik
bawahan.
e) Faktor karier juga dapat menimbulkan adanya stres kerja yaitu
saat-saat awal dari seseorang memasuki pekerjaannya, karier yang
tidak maju dan pemecatan.
2) Faktor dari luar organisasi
Faktor di luar organisasi antara lain keadaan keluarga yang
tidak harmonis, hubungan dengan masyarakat yang kurang baik dan
kondisi keuangannya
Selain berbagai faktor yang telah disebutkan di atas, masa kerja juga
dapat mempengaruhi timbulnya stres kerja, seperti yang dikemukakan oleh
Gibson,dkk (2006) masa kerja yang telah lama akan membuat seorang pekerja
cenderung dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang ditekuninya
selama ini sehingga hal tersebut akan memudahkan dirinya dalam
meningkatkan prestasi kerja. Namun di sisi lain menurut Everly dan Girdano
(dalam www.MarudutRajaLaorens.freewebs.com) masa kerja yang telah lama
juga dapat berakibat negatif karena seseorang akan merasa bosan dengan
pekerjaannya karena merasa bahwa pekerjaan itu tidak lagi menantang atau
pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi
sosial) yang tentunya dapat menyebabkan tergangunya pekerjaan. Hal ini
biasa disebut dengan Deprivational stres.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor penyebab stres kerja meliputi faktor yang berasal dari lingkungan
pekerjaan, lingkungan sosial dan pribadi individu itu sendiri.
B. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Pada saat seseorang mengalami stres, seseorang akan berusaha untuk
mengurangi stres yang dialaminya. Salah satu cara yang dapat diambil adalah
dengan mencari dukungan dari orang lain. Dukungan tersebut dinamakan
dengan dukungan sosial.
Larocco dan Jones (Toifur dan Prawitasari, 2003) mengungkapkan
bahwa dukungan sosial merupakan tindakan menolong yang diperoleh melalui
hubungan interpersonal. Dukungan sosial adalah kenyamanan, bantuan, atau
informasi yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan informal
dengan orang lain atau kelompok (Landy dan Conte, 2004). Menurut Jonson
dan Johnson dalam Toifur dan Prawitasari (2009) dukungan sosial adalah
keberadaan orang lain yang bisa diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan
dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan dan masalah. Definisi
yang diberikan oleh tokoh-tokoh di atas menekankan bahwa dukungan sosial
Sedikit berbeda dengan penjelasan di atas Sarason dkk (Rohman,
Prihartanti dan Rosyid, 1997) mendefenisikan dukungan sosial sebagai suatu
keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang
dapat dipercaya. Sedangkan Ganster (Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997)
menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan hubungan yang membantu
dan berkualitas. Pengertian dukungan sosial yang diajukan oleh tokoh-tokoh
ini lebih menekankan pada manfaat dukungan sosial bagi kehidupan
seseorang.
Sedangkan definisi dukungan sosial berikut ini lebih menekankan pada
bentuk-bentuk dukungan sosial. House (Rohman, Prihartanti dan Rosyid,
1997) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah bentuk transaksi antar
pribadi yang melibatkan perhatian emosional, bantuan instrumental,
pemberian informasi dan adanya penilaian.Adriani dan Subekti (2004)
medefenisikan dukungan sosial sebagai tindakan yang bersifat menolong atau
membantu dengan melibatkan aspek dukungan emosi, bantuan instrumen,
dukungan informasi dan penilaian dalam interaksinya dengan orang lain di
sekitarnya yang bisa menyokong individu dalam mengatasi masalahnya.
Cobb,Cohen dan Wills dan Seeman dalam Kim,Sherman dan Taylor (2008)
mendefenisikan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari seseorang yang
berupa cinta dan perhatian, penghargaan dan penilaian, dan bagian dari
jaringan komunikasi dan kewajiban bersama
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
lain yang dapat berbentuk perhatian emosional, bantuan instrumental,
pemberian informasi dan adanya penilaian pada saat seseorang mengalami
kesulitan atau sedang dalam masalah yang didapatkan melalui hubungan
interpersonal dengan orang lain.
2. Apek-aspek Dukungan Sosial
Dukungan sosial memiliki beberapa aspek. House (Smet, 1994)
mengutarakan bahwa terdapat empat aspek dari dukungan sosial yaitu :
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat
(penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan
dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu
dengan orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang
mampu atau lebih buruk keadaannya.
c. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung. Cohen dan
Syme serta House dalam Rohman, Prihatanti dan Rosyid (1997)
mengatakan bahwa dukungan ini merupakan penyediaan piranti guna
yang ditanggung seseorang. Meliputi bantuan suatu benda, membantu
pelaksanaan pekerjaan, termasuk memberi peluang waktu.
d. Dukungan Informatif
Dukungan informatif mencakup memberi nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik.
Jika House membedakan aspek-aspek dukungan sosial ke dalam empat
aspek, maka Sheldan dan Dadmacher (1992) membedakan aspek dukungan
sosial ke dalam tiga aspek yaitu :
a. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental mencakup menyediakan pertolongan
secara langsung dalam bentuk pinjaman, hadiah ataupun pelayanan. Jenis
dukungan ini dapat mengurangi stress dengan cara menyelesaikan masalah
secara langsung atau meningkatkan waktu untuk relaksasi dan hiburan
(Cohen dan Wilis dalam Sheldan dan Dadmacher, 1992 )
b. Dukungan Informasional
Dukungan informasional mencakup pemberian informasi, nasihat
atau feedback tentang bagaimana seseorang melakukan pekerjaannya.
Iformasi dapat membantu seseorang mengenal dan menanggulangi
masalah-masalahnya dengan lebih mudah.
c. Dukungan Penghargaan
Dukungan Penghargaan menyediakan kita perasaan dihargai dan
diri merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan
manajemen stres.
Berdasarkan penjelasan maka aspek dukungan sosial yang digunakan
dalam penelitian berdasarkan pada pendapat House (Smet, 1994) yang terdiri
dari empat aspek yaitu dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan
informatif.
Persepsi seseorang merupakan hal yang penting dalam hal dukungan
sosial. Hal ini sejalan dengan pernyataan Barrera; Heller; Swindle dan
Dusenbury; Wethington dan Kessler (Pakalns, 1990) bahwa hal yang lebih
penting dalam dukungan sosial adalah bagaimana dukungan sosial itu
dirasakan (dukungan sosial yang dirasakan) daripada keberadaan dukungan
sosial itu sendiri.
Bagaimana dukungan sosial itu dirasakan seseorang akan
mempengaruhi bagaimana pengaruh dukungan sosial tersebut dalam upaya
penanggulangan stres. Pernyataan di atas sejalan dengan hasil penelitian
Cruza-Guet, Spokane, Caskie, Brown, and Szapocznik (Budd, Buschman dan
Esch, http://www.kon.org/urc/v8/budd.html) bahwa kepuasan terhadap
dukungan sosial berkaitan dengan rendahnya tingkat distres psikologis.
Jumlah dukungan sosial yang diterima ditemukan berkaitan dengan tingginya
tingkat distres psikologis, menandakan bahwa hal yang lebih penting dalam
menghalagi distrespsikologis adalah efek perasaan mendapatkan dukungan
sosial daripada kualitas atau kuantitas dari dukungan sosial itu sendiri. Namun
peningakatan ketidaksehatan jantung dan kematian pada pasien penyakit
jantung koroner. (http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106).
Bagaimana pengaruh dukungan sosial yang dirasakan dengan stres
dapat dilihat dari bagaimana seseorang merasa aman. Individu yang merasa
aman dan tidak aman sangat berbeda dalam harapan mereka pada umumnya
tentang ketersediaan orang-orang terdekat dan cara merespon mereka terhadap
kebutuhan sebagaimana harapan mereka tentang penerimaan dan penolakan
mereka harus mempengaruhi untuk membedakan cara mereka memproses
informasi tentang
Terdapat beberapa sumber dukungan sosial. Dukungan sosial dapat
bersumber dari pasangan (suami atau isteri) atau rekan, kerabat, sahabat, rekan
kerja dan koneksi dengan komunitas (Kim, Sherman dan Taylor, 2008).
Sedikit berbeda Ganster, Fusilier dan Mayes (Rohman, Prihartanti dan Rosyid,
1997) menyatakan bahwa terdapat tiga sumber dukungan sosial yaitu
keluarga, rekan sekerja dan supervisor (penyelia). Berdasarkan penjelasan di
atas maka sumber dukungan sosial antara lain, keluarga, rekan sekerja,
penyelia, sahabat dan koneksi dengan komunitas.
3. Manfaat Dukungan Sosial
Seseorang mencari dukungan sosial tentu saja karena terdapat manfaat
dari adanya dukungan sosial tersebut. Johnson dan Johnson (Toifur dan
a. Meningkatkan produktivitas bila dihubungkan dengan pekerjaan.
Dukungan sosial dapat mengurangi stres. Stres yang berkurang
secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerja, karena stres
yang berlangsung terus menerus walaupun dalam tingkat yang rendah akan
menurunkan produktivitas kerja (Robbins, 1996)
b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan
menumbuhkan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, meningkatkan
harga diri dan mengurangi stres.
Adanya empati menyebabkan seseorang merasa dirinya diterima secara
positif oleh lingkungannya. Rogers (dalam Rohman, Prihartanti dan
Rosyid, 1997) mengatakan bahwa ketika seseorang merasakan dirinya
dapat diterima secara positif oleh lingkungannya maka ia akan cenderung
untuk mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan lebih
menerima dan menghargai dirinya sendiri. Keadaan ini tentu saja
membantu seorang karyawan untuk dapat mereduksi stres yang
dialaminya.
c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik. Jika dukungan sosial yang
dirasakan tinggi maka dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang dalam
ini berkaitan dengan tereduksinya stres kerja, sebaliknya jika dukungan
sosial yang dirasakan rendah maka akan menurunkan kesejahteraan
seseorang bahkan diasosiasikan dengan peningakatan ketidaksehatan
jantung dan kematian pada pasien penyakit jantung koroner.
Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) mengungkap bahwa dukungan
sosial meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap stresor pada
umumnya.
d. Pengelolaan konstruktif terhadap stres dengan menyediakan pelayanan,
perawatan, sumber-sumber informasi dan umpan balik yang diperlukan
untuk menghadapi stres dan tekanan. Dukungan sosial ini yang kemudian
membantu seseorang untuk mengurangi stres dan menghadapi stresor
dalam lingkungan kerjanya (Smet,1994).
C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja
Pada saat seseorang bekerja maka pasti akan terdapat sumber-sumber
stres (stresor) pada tempat ia bekerja tersebut. Stresor tersebut dapat berupa
stresor dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial dan pribadi individu itu
sendiri. Stresor tersebut dapat berfungsi sebagai sumber eustres maupun
sumber disstres. Pada saat stresor menghampiri seseorang maka orang tersebut
akan berusaha untuk beradaptasi. Namun jika pada kenyataannya seseorang
tidak dapat beradaptasi dengan stresor tersebut maka orang tersebut akan
mengalami apa yang dinamakan dengan stres kerja.
Stres kerja merupakan tekanan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan gangguan fisik yang dapat menghambat kinerja
seseorang. Dampak buruk dari stres kerja dapat berupa emosi yang labil,
mudah lupa sampai kepada gangguan fisik seperti sakit penyakit. Adanya
bekerja. Melihat adanya dampak buruk stres pada kinerja seseorang maka stres
ini harus diatasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stres adalah ada tidaknya dukungan
sosial (Smet,1994). Menurut Smet dukungan sosial dapat berupa dukungan
emosional, dukungan penghargaan, instrumental dan informatif. Dimana
dukungan sosial tersebut dapat diperoleh seseorang dari keluarga, rekan
sekerja, penyelia, sahabat dan koneksi dengan komunitas. Dukungan sosial ini
yang kemudian membantu seseorang untuk mengurangi stres dan menghadapi
stresor dalam lingkungan kerjanya.
Aspek pertama dari dukungan sosial adalah aspek emosional. Sebagaimana
kita ketahui bahwa seseorang membutuhkan empati dari orang lain. Adanya
empati ini menyebabkan seseorang merasa dirinya diterima secara positif oleh
lingkungannya. Rogers (Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997) mengatakan
bahwa ketika seseorang merasakan dirinya dapat diterima secara positif oleh
lingkungannya maka ia akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif
terhadap dirinya sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri.
Keadaan ini tentu saja membantu seorang karyawan untuk dapat mereduksi
stres yang dialaminya.
Aspek kedua adalah dukungan penghargaan yang meliputi ungkapan
hormat (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan
dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu
dengan orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu
penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain yang
dinamakan sebagai need of positive regard (Rogers dalam Rohman,
Prihartanti dan Rosyid, 1997). Pada saat seseorang mengalami stres, dukungan
dalam bentuk ini akan membantu ia untuk membangun harga diri, kompetensi,
merasa berharga, meningkatkan kepercayaan diri dan konsep diri
(Sarafino,1997). Dengan demikian dukungan ini akan membantu seseorang
untuk menghadapi perasaan tertekan yang ia alami.
Aspek ketiga dari dukungan sosial adalah aspek instrumental. Aspek ini
meliputi bantuan dalam hal benda-benda yang dibutuhkan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan sebuah pekerjaan, secara langsung membantu
pelaksanaan pekerjaan, termasuk memberi peluang waktu. Pemberian dalam
bentuk instrumental ini membantu kelancaran seseorang dalam melaksanakan
tugasnya. Jika sebuah pekerjaan dapat berjalan dengan lancar tentunya akan
secara langsung membantu seseorang untuk mereduksi stresnya.
Aspek terakhir adalah dukungan informasi. Aspek ini berkaitan dengan
pemberian informasi yang berguna untuk mengatasi masalah pribadi maupun
pekerjaan yang meliputi pemberian nasihat, pengarahan dan
keterangan-keterangan yang dibutuhkan tentu saja kepada seeorang yang
membutuhkannya (Cohen dan Syme serta House dalam Rohman, Prihatanti
dan Rosyid, 1997). Pemberian informasi ini dapat membantu seseorang untuk
mereduksi stres yang dialami baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun
Hal yang penting dari adanya dukungan sosial adalah bagaimana
dukungan sosial tersebut dirasakan oleh seseorang. Dukungan sosial yang
dapat dirasakan oleh seseorang dinamakan dengan dukungan sosial yang
dirasakan. Jika dukungan sosial yang dirasakan tinggi maka dapat
meningkatkan kesejahteraan seseorang dalam ini berkaitan dengan
tereduksinya streskerja, sebaliknya jika dukungan sosial yang dirasakan
rendah maka akan menurunkan kesejahteraan seseorang bahkan diasosiasikan
dengan peningakatan ketidaksehatan jantung dan kematian pada pasien
penyakit jantung koroner. (http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106).
Sarason (Toifur dan Prawitasari, 2003) mengungkapkan bahwa dukungan
sosial dari lingkungan sekitar membuat seseorang merasa aman dan
dimengerti. Individu yang mendapatkan dukungan yang tinggi akan
mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai harga diri, serta
konsep diri yang tinggi dan memiliki kecemasan yang rendah. Selain itu
individu akan memiliki pandangan yang optimis terhadap hidupnya karena
seseorang yakin akan kemampuannya dalam mengendalikan situasi
dibandingkan dengan individu yang mendapatkan dukungan sosial yang
rendah. Sebaliknya, individu yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah
atau tidak mendapatkannya cenderung akan merasa tidak puas dengan
hidupnya. Sikap optimis ini memampukan individu untuk dapat mengatasi
stres yang ia hadapi dengan lebih baik atau mereduksi stres yang ada.
Berdasarkan penelitian beberapa ahli yang dimuat dalam Kim,Sherman
disstres psikologis seperti depresi atau kecemasan selama masa-masa stres,
dan hal tersebut diasosiasikan dengan berbagai keuntungan terhadap kesehatan
mental, meliputi efek positif pada penyakit jantung koroner, diabetes, penyakit
paru-paru, penyakit jantung, radang sendi dan kanker. Selain itu dukungan
sosial juga mengurangi kemungkinan terkena pernyakit, mempercepat
pemulihan penyakit, dan mengurangi kemungkinan kematian akibat sakit yang
serius.
Hasil penelitian Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) melakukan
penelitian untuk melihat bagaimana efek dukungan sosial pada saat seseorang
mengalami stres, terutama yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
Hasil penelitiannya mengungkap bahwa dukungan sosial meningkatkan
kemampuan beradaptasi terhadap stresor pada umumnya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dan
stres kerja.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara dukungan sosial dengan stres kerja. Sehingga jika dukungan sosial
tinggi maka stres kerja akan rendah. Sebaliknya jika dukungan sosial rendah
Gambar 1 Kerangka Alur Pemikiran Penelitian
Karyawan yang kurang atau tidak mendapatkan dukungan dan dipercaya, merasa tenang dan santai
Merasa tidak dicintai, tidak diakui, ditolak, sendirian, tidak dihargai dan tidak dipercaya, merasa tegang
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Korelasional. Usman dan
Akbar (2004) mengatakan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian
yang bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-wariasi pada suatu
faktor berhubungan dengan variasi-variasi faktor lain berdasarkan koefisien
korelasinya. Sebagaimana defenisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui hubungan antara konflik kerja antar karyawan dengan stres kerja.
B. Identifikasi Variabel
Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stres kerja.
C. Definisi Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Stres kerja
Stres kerja adalah keadaan kurang nyaman di tempat kerja yang
terdapat di lingkungan kerja yang kemudian mempengaruhi kondisi
fisik, emosi, kognisi dan aspek perilaku seseorang. Aspek-aspek stres yang
dipakai dalam penelitian ini seperti yang telah disebutkan di atas merupakan
aspek-aspek stres berdasarkan Sarafino (1994) dan Anoraga (1992)yang
dilengkapi oleh pendapat Everly dan Girdani (Munandar, 2001) serta George
dan Jones (2005) yang dikaitkan dengan faktor-faktor stres kerja dari Riggio
(2003).
Aspek-aspek stres kerja dapat dibagi sebagai berikut :
a. Aspek biologis/fisik
Aspek ini berkaitan dengan bagaimana stres dapat dilihat dari
reaksi fisik yang dimunculkan seseorang seperti keringat dingin, tangan
bergetar, detak jantung lebih cepat, sakit kepala sebelah dan gangguan
fisik lainnya.
b. Aspek emosi
Aspek emosi berkaitan dengan bagaimana stres dapat dilihat dari
reaksi emosi yang dimunculkan seseorang seperti ketakutan, mudah
marah, cemas dan kondisi emosi yang kurang baik lainnya.
c. Aspek kognisi
Aspek ini berkaitan dengan bagaimana stress dapat dilihat dari
reaksi kognisi seseorang seperti kesulitan mengingat, kesalahan dalam
memahami informasi penting atau bahkan pengabaian pada informasi
d. Aspek perilaku
Aspek perilaku berkaitan dengan bagaimana stress dapat dilihat
dari reaksi perilaku seseorang seperti kurang suka bergaul, sikap
bermusuhan, kurang sensitif pada orang lain, kurang dapat memberikan
perhatian, ketidakhadiran, pindah kerja dan perilaku-perilaku yang kurang
baik lainnya.
Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya stres kerja dapat
dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek berdasarkan
skor skala Stres Kerja dengan metode skala Likert. Semakin tinggi skor yang
diperoleh, subjek maka semakin tinggi pula stres kerja subjek, sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula stres kerja
subjek.
2. Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah dukungan yang dirasakan oleh karyawan pada
saat mengalami kesulitan atau sedang dalam masalah yang diperoleh melalui
hubungan interpersonalnya dengan orang lain. Dukungan sosial ini memiliki
empat aspek yaitu aspek dukungan emosional, aspek dukungan instrumental,
aspek dukungan informatif dan aspek dukungan penghargaan. Adapun
aspek-aspek dukungan sosial yang dipakai dalam penelitian ini seperti yang telah
disebutkan di atas merupakan aspek-aspek dukungan sosial berdasarkan teori
Aspek dukungan sosial dapat dibagi menjadi
a. Aspek dukungan emosional
Aspek dukungan emosional yang berkaitan dengan
bantuan-bantuan yang berkaitan dengan keadaan emosi seseorang seperti ungkapan
empati, kepedulian dan perhatian.
b. Aspek dukungan instrumental
Aspek ini berkaitan dengan sesuatu yang memperlancar jalannya
suatu pekerjaan seperti meyediakan alat-alat yang dibutuhkan saat bekerja,
membantu melakukan pekerjaan secara langsung dan memberikan peluang
waktu untuk melakukan pekerjaan.
c. Aspek dukungan informatif
Aspek ini berkaitan dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan pada saat seseorang bekerja baik dalam bentuk nasihat,
petunjuk, saran dan umpan balik atas pekerjaan yang telah dilakukan.
d. Aspek dukungan penghargaan
Aspek ini berkaitan dengan adanya penghargaan positif terhadap
hasil kerja seseorang, memberi dorongan untuk tetap maju, menyetujui
gagasan dan perasan seseorang dan perbandingan positif orang tersebut
dengan orang lain.
Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya dukungan sosial
dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek
berdasarkan skor skala Dukungan sosial yang Dirasakan dengan metode skala
dukungan sosial subjek, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka
semakin rendah pula dukungan sosial subjek.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 61 orang karyawan pabrik bagian
produksi. Kharakteristik subjek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Bekerja pada perusahaan yang sama
Kriteria ini ditentukan mengingat bahwa lingkungan kerja yang
berbeda akan memungkinkan perbedaan tingkat stres dan ketersediaan
dukungan sosial. Sehingga jika menggunakan karyawan dari perusahaan yang
berbeda memungkinkan data yang muncul kurang reliable dan kurang valid
serta memungkinkan munculnya error penelitian.
2. Masa kerja minimal 1 tahun
Kriteria ini ditentukan mengingat stres kerja dapat diakibatkan oleh
kondisi dimana seseorang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan
kerjanya. Pekerja yang baru saja bekerja di suatu tempat akan menjalani
proses adaptasi dan kurangnya pengalaman yang dapat mengakibatkan stress
kerja yang tinggi pada mereka. Peneliti menilai bahwa waktu 1 tahun
merupakan waktu yang cukup untuk beradaptasi. Sehingga dengan memilih
subjek dengan masa kerja minimal 1 tahun diharapkan stress kerja yang
bukan stress kerja yang berasal dari ketidakmampuannya dalam beradaptasi
atau kurangnya pengalaman dalam melakukan pekerjaannya.
3. Karyawan tetap pada suatu pabrik
Kriteria ini ditentukan mengingat dukungan sosial dan stres kerja
antara karyawan tetap dengan karyawan outsourcing dapat berbeda. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan seperti
tunjangan pada karyawan outsourcing ditentukan oleh perusahaan asal
karyawan bukan perusahaan tempat ia bekerja.
E. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hadi
(1991) menjelaskan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel didasarkan
pada adanya tujuan tertentu dimana subjek yang diambil adalah subjek yang
benar-benar memiliku ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang
merupakan ciri-ciri pokok populasi.
F. Alat Pengambilan Data
Alat pengambilan data adalah skala dengan metode Skala Likert yang
dibuat oleh peneliti.
1. Judul Instrumen
Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini, yaitu