• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT

PARTISIPASI

Karakteristik petani merupakan anggota penerima program PUAP yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan kering yang dimanfaatkan di Desa Cikarawang. Faktor eksternal merupakan faktor diluar dari karakteristik petani diantaranya adalah peran pemimpin dan peran pendamping. Penelitian ini menghubungkan antara karakteristik petani dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Setiap variabel karakteritistik petani dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi dihubungkan dengan menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman, seluruh data yang dihubungkan merupakan data dengan skala ordinal.

Hubungan Usia Petani dengan Tingkat Partisipasi Petani

Hubungan usia petani dengan tingkat partisipasi petani diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik Rank Spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Untuk uji korelasi Rank Spearman, pengujian hubungan antar variabel didukung oleh program SPSS 21. Adapun ketentuan hipotesis diterima apabila nilai signifikansi lebih

kecil dari α (0,05), sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0,05), maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan, dilanjutkan dengan melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: 0,00-0,20 (hampir tidak ada korelasi), 0,21-0,40 (korelasi rendah), 0,41-0,60 (korelasi sedang), 0,61-0,80 (korelasi tinggi), 0,81-1,00 (korelasi sempurna).

Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai koefesien korelasi antara variabel tingkat usia petani dengan tingkat partisipasi petani sebesar 0,227. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut merupakan korelasi rendah. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0,159>α (0,05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara usia petani dan tingkat partisipasi pada program PUAP. Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi petani pada program PUAP dapat dilihat pada tabulasi silang pada tabel 17.

Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa usia muda paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartipasi (78,6%) diikuti tingkat partisipasi kategori tokenisme (21,4%) dan tingkat partisipasi kategori citizen power (0%). Usia sedang paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori non-partisipasi (69,6%) diikuti tingkat partisipasi kategori tokenisme (21,7%) dan tingkat partisipasi kategori citizen power (8,7%). Usia tua tersebar sama pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi, tokenisme, dan citizen power yaitu dengan persentase (33,3%).

Tabel 17 Jumlah dan persentase petani menurut usia dan tingkat

partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

Usia Petani

Tingkat Partisipasi

Nonpartisipasi Tokenisme Citizenpower Total

n % n % n % n % Muda 11 78,6 3 21,4 0 0,0 14 100,0 Sedang 16 69,6 5 21,7 2 8,7 23 100,0 Tua 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100,0 Total 28 70,0 9 22,5 3 7,5 40 100,0 Ket: α = 0,159 rs = 0,227

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kecenderungan hubungan antara usia petani dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Semakin muda usia petani belum tentu menunjukkan semakin tinggi tingkat partisipasi petani terhadap adanya program PUAP. Dapat dikatakan tingkat partisipasi petani berusia muda dan sedang tidak jauh berbeda. Terdapat kecenderungan bahwa petani berusia muda dan sedang memiliki partisipasi pada tahap tokenisme dalam program PUAP. Hal tersebut dikarenakan usia muda dan usia sedang merupakan usia produktif petani untuk melakukan pinjaman dana PUAP dan hadir saat rapat evaluasi, karena saat rapat evaluasi usia sedang rata-rata hanya hadir mengikuti jalannya rapat dan menyetujui semua keputusan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan.

“... Kebanyakan sih yang datang rapat evaluasi adalah anggota yang belum tua-tua banget ...” (NY, 44 tahun).

Berbeda dengan petani yang berusia tua yang memiliki kecenderungan berada pada tingkat partisipasi non-partisipasi yamg artinya bahwa petani yang berusia tua memiliki partisipasi yang rendah dalam program PUAP. Kesimpulan tersebut didukung dengan hasil penelitian Thesis Tamarli pada tahun 1994 yang menyatakan bahwa jika semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya, sebaliknya semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Petani Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi petani diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik Rank Spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai koefesien korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi sebesar 0,393. Nilai tersebut menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut merupakan korelasi rendah. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0,012<α (0,05). Artinya kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi petani pada program PUAP.

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi petani pada program PUAP dapat dilihat pada tabulasi silang pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah dan persentase petani menurut pendidikan dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016 Tingkat pendidikan petani Tingkat Partisipasi Total Nonpartisipasi Tokenisme Citizenpower

n % n % n % n % SD 8 88,9 1 11,1 0 0,0 9 100,0 SMP 9 90,0 1 10,0 0 0,0 10 100,0 SMA/D3/S1 11 52,4 7 33,3 3 14,3 21 100,0 Total 28 70,0 9 22,5 3 7,5 40 100,0 Ket: α = 0,012 rs = 0,393*

Tabel 18 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan rendah (SD) mayoritas berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (88,9%) diikuti tingkat partisipasi kategori tokenisme (11,1%) dan tingkat partisipasi kategori citizen power (0%). Pada tingkat pendidikan sedang (SMP) mayoritas berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (90%) diikuti tingkat partisipasi kategori tokenisme (10,0%) dan tingkat partisipasi kategori citizen power (0%). Pada tingkat pendidikan tinggi (SMA/D3/S1) mayoritasa berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (52,4%) diikuti tingkat partisipasi kategori tokenisme (33,3%) dan tingkat partisipasi kategori citizen power (14,3%).

Dapat disimpulkan petani penerima dana PUAP yang berpendidikan tinggi (SMA/D3/S1) berada pada tingkat partisipasi citizen power, yang artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Meskipun kesimpulan ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Sulistiawati (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan tingkat kontrol baik pada Peserta Sosial Dasar maupun Peserta SPKP (Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan), tetapi kesimpulan ini dapat didukung dengan hasil penelitian Siregar et al. (2013) yang menemukan adanya hubungan antara karakteristik masyarakat terhadap kegiatan program PUAP yaitu pendidikan formal yang pernah diikuti oleh masyarakat petani.

Ketua, kasir, manajer penggalangan dana, manajer pembiayaan, manajer administrasi, dan manajer umum LKM-A Mandiri jaya memiliki pendidikan akhir SMA dan Diploma IV sedangkan anggota LKM-A terbanyak terdiri dari pendidikan SMP dan SMA. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan.

“... Di sini mah pengurus LKM-A pendidikannya SMA dan ada yang diploma, dan untuk pengelolaan keuangan disini transparan teh kepada seluruh anggota LKM-A sehingga petani percaya untuk membayar simpanan wajib. Petani aktif dalam pembayaran dana PUAP dan hadir saat rapat, namun anggota LKM-A yang memiliki pendidikan akhir SD dan SMP lebih banyak tidak menyampaikan pendapat saat rapat tahunan ...” ( NS, 38 tahun).

Hubungan Luas Lahan Kering dengan Tingkat Partisipasi Petani Lahan di Desa Cikarawang sebagian besar dimanfaatkan oleh petani sebagai sumber mata pencaharian utama dan lahan tersebut berupa garapan ataupun milik pribadi. Hubungan luas lahan dengan tingkat partisipasi petani diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik Rank Spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel luas lahan dengan tingkat partisipasi petani sebesar 0,091. Nilai tersebut menunjukkan kedua variabel tersebut merupakan hubungan hampir tidak ada korelasi. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0,578>α (0,05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan semakin luas lahan yang dimanfaatkan belum tentu diiringi dengan tingginya partisipasi petani dalam program PUAP. Hubungan antara luas lahan dengan tingkat partisipasi petani pada program PUAP dapat dilihat pada tabulasi silang pada Tabel 19.

Tabel 19 Jumlah dan persentase petani menurut luas lahan dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

Luas lahan

Tingkat Partisipasi

Total Nonpartisipasi Tokenisme Citizenpower

n % n % n % n % Sempit 21 70,0 8 26,7 1 3,3 30 100,0 Sedang 6 85,7 1 14,3 0 0,0 7 100,0 Luas 1 33,3 0 0,0 2 66,7 3 100,0 Total 28 70,0 9 22,5 3 7,5 40 100,0 Ket: α = 0,578 rs = 0,091

Tabel 19 menunjukkan petani yang memanfaatkan lahan sempit berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (70%), diikuti tingkat partisipasi kategori tokenisme (26,7%) dan tingkat partisipasi citizen power (3,3%). Petani yang memanfaatkan lahan sedang paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (85,7%) diikuti tingkat partisipasi kategori tokenisme (14,3%) dan tingkat partisipasi citizen power (0%). Petani yang memanfaatkan lahan luas paling banyak berada pada tingkat partisipasi citizen power (66,7%), diikuti tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (33,3 %) dan tingkat partisipasi tokenisme (0%). Ini menunjukkan bahwa petani yang memiliki lahan sempit memiliki kecenderungan tingkat partisipasi non-partisipasi dan petani yang memiliki lahan luas berada pada tingkat partisipasi citizen power dalam program PUAP. Semakin sempit lahan yang dimiliki petani maka partisipasi petani dalam program PUAP berada pada tahap nonpartisipasi. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara luas lahan petani dengan tingkat partisipasi dalam program PUAP.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara luas lahan yang dimiliki petani dengan tingkat partisipasi

pada program PUAP. Rapat evaluasi diadakan setiap satu tahun sekali, pembahasan rapat terdiri dari laporan keuangan, kendala-kendala saat proses simpan pinjam dan memberikan kesempatan bagi petani untuk menyampaikan kritik dan saran terhadap program PUAP. Mayoritas petani datang dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pengurus, sehingga kritik dan saran diberikan oleh pengurus. Anggota hanya menyetujui hasil rapat evaluasi tahunan.

Kesimpulan dalam penelitian ini dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh Featherstone dan Goodwin (1993) dalam Liandra (2015) yang menemukan adanya hubungan yang kuat antara luas lahan yang dikuasai petani dengan partisipasi petani dalam konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan dan lahan (SDHL). Kepemilikan lahan yang luas cenderung bersedia berpartisipasi dalam proyek konservasi dan rehabilitasi SDHL dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan sempit. Keterbatasan lahan yang dimanfaatkan oleh petani dirasakan tidak secara sepenuhnya dapat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Luas lahan petani yang dimiliki petani tidak mempengaruhi petani untuk berpartisipasi menerima program PUAP di Desa Cikarawang. Beberapa responden menganggap bahwa program PUAP dapat membantu modal usaha mereka. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan.

“... Saya menggarap lahan sawah garapan milik bapak AH untuk

hasilnya yaitu bagi hasil panen dengan pemilik, adanya program PUAP membuat saya merasa senang, karena keperluaan bertani saya

terbantu ...” (Napi, 60 tahun).

Rapat evaluasi diadakan setiap satu tahun sekali, pembahasan rapat terdiri dari laporan keuangan, kendala-kendala saat proses simpan pinjam dan memberikan kesempatan bagi pengurus untuk petani menyampaikan kritik dan saran terhadap program PUAP. Mayoritas petani datang dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pengurus, sehingga kritik dan saran diberikan oleh pengurus. Anggota hanya menyetujui hasil rapat evaluasi tahunan.

Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Petani

Hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP dapat dilihat pada Tabel 20. Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi petani diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik Rank Spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai koefesien korelasi antara variabel jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi sebesar -0,032. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel tidak terdapat korelasi. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0,843>α (0,05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0,05.

Tabel 10 Jumlah dan persentase petani menurut jumlah tanggungan keluarga dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016 Jumlah tanggungan keluarga Tingkat Partisipasi Total

Nonpartisipasi Tokenisme Citizenpower

n % n % n % n % Sedikit 5 71,4 1 14,3 1 14,3 7 100,0 Sedang 20 69,0 7 24,1 2 6,9 29 100,0 Banyak 3 75,0 1 25,0 0 0,0 4 100,0 Total 28 70,0 9 22,5 3 7,5 40 100,0 Ket: α = 0,843 rs = -0,032

Tabel 20 menunjukkan bahwa petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kategori sedikit paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (71,4%), sedangkan kategori partisipasi tokenisme dan citizenpower tersebar merata (14,3%). Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kategori sedang paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (69%), diikuti dengan tingkat partisipasi kategori tokenisme (24,1%) dan tingkat partisipasi kategori citizen power (6,9%). Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kategori banyak juga paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (75%), diikuti dengan tingkat partisipasi kategori tokenisme (25%) dan tingkat partisipasi kategori citizen power (0%).

Petani penerima dana PUAP yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kategori sedang mendominasi setiap tahapan tingkat partisipasi mulai dari tahap nonpartisipasi, tokenisme, dan citizen power. Hasil penelitian di lapang menemukan bahwa tujuan petani untuk meminjam dana PUAP untuk memenuhi kebutuhan modal pertanian seperti kebutuhan sarana dan prasarana pertanian terutama untuk membeli pupuk, obat-obatan untuk hama serta kebutuhan usaha lain yang dimiliki oleh petani. Terpenuhinya kebutuhan modal pertanian, hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Siregar et al. (2013) yang menemukan bahwa jumlah tanggungan berpengaruh terhadap pengeluaran masyarakat, semakin banyak jumlah tanggungan, maka akan semakin banyak pengeluaran untuk dikeluarkan. Semakin sedikit jumlah tanggungan, maka semakin sedikit pula pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh masyarakat.

Adanya program PUAP memang membantu petani untuk mengatur pengeluaran biaya hidup sehari-hari, meskipun begitu jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh petani tidak memiliki hubungan signifikan terhadap tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani belum tentu diiringi dengan semakin tinggi tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Petani hanya berpartisipasi dalam peminjaman dana PUAP. Kalau untuk rapat evaluasi yang diadakan setiap satu tahun sekali, pembahasan rapat yang terdiri dari laporan keuangan, kendala-kendala saat proses simpan pinjam kebanyakan pengurus yang ikut andil dalam menyampaikan kritik dan saran terhadap program PUAP. Petani hanya datang dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pengurus.

Hubungan Peran Pemimpin dengan Tingkat Partisipasi Petani Hubungan peran pemimpin dengan tingkat partisipasi petani diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi nonparametrik Rank Spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel peran pemimpin dengan tingkat partisipasi sebesar 0,006. Nilai tersebut menunjukkan kedua variabel tersebut tidak terdapat korelasi. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0,969>α (0,05). Hasil tersebut menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0,05. Hubungan antara peran pemimpin dengan tingkat partisipasi petani pada program PUAP dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Jumlah dan persentase petani menurut tingkat peran pemimpin dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

Tingkat peran pemimpin

Tingkat Partisipasi

Total

Nonpartisipasi Tokenisme Citizenpower

n % n % n % n % Rendah 2 100,0 0 0,00 0 0,00 2 100,0 Sedang 2 50,0 2 50,0 0 0,00 4 100,0 Tinggi 24 70,6 7 20,6 3 8,8 34 100,0 Total 28 70,0 9 22,5 3 7,5 40 100,0 Ket: α = 0,969 rs = 0,006

Tabel 21 dapat dilihat bahwa terdapat dua petani yang menilai tingkat peran pemimpin kategori rendah berada pada tingkat partisipasi nonpartisipasi, itu artinya peran pemimpin kategori rendah paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (100%). Terdapat dua petani yang menilai tingkat peran pemimpin kategori sedang berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi dan tokenisme, berarti peran pemimpin kategori sedang tersebar merata pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi dan tokenisme (50%). Sebanyak 24 petani yang menilai tingkat peran pemimpin berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi, (70,6%) diikuti dengan tujuh petani yang menilai tingkat peran pemimpin kategori tinggi berada pada tingkat partisipasi kategori tokenisme (20,6%) dan tiga petani yang menilai tingkat peran pemimpin kategori tinggi berada pada tingkat partisipasi kategori citizen power (8,8%).

Semakin tinggi peran pemimpin tidak menjamin tinggi tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Kesimpulan tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian Santunnia (2015) yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat peran pemimpin dengan tingkat partisipasi masyarakat. Semakin tinggi tingkat peran pemimpin, maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program pengadaan septic tank kolektif di wilayah DAS Citarum. Hal ini disebabkan karena besarnya peran pemimpin lokal terhadap masyarakat. Keberadaan sosok pemimpin menjadi sangat penting untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan/program.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan teladan baik bagi masyarakat sekitarnya. Begitu pula dengan pemimpin kelompok. Keteladanan pemimpin dinilai dari kemampuan pemimpin dapat memberikan dampak positif kepada anggotanya. Pemimpin yang aktif akan mampu membawa masyarakat juga aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan maupun suatu program. LKM-A Mandiri Jaya memiliki sosok pemimpin yang mampu menggerakkan anngota LKM-A untuk turut aktif dalam program PUAP. Bapak AB menyampaikan informasi terkait program PUAP kepada masyarakat di Desa Cikarawang dan mengarahkan ataupun memotivasi seluruh anggota Gapoktan Mandiri Jaya untuk terlibat dalam kegiatan perguliran dana PUAP. Keaktifan Bapak AB untuk mengurus keperluan petani serta mengelola sistem dana PUAP yang transparan membuat petani untuk berpartisipasi dalam program PUAP di Desa Cikarawang. Undangan rapat dan pelatihan di Gapoktan dan LKM-A Mandiri Jaya diberikan oleh Bapak AB secara kolektif melalui pengajian dan menugaskan manajer umum untuk mengundang anggota secara personal untuk diajak rapat tahunan ataupun mengikuti pelatihan yang diadakan di Gapoktan Mandiri Jaya. Petani menilai peran pemimpin LKM-A Mandiri berada pada kategori tinggi dalam pelaksanaan program PUAP. Meskipun peran pemimpin tinggi, belum bisa menunjukkan adanya hubungan signifikan dengan tingginya partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang.

Hubungan Peran Pendamping dengan Tingkat Partisipasi Petani Hubungan antara peran pendamping dengan tingkat partisipasi petani pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Jumlah dan persentase petani menurut tingkat peran pendamping dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

Tingkat peran pendamping

Tingkat Partisipasi

Total

Nonpartisipasi Tokenisme Citizenpower

n % n % n % n % Rendah 3 100,0 0 0,00 0 0,00 3 100,0 Sedang 3 100,0 0 0,00 0 0,00 3 100,0 Tinggi 22 64,7 9 26,5 3 8,8 34 100,0 Total 28 70,0 9 22,5 3 7,5 40 100,0 Ket: α = 0,091 rs = 0,271

Hubungan peran pendamping dengan tingkat partisipasi petani diuji dengan menggunakan uji statistik korelasi non-parametrik Rank Spearman karena kedua variabel tersebut memiliki data dengan skala ordinal. Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai korelasi antara variabel peran pendamping dengan tingkat partisipasi sebesar 0,271. Nilai tersebut menunjukkan kedua variabel tersebut tidak terdapat hubungann. Dapat dilihat juga nilai signifikan hitung sebesar 0,091>α (0,05). Hasil tersebut

menunjukkan hubungan antar dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0,05.

Tabel 22 dapat dilihat bahwa terdapat tiga petani menilai tingkat peran pendamping kategori rendah berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi, oleh karena itu peran pendamping kategori rendah paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (100%). Sebanyak tiga petani menilai tingkat peran pendamping sedang berada pada tingkat partisipasi kategori tokenisme, berarti peran pemimpin kategori sedang paling banyak berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (100%). Sebanyak 22 petani menilai tingkat peran pemimpin kategori tinggi berada pada tingkat partisipasi kategori nonpartisipasi (64,7%) diikuti dengan sembilan petani yang menilai tingkat peran pendamping kategori tinggi berada pada tingkat partisipasi kategori tokenisme (26,5%) dan tiga petani yang menilai tingkat peran pendamping kategori tinggi berada pada tingkat partisipasi citizen power (8,8%).

Peran pendamping merupakan peneilaian petani atas tugas yang melekat pada seorang pekerja pengembangan masyarakat (penyuluh pendamping) dalam melaksanakan tugasnya untuk memndampingi dan mendampingi petani di lapangan dan pelatihan program PUAP di Desa Cikarawang. Pada dua tahun terakhir ini Ibu Afr merupakan penyuluh pendamping yang menggantikan almarhum Bapak AS sebagai penyuluh pendamping sebelumnya di Desa Cikarawang. Peran pendamping kategori tinggi mendominasi setiap tahapan tingkat partisipasi mulai dari nonpartisipasi, tokenisme, dan citizen power. Menurut data statistik ditemukan tidak terdapat hubungan antara peran pendamping dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Kesimpulan ini bertolak belakang dengan penelitian dari Indraningsih et a.l (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara peran pendamping terhadap tingkat partisipasi

peserta dalam program pemberdayaan masyarakat. Tingginya penilaian

petani terhadap peran pendamping dalam menjalankan tugas-tugasnya yaitu menyampaikan informasi, mengarahkan dan memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam program PUAP tidak menjamin diiringi dengan tingginya tingkat partisipasi petani dalam program PUAP. Meskipun tingginya peran pendamping, partisipasi petani hanya berada pada tahap non- partisipasi. Petani menilai bahwa para pengurus PUAP lebih banyak memiliki akses interaksi lebih sering dan lebih baik dengan penyuluh pendamping sehingga tingkat partisipasi pengurus dalam kegiatan program PUAP tinggi. Hal ini di dukung dengan pernyataan salah satu responden yang merupakan petani penerima program PUAP.

“... Biasanya pengurus itu teh yang lebih tau dari pada anggota, kayak masalah pembukuan kan dipegang sama pengurus dan itu biasanya dikontrol ibu penyuluh ...” (EH, 55 tahun).

Ikhtisar

Faktor-faktor yang yang memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi petani pada penelitian ini yaitu faktor karakteristik petani dan faktor eksternal. Faktor karakteristik petani terdiri dari usia, tingkat pendidikan, luas lahan kering, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari peran pemimpin dan peran pendamping. Hubungan antara faktor karakteristik petani dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi pada program PUAP dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Hubungan antara karakteristik petani dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi petani pada program PUAP di Desa Cikarawang