• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Petani dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Cikarawang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Petani dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Cikarawang."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PETANI

DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN DI DESA CIKARAWANG

WIDYA KRISTINA MANIK

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Petani dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis di Desa Cikarawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

(4)

WIDYA KRISTINA MANIK. Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Petani dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Cikarawang. Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN dan SRIWULAN F. FALATEHAN

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah bantuan modal usaha pertanian bagi petani anggota, petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis karakteristik petani, faktor eksternal, tingkat partisipasi petani, dan taraf hidup petani di Desa Cikarawang. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan data kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan usia petani mayoritas usia sedang yaitu 42-57 tahun, tingkat pendidikan petani termasuk dalam kategori tinggi yaitu Sekolah Menengah Atas/Diploma/Sarjana, lahan sempit, jumlah tanggungan keluarga termasuk dalam kategori sedang, tingkat partisipasi petani tergolong non-partisipasi, dan tingkat taraf hidup termasuk dalam kategori sedang. Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat partisipasi. Dan juga tidak terdapat hubungan antara faktor eksternal dengan tingkat partisipasi. Selanjutnya tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dan tingkat perubahan taraf hidup.

Kata Kunci: karakteristik petani, faktor eksternal, partisipasi, PUAP, taraf hidup

ABSTRACT

WIDYA KRISTINA MANIK. The Level of Participation and Living Standard of Farmers in Rural Agribusiness Development Program (RADP) in Cikarawang Village. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN and SRIWULAN F. FALATEHAN.

Rural Agribusiness Development (PUAP) is a venture capital assistance for member farmers farming, farmer owner, tenant farmers, farm workers and farm households. The objectives of this study are to analyze the characteristics of farmers, external factors, the level of participation of farmers, and the living standard of farmers in Cikarawang. This research use quantitative approach and supported by qualitative data. The results of research shows that the majority age of farmers is middle age 42-57 years old, the level of education is Senior High School/Diploma/Bachelor, low land area, the number of dependants family included in middle level, and level of farmers participation is non-participation. The level of living standards included in medium level. This research results showed that there was no correlation between the farmer characteristics with participation level. And also there is no correlation between the external factor with participation level. Furthermore, there is no relationship between participation level with degree of change in standard of living

Keyword: characteristic of farmers, external factors, participation, RADP,

(5)

I34120163

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

WIDYA KRISTINA MANIK

TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PETANI

DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN DI DESA CIKARAWANG

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Petani dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Cikarawang ini dengan baik.

Skripsi ini merupakan rangkaian proses untuk memahami dan menjelaskan tingkat partisipasi dan taraf hidup petani dalam program pengembangan usaha agribisnis perdesaan di Desa Cikarawang. Berdasarkan hasil observasi lapang dan analisis berbagai pustaka yang ada, diharapkan akan muncul gagasan baru untuk pengelolaan program pengembangan usaha agribisnis yang bijaksana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi.

2. Sriwulan F. Faletehan, MSi sebagai dosen pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Saharuddin, MS sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik membangun untuk skripsi ini.

4. Asri Sulistiawati, MSi sebagai dosen penguji akademik yang telah memberikan saran dan kritik membangun untuk skripsi ini.

5. Keluarga tercinta, Ayahanda Karmanus Manik dan Ibunda Oloria Simarmata, abangku tercinta Feris Freddy Manik serta kedua kakakku tersayang Normauli Natalia Manik dan Junita Elisabeth Manik, yang selalu memberikan semangat, dukungan serta doa untuk penulis.

6. Bapak Ahmad Bastari (Ketua LKM-A Mandiri Jaya), Ibu Norma Yanti (Sekretaris Mandiri Jaya) , dan Bapak Napi (Manajer Umum LKM-A Mandiri Jaya), Ibu Enok Hasanah (Ketua KWT Mawar), Ibu LKM-Afriani (Penyuluh Pendamping), dan semua warga Desa Cikarawang yang telah menerima penulis dengan baik.

7. Sahabatku tercinta Wide, Kokom, Nanad, Zaza, Enci, Atika, Tyagita, Angelina yang telah memberikan semangat dan menemani penulis dalam proses penulisan skripsi.

8. Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (Kemaki) yang memberikan tempat kepada penulis untuk bercerita dan segala bantuan serta doa.

10 Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 49 yang telah berjuang bersama-sama sejak TPB, yang selalu bersama saat suka dan duka, dan selalu memotivasi penulis.

Bogor, September 2016

(10)
(11)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 7

Karakteristik Petani 9

Tingkat Partisipasi 10

Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi 15

Pekerja Pengembangan Masyarakat atau Pendamping 16

Peran Pendamping 17

Taraf Hidup 18

Kerangka Pemikiran 19

Hipotesis Penelitian 21

PENDEKATAN LAPANGAN 22

Metode Penelitian 23

Lokasi dan Waktu 24

Teknik Pengumpulan Data 24

Teknik Penentuan Responden dan Informan 25

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 25

Uji Korelasi Rank Spearman 26

Defenisi Operasional 26

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31

Profil Desa Cikarawang 31

Kondisi Geografis dan Demografis 31

Karakteristik Sosial dan Pendidikan 32

Karakteristik Ekonomi 34

Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya 34

(12)

Kondisi Penerima Program PUAP 38

Status Keanggotaan 38

Jumlah Peminjam 38

Profil LKM-A Mandiri Jaya 39

KARAKTERISTIK PETANI DAN FAKTOR EKSTERNAL 43

Usia Petani 43

Tingkat Pendidikan 44

Luas Lahan 45

Jumlah Tanggungan Keluarga 46

Peran Pemimpin 46

Peran Pendamping 47

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN

USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN 49

Tingkat Partisipasi Nonpartisipasi 50

Tingkat Partisipasi Tokenisme 51

Tingkat Partisipasi Citizen Power 52

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PETANI DAN FAKTOR

EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI 55

Hubungan Usia Petani dengan Tingkat Partisipasi Petani 55 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Petani 56 Hubungan Luas Lahan Kering dengan Tingkat Partisipasi Petani 58 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tingkat Partisipasi Petani 59 Hubungan Peran Pemimpin dengan Tingkat Partisipasi Petani 61 Hubungan Peran Pendamping dengan Tingkat Partisipasi Petani 62

Ikhtisar 64

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP PETANI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP) 66

Tingkat Taraf Hidup 67

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Taraf Hidup Petani dalam Program

PUAP 78

Ikhtisar 80

(13)

Simpulan 83

Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN 91

(14)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah penduduk Desa Cikarawang berdasarkan jenis kelamin tahun 2010

32 2. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cikarawang

berdasarkan rentang usia tahun 2011 dan 2012

32 3. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cikarawang

berdasarkan tingkat pendidikan formal tahun 2012

33 4. Jumlah fasilitas pendidikan dan kesehatan di Desa Cikarawang

tahun 2013

33 5. Jumlah dan persentase penduduk Desa Cikarawang

berdasarkan struktur mata pencaharian masyarakat Desa Cikarawang

34

6. Daftar Kelompok Tani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2016

36

7. Perubahan Modal LKM-A Mandiri Jaya 37

8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status keanggotaan Program PUAP 2016

39 9. Jumlah dan persentase responden berdasarkan peminjam per

tahun Program PUAP 2016

39 10. Jumlah dan presentase usia responden penerima dana PUAP

Desa Cikarawang tahun 2016

43 11. Jumlah dan presentase tingkat pendidikan petani penerima dana

PUAP Desa Cikarawang tahun 2016

44 12. Jumlah dan persentase luas lahan yang dimanfaatkan penerima

dana PUAP Desa Cikarawang tahun 2016

45 13. Jumlah dan persentase jumlah tanggungan keluarga responden

penerima dana PUAP Desa Cikarawang tahun 2016

46 14. Jumlah dan persentase petani menurut peranan pemimpin

dalam mengajak petani berpartisipasi pada program PUAP Desa Cikarawang tahun 2016

47

15. Jumlah dan persentase petani menurut peranan pemimpin dalam mengajak petani berpartisipasi pada program PUAP Desa Cikarawang tahun 2016

48

16. Jumlah dan persentase tingkat partisipasi petani penerima program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

49 17. Jumlah dan persentase petani menurut usia dan tingkat

partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

56

18. Jumlah dan persentase petani menurut pendidikan dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang

tahun 2016

57

19. Jumlah dan persentase petani menurut luas lahan dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

(15)

20. Jumlah dan persentase petani menurut jumlah tanggungan keluarga dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

60

21. Jumlah dan persentase petani menurut tingkat peran pemimpin dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

61

22. Jumlah dan persentase petani menurut tingkat peran pendamping dan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016

62

23. Hubungan antara karakteristik petani dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi petani pada program PUAP di Desa Cikarawang tahun 2016.

64

24. Jumlah dan persentase petani berdasarkan tingkat taraf hidup 2016

68 25. Jumlah dan persentase petani berdasarkan jenis perolehan

pangan

69 26. Jumlah dan persentase petani berdasarkan jenis lantai

bangunan tempat tinggal

70 27. Jumlah dan persentase petani berdasarkan jenis dinding rumah

terluas

70 28. Jumlah dan persentase petani berdasarkan fasilitas tempat

buang air besar/WC

71 29. Jumlah dan persentase petani berdasarkan jenis perolehan

sumber air minum

72 30. Jumlah dan persentase petani berdasarkan sumber penerangan 72 31. Jumlah dan persentase petani berdasarkan jenis bahan bakar 73 32. Jumlah dan persentase petani berdasarkan tingkat kesanggupan

pengobatan

73 33. Jumlah dan persentase petani berdasarkan tingkat kesanggupan

pengobatan

74 34. Jumlah dan persentase petani berdasarkan jenjang pendidikan

terakhir di keluarga

75 35. Jumlah dan persentase petani berdasarkan kepemilikan alat

transportasi

75 36. Jumlah dan persentase petani berdasarkan kepemilikan aset 76 37. Jumlah dan persentase petani berdasarkan pendapatan selama

satu bulan

76 38. Jumlah dan persentase petani berdasarkan pengeluaran

konsumsi pangan dan non pangan selama satu bulan

77 39. Jumlah dan persentase petani berdasarkan pengeluaran

konsumsi pangan dan non pangan selama satu bulan

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Delapan tingkat dalam tangga partisipasi masyarakat 15 2. Kerangka pemikiran tingkat partisipasi dan taraf hidup petani

dalam Program PUAP

20 3. Tingkat partisipasi petani dalam Program Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan di Desa Cikarawang

52 4. Persentase taraf hidup petani sebelum dan sesudah mengikuti

Program PUAP

68 5. Perbandingan perubahan kondisi taraf hidup petani dari

berbagai indikator pada tingkat tinggi sebelum dan sesudah mengikuti program PUAP

78

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Desa Cikarawang 92

2. Data Anggota LKM-A Mandiri Jaya di Desa Cikarawang 93

3. Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2016 96

4. Struktur Gapoktan Mandiri Jaya Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

97 5. Struktur Gapoktan Mandiri Jaya Desa Cikarawang Kecamatan

Dramaga Kabupaten Bogor

98

6. Kuesioner 99

7. Panduan wawancara mendalam 106

8. Uji realibilitas 107

9. Uji korelasi Rank Spearman 107

10. Tulisan Tematik 111

11. Defenisi operasional 115

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan potensi sumberdaya alamnya serta didukung dengan kondisi iklim yang baik untuk mengembangkan potensi sektor pertanian. Itu artinya pertanian memegang peranan penting dalam kondisi perekonomian nasional. Akan tetapi, permasalahan kemiskinan masih saja menjadi masalah yang cukup serius. Hal ini disebabkan masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di pedesaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di desa (penduduk dengan pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan) tercatat 22,19 juta jiwa, tahun 2009 berjumlah 20,62 juta jiwa, tahun 2010 berjumlah 19,93 juta jiwa , pada bulan Maret tahun 2011 berjumlah 18,97 juta jiwa, Maret tahun 2012 berjumlah 18,49 juta jiwa, Maret tahun 2013 berjumlah 17,74 juta jiwa, pada tahun 2014 berjumlah 28,28 juta jiwa, ini menunjukkan adanya penurunan jumlah penduduk miskin dari tahun 2008 hingga 2014. Kemiskinan menjadi perhatian internasional telah mendorong pemerintah menetapkan penanggulangan kemiskinan menjadi komitmen nasional dan prioritas utama RPJMN 2009-2014 (Kemsos 2012)1. Dalam rangka menurunkan angka kemiskinan yang menjadi prioritas nasional telah diwujudkan berbagai program pembangunan nasional yang berpihak pada penduduk miskin, peningkatan ekonomi masyarakat, pengurangan pengangguran dan dapat mensejahterakan secara nasional. Upaya menanggulangi kemiskinan telah menunjukkan hasil oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin2.

Struktur pembangunan pedesaan ditandai oleh salah satu komponen yaitu lembaga pengkreditan. Badan kredit perdesaan merupakan suatu lembaga yang dibentuk atau dibina oleh pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat pedesaan, dengan pemberian kredit untuk menambah produktifitas petani dan menciptakan tambahan kesempatan kerja di pedesaan. Kredit yang diberikan harus mudah prosedurnya, lebih murah biayanya, tetapi penggunaannya harus terarah untuk kegiatan-kegiatan yang produktif. Salah satu program pemerintah (top down) yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran pada masyarakat adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kualitas sumber daya manusia petani yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam pembangunan pertanian terutama dalam pemanfaatan dana PUAP. Melalui PUAP ini dapat mengatasi upaya

1 Kementrian Sosial. 2012. Penanganan Fakir Miskin. [internet]. [dikutip 15 Februari

2016].Dapat diunduh dari: http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=16881

(18)

penanggulangan kemiskinan yang melibatkan masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama petani dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Upaya dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan, Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Berdasarkan Peraturan Kementerian Pertanian No 16 Tahun 2008 (Permentan/OT.140/2/2008) PUAP memiliki tujuan untuk (1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis diperdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani; (3) memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan usaha agribisnis; (4) serta meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja diperdesaan.

(19)

dapat menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) atau Bank Desa yang dapat melayani petani dalam mengembangan usaha agribisnisnya.

Hasil penelitian Ayu (2011) menemukan bahwa pogram PUAP di Desa Citapen dapat membantu anggota dengan bantuan modal yang diberikan, hal ini sesuai dengan tujuan PUAP itu sendiri yaitu memberikan bantuan modal kepada petani. Anggota Gapoktan dapat meneruskan usahanya serta membentuk usaha baru bagi sebagian anggota. Program PUAP di Desa Citapen berjalan cukup berhasil. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Erna et al. (2014) bahwa pemberian dana PUAP memiliki pengaruh terhadap pendapatan anggota kelompok Simantri, bantuan dana tersebut berpengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan para petani. Dengan memperoleh dana maka petani juga akan memperbesar dan memperluas usahanya, pemberian dana akan menambah modal kerja.

Partisipasi petani dalam program PUAP dapat dinilai melalui beberapa tahapan yaitu pembuat keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Penelitian Anantanyu (2009) menjelaskan tingkat partisipasi petani dalam kelembagaan kelompok petani rendah dalam mendukung keberadaan kelembagaan kelompok petani. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya pendidikan formal, rendahnya pendapatan petani, tingkat partisipasi sosial petani yang juga rendah, serta kurang terpenuhinya tingkat kebutuhan petani, dan kurangnya dukungan penyuluhan yang partisipatif. Padahal dengan adanya perlibatan partisipasi petani secara aktif diharapkan dapat menimbulkan keberhasilan dalam program PUAP sehingga tercapai keberlanjutan program PUAP.

(20)

Perumusan Masalah

Gabungan Kelompok Tani merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Anggota kelompok tani merupakan subjek yang dirancang sebagai pelaksana pembangunan di daerahnya masing-masing. Di Kecamatan Dramaga, Gapoktan Mandiri Jaya telah berdiri lama sejak tahun 2007. Gapoktan Mandiri Jaya merupakan kelembagaan tani pelaksana program PUAP di Desa Cikarawang yang sudah menerima bantuan program PUAP sejak tahun 2010. Sebagian besar petani di Desa Cikarawang merupakan anggota kelompok tani, walaupun ada yang sebagian memilih untuk tidak bergabung. Aktivitas dari seorang anggota tidak lepas dari karakteristik yang dimiliki dari anggota kelompok tani itu sendiri. Karakteristik petani dapat dijadikan penentu anggota petani untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program PUAP. Partisipasi petani menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan program PUAP, maka dapat dipastikan bahwa partisipasi petani akan dapat diperoleh jika program pembangunan memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan petani. Keterlibatan yang dilakukan petani dalam program PUAP diharapkan dapat mengefektifkan program baik dari ketepatan sasaran, kesesuaian tujuan, maupun intensitas yang dicapai oleh setiap anggota. Oleh karena itu penting untuk menganalisis hubungan karakteristik petani dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP.

(21)

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat partisipasi dan taraf hidup petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang. Tujuan spesifik dari penelitian ini yaitu:

1. menganalisis hubungan karakteristik petani dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

2. menganalisis faktor eksternal dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

3. menganalisis hubungan tingkat partisipasi dengan taraf hidup petani dalam program PUAP

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk banyak pihak. 1. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai tingkat partisipasi dan taraf hidup petani petani dalam program PUAP. Penelitian ini juga diharapkan menjadi literatur serta rujukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian secara mendalam berkaitan dengan topik dan penelitian ini atau bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pertimbangan khususnya bagi tim pengelola PUAP Pusat hingga Daerah dalam menyusun dan mengambil kebijakan yang berkaitan dengan tingkat partisipasi dan taraf hidup petani dalam program PUAP.

3. Bagi petani

(22)
(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Badan Pusat Statistik melaporkan pada tahun 2014 sebanyak 5.962 desa di Jawa Barat dan sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, dan petani kecil masih berhadapan dengan kemiskinan. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Program PUAP adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Tujuan umum program PUAP diantaranya adalah : (1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus gapoktan; penyuluh dan penyelia mitra tani; (3) memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; (4) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Selanjutnya sasaran PUAP yaitu diantaranya adalah (1) berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa; (2) berkembangnya 10.000 gapoktan/poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; (3) meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman (Kementan 2008)

(24)

dimiliki dan dikelola oleh petani; dan (3) berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan3.

Hasil penelitian Hafinuddin et al. (2013) ditemukan bahwa keberhasilan output program PUAP di Desa Kamurang berada pada kategori tinggi dengan persentase 79,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa gapoktan telah berhasil memberikan hasil langsung dari pelaksanaan program yang dapat dirasakan manfaatnya oleh anggota. Tersalurkannya dana bantuan untuk membiayai usaha produktif anggota dan tersedianya fasilitas penunjang kegiatan kelompok dan kegiatan usahatani merupakan ciri pelaksanaan program yang berhasil memberikan manfaat. Sebagian besar anggota menyatakan jumlah bantuan yang disalurkan oleh gapoktan telah sesuai dengan kebutuhan, hal tersebut mengacu pada rencana usaha anggota (RUA). Untuk keberhasilan outcome program PUAP di Desa Kamurang berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 75%. Hal tersebut menunjukkan bahwa gapoktan telah berhasil memberikan manfaat kepada anggota melalui peningkatan kemampuan gapoktan dalam mengelola bantuan dan peningkatan jumlah petani yang memperoleh bantuan modal. Sebagian besar anggota berpendapat bahwa kemampuan gapoktan dalam mengelola penyaluran bantuan sudah baik, hal ini dicirikan dengan penyaluran bantuan yang tepat sasaran. Sebagian besar bantuan yang telah disalurkan dapat dikembalikan lagi kepada gapoktan. Selain itu, fasilitas penunjang usahatani yang dikelola oleh gapoktan bertambah dibandingkan dengan tahun sebelumnya begitu pula dengan skala usaha yang dijalankannya. Serta keberhasilan benefit dan impact program PUAP di Desa Kamurang berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 56,5%. Kategori keberhasilan benefit dan impact yang sedang menunjukkan bahwa gapoktan cukup berhasil memberikan manfaat dan dampak jangka panjang dari program PUAP yang telah dilaksanakannya.

Hasil penelitian dari beberapa daerah sudah dapat diketahui perkembangan PUAP yang menunjukkan bahwa pelaksanaan program PUAP mampu memberi manfaat peningkatan pendapatan petani dan di daerah lain ada yang tidak memberi peningkatan pendapatan. Berbeda dengan hasil penelitian Suandi et al. (2012) yang menunjukkan bahwa program PUAP di Kabupaten Muaro Jambi melalui manajemen sumberdaya gapoktan memang berpengaruh positif sangat nyata terhadap peningkatan kesejahteraan petani, tetapi berdasarkan hasil FGD menunjukkan bahwa bantuan program PUAP tidak dikelola dengan baik oleh pengurus gapoktan karena tingkat penggunaan dana tersebut banyak tidak sesuai dengan tujuan dari program PUAP bahkan ada diantara anggota gapoktan memanfaatkan dana ini untuk kebutuhan konsumtif rumahtangga petani.

Pada penelitian Ramina et al. (2014) menjelaskan bahwa program PUAP berpengaruh terhadap produksi usahatani, pendapatan dan biaya usahatani di Desa Bedaha dan Dessa Tunas Harapan. Ini dapat dilihat dari rerata produksi usahatani pada petani yang sudah menerima dan belum menerima dana PUAP. Dengan adanya pelatihan, pendidikan, kursus-kursus dan kunjungan dari PPL tentang manfaat bantuan dana PUAP akan

(25)

menambah modal dan pengetahuan petani sehingga pendapatan petani akan meningkat. Hasil penelitian Siregar et al. (2013) juga menjelaskan bahwa bantuan dana yang diberikan oleh PUAP di Desa Kuta Jeumpa Kabupaten Aceh Barat Daya, petani menjadi lebih mandiri dalam usaha taninya karena lebih mudah dalam penyediaan alat-alat dan dengan modal yang dimiliki, para petani juga bisa memperbesar skala usahanya secara intensifikasi yaitu dengan penggunaan bibit unggul dan perawatan yang lebih baik dari penanaman hingga panen sehingga hasil yang diperoleh juga lebih maksimal dan lebih berani dalam menanggung segala resiko kegagalan.

Karakteristik Petani

Penelitian Kogoya et al. (2015) menjelaskan bahwa karakteristik masyarakat diantaranya adalah umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan mempengaruhi partisipasi masyarakat Hasil penelitian Rafik et al. (2013) juga menunjukkan faktor usia, pendidikan, dan pekerjaan sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Kaawoan (2014) menemukan bahwa adalah karakteristik responden dilihat dari usia responden yang menerima dana PUAP dan pendampingan dari petani (Penyuluh dan Lembaga Terkait), selain itu tingkat pendidikan juga mempengaruhi responden untuk berpartisipasi. Jumlah responden berumur terbanyak berada pada interval umur 49-61 tahun yaitu 42%. Tingkat responden yang paling banyak yaitu pada tingkat SMA 52%. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa usia tidak membatasi petani untuk usaha tani. Pendapatan dan luas lahan sawah bertambah setelah menerima dana PUAP. Berbeda dengan penelitian Yuwono dan Prasodjo (2012) menemukan tidak terdapat hubungan nyata/ signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan tingkat akses dari komponen program PUAP. Hal ini menandakan walaupun berpendidikan rendah, sedang maupun tinggi tidak menghalangi untuk mendapatkan permodalan, pelatihan dan pendampingan dari program PUAP. Oleh karena itu, tingkat pendidikan formal tidak mempengaruhi tingkat akses dari komponen program PUAP. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Sulistiawati (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan dengan tingkat kontrol baik pada Peserta Sosial Dasar maupun Peserta SPKP (Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan).

(26)

kemampuan teknis penerapan teknologi budidaya cabe. Petani muda akan relatif dinamis dan lincah dengan kondisi fisiknya, sedangkan petani tua kurang gesit. Tingkat pendidikan formal pada dasarnya sangat mempengaruhi petani dalam mengelola usahataninya, baik pada tahap perencanaan maupun tahap pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang diambil dapat menimbulkan keuntungan bagi petani. Besarnya jumlah tanggungan keluarga petani akan mempengaruhi rasa tanggung jawab petani terhadap kebutuhan keluarganya. Dalam keadaan seperti ini petani akan berusaha sebatas kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Penelitian Manyamsari dan Mujiburrahmad (2014) menjelaskan bahwa karakteristik petani yang berhubungan secara signifikan dengan kompetensi petani lahan sempit adalah pendidikan formal dan luas lahan. Ini menunjukkan bahwa pendidikan formal berhubungan secara signifikan dengan bidang kompetensi petani yaitu pemasaran hasil usaha, panen dan penanganan pascapanen. Keadaan mencerminkan bahwa semakin tinggi pendidikan formal petani semakin tinggi pula tingkat kompetensi yang dimilikinya. Untuk luas lahan yang digarap petani sangat berhubungan erat dengan tanggungan dan pendapatan petani. Hal ini menggambarkan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani, semakin banyak jenis usaha yang bisa dilakukan. Petani yang lahannya luas dan sedang lebih mementingkan bidang kompetensi kombinasi cabang usaha, sedangkan petani yang lahannya sempit lebih mementingkan jiwa kewirausahaan. Penelitian Azis dan Langi (2010) menemukan bahwa usia menentukan penerimaan inovasi dimana semakin muda umur responden semakin tinggi kecenderungan menerima suatu inovasi.

Tingkat Partisipasi

(27)

pelaksanaan PNPM-MP di Desa Talang Leak I diwujudkan juga dalam partisipasi pemikiran, partisipasi tenaga, partisipasi keahlian, partisipasi barang, dan partisipasi uang. Dari lima jenis partisipasi yang dikaji, ternyata bentuk partisipasi tenaga memiliki sumbangan yang sangat signifikan dalam pengerjaan proyek PNPM-MP.

Uphoff et al. (1979) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya. Keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi. Keterlibatan masyarakat menikmati hasil dari pembangunan, serta dalam evaluasi pada pelaksanaan program. Uphoff et al. menekankan pada keterlibatan petani untuk meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Arnstein (1969) mengatakan bahwa partisipasi petani merupakan istilah kategoris untuk kekuasaan warga negara yang merupakan redistribusi kekuasaan yang memungkinkan warga negara miskin ikut dalam proses politik dan ekonomi. Proses politik ini meliputi proses pengambilan keputusan, menetapkan tujuan dan kebijakan, melaksanakan program dan merasakan manfaat. Dari dua pendapat tersebut dapat dibedakan bahwa dalam memahami konsep partisipasi, Arnstein menekankan pada redistribusi kekuasaan kepada petani miskin dalam proses politik dan ekonomi, sedangkan Uphoff et al. menekankan pada keterlibatan petani untuk meningkatkan kesejahteraannya. Namun dari keduanya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya dengan partisipasi akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani khususnya peningkatan taraf hidup petani. Uphoff et al. (1979) membagi partisipasi masyarakat ke dalam empat tahapan.

1. Tahap perencanaan

Ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya. Secara lebih spesifik, partisipasi ini melihat peran masyarakat dalam memberikan keseluruhan ide, formulasi pilihan, evaluasi pilihan dan membuat keputusan atas pilihan-pilihan tersebut. Melihat strategi yang terbaik untuk mengambil keputusan dan melihat dampak dari keputusan tersebut.

2. Tahap pelaksanaan

Merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.

3. Tahap menikmati hasil

(28)

yang diinginkan dari adanya sebuah program. Partisipasi dalam mendapatkan manfaat merupakan tujuan yang diinginkan, hal ini dapat terwujud melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi. Pada penelitian Santunnia (2015) dijelaskan bahwa bahwa partisipasi dalam mendapatkan manfaat merupakan tujuan yang diinginkan, hal ini dapat terwujud melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi. Manfaat material pada dasarnya berupa barang-barang privat (private goods), misalnya peningkatan konsumsi, pendapatan, ataupun kepemilikan aset. Manfaat sosial pada dasarnya adalah barang publik (public goods), misalnya pelayanan fasilitas seperti sekolah, klinik kesehatan, sistem irigasi, atau pembangunan jalan. Manfaat pribadi biasanya adalah yang paling diinginkan, namun seringkali tidak dapat tercapai karena manfaat ini cenderung hanya dapat dirasakan oleh anggota kelompok atau sektor yang mempunyai lebih banyak kekuatan sosial dan politik.

4. Tahap evaluasi

Dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Partisipasi ini berupa penilaian terkait pencapaian program, serta memberikan masukan dan arahan bagi program agar lebih berkembang. Kemungkinan besar petani setempat atau pemimpin lokal tidak akan berpartisipasi dalam mengevaluasi proyek, kecuali evaluasi secara khusus diatur dalam desain proyek. Aparat pemerintah mungkin akan dilibatkan dalam mengulas anggaran tahunan proyek, namun pada level lokal tidak ada yang dilibatkan. Arnstein memiliki pendapat bahwa partisipasi mempunyai tingkatan atau level yang dilihat dari seberapa jauh masyarakat terlibat dalam program ataupun seberapa sering masyarakat terlibat dalam setiap bagian program. Suroso et al. (2014) menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan pengertian Arnstein, dimana dalam suatu program dapat dilihat dari seberapa jauh peran masyarakat terhadap penguasa dalam program. Nasdian (2014) menjelaskan tingkat partisipasi Arnstein yang terdiri atas delapan tangga tingkatan partisipasi yang dapat mengukur seberapa jauh masyarakat dilibatkan dalam program.

Delapan tingkat tersebut diuraikan sebagai berikut. 1. Manipulation (Manipulasi)

Masyarakat dianggap sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh golongan penguasa.

2. Therapy (Terapi)

Penguasa menganggap ketidakberdaayan masyarakat sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan yang bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab lukanya. 3. Informing (Menginformasikan)

(29)

dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi.

4. Consultation (Konsultasi)

Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak dari kuesioner dijawab.

5. Placation (Pendamaian)

Tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung jawab dan jika pemegang kekuasaan memiliki mayoritas kursi, maka mereka akan dengan mudah dikalahkan dan diakali.

6. Partnership (Kemitraan)

Tingkat kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak.

7. Delegated Power (Kekuasaan didelegasikan)

Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah yang kurang memiliki legitimasi bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar.

8. Citizen Control (Kontrol warga negara)

Tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga.

Penelitian Liandra (2014) menjelaskan delapan anak tangga tersebut dan menggambarkan tipologi tingkatan partisipasi sebagai berikut.

(30)

(manipulation) dan terapi (therapy). Dua tingkat nonpartisipasi ini telah didesain oleh beberapa orang untuk menggantikan partisipasi yang sesungguhnya. Tujuan sebenarnya menggambarkan bukan untuk memberi kesempatan petani berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan program, tetapi hanya sekedar sosialisasi agar petani tidak marah.

2. Degrees of tokenism (derajat penghargaan), tingkat partisipasi yang menggambarkan adanya tingkat penghargaan adalah tingkat partisipasi pada anak tangga informasi (informing), konsultasi (consultation), dan placation. Pada tingkatan informasi dan konsultasi, telah memungkinkan petani miskin untuk mendengar dan didengar, namun mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk memastikan bahwa pandangan mereka akan diperhatikan oleh mereka yang berkuasa. Ketika partisipasi dibatasi pada tahap ini maka tidak ada jaminan bagi petani miskin dan petani yang tidak punya kekuasaan untuk bisa mengubah keputusan. Tangga placation menggambarkan penghargaan pada tingkatan yang lebih tinggi. Tingkatan ini memungkinkan petani miskin untuk menasehati atau berpendapat, namun keputusan tetap menjadi hak pemegang kekuasaan (powerholder).

3. Degrees of citizen power (derajat kekuasaan petani), pada tipologi tertinggi ini terdapat tiga anak tangga yaitu partnership, delegated power, dan citizen control. Anak tangga keenam yaitu Partnership, memungkinkan petani untuk bernegosiasi dan terlibat tawar-menawar dengan pemegang kekuasaan tradisional. Pada anak tangga paling atas, yaitu delegasi kewenangan anak tangga ketujuh dan kontrol petani anak tangga kedelapan, warga negara miskin memperoleh kesempatan paling besar dalam pengambilan keputusan.

(31)

indikator keberhasilan partisipasi petani pada tahap pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek. Melihat posisi petani sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi

Faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi petani dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Pangestu (1995) faktor-faktor tersebut ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Sulistiawati (2012) menyebutkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat diantaranya adalah usia dan tingkat pendapatan. Karakteristik individu dalam pelaksanaan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) mencakup: (1) umur; (2) tingkat pendidikan; (3) jumlah tanggungan keluarga; dan (4) jumlah pendapatan. Tamarli (1994) menemukan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu.

Semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah karena selalu cenderung bertahan dengan nilai lama sehingga sulit menerima hal baru (Silaen 1998). Selain itu, semakin tua seseorang fisik juga akan semakin lemah sehingga mengurangi partisipasi

1. Manipulasi 2. Terapi 3. Informasi 4. Konsultasi 5. Pendamaian 6. Kemitraan

7. Delegasi Kekuasaan 8. Kontrol Warga Negara

Citizen Power

Tokenisme

Non-participation

(32)

sosial. Ajiswarman (1996) menemukan bahwa faktor jumlah beban keluarga menyebabkan waktu berpartisipasi akan berkurang karena sebagian besar waktu akan digunakan untuk mencari nafkah demi kebutuhan keluarga. Penelitian Tjokroamidjojo dalam Girsang (2011) mengungkapkan salah satu faktor eksternal yang perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat yaitu faktor kepemimpinan yang dalam menggerakkan partisipasi sangat diperlukan adanya pimpinan dan kualitas.

Faktor kepemimpinan juga disinggung dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Susantyo (2007) yang mengungkapkan bahwa kepemimpinan lokal juga merupakan faktor strategis dari partisipasi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pembentukan suatu kelembagaan ekonomi dan saluran pendapatan publik terhadap kebijaksanaan pembangunan. Girsang (2011) juga menyebutkan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi keaktifan tim pendamping kegiatan yaitu faktor yang paling berpengaruh adalah keaktifan tim pendamping dalam mendampingi masyarakat. Pemberdayaan seharusnya penyuluh juga memperhatikan karakteristik petani seperti usia, tingkat pendidikan formal dan pengalaman petani. Meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dengan meningkatkan kualitas kerja yang berkaitan dengan tugas utama penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani yaitu: (a) pengembangan perilaku inovatif; (b) penguatan partisipasi petani; (c) penguatan kelembagaan petani; (d) penguatan akses terhadap berbagai sumberdaya; (e) penguatan kemampuan petani berjaringan dan (f) kaderisasi.

Santunina (2015) menemukan faktor-faktor internal atau karakteristik individu memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi. Pada wilayah Tengah (Kampung Cilebak), faktor internal yang memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi antara lain, usia, tingkat pendidikan dan lama bergabung dalam komunitas. Responden dengan usia produktif memiliki tingkat partisipasi yang lebih rendah dibandingkan dengan usia kurang produktif dan tidak produktif. Pada usia produktif masyarakat cenderung sibuk dan tidak memiliki waktu mengikuti aktivitas septic tank kolektif. Responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi. Faktor-faktor eksternal juga memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi. Faktor eksternal tersebut hanya memiliki hubungan dan pengaruh nyata di wilayah Hulu, sedangkan tidak di wilayah Tengah. Faktor yang memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi di wilayah Hulu (Kampung Dara Ulin) salah satunya adalah tingkat peran pemimpin, Semakin tinggi responden merasakan adanya faktor peran pemimpin maka akan semakin tinggi tingkat partisipasinya.

Pekerja Pengembangan Masyarakat atau Pendamping

(33)

evaluasi terhadap program atau proyek tersebut (Suharto 2002). Dalam konteks ini, peran seorang pekerja pengembangan masyarakat seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping. Tugas dari seorang pendamping dalam kegiatan pengembangan masyarakat sendiri adalah untuk mempengaruhi berbagai aktivitas yang dijalankan oleh pihak lain, dan bukan sekedar melaksanakan suatu kegiatan pengembangan masyarakat secara terpisah.

Merujuk pada Payne seperti dikutip Suharto (2002) prinsip utama pendamping sosial adalah “making the best of the client’s resources”. Oleh karena itu penting adanya untuk dipahami bahwa seorang pekerja pengembangan masyarakat ikut bertanggung jawab dalam hal mempersiapkan sarana menuju ke arah partisipasi masyarakat atau warga komunitas dalam rangka kegiatan pengembangan masyarakat. Pekerja pengembangan masyarakat ini pula berperanserta dan bekerja sebagai bagian dari suatu tim pengkajian yang terdiri dari berbagai pakar di berbagai bidang disiplin ilmu, bukan bekerja sendiri.

Peran Pendamping

Sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian di negara berkembang khususnya Indonesia. Pembangunan pertanian di negara berkembang memiliki tujuan untuk memperbaiki mutu produk dan memenuhi kebutuhan bahan pangan secara nasional. Salah satu upaya untuk melaksanakan pembangunan pertanian adalah adanya kontribusi peran pendamping untuk membantu meningkatkan produktivitas komoditas pertanian dan taraf hidup petani. Mengacu pada Ife (2008), peran pendamping umumnya mencakup empat peran utama, yaitu : fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya.

1. Fasilitator

Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber.

2. Pendidik

Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. 3. Perwakilan masyarakat

(34)

4. Peran-peran teknis

Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping

dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang

mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.

Peran pendamping yang ditemukan oleh Indraningsih et al. (2010) antara lain sebagai motivator, dinamisator, fasilitator dan konsultan bagi petani. Selain itu peran lain adalah penyuluh pertanian harus dapat mendiagnosis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh klien (petani), membangun dan memelihara hubungan dengan sistem klien (petani), memantapkan adopsi, serta mencegah penghentian adopsi. Ramadoan et al. (2013) mengungkapkan bahwa peran pendamping adalah sebagai analisator, stimulator, serta fasilitator. Penemuan lain yang dikemukakan oleh Baehaqi (2008) menyatakan bahwa peran pendamping terdiri dari (1) fasilitator; (2) inspirator; (3) motivator; (4) pendidik; (5) perwakilan masyarakat; dan (6) peran teknis lainnya.

Taraf Hidup

Menurut Fahrudin (2012), kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya baik dalam kebutuhan sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik untuk meningkatkan taraf hidup yang memuaskan. Dalam pengertian Sugiharto (2007), kesejahteraan sosial mencakup tiga konsepsi, yaitu: pertama, kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial. Kedua institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. Dan ketiga aktivitas, yakni kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan sebagai taraf hidup masyarakat. Taraf hidup dapat diartikan sebagai suatu mutu hidup atau kualitas hidup yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat.

(35)

pendapatan, konsumsi atau pendapatan rumah tangga, fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan mendapat fasilitas transportasi serta kemudahan akses pendidikan.

Kerangka Pemikiran

Salah satu prinsip pengembangan masyarakat yang paling penting adalah partisipasi. Partisipasi menjadi kata kunci dari studi pembangunan. Berbagai kegiatan pembangunan memasukan partisipasi sebagai alternatif terhadap pendekatan topdown dari kebijakan dan programnya. Tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat. Program PUAP adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Modal tersebut membantu petani untuk usaha pertanian, sehingga pembangunan desa dapat berjalan sesuai dengan tujuannya untuk mengurangi angka kemiskinan. Dalam penelitian ini partisipasi petani dalam program PUAP menjadi sebuah faktor utama dalam mencapai keberhasilan program PUAP tersebut.

(36)

Keterangan : memiliki hubungan

Karakteristik petani dan faktor eksternal diduga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam delapan tangga Arsntein yang dapat dilihat dari derajat wewenang masyarakat yang digolongkan menjadi tingkatan non participation, tokenisme dan citizen power. Program PUAP diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan produktivitas petani. Tinggi rendahnya taraf hidup petani diduga ditentukan oleh partisipasi petani dalam program PUAP. Peningkatan produktivitas merupakan salah faktor yang diharapkan dapat berdampak pada taraf hidup petani. Taraf hidup petani akan dilihat berdasarkan jenis perolehan makan, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas tempat buang air besar/MCK, jenis perolehan sumber air minum, sumber penerangan rumah, bahan bakar untuk memasak, tingkat pendapatan, tingkat kesanggupan pengobatan, tingkat pendidikan, kepemilikan alat transportasi, dan pengeluaran konsumsi per bulan.

Gambar 2 Kerangka pemikiran tingkat partisipasi dan taraf hidup petani dalam Program PUAP

Karakteritik Petani 1. Usia 2. Tingkat

pendidikan 3. Luas lahan 4. Jumlah

tanggungan keluarga

Faktor Eksternal 1. Peran

pemimpin 2. Peran

pendamping

Tingkat Partisipasi Petani dalam

Program PUAP

Taraf Hidup Petani dalam

(37)

Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. terdapat hubungan signifikan antara usia dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

2. terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

3. terdapat hubungan signifikan antara luas lahan dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

4. terdapat hubungan signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

5. terdapat hubungan signifikan antara peran pemimpin dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

6. terdapat hubungan signifikan antara peran pendamping dengan tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

(38)
(39)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk kedalam penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatori. Penelitian deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan kondisi yang ada di lapang. Pada umumnya penelitian deskriptif dilakukan untuk memperkuat hasil yang didapat dari penelitian eksplanatori. Penelitian bersifat eksplanatori yaitu menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesa (Effendi dan Tukiran 2014). Penelitian deskriptif berguna untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tempat penelitian dilakukan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan didukung penelitian kualitatif untuk memperkaya data dan informasi yang diperoleh. Penelitian kuantitatif diperoleh dengan menggunakan metode survei dengan instrumen kuesioner (Lampiran 6). Kusioner diberikan kepada responden dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai karakteristik petani, tingkat peran pemimpin, peran pendamping, tingkat partisipasi petani pada tangga non participation, degrees of tokenism, degrees of citizen power. Serta pertanyaan mengenai taraf hidup petani dalam program PUAP. Sepuluh kuesioner telah diuji coba terlebih dahulu kepada anggota program PUAP yang tidak menjadi responden, sehingga peneliti dapat melihat sejauhmana realibilitas kuesioner yang telah dibuat. Uji validitas untuk menunjukan sejauh mana alat pengukur yang di gunakan sesuai dengan mengukur apa yang ingin di ukur, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan apabila digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten (Effendi dan Tukiran 2014).

Sementara itu, pendekatan penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD) dengan wawancara mendalam kepada informan dengan menggunakan panduan pertanyaan ( Lampiran 7). Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendukung dan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai karakteristik petani, faktor eksternal, tingkat partisipasi petani dalam program PUAP, dan taraf hidup petani. Tahapan kegiatan penelitian saat di lapang meliputi:

1. melakukan Focus Group Discussion dengan metode partisipatif yang melibatkan informan dan beberapa perwakilan responden untuk menganalisis peran pemimpin, peran pendamping serta tingkat partisipasi dan taraf hidup petani dalam program PUAP di Desa Cikarawang

(40)

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) karena berdasarkan penjajagan.

1. Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang menerima bantuan modal dana PUAP di Kabupaten Bogor.

2. Desa Cikarawang memiliki suatu Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yaitu Gapoktan Mandiri Jaya yang berdiri sejak tahun 2008 dan menerima dana PUAP sejak tahun 2010 yang dapat membantu modal petani dalam hal pertanian. Gapoktan Mandiri Jaya memiliki administrasi yang lengkap dan transparan dalam laporan dana PUAP yang sekarang ini telah berubah menjadi LKM-A Mandiri Jaya.

3. Desa Cikarawang memiliki jumlah peserta PUAP yang banyak yaitu 120 orang sehingga ini menjadi salah satu indikasi tingkat partisipasi yang aktif dari peserta.

4. Desa Cikarawang dipilih untuk melihat sejauh mana hubungan tingkat partisipasi petani dengan tingkat taraf hidup petani dalam Program PUAP.

5. Adapun akses menuju Desa Cikarawang sangat mudah karena dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu sembilan bulan, terhitung mulai bulan Januari 2016 sampai dengan September 2016 (Lampiran 3). Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal penelitian, kolokium penyampaian proposal skripsi, perbaikan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data di lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji kelayakan sidang, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa berupa dokumen monografi dan potensi Desa Cikarawang, profil program PUAP Desa Cikarawang, mendokumentasikan beberapa kegiatan di Gapoktan Mandiri Jaya, dokumen Pedoman Umum PUAP dari Kementrian Pertanian Indonesia, data dari BPS, buku, jurnal ilmiah, yang erat kaitannya program PUAP, dan catatan lapang hasil wawancara mendalam kepada informan dengan mengacu pada panduan pertanyaan wawancara mendalam. Analisis data sekunder akan di interpretasikan dengan menggunakan tabel frekuensi dan diagram.

(41)

kemudian di input dan di uji reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS version 21 for windows. Hasil uji coba kuesioner tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penerima program PUAP yang berjumlah 120 orang (Lampiran 2). Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga dengan sasaran pengamatan yaitu kepala rumah tangga yang merupakan anggota Gapoktan yang mengikuti program PUAP di Desa Cikarawang. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat karena jawabannya dianggap dapat mewakili anggota Gapoktan Mandiri Jaya sebagai penerima program PUAP. Jumlah sampel dalam penelitian berjumlah 40 orang yang merupakan anggota Gapoktan Mandiri Jaya sebagai penerima program PUAP. Pemilihan responden ditentukan sesuai rekomendasi dari ketua Gapoktan Mandiri Jaya, responden dikumpulkan sebanyak lima orang setiap minggunya selama waktu penelitian sembilan minggu. Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) kepada tokoh-tokoh yang mengetahui dengan jelas mengenai program PUAP di Desa Cikarawang dan responden yang dinaikkan statusnya menjadi informan. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2013 dan SPSS version 21. for windows. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan diagram untuk data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2013. Kemudian SPSS version 21 for windows digunakan untuk uji statitistik dengan menggunakan Rank Spearman Correlation untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal serta dengan menggunakan tabulasi silang. Uji Rank Spearman Correlation dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan variabel dari data yang bersifat ordinal seperti hubungan karakteristik petani dan tingkat partisipasi petani, hubungan faktor eksternal dan tingkat partisipasi petani, dan hubungan tingkat partisipasi terhadap taraf hidup petani dalam program PUAP.

(42)

tidak perlu. Kedua ialah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan berupa kutipan atau tipologi. Verikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung data kuantitatif.

Uji Korelasi Rank Spearman

Teknik uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi rank Spearman yang berfungsi untuk menguji hubungan dua variabel dengan data kedua variabel minimal ordinal atau berjenjang. Uji korelasi rank Spearman bisa dilakukan dengan Statistical Package for Social Science (SPSS). Dasar pengambilan keputusan dalam uji korelasi rank spearman4:

1. jika nilai sig. < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan

2. sebaliknya jika nilai sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.

Kriteria tingkat hubungan (koefesien korelasi) antara variabel berkisar antara ± 0.00 sampai ± 1.00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif.5. Adapun kriteria penafsirannya adalah

a) 0.00 sampai 0.20 artinya : hampir tidak ada korelasi b) 0.21 sampai 0.40 artinya : korelasi rendah

c) 0.41 sampai 0.60 artinya : korelasi sedang d) 0.61 sampai 0.80 artinya : korelasi tinggi e) 0.81 sampai 1.00 artinya : korelasi sempurna

Defenisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

A.Karakteristik Petani faktor-faktor yang terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam program pinjaman dana PUAP. Faktor internal meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan.

1. Usia adalah lama waktu hidup responden dari sejak lahir hingga pada saat penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun.

2. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti atau yang berhasil ditamatkan oleh responden

3. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya angota keluarga yang sampai saat ini masih menjadi tanggungan responden dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

4. Luas lahan kering adalah lahan kering yang dimiliki petani sendiri untuk usahatani palawija yang dinyatakan dalam satuan hektar.

4 http://www.konsistensi.com/2015/02/uji-koefisien-korelasi-spearman-dengan.html

diunduh pada 11 April 2016 pukul 13:50 WIB

(43)

B.Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri responden atau lingkungan yang mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam program pinjaman dana PUAP. Faktor eksternal meliputi tingkat peran pemimpin dan peran Pendamping.

1. Peran pemimpin adalah merupakan upaya ketua PUAP yang dirasakan petani dalam menginformasikan dan mengajak petani dalam berpartisipasi pada program PUAP.

Indikator yang digunakan dalam mengukur peran pemimpin dalam menginformasikan dan mengajak petani dalam berpartisipasi pada program PUAP adalah :

a. pemimpin menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

b. pemimpin mengarahkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

c. pemimpin mengingatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

d. pemimpin memotivasi masyarakat secara langsung untuk berpartisipasi dalam program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

e. pemimpin memberikan apresiasi kepada masyarakat yang telah berpartisipasi dalam program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

f. pemimpin terlibat langsung ketika berjalannya program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

g. pemimpin menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai evaluasi program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

h. pemimpin mengatur waktu pelaksanaan kegiatan program PUAP di Desa Cikarawang

i. pemimpin mampu mengelola sistem PUAP dengan baik j. pemimpin mampu mengelola dana PUAP dengan baik.

Jika di klasifikasikan berdasarkan jumlah indikator yang digunakan, maka peran pemim pin dapat di bagi kedalam tiga kategori, yaitu: Rendah : total skor 15−16

Sedang : total skor 17−18 Tinggi : total skor 19−20

2. Peran pendamping yaitu penilaian petani atas tugas yang melekat pada seorang pekerja pengembangan masyarakat (penyuluh pendamping) dalam melaksanakan tugasnya untuk mendampingi membantu petani di lapangan dan pelatihan program PUAP di Desa Cikarawang.

Indikator yang digunakan dalam mengukur peran pendamping dalam melaksanakan tugas untuk mendamping petani dalam pelatihan program PUAP di Desa Cikarawang adalah :

a. penyuluh pendamping menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang program pinjaman dana PUAP di Desa Cikarawang

Gambar

Gambar 1 Delapan tingkat dalam tangga partisipasi masyaraka
Gambar 2 Kerangka pemikiran tingkat partisipasi dan taraf hidup petani
Tabel 6 Daftar Kelompok Tani Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga
Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status keanggotaan Program PUAP 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi

Dari analisis (rs) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif antara umur dan sikap petani terhadap program PUAP, ada hubungan positif antara pengalaman pribadi

Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi

Pada Gapoktan I terdapat hubungan yang nyata antara umur, frekuensi mengikuti penyuluhan (pertemuan) dan pengalaman bertani dengan tingkat partisipasi petani dalam

Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi

Sesuai dengan sasaran PUAP yang antara lain adalah berkembangnya usaha agribisnis, berkembangnya Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dan berkembangnya

Daftar Nominasi Sementara (DNS) Desa, Gapoktan dan Pengurus calon penerima dana BLM PUAP 2013 tersebut oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian selaku Ketua Tim

Namun sayangnya bahwa tidak semua dana BLM yang disalurkan kepada petani dapat berkembang dengan baik, tercatat dari 26 gapoktan penerima dana BLM tahun 2008, hanya 5 gapoktan