MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
PERDESAAN (PUAP)
(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh :
MARTIANA LAIA
070309004
PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
PERDESAAN (PUAP)
(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian
Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
( Ir. H. Butar-Butar, M.Si) (Ir. M. Jufri, M.Si) NIP:19611115 198603 100 2 NIP:19601110 198803 100 3
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
MARTIANA LAIA (070309004) dengan judul skripsi ”Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. M. Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilakukan bulan oktober 2011di Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer, serta di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Camat Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer yang diperlukan untuk penelitian ini.
Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu yang ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik
cluster sampling yaitu proses penarikan sampel yang dilakukan secara
proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan area/cluster, teknik memilih sebuah sampel dari kelompok unit yang kecil. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan teknik penskalaan Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penetapan dan kriteria Gapoktan penerima BLM-PUAP sesuai dengan Pedoman PUAP Tahun 2008 (Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan Ketetapan Menteri Pertanian. Kualitas pengembalian semua pinjaman dana BLM-PUAP yang tergolong dalam pinjaman lancar 0%, pinjaman dalam perhatian khusus 0%, pinjaman diragukan 0%, pinjaman macet 100%. Sikap petani responden penerima pinjaman dana BLM-PUAP terhadap Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) adalah negatif. Petani yang menunjukkan sikap positif terhadap program PUAP sebanyak 13 orang (43.33%) dan yang menunjukkan sikap negatif sebanyak 17 orang (56.67%).
Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi pelatihan tentang simpan-pinjam di Gapoktan dan tujuan program PUAP, meningkatnya interaksi antar petani karena adanya pertemuan setiap bulan dan petani terlibat langsung dalam pelaksaan program PUAP. Sedangkan dari sisi ekonomi yang ditimbulkan oleh program PUAP adalah petani memperoleh kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal usaha tani karena syarat untuk memperoleh pinjaman tidak menyulitkan petani, dan petani tidak lagi terikat dengan tengkulak.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan yang Maha
Kuasa karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik
penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Ir. H. Butar-Butar, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Ir. M. Jufri, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis dalam penulisan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini, masih jauh dari
kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Skripsi bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Juli 2012
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian………. ... 25
Metode Penentuan Sampel……….. ... 27
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40
Sarana dan Prasarana……… ... 41
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Penetapan dan Kriteria Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP ... 44
Proses Penetapan Desa PUAP Tahun 2008 ... 44
Proses Penetapan Gapoktan Penerima BLM-PUAP ... 48
Kriteria Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP ... 51
1.1 Gapoktan Penerima BLM-PUAP Memiliki SDM untuk Mengelola Usaha Agribisnis dan Dikelola Oleh Petani ... 53
1.2 Gapoktan Penerima BLM-PUAP Mempunyai Struktur Kepengurusan yang Aktif dan Dikukuhkan Oleh Bupati ... 53
Tata Cara Dan Prosedur Penyaluran BLM-PUAP ... 56
1. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB) Gapoktan ... 56
2. Pengesahan Rencana Usaha Bersama (RUB) ... 57
3. Verifikasi Dokumen dan Pengajuan RUB ... 58
4. Prosedur Penyaluran BLM PUAP Kepada Gapoktan ... 59
5. Penyaluran Dana BLM PUAP ke Poktan ... 60
6. Prosedur Penarikan Dana ... 60
Sistem Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada Petani ... 61
Syarat-Syarat Memperoleh Pinjaman Dana BLM-PUAP ... 69
Bunga Pinjaman dan Jangka Waktu Pinjaman... 72
Tingkat Pengembalian Pinjaman Dana BLM-PUAP ... 73
Sikap Petani Terhadap Program PUAP (Program Usaha Agribisnis Perdesaan) ... 79
Dampak Program Puap (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Komunikasi Antar Petani dan Kemudahan Dalam Memperoleh Pinjaman) ... 82
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 84
Saran………. ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
Tabel 1. Desa Penerima BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang,
2008... 5
Tabel 2. Persentase Jumlah Dana BLM-PUAP dan Jumlah Rumah
Tangga Sasaran (RTS) di Kecamatan Penerima Bantuan
Langsung Masyarakat – Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Deli Serdang,
Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Batu, 2008 ... 28
Tabel 5. Luas Desa, Lahan Sawah, Tanah Kering dan Luas Lahan
Lainnya di Kecamatan Pancur Batu, 2010 ... 37
Tabel 6. Banyaknya Dusun/Lingkungan dan Rukun Tetangga di
Kecamatan Pancur Batu, 2010 ... 38 Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu
Berdasarkan Umur, 2010 ... 39 Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu
Berdasarkan Mata Pencaharian, 2010 ... 40 Tabel 9. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di Kecamatan Pancur
Batu, 2010……….. ... 41 Tabel 10. Karakteristik Sampel Petani Anggota Gabungan Kelompok
Tani Penerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Kecamatan
Pancur Batu……… . 42
Tabel 11. Perbandingan Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada dengan Kriteria Gapoktan Calon Penerima BLM-PUAP Dalam Pedoman BLM-PUAP (Peraturan Menteri Pertanian no. 16/Permentan/OT.140/2/2008 ... 52 Tabel 12. Tanggal Pembentukan Gapoktan Desa Pertampilen, Salam tani
dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu ... 54
Tabel 13. Daftar Nama Pengurus Gapoktan Maju Bersama, Usaha
Bersama, dan Gapoktan Arih Ersada, 2008... 55
Tabel 14. Tahap Penyaluran dan Besar Dana BLM-PUAP yang Disalurkan Kepada Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada ... 62 Tabel 15. Sistem Penyaluran Dana BLM-PUAP di Desa Pertampilen,
Salam Tani dan Tiang Layar ... 64 Tabel 16. Jenis Simpanan Petani Responden di Gapoktan Maju Bersama,
Tabel 17. Syarat-Syarat untuk Memperoleh Pinjaman Dana BLM-PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu ... 70 Tabel 18. Besar Bunga, Jenis Bunga dan Jangka Waktu Pinjaman yang
Diberikan Kepada Anggota yang Meminjam Dana BLM-PUAP di Desa PUA ... 72 Tabel 19. Penggolongan Kualitas Pinjaman di Desa Pertampilen, Salam
Tani dan Tiang Layar ... 74 Tabel 20. Distribusi Jumlah Petani yang Menyerahkan Jaminan
Pinjaman Kepada Pengurus Gapoktan di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar ... 78 Tabel 21. Sikap Responden Terhadap Program PUAP di Desa
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 24
Gambar 2. Skema Proses Penetapan Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Sebagai Desa PUAP ... 47
Gambar 3. Skema Proses Penetapan Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada Sebagai Gapoktan Penerima
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1. Karateristik Sampel Petani Anggota Gabungan Kelompok Tani
Penerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Lampiran 2. Persentase Rumah Tangga Sasaran (RTS) Terhadap Rumah
Tangga Seluruhnya Menurut Desa di Kecamatan Pancur Batu, 2008
Lampiran 3a. Besar Pinjaman dan Usaha Produktif Petani Responden
Lampiran 3b. Penggolongan Besar Pinjaman Petani Responden di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu
Lampiran 4. Contoh Rencana Usaha Anggota (RUA) Petani Responden di
Desa Tiang Layar
Lampiran 5. Contoh Akad Qirad (Kredit) Petani Responden di Desa Tiang
Layar
Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Petani Responden di Desa Tiang Layar
Lampiran 7. Jangka Waktu Pinjaman Dana BLM-PUAP
Lampiran 8. Jumlah Pinjaman yang Harus Dikembalikan Petani Setelah
Jatuh Tempo Pinjaman
Lampiran 9 Jumlah Pokok dan Bunga Pinjaman Dana BLM-PUAP yang
Telah Diterima Responden Sampai Jatuh Tempo Pinjaman
Lampiran 10. Jumlah Pokok dan Bunga Pinjaman yang Telah Dikembalikan
Sejak Pinjaman Diterima Responden Sampai dengan Bulan Oktober 2011
Lampiran 11. Persentase Jumlah Pengembalian Pokok Pinjaman Dana
BLM-PUAP
Lampiran 12. Tingkat Penggolongan Kualitas Pengembalian Pinjaman Dana
BLM-PUAP
Lampiran 13. Daftar Penyerahan Jaminan Pinjaman Kepada Gapoktan di Desa
Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar
Lampiran 14.1 Pernyataan Positif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu
Lampiran 14.1 Pernyataan Negatif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu
Lampiran 15. Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap
Lampiran 16. Skor Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap
Lampiran 17. Nilai Skala Sikap Jawaban Petani Responden Terhadap Program
PUAP
Lampiran 18. Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008
ABSTRAK
MARTIANA LAIA (070309004) dengan judul skripsi ”Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. M. Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilakukan bulan oktober 2011di Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer, serta di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Camat Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer yang diperlukan untuk penelitian ini.
Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu yang ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik
cluster sampling yaitu proses penarikan sampel yang dilakukan secara
proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan area/cluster, teknik memilih sebuah sampel dari kelompok unit yang kecil. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan teknik penskalaan Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penetapan dan kriteria Gapoktan penerima BLM-PUAP sesuai dengan Pedoman PUAP Tahun 2008 (Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan Ketetapan Menteri Pertanian. Kualitas pengembalian semua pinjaman dana BLM-PUAP yang tergolong dalam pinjaman lancar 0%, pinjaman dalam perhatian khusus 0%, pinjaman diragukan 0%, pinjaman macet 100%. Sikap petani responden penerima pinjaman dana BLM-PUAP terhadap Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) adalah negatif. Petani yang menunjukkan sikap positif terhadap program PUAP sebanyak 13 orang (43.33%) dan yang menunjukkan sikap negatif sebanyak 17 orang (56.67%).
Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi pelatihan tentang simpan-pinjam di Gapoktan dan tujuan program PUAP, meningkatnya interaksi antar petani karena adanya pertemuan setiap bulan dan petani terlibat langsung dalam pelaksaan program PUAP. Sedangkan dari sisi ekonomi yang ditimbulkan oleh program PUAP adalah petani memperoleh kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal usaha tani karena syarat untuk memperoleh pinjaman tidak menyulitkan petani, dan petani tidak lagi terikat dengan tengkulak.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pentingnya sektor pertanian dalam konteks ekonomi Indonesia tidak perlu
diragukan lagi. Walaupun kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) terus menurun secara relatif, Namun nilai absolutnya terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pentingnya sektor pertanian bukan saja karena
kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja. Hingga tahun 1991 yang lalu,
sektor pertanian masih mampu menyediakan lapangan tenaga kerja 50% dari
angkatan kerja yang ada. Disamping peranan sektor pertanian terhadap PDB dan
penyediaan lapangan kerja; sektor ini juga berperan sangat sentral terhadap
penyediaan bahan pangan; penganekaragaman menu makanan dan penerimaan
devisa. Lebih dari itu pengurangan orang-orang miskin di perdesaan berkurang
relatif lebih besar dibandingkan di perkotaan yang salah satu sebabnya adalah
mampunya sektor ini terhadap pemberian tambahan pendapatan masyarakat
perdesaan (Soekartawi, dkk. 1993; 1).
Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan
tanaman, ternak, ataupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal
dengan faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah,
modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan). Masing-masing
faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau
salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama
tiga faktor terdahulu, seperti tanah, modal dan tenaga kerja. Bila hanya tersedia
akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat
dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal. Kalau tanah tersedia,
tenaga kerja ada, tetapi tidak ada modal, apa yang akan ditanam atau dipelihara.
Bagaimana cara membeli bibit, pupuk, dan lain-lainnya. Begitu juga kalau hanya
ada modal dan tenaga kerja tanpa tanah, jelas usaha tani tidak bisa dilakukan, di
mana usaha akan dilakukan atau di mana tanaman akan ditanam
(Daniel, 2002; 50).
Di negara yang sedang berkembang, petani yang sering dijumpai adalah
petani “kecil”, petani “miskin”, petani ”tidak cukupan”, petani “tidak komersial”
atau petani yang sejenisnya. Biasanya, golongan petani yang demikian
diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat. Karena itulah mereka
memerlukan kredit usaha tani agar mereka mampu mengelola usaha taninya
dengan baik. Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka
mereka sering menjual harta bendanya atau pinjaman kepada pihak lain untuk
membiayai usaha taninya itu. Bila dalam keadaan yang mendesak, pinjaman ini
dapat berjumlah relatif besar dan kalau mereka pinjam pada swasta, maka bunga
pinjamannya akan tinggi (Soekartawi, 1989; 23).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009 jumlah
penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa di Indonesia. Dari jumlah tersebut
sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di
sektor pertanian. Pada umumnya petani di perdesaan berada pada skala usaha
mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di
perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak
kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis
pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada
pengurangan penduduk miskin (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 1).
Sampai saat ini pembicaraan mengenai masalah perdesaan akan sangat
menarik. Tidak saja penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di daerah
perdesaan, tetapi yang lebih penting lagi adalah karena evaluasi keberhasilan
pembangunan nasional akan sangat dipengaruhi oleh berhasil tidaknya
menyingkirkan atau mengurangi permasalahan-permasalahan penting yang
berkembang di perdesaan, baik yang menyangkut aspek ekonomi, sosial maupun
politik. Karena itu bisa dipahami kalau dalam setiap perencanaan pembangunan,
perdesaan menjadi salah satu prioritas utama garapannya (Suharso, 2002; 1).
Masalah paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah
masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Masalah modal
tersebut diantaranya adalah sebagian besar petani mengalami kekurangan modal
untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya, belum adanya asuransi
pertanian, masih adanya sistem ijonk dan sistem perbankan yang kurang peduli
kepada petani. Jika ditelusuri lebih lanjut, permasalahan yang dihadapi dalam
permodalan pertanian berkaitan langsung dengan kelembagaan selama ini yaitu
lemahnya organisasi tani, sistem dan prosedur penyaluran kredit yang rumit,
birokrasi dan kurang memperhatikan kondisi lingkungan sosial budaya petani
perdesaan (Anonimous a, 2004).
Mulai tahun 2008 Departemen Pertanian memberikan dana Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp.100.000.000 (seratus juta) per desa
ini adalah program terobosan Departemen Pertanian untuk menanggulangi
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan khususnya desa miskin
dan tertinggal. Tahun 2008 pemerintah telah menyalurkan dana BLM-PUAP
sebesar Rp 1 Triliun kepada 10.000 Gapoktan/desa yang tersebar di 3.003
kecamatan, 389 kabupaten/kota 33 provinsi. Untuk tahun 2009, PUAP
dilaksanakan di 988 Gapoktan/desa yang tersebar 3410 kecamatan, 417
kabupaten/kota di 33 provinsi. (Anonimous b, 2010).
Pada tahun 2008, Kabupaten Deli Serdang Menerima dana BLM-PUAP
sebesar Rp 3.500.000.000 dan dibagikan kepada 35 Gapoktan/desa PUAP yang
tersebar di 7 kecamatan yaitu Kecamatan Bangun Purba, STM Hulu, Pantai Labu,
Labuhan Deli, Hamparan Perak, Pancur Batu dan STM Hilir. Masing-masing
Tabel 1. Desa Penerima BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa Kecamatan Pantai Labu mendapatkan
dana BLM-PUAP sebesar Rp 1.100.000.000. berarti 31,42% dari total dana BLM
PUAP Kabupaten Deli Serdang tahun 2008. Dana BLM PUAP yang diterima
Kecamatan Pancur Batu sebesar Rp 700.000.000 (20%), Kecamatan Bangun
Purba sebesar Rp 700.000.000 (20%), Kecamatan Hamparan Perak sebesar Rp
400.000.000 (11,43%), Kecamatan STM Hulu Rp 400.000.000 (11,43%),
Kecamatan Labuhan Deli sebesar Rp 100.000.000 (2,86%) dan Kecamatan STM
Hilir sebesar Rp 100.000.000 (2,86%).
Kecamatan Pancur Batu menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp
700.000.000 dengan 7 desa PUAP. Berarti Kecamatan Pancur Batu menempati
no. urut dua (2) terbesar penerima dana BLM-PUAP selain Kecamatan Bangun
Purba dan setelah Kecamatan Pantai Labu se Kabupaten Deli Serdang tahun 2008.
Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian di Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang menerima dana BLM-PUAP pada
tahun 2008 sebesar Rp 700.000.000. Penulis ingin mengetahui proses penetapan
dan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, bagaimana pelaksanaan
program PUAP yang telah berjalan, apakah telah sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, peneliti ingin mengetahui sistem
penyaluran dana BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengemangan
Usaha Agribisnis Perdesaan), tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana
BLM-PUAP, sikap petani terhadap program PUAP dan dampak program PUAP
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penetapan dan kriteria Gapoktan (Gabungan Kelompok
Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian?
2. Bagaimana sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani di daerah
penelitian?
3. Bagaimana tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP di
daerah penelitian?
4. Bagaimana Sikap petani terhadap program PUAP di daerah penelitian?
5. Apa saja dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi (komunikasi antar
petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah
1. Untuk mengetahui proses penetapan dan kriteria Gapoktan (Gabungan
Kelompok Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung
Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani di
daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana
4. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program PUAP di daerah
penelitian.
5. Untuk mengetahui dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi (pertemuan
petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang.
3. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin
mengetahui bagaimana Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Monitoring
Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin
”memperingatkan”, dipandang sebagai teknik manajemen dengan agen
penyuluhan yang mengumpulkan data sejalan dengan diterapkannya program
penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya berada pada jalur
yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan dengan cepat
untuk mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan penyesuaian bila
ternyata tidak realistis (Van Den Ban dan Hawkins, 1999; 241).
Monitoring didefinisikan sebagai sistem pengawasan yang digunakan oleh
mereka yang bertanggung jawab atas suatu proyek, untuk memastikan bahwa
semuanya berjalan menurut rencana, dan bahwa sumber daya tidak terbuang. Ini
merupakan sistem umpan balik yang berkesinambungan, yang berlangsung
selama siklus program, dan meninjau setiap kegiatan pada setiap tingkat
pelaksanaannya. Monitoring partisipatoris melibatkan para calon pemakai suatu
proyek dalam pengukuran, pengumpulan, pengolahan dan penyampaian informasi
untuk membantu baik personel manajemen maupun para anggota kelompok
sendiri dalam pembuatan kesimpulan (Mikkelsen, 2003; 231).
Hasil monitoring dan evaluasi yang akan digunakan langsung untuk
penyesuaian program, atau akan digunakan untuk membuat rencana program yang
laporan, tabel, grafik, dan peta merupakan informasi visual. Tetapi semua hasil,
terutama hasil evaluasi, tidak dapat disajikan sebagai informasi kuantitatif, artinya
tidak selalu dalam angka-angka (Mikkelsen, 2003; 237).
Evaluasi
Evaluasi program, adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji
kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu
dilaksanakan. Kegiatan evaluasi seperti ini selain bertujuan utuk mengkaji
kembali keterandalan program untuk mmencapai tujuan yang diinginkan sesuai
dengan pedoman/patokan-patokan yang diberikan. Juga dimaksudkan agar semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggung
jawab terhadap keberhasilan program yang mereka rumuskan itu, jika program
tersebut kelak akan dilaksanakan. Karena itu, di dalam evaluasi program, selain
dievaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang
semua unsur program, yang menyangkut: pengumpulan informasi, analisis
keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang
menyangkut: kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang akan diterapkan,
sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat (lokasi) dan waktu pelaksanaan
kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan dipergunakan (Mardikanto,
1993; 325).
Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil
pelaksanaanya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik
(feed-back) untuk memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat
disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat
berbentuk cara-cara yang lebih santai (informal) melalui rapat-rapat staf berkala
dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal
atau tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk
mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu
kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program.
Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa
atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat
dihubungkan dengan pengawasan (Reksopoetranto, 1992; 55).
Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi,
efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan
kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan
pengambilan keputusan di masa depan (Sinar Tani, 2001; 354).
Untuk mengevaluasi program, tahap pertama yang harus dilakukan adalah
mendesain kegiatan program yang bersangkutan. Evaluasi program yang baik,
diperlukan langkah yang sistematis, terarah, dan konsisten. Untuk itu perlu
ditentukan lebih dulu hal-hal sebagai berikut:
Tujuan program
Kegiatan yang menjadi pendukung program
Bagaimana prosedur pelaksanaannya
Hasil yang diharapkan dari masing-masing proyek
Memperkirakan effect dan impact suatu program yang bersangkutan
Ada dua macam evaluasi menurut dilaksanakannya evaluasi tersebut,
Yaitu:
1) Evaluasi Formatif, evaluasi ini dilaksanakan di setiap tahap dalam siklus
proyek/program. Tujuannya memberi tanda perlu tidaknya dilakukan tindakan
koreksi. Banyaknya atau frekuensi evaluasi tentunya sangat bergantung pada
kondisi yang dihadapi, tidak ada pedoman khusus. Yang pokok, dari kegiatan
ini bisa diperoleh informasi perlu tidaknya melakukan tindakan perbaikan.
2) Evaluasi ini dilakukan setelah program selesai. Ini sangat penting khususnya
sebagai masukan untuk pengelolaan program yang serupa di masa yang akan
datang. Kalau pun programnya tidak mirip orang-orang yang terlibat bisa
mendapatkan informasi mengenai bagian-bagian, kapan dari program yang
sering harus mendapatkan perhatian khusus
(Santosa, 2009; 151-152).
Program PUAP
Adapun tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi
wilayah,
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, dan
penyuluh pendamping,
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan
(Anonimous b, 2010).
Adapun Indikator keberhasilan output (hasil) PUAP (Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan), yaitu: (1) Tersalurkannya dana Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin
anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian dan
(2) Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya
manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani
(PMT) (Suprapto, 2010; 3).
Sedangkan indikator keberhasilan yang menjadi akibat (outcome) PUAP
antara lain:
1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola
bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani,
2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang
mendapatkan bantuan modal usaha,
3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di
perdesaan,
4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik atau penggarap), buruh tani, dan
rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah
(Anonimous c, 2010).
Indikator manfaat atau benefit dan impact (pengaruh) PUAP antara lain:
Desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), berfungsinya
Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan
dikelola oleh petani, dan berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di
perdesaan (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 4).
Proses penetapan Desa PUAP berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.16/Permentan/OT.140/2/2008 (Pedoman PUAP tahun 2008), ada 2 tahapa n
yang harus dilewati yaitu: tahapan penetapan kuota desa dan tahapan seleksi Desa
PUAP.
(1) Tahapan Penetapan Kuota Desa
Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja)
Identifikasi PUAP. Penetapan kuota desa dilakukan dengan
mempertimbangkan: data lokasi PNPM-Mandiri; data Potensi Desa (Podes);
data desa miskin dari BPS; data desa tertinggal dari Kementerian PDT; data
desa lokasi program lanjutan Departemen Pertanian antara lain : P4K, Prima
Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan. Kuota desa yang
menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan
dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Berdasarkan kuota desa pada
setiap kabupaten/kota, tim PUAP pusat menyusun daftar calon desa PUAP.
(2) Tahapan Seleksi Desa PUAP
Daftar calon desa PUAP dikirim oleh tim PUAP pusat ke gubernur dan
bupati/walikota. Berdasarkan daftar tersebut diatas, pemerintah kabupaten/Kota
mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui gubernur.
Tim PUAP pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh
oleh tim PUAP pusat, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai
“Desa PUAP” ((Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 7).
Menurut Pedoman PUAP tahun 2008 (Peraturan Menteri Pertanian
No.16/Permentan/OT.140/2/2008), Proses penetapan Gapoktan PUAP, adalah
sebagai berikut:
1. Tim teknis PUAP kabupaten/kota mengidentifikasi Gapoktan calon penerima
BLM-PUAP dari lokasi Desa PUAP yang telah ditetapkan oleh Menteri
Pertanian.
2. Gapoktan yang ada di Desa PUAP mengisi formulir 1 sebagai data dasar untuk
diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM-PUAP.
3. Bupati/walikota mengusulkan Gapoktan penerima BLM-PUAP kepada Tim
PUAP pusat melalui gubernur.
4. Tim PUAP pusat melakukan verifikasi terhadap Gapoktan yang diusulkan oleh
bupati/walikota
5. Hasil Verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap Gapoktan, selanjutnya ditetapkan
oleh Menteri Pertanian sebagai Gapoktan Penerima BLM-PUAP.
(Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 8)
Landasan Teori
Konsep mengenai kemiskinan bukanlah hal yang mudah dipahami, sebab
kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai gejala
sosial-budaya. Hendra Esmara (1986 : 287) menyebutkan bahwa kemiskinan
dilihat dari aspek sosial-budaya lebih banyak melihat dalam diri penduduk miskin
kemiskinan dilihat dari aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada lingkungan
penduduk miskin yang nampak pada rendahnya pendapatan, gizi buruk, angka
kematian bayi dan morbiditas yang tinggi serta rendahnya pendidikan,
(Tukiran,1993; 145).
Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang
memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di
lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek
material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek aspek tersebut bisa jadi
dikembangkan menjadi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, keamanan dan
lingkungan. Tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan
mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat
dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,
kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan,
kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (Sayogyo, 1996; 67).
Partisipasi masyarakat didorong melalui proyek pembangunan bagi
masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.
Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, peningkatan peranan masyarakat dalam
pembangunan. Jadi masih dibutuhkan wadah untuk berpartisipasi di tingkat
kelompok. Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling
belajar melalui pendekatan learning by doing yang berarti belajar dengan
Yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap
yang merupakan potensi untuk pembangunan (Ban dan Hawkins, 1999; 60).
Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang didalamnya
bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai aset kelembagaan dari
Kementerian Pertanian diharapkan dapat dibina dan dikawal selamanya oleh
seluruh komponen masyarakat pertanian mulai dari pusat, provinsi,
kabupaten/kota sampai kecamatan untuk dapat melayani seluruh kebutuhan petani
di perdesaan. Sebagai organisasi ekonomi milik petani di perdesaan, diharapkan
Gapoktan dapat melayani kebutuhan petani tentang pembiayaan. Peraturan
Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 273 / Kpts/OT.160 /4/ 2007, telah
memberikan arahan bahwa Gapoktan dapat melakukan fungsi-fungsi ekonomi
antara lain: unit usaha pengolahan, unit usaha saprodi, unit usaha pemasaran, unit
usaha keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan dan harus disepakati oleh seluruh
anggota Gapoktan (Suprapto, 2010; 1).
Membicarakan modal dalam usaha pertanian tidak akan terlepas dari
pembicaraan kredit. Karena kredit merupakan suatu alat atau cara untuk
menciptakan modal. Diakui dan terjadi di lapangan bahwa ada petani yang dapat
memenuhi semua keperluan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya. Bahkan
sebagian petani yang kaya malahan bisa membantu atau meminjamkan modal
kepada petani lainnya yang memerlukan. Tetapi secara ekonomis dapat dikatakan
bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari pihak
lainnya. Modal berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut sebagai utang
Modal merupakan salah satu faktor produksi pertanian. Pemilik modal
menerima bunga modal yang biasanya diukur dalam persen dari modal pokok
untuk satu kesatuan waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan, atau per
tahun. Pemilik modal tidak perlu orang lain daripada petani sendiri. Hanya apabila
modal dipinjam dari pihak lain dengan janji pengembalian dengan bunga tertentu
maka terdapatlah kredit. Dengan demikian modal dapat dibagi dua yaitu modal
sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit) (Mubyarto, 1989; 93).
Dalam penyelenggaraan program PUAP, Departemen Pertanian telah
mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai
dana stimulan sebesar Rp 100.000.000 untuk Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) kepada setiap desa PUAP. Dana tersebut digunakan untuk
membiayai kegiatan produktif budidaya (on farm) seperti tanaman pangan,
hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan off farm (non budidaya)
yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian,
pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian.
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran kelembagaan tani
pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani.
Sedangkan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, adalah: (1)
Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, (2) Mempunyai struktur
kepengurusan yang aktif, (3) Dimiliki dan dikelola oleh petani, (4) Dikukuhkan
oleh Bupati/Walikota. Program PUAP dilaksanakan melalui pendekatan dan
strategi sebagai berikut: (1) Memberikan bantuan stimulus modal usaha kepada
petani untuk membiayai usaha ekonomi produktif dengan membuat usulan dalam
(Rencana Usaha Bersama) dan menggunakan dana PUAP sesuai dengan usulan
(tahun ke-I); (2) Petani penerima manfaat program PUAP tersebut harus
mengembalikan dana stimulasi modal usaha kepada Gapoktan sehingga dapat
digulirkan lebih lanjut oleh Gapoktan melalui kaidah-kaidah usaha simpan-pinjam
(tahun ke-II); (3) Dana stimulasi modal usaha yang sudah digulirkan melalui pola
simpan–pinjam selanjutnya melalui keputusan seluruh anggota Gapoktan
diharapkan dapat ditumbuhkan menjadi LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro
Agribisnis), dan pada akhirnya difasilitasi menjadi jejaring pembiayaan (linkages)
dari lembaga keuangan lain (Peraturan Menteri Pertanian, 2010; 15).
Pemantauan program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi
(data, fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses
pelaksanaan program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya
keadaan-keadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan program, sehingga program
tersebut tetap dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan demi tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan (Mardikanto, 1993; 326).
Evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau keberhasilan
dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut: merumuskan tujuan; mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk
mengukur keberhasilan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian
ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan
kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai
tertentu (Sinar Tani, 2001; 358).
Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006; 148), penggolongan kualitas
digolongkan menjadi 5 kelas, yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan, dan macet.
1. Lancar, yaitu: kondisi pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik
dan tidak ada tunggakan serta sesuai persyaratan kredit (30 hari).
2. Dalam perhatian khusus, yaitu tunggakan pokok/bunga sampai 90 hari dan
jarang mengalami cerukan.
3. Kurang lancar, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 90 hari sampai
120 hari dan cerukan berulang kali khususnya untuk menutup rugi operasional
dan arus kas.
4. Diragukan, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 120 hari sampai 180
hari dan cerukan permanen khususnya untuk menutupi rugi dan kekurangan
arus kas.
5. Macet, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga lebih dari 180 hari.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut
(Azwar, 1995; 5).
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan
seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu
dalam lingkungannya (Ban dan Hawkins, 1999; 106).
Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan
cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut; jika ia
bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganggu atau menghukum
Sistem kerja kelompok memungkinkan pertemuan antar anggota semakin
sering terjadi. Kegiatan ini membuka kesempatan berdiskusi, tukar-menukar
informasi dan pengalaman antar anggota semakin aktif, sehingga pengetahuan
anggota kelompok semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya,
kendala-kendala yang muncul pada kelompok dengan cepat ditemukan dan dipecahkan
secara bersama-sama. Di sisi lain rasa kebersamaan di antara anggota kelompok
semakin erat. Kerja kelompok juga mempermudah PPL (Penyuluh Pertanian
Lapangan) untuk mendatangi mereka untuk memberikan pengarahan-pengarahan
atau penyuluhan di lahan kerja mereka, cukup dengan melihat jadwal kerja
kelompok tersebut (Mubyarto, 2000; 25).
Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasi pola pertanian
tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani
dalam meningkatkan produktivitasnya saja; akan tetapi yang lebih penting lagi
semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisi
kelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh
petani (Todaro, 1998; 386).
Kegiatan analisis kinerja merupakan kegiatan menginterpretasikan atau
pemahaman serta penggunaan data dan informasi yang berhasil dukumpulkan
guna membuat kesimpulan dan temuan evaluasi kinerja, namun untuk melakukan
hal tersebut digunakan alat-alat analisis ataupun intsrumen-instrumen yang
bervariasi baik metode maupun prosedurnya, antara lain penggunaan teknik
analisis kuantitatif untuk membandingkan antara biaya-biaya yang dikeluarkan
kualitatif yang bersifat subyektif maupun metode eksperimental
(Moeheriono, 2009; 96-97)
Kerangka Pemikiran
Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan
permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling mendasar bagi sebagian
besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para
petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, pemerintah
mengeluarkan kebijakan baru yaitu: program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat
kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu
penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.
Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan bantuan dana
PUAP sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) kepada Gapoktan yang ada di
Desa PUAP. Pelaksanaan program PUAP harus berpatokan pada Pedoman Umum
PUAP tahun 2008. Gapoktan penerima dana BLM-PUAP harus berada pada
lokasi desa PUAP dan memenuhi kriteria, antara lain: memiliki SDM yang
mampu mengelola usaha agribisnis, mempunyai struktur kepengurusan yang aktif,
dimiliki dan dikelola oleh petani, dikukuhkan oleh bupati/walikota. Dana
BLM-PUAP disalurkan kepada petani melalui Gapoktan. Gapoktan (per desa) yang
merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang di dalamnya bergabung
kelompok-kelompok tani.
Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga tani pelaksana
agribisnis bagi petani. Penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dilaksanakan
dengan sistem pinjaman, artinya dana BLM-PUAP harus dikembalikan kepada
Gapoktan untuk digulirkan kembali kepada petani lain. Kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan Program PUAP di daerah penelitian sangat dipengaruhi
oleh tingkat pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP dari petani kepada
Gapoktan. Tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dikelompokkan dalam
5 kategori yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan
macet.
Penerimaan bantuan dana BLM-PUAP dalam bentuk pinjaman tersebut
memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari
dalam diri petani maupun kelompok dimana petani itu bernaung. Sikap petani
terhadap program PUAP merupakan bentuk reaksi ataupun respon terhadap
adanya stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan informasi dengan
menggunakan standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan
menyusun pertimbangan. Kegiatan evaluasi PUAP bermanfaat untuk
mengidentifikasi berbagai kelemahan dan permasalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan PUAP baik peyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP serta
memberikan saran-saran perbaikan sebagai pertimbangan untuk pengambilan
kebijakan PUAP pada masa yang akan datang. Program PUAP (Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian yang telah berjalan sejak tahun
2008, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan program PUAP yang telah dicapai, dan dampaknya terhadap sosial
Desa PUAP
Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Gapoktan/Poktan
Evaluasi
Pinjaman Pengembalian Pinjaman Tingkat Penggolongan
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Lokasi penelitian ditetapkan di
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan
Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu kecamatan penerima dana
BLM-PUAP terbesar kedua di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008, salah satu
kecamatan yang disetujui pemerintah untuk menjalankan program PUAP, dan
telah menjalankan program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan)
sejak tahun 2009 yang merupakan tahun pertama dijalankannya program PUAP.
Dan jika dilihat dari jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) per kecamatan
penerima dana BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008 pada
tabel 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Pancur Batu
memiliki jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebanyak 3.374 RTS dan lebih
besar dari Kecamatan Bangun Purba (2.182 RTS) dan Kecamatan STM Hulu
Tabel 2. Persentase Jumlah Dana BLM-PUAP dan Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) di Kecamatan Penerima Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Deli Serdang, 2008
No. Nama Sumber: Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang,
2011
Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 25 desa, hanya 7 desa yang menerima
dana BLM-PUAP pada tahun 2008, yaitu Desa Pertampilen, Tiang Layar, Bintang
Meriah, Namorih, Durian Jangak, Sembahe Baru, dan Salam Tani.
Masing-masing Desa PUAP menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp 100.000.000.
Tabel 3. Jumlah Petani Anggota Gapoktan yang menerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Desa PUAP Kecamatan Pancur Batu, 2009
Sumber: Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pancur Batu, 2011 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa 7 Desa PUAP di
Kecamatan Pancur Batu memiliki jumlah anggota Gapoktan penerima dana
BLM-PUAP yang berbeda antara satu Desa BLM-PUAP dengan Desa BLM-PUAP lainnya. Ke-7
Desa PUAP yang ada di Kecamatan Pancur Batu, 3 desa sampel yang dipilih
No Desa PUAP Nama Gapoktan Jumlah Petani Penerima Pinjaman
Dana BLM-PUAP (KK) 1 Pertampilen Maju Bersama 88
2 Namorih Bunga Ncole 66
3 Bintang Meriah Simulih Karaben 69
4 Tiang Layar Arih Ersada 54
5 Durin Jangak Tani Mandiri 60
6 Salam Tani Usaha Bersama 71
7 Sembahe Baru Keriahen Baru 56
sebagai daerah penelitian, yaitu: Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani.
Hal ini dikarenakan ke 3 desa PUAP tersebut dinilai cukup mewakili desa PUAP
lainnya yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Karena pada tahun pertama
pelaksanaan program PUAP, jumlah petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP
di 3 desa PUAP ini dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan Desa PUAP
lainnya. Jumlah penerima pinjaman dana BLM-PUAP di Desa Pertampilan
sebanyak 88 KK, Salam Tani 71 KK, Tiang Layar 54 KK, Bintang Meriah 69 KK,
Namorih 66 KK, Durin Jangak 60 KK, dan Sembahe Baru 56. Kecuali Desa Tiang
Layar, meskipun hanya 54 KK penerima pinjaman tetapi pengembalian pinjaman
sebagian petani dan pertemuan per bulan berjalan cukup lancar bila dibandingkan
dengan desa lainnya sejak Bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Maret 2011.
Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Gay yang
menyatakan bahwa ukuran mínimum sampel yang diterima berdasarkan pada
desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil yaitu mínimum
20% populasi (Hasan 2002; 60).
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Gapoktan Maju Bersama
(Pertampilen), Arih Ersada (Tiang Layar), dan Gapoktan Usaha Bersama (Salam
Tani) yang menerima pinjaman dana BLM-PUAP (Program PUAP tahun 2008),
yaitu 213 KK.
Pengambilan sampel secara cluster sampling, dimana penarikan sampel
yang dilakukan secara proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam
kelompok unit yang kecil. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total
populasi dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 sampel karena menurut
pendapat Bailey (Hasan, 2002; 60), ukuran sampel paling minimum adalah 30
sampel dari suatu populasi.
Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997), yaitu:
Spl
Js
N
n
Keterangan: Spl = Sampeln = Jumlah anggota Gapoktan penerima
pinjaman dana BLM-PUAP
N = Total populasi
Js = Besar sampel (30 orang)
Tabel 4. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Empat Desa Penerima Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Batu, 2008.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Selain 30 sampel di atas, sumber informasi/data diperoleh juga dari
pengurus Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama dan Arih Ersada (Ketua,
sekretaris dan bendahara), 3 orang PPL yang bertugas di Desa Pertampilen,
Salam Tani dan Tiang Layar, dan 1 pegawai dinas BPTP Sumatera Utara, kepala
BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Pancur Batu, 2 orang pegawai
Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.
No. Desa Nama Gapoktan Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1 Pertampilen Maju Bersama 88 12
2 Tiang Layar Arih Ersada 54 8
3 Salam Tani Usaha Bersama 71 10
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari PPL, pengurus Gapoktan dan angggota
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima pinjaman dana BLM-PUAP di 3
desa PUAP Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang melalui wawancara
langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah
dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan, kebutuhan penelitian dan
pengamatan langsung di lapangan.
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu kantor
Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa
PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur
Batu serta instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan kemudian diolah secara
manual, lalu dijabarkan secara deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat pencatatan
(deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian yang terjadi. Dalam arti ini,
penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata dan
tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, uji hipotesis atau
Untuk mengetahui bagaimana proses dan kriteria penetapan Gapoktan
(Gabungan Kelompok Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung
Masyarakat-Pengembangan Usaha agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian,
dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan Pedoman PUAP tahun 2008
(Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/2/2008).
Untuk mengetahui apakah sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada
petani di daerah penelitian dianalisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan sistem
penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dan syarat-syarat pemberian
pinjaman dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan yang telah disepakati
bersama.
Untuk mengetahui kualitas pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP di
daerah penelitian dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menggunakan tabulasi
sederhana antara jumlah pinjaman petani anggota Gapoktan, jumlah pinjaman
yang dikembalikan dan jumlah bulan pengembalian serta bentuk persentasenya
untuk melihat tingkat penggolongan pengembalian pinjaman.
Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program PUAP di
daerah penelitian, dianalisis dengan teknik penskalaan Likert yaitu dengan
pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif: Sangat
Setuju (SS) bernilai 5, Setuju (S) bernilai 4, Ragu-ragu (R) bernilai 3, Tidak
Setuju (TS) benilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Untuk pernyataan
negatif: Sangat Setuju (SS) benilai 1, Setuju (S) benilai 2, Ragu -ragu (R) benilai
3, Tidak Setuju (TS) bernilai 4, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 5,
Rumus skala Likert: T = 50 + 10
Keterangan: X = Skor responden pada skala yang hendak diubah
menjadi skor T
X = Mean skor kelompok
s = Deviasi standar skor kelompok
Kriteria Uji, apabila: T > 50 = Sikap positif
T < 50 = Sikap negatif
Untuk mengetahui dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi
(komunikasi antar petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah
penelitian, dianalisis secara deskriptif.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari munculnya kesalahpahaman dalam penelitian ini,
maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Defenisi
1. Monitoring adalah suatu kegiatan untuk memastikan dan mengendalikan
keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan
standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan menyusun
pertimbangan.
3. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah bagian
dari pelaksanaan program PNPM Mandiri melalui bantuan modal usaha
dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi desa
sasaran.
4. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri dari 4
subsistem yaitu subsistem distribusi dan penyediaan input produksi,
subsistem usaha tani (on farm), subsistem pengolahan hasil pertanian,
subsistem pemasaran hasil pertanian dan subsistem lembaga penunjang.
5. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan
sumber daya alam dan kearifan lokal khususnya pertanian.
6. Desa miskin terjangkau adalah desa yang memiliki infrastruktur transportasi
dan komunikasi yang memungkinkan untuk dilakukan pembinaan
berkelanjutan.
7. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa
kelompok tani untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha
pertaniannya.
8. Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usahanya.
9. Tingkat penggolongan kualitas pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP
dari anggota Gapoktan penerima pinjaman dana BLM-PUAP kepada
Gapoktan sebagai lembaga pengelola program PUAP
1. Lancar: pembayaran tepat waktu, tidak ada tunggakan serta sesuai dengan
persyaratan kredit (pinjaman)
2. Dalam perhatian khusus: terdapat tunggakan pokok/bunga ≤ 90 hari
3. Kurang lancar: terdapat tunggakan pokok/bunga > 90 hari – 180 hari
5. Macet: terdapat tunggakan pokok/bunga ≥ 270 hari
10. Sikap adalah pencerminan dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri
dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan,
penilaian suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu
objek.
11. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, menerima
bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu
12. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindar
ataupun tidak menyukai keberadaan objek tertentu.
13. Dampak program PUAP adalah dampak sosial dan ekonomi yang dialami
petani di daerah penelitian setelah berjalannya program PUAP
14. Komunikasi antar petani (dampak sosial program PUAP) adalah perubahan
intensitas komunikasi antar petani setelah berjalannya program PUAP
15. Kemudahan memperoleh pinjaman (dampak ekonomi program PUAP)
adalah kemudahan yang dirasakan oleh petani dalam memperoleh pinjaman
dana BLM-PUAP
Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.
2. Sampel penelitian adalah petani yang meminjam dana BLM-PUAP di Desa
Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten
Deli Serdang
3. Waktu penelitian adalah bulan Agustus sampai dengan bulan Okober tahun
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Pada masa pemerintah Belanda, Pancur Batu
ini disebut dengan Sinuan Bunga dengan ibu kota Arhnemia. Pada tahun 1952,
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara yaitu: Abdul Hakim,
mengadakan perubahan Pamong Sipil kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang
secara administratif dibagi atas 6 (enam) kewedanaan yang terdiri dari 30 (tiga
puluh) kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Pancur Batu dengan
Kewedanaan Deli Hulu.
Pada tahun 1974, sejalan dengan perluasan Kotamadya Medan, bahwa
Desa Lau Cih, Desa Namo Gajah, Desa Simalingakar B, Desa Kemenangan Tani,
Desa Simpang Selayang, dan sebagian Desa baru telah menjadi Daerah
Kotamadya Medan sampai sekarang. Kemudian Pada tahun 1990, terjadi pula
penggabungan desa yang pada tahun sebelumnya Kecamatan Pancur Batu terdiri
dari 59 desa digabung menjadi 25 desa, luas arealnya 122,53 km2 atau sekitar
12.253 Ha. Kecamatan ini terdiri dari 25 desa dan 108 dusun, dengan ibu kota
Kecamatan terletak di Desa Tengah.
Daerah ini dipilih karena Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu
Kecamatan yang mendapat dana stimulan BLM-PUAP pada tahun 2008. Dari 25
desa yang tergabung dalam Kecamatan Pancur Batu, 7 desa yang terpilih menjadi
desa penerima PUAP. Tiap Desa PUAP mendapat dana BLM-PUAP sebesar Rp
Kecamatan Pancur Batu pada tahun 2008 sebesar Rp 700.000.000 (tujuh ratus juta
rupiah). Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi program PUAP
(Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di Kecamatan Pancur Batu. Ke-7
Desa PUAP yang ada di Kecamatan Pancur Batu, 3 desa sampel yang dipilih
sebagai daerah penelitian, yaitu: Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani.
Hal ini dikarenakan ke 3 desa PUAP tersebut dinilai cukup mewakili Desa PUAP
lainnya yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Karena Jumlah petani penerima
pinjaman dana BLM-PUAP di 3 desa PUAP ini dinilai cukup tinggi bila
dibandingkan dengan Desa PUAP lainnya. Jumlah penerima pinjaman dana
BLM-PUAP di Desa Pertampilan sebanyak 88 KK, Salam Tani 71 KK, Tiang Layar 54
KK, Bintang Meriah 69 KK, Namorih 66 KK, Durin Jangak 60 KK, dan Sembahe
Baru 56. Kecuali Desa Tiang Layar, meskipun hanya 54 KK penerima pinjaman
tetapi pengembalian pinjaman dan pertemuan per bulan berjalan cukup lancar bila
dibandingkan dengan desa lainnya sejak Bulan Februari 2009 – Maret 2011.
Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Gay yang
menyatakan bahwa ukuran mínimum sampel yang diterima berdasarkan pada
desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil yaitu mínimum
20% populasi (Hasan 2002; 60).
Luas dan Letak Geografi
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang merupakan daerah
penelitian, secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal dan Kota Medan
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kutalimbaru
Kecamatan Pancur Batu memiliki luas 122,53 km2 atau sekitar 12.253 ha.
Dan Kecamatan Pancur Batu ini pada umumnya mempunyai dua iklim musim
yaitu musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang mana kedua musim
Penggunaan Lahan
Tabel 5. Luas Desa, Lahan Sawah, Tanah Kering dan Luas Lahan Lainnya di Kecamatan Pancur Batu, 2010.
No Desa Luas Desa
Total 12.253,00 1,636,90 7.211,80 3.404,30
Sumber: Kantor Camat, 2011
Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa lahan kering lebih luas
dibanding dengan lahan sawah dan lahan lainnya yaitu sebesar 7.211,80 ha atau
lahan lainnya seperti pemukiman/perumahan, bangunan umum, kuburan, jalan,
dan lain-lain.
Pembagian Wilayah
Tabel 6. Banyaknya Dusun/Lingkungan dan Rukun Tetangga di Kecamatan Pancur Batu, 2010
No Desa Dusun/Lingkungan Rukun Tetangga