• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

MARTIANA LAIA

070309004

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

( Ir. H. Butar-Butar, M.Si) (Ir. M. Jufri, M.Si) NIP:19611115 198603 100 2 NIP:19601110 198803 100 3

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

MARTIANA LAIA (070309004) dengan judul skripsi ”Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. M. Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan bulan oktober 2011di Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer, serta di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Camat Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer yang diperlukan untuk penelitian ini.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu yang ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik

cluster sampling yaitu proses penarikan sampel yang dilakukan secara

proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan area/cluster, teknik memilih sebuah sampel dari kelompok unit yang kecil. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan teknik penskalaan Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penetapan dan kriteria Gapoktan penerima BLM-PUAP sesuai dengan Pedoman PUAP Tahun 2008 (Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan Ketetapan Menteri Pertanian. Kualitas pengembalian semua pinjaman dana BLM-PUAP yang tergolong dalam pinjaman lancar 0%, pinjaman dalam perhatian khusus 0%, pinjaman diragukan 0%, pinjaman macet 100%. Sikap petani responden penerima pinjaman dana BLM-PUAP terhadap Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) adalah negatif. Petani yang menunjukkan sikap positif terhadap program PUAP sebanyak 13 orang (43.33%) dan yang menunjukkan sikap negatif sebanyak 17 orang (56.67%).

Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi pelatihan tentang simpan-pinjam di Gapoktan dan tujuan program PUAP, meningkatnya interaksi antar petani karena adanya pertemuan setiap bulan dan petani terlibat langsung dalam pelaksaan program PUAP. Sedangkan dari sisi ekonomi yang ditimbulkan oleh program PUAP adalah petani memperoleh kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal usaha tani karena syarat untuk memperoleh pinjaman tidak menyulitkan petani, dan petani tidak lagi terikat dengan tengkulak.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan yang Maha

Kuasa karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik

penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Ir. H. Butar-Butar, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Ir. M. Jufri, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini, masih jauh dari

kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,

penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan Skripsi ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Skripsi bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Juli 2012

(5)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian………. ... 25

Metode Penentuan Sampel……….. ... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

Sarana dan Prasarana……… ... 41

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Penetapan dan Kriteria Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP ... 44

Proses Penetapan Desa PUAP Tahun 2008 ... 44

Proses Penetapan Gapoktan Penerima BLM-PUAP ... 48

Kriteria Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP ... 51

1.1 Gapoktan Penerima BLM-PUAP Memiliki SDM untuk Mengelola Usaha Agribisnis dan Dikelola Oleh Petani ... 53

1.2 Gapoktan Penerima BLM-PUAP Mempunyai Struktur Kepengurusan yang Aktif dan Dikukuhkan Oleh Bupati ... 53

Tata Cara Dan Prosedur Penyaluran BLM-PUAP ... 56

1. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB) Gapoktan ... 56

2. Pengesahan Rencana Usaha Bersama (RUB) ... 57

3. Verifikasi Dokumen dan Pengajuan RUB ... 58

4. Prosedur Penyaluran BLM PUAP Kepada Gapoktan ... 59

5. Penyaluran Dana BLM PUAP ke Poktan ... 60

6. Prosedur Penarikan Dana ... 60

Sistem Penyaluran Dana BLM-PUAP Kepada Petani ... 61

Syarat-Syarat Memperoleh Pinjaman Dana BLM-PUAP ... 69

Bunga Pinjaman dan Jangka Waktu Pinjaman... 72

Tingkat Pengembalian Pinjaman Dana BLM-PUAP ... 73

Sikap Petani Terhadap Program PUAP (Program Usaha Agribisnis Perdesaan) ... 79

Dampak Program Puap (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Komunikasi Antar Petani dan Kemudahan Dalam Memperoleh Pinjaman) ... 82

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 84

Saran………. ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

Tabel 1. Desa Penerima BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang,

2008... 5

Tabel 2. Persentase Jumlah Dana BLM-PUAP dan Jumlah Rumah

Tangga Sasaran (RTS) di Kecamatan Penerima Bantuan

Langsung Masyarakat – Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Deli Serdang,

Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Batu, 2008 ... 28

Tabel 5. Luas Desa, Lahan Sawah, Tanah Kering dan Luas Lahan

Lainnya di Kecamatan Pancur Batu, 2010 ... 37

Tabel 6. Banyaknya Dusun/Lingkungan dan Rukun Tetangga di

Kecamatan Pancur Batu, 2010 ... 38 Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu

Berdasarkan Umur, 2010 ... 39 Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Pancur Batu

Berdasarkan Mata Pencaharian, 2010 ... 40 Tabel 9. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di Kecamatan Pancur

Batu, 2010……….. ... 41 Tabel 10. Karakteristik Sampel Petani Anggota Gabungan Kelompok

Tani Penerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Kecamatan

Pancur Batu……… . 42

Tabel 11. Perbandingan Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada dengan Kriteria Gapoktan Calon Penerima BLM-PUAP Dalam Pedoman BLM-PUAP (Peraturan Menteri Pertanian no. 16/Permentan/OT.140/2/2008 ... 52 Tabel 12. Tanggal Pembentukan Gapoktan Desa Pertampilen, Salam tani

dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu ... 54

Tabel 13. Daftar Nama Pengurus Gapoktan Maju Bersama, Usaha

Bersama, dan Gapoktan Arih Ersada, 2008... 55

Tabel 14. Tahap Penyaluran dan Besar Dana BLM-PUAP yang Disalurkan Kepada Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada ... 62 Tabel 15. Sistem Penyaluran Dana BLM-PUAP di Desa Pertampilen,

Salam Tani dan Tiang Layar ... 64 Tabel 16. Jenis Simpanan Petani Responden di Gapoktan Maju Bersama,

(8)

Tabel 17. Syarat-Syarat untuk Memperoleh Pinjaman Dana BLM-PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu ... 70 Tabel 18. Besar Bunga, Jenis Bunga dan Jangka Waktu Pinjaman yang

Diberikan Kepada Anggota yang Meminjam Dana BLM-PUAP di Desa PUA ... 72 Tabel 19. Penggolongan Kualitas Pinjaman di Desa Pertampilen, Salam

Tani dan Tiang Layar ... 74 Tabel 20. Distribusi Jumlah Petani yang Menyerahkan Jaminan

Pinjaman Kepada Pengurus Gapoktan di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar ... 78 Tabel 21. Sikap Responden Terhadap Program PUAP di Desa

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 24

Gambar 2. Skema Proses Penetapan Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Sebagai Desa PUAP ... 47

Gambar 3. Skema Proses Penetapan Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama, dan Arih Ersada Sebagai Gapoktan Penerima

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 1. Karateristik Sampel Petani Anggota Gabungan Kelompok Tani

Penerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Lampiran 2. Persentase Rumah Tangga Sasaran (RTS) Terhadap Rumah

Tangga Seluruhnya Menurut Desa di Kecamatan Pancur Batu, 2008

Lampiran 3a. Besar Pinjaman dan Usaha Produktif Petani Responden

Lampiran 3b. Penggolongan Besar Pinjaman Petani Responden di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu

Lampiran 4. Contoh Rencana Usaha Anggota (RUA) Petani Responden di

Desa Tiang Layar

Lampiran 5. Contoh Akad Qirad (Kredit) Petani Responden di Desa Tiang

Layar

Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Petani Responden di Desa Tiang Layar

Lampiran 7. Jangka Waktu Pinjaman Dana BLM-PUAP

Lampiran 8. Jumlah Pinjaman yang Harus Dikembalikan Petani Setelah

Jatuh Tempo Pinjaman

Lampiran 9 Jumlah Pokok dan Bunga Pinjaman Dana BLM-PUAP yang

Telah Diterima Responden Sampai Jatuh Tempo Pinjaman

Lampiran 10. Jumlah Pokok dan Bunga Pinjaman yang Telah Dikembalikan

Sejak Pinjaman Diterima Responden Sampai dengan Bulan Oktober 2011

Lampiran 11. Persentase Jumlah Pengembalian Pokok Pinjaman Dana

BLM-PUAP

Lampiran 12. Tingkat Penggolongan Kualitas Pengembalian Pinjaman Dana

BLM-PUAP

Lampiran 13. Daftar Penyerahan Jaminan Pinjaman Kepada Gapoktan di Desa

Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar

Lampiran 14.1 Pernyataan Positif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu

Lampiran 14.1 Pernyataan Negatif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu

Lampiran 15. Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap

Lampiran 16. Skor Jawaban Sampel Terhadap Pernyataan Pengukuran Sikap

Lampiran 17. Nilai Skala Sikap Jawaban Petani Responden Terhadap Program

PUAP

Lampiran 18. Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008

(11)

ABSTRAK

MARTIANA LAIA (070309004) dengan judul skripsi ”Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Butar-Butar, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. M. Jufri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilakukan bulan oktober 2011di Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer, serta di kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Camat Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur Batu untuk memperoleh data primer yang diperlukan untuk penelitian ini.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu yang ditentukan secara purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik

cluster sampling yaitu proses penarikan sampel yang dilakukan secara

proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan area/cluster, teknik memilih sebuah sampel dari kelompok unit yang kecil. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan teknik penskalaan Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penetapan dan kriteria Gapoktan penerima BLM-PUAP sesuai dengan Pedoman PUAP Tahun 2008 (Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan Ketetapan Menteri Pertanian. Kualitas pengembalian semua pinjaman dana BLM-PUAP yang tergolong dalam pinjaman lancar 0%, pinjaman dalam perhatian khusus 0%, pinjaman diragukan 0%, pinjaman macet 100%. Sikap petani responden penerima pinjaman dana BLM-PUAP terhadap Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) adalah negatif. Petani yang menunjukkan sikap positif terhadap program PUAP sebanyak 13 orang (43.33%) dan yang menunjukkan sikap negatif sebanyak 17 orang (56.67%).

Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) berdampak terhadap sosial ekonomi petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP, yaitu dari sisi sosial meliputi pelatihan tentang simpan-pinjam di Gapoktan dan tujuan program PUAP, meningkatnya interaksi antar petani karena adanya pertemuan setiap bulan dan petani terlibat langsung dalam pelaksaan program PUAP. Sedangkan dari sisi ekonomi yang ditimbulkan oleh program PUAP adalah petani memperoleh kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal usaha tani karena syarat untuk memperoleh pinjaman tidak menyulitkan petani, dan petani tidak lagi terikat dengan tengkulak.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pentingnya sektor pertanian dalam konteks ekonomi Indonesia tidak perlu

diragukan lagi. Walaupun kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) terus menurun secara relatif, Namun nilai absolutnya terus

meningkat dari tahun ke tahun. Pentingnya sektor pertanian bukan saja karena

kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja. Hingga tahun 1991 yang lalu,

sektor pertanian masih mampu menyediakan lapangan tenaga kerja 50% dari

angkatan kerja yang ada. Disamping peranan sektor pertanian terhadap PDB dan

penyediaan lapangan kerja; sektor ini juga berperan sangat sentral terhadap

penyediaan bahan pangan; penganekaragaman menu makanan dan penerimaan

devisa. Lebih dari itu pengurangan orang-orang miskin di perdesaan berkurang

relatif lebih besar dibandingkan di perkotaan yang salah satu sebabnya adalah

mampunya sektor ini terhadap pemberian tambahan pendapatan masyarakat

perdesaan (Soekartawi, dkk. 1993; 1).

Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan

tanaman, ternak, ataupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal

dengan faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah,

modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan). Masing-masing

faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau

salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama

tiga faktor terdahulu, seperti tanah, modal dan tenaga kerja. Bila hanya tersedia

(13)

akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat

dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal. Kalau tanah tersedia,

tenaga kerja ada, tetapi tidak ada modal, apa yang akan ditanam atau dipelihara.

Bagaimana cara membeli bibit, pupuk, dan lain-lainnya. Begitu juga kalau hanya

ada modal dan tenaga kerja tanpa tanah, jelas usaha tani tidak bisa dilakukan, di

mana usaha akan dilakukan atau di mana tanaman akan ditanam

(Daniel, 2002; 50).

Di negara yang sedang berkembang, petani yang sering dijumpai adalah

petani “kecil”, petani “miskin”, petani ”tidak cukupan”, petani “tidak komersial”

atau petani yang sejenisnya. Biasanya, golongan petani yang demikian

diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat. Karena itulah mereka

memerlukan kredit usaha tani agar mereka mampu mengelola usaha taninya

dengan baik. Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka

mereka sering menjual harta bendanya atau pinjaman kepada pihak lain untuk

membiayai usaha taninya itu. Bila dalam keadaan yang mendesak, pinjaman ini

dapat berjumlah relatif besar dan kalau mereka pinjam pada swasta, maka bunga

pinjamannya akan tinggi (Soekartawi, 1989; 23).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009 jumlah

penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa di Indonesia. Dari jumlah tersebut

sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di

sektor pertanian. Pada umumnya petani di perdesaan berada pada skala usaha

mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di

perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak

(14)

kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis

pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada

pengurangan penduduk miskin (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 1).

Sampai saat ini pembicaraan mengenai masalah perdesaan akan sangat

menarik. Tidak saja penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di daerah

perdesaan, tetapi yang lebih penting lagi adalah karena evaluasi keberhasilan

pembangunan nasional akan sangat dipengaruhi oleh berhasil tidaknya

menyingkirkan atau mengurangi permasalahan-permasalahan penting yang

berkembang di perdesaan, baik yang menyangkut aspek ekonomi, sosial maupun

politik. Karena itu bisa dipahami kalau dalam setiap perencanaan pembangunan,

perdesaan menjadi salah satu prioritas utama garapannya (Suharso, 2002; 1).

Masalah paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah

masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Masalah modal

tersebut diantaranya adalah sebagian besar petani mengalami kekurangan modal

untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya, belum adanya asuransi

pertanian, masih adanya sistem ijonk dan sistem perbankan yang kurang peduli

kepada petani. Jika ditelusuri lebih lanjut, permasalahan yang dihadapi dalam

permodalan pertanian berkaitan langsung dengan kelembagaan selama ini yaitu

lemahnya organisasi tani, sistem dan prosedur penyaluran kredit yang rumit,

birokrasi dan kurang memperhatikan kondisi lingkungan sosial budaya petani

perdesaan (Anonimous a, 2004).

Mulai tahun 2008 Departemen Pertanian memberikan dana Bantuan

Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp.100.000.000 (seratus juta) per desa

(15)

ini adalah program terobosan Departemen Pertanian untuk menanggulangi

kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan khususnya desa miskin

dan tertinggal. Tahun 2008 pemerintah telah menyalurkan dana BLM-PUAP

sebesar Rp 1 Triliun kepada 10.000 Gapoktan/desa yang tersebar di 3.003

kecamatan, 389 kabupaten/kota 33 provinsi. Untuk tahun 2009, PUAP

dilaksanakan di 988 Gapoktan/desa yang tersebar 3410 kecamatan, 417

kabupaten/kota di 33 provinsi. (Anonimous b, 2010).

Pada tahun 2008, Kabupaten Deli Serdang Menerima dana BLM-PUAP

sebesar Rp 3.500.000.000 dan dibagikan kepada 35 Gapoktan/desa PUAP yang

tersebar di 7 kecamatan yaitu Kecamatan Bangun Purba, STM Hulu, Pantai Labu,

Labuhan Deli, Hamparan Perak, Pancur Batu dan STM Hilir. Masing-masing

(16)

Tabel 1. Desa Penerima BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang, 2008.

(17)

Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa Kecamatan Pantai Labu mendapatkan

dana BLM-PUAP sebesar Rp 1.100.000.000. berarti 31,42% dari total dana BLM

PUAP Kabupaten Deli Serdang tahun 2008. Dana BLM PUAP yang diterima

Kecamatan Pancur Batu sebesar Rp 700.000.000 (20%), Kecamatan Bangun

Purba sebesar Rp 700.000.000 (20%), Kecamatan Hamparan Perak sebesar Rp

400.000.000 (11,43%), Kecamatan STM Hulu Rp 400.000.000 (11,43%),

Kecamatan Labuhan Deli sebesar Rp 100.000.000 (2,86%) dan Kecamatan STM

Hilir sebesar Rp 100.000.000 (2,86%).

Kecamatan Pancur Batu menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp

700.000.000 dengan 7 desa PUAP. Berarti Kecamatan Pancur Batu menempati

no. urut dua (2) terbesar penerima dana BLM-PUAP selain Kecamatan Bangun

Purba dan setelah Kecamatan Pantai Labu se Kabupaten Deli Serdang tahun 2008.

Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian di Kecamatan

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang menerima dana BLM-PUAP pada

tahun 2008 sebesar Rp 700.000.000. Penulis ingin mengetahui proses penetapan

dan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, bagaimana pelaksanaan

program PUAP yang telah berjalan, apakah telah sesuai dengan perencanaan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, peneliti ingin mengetahui sistem

penyaluran dana BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengemangan

Usaha Agribisnis Perdesaan), tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana

BLM-PUAP, sikap petani terhadap program PUAP dan dampak program PUAP

(18)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penetapan dan kriteria Gapoktan (Gabungan Kelompok

Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian?

2. Bagaimana sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani di daerah

penelitian?

3. Bagaimana tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP di

daerah penelitian?

4. Bagaimana Sikap petani terhadap program PUAP di daerah penelitian?

5. Apa saja dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi (komunikasi antar

petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah

1. Untuk mengetahui proses penetapan dan kriteria Gapoktan (Gabungan

Kelompok Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung

Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani di

daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dana

(19)

4. Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program PUAP di daerah

penelitian.

5. Untuk mengetahui dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi (pertemuan

petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam

mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang.

3. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin

mengetahui bagaimana Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Monitoring

Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin

”memperingatkan”, dipandang sebagai teknik manajemen dengan agen

penyuluhan yang mengumpulkan data sejalan dengan diterapkannya program

penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya berada pada jalur

yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan dengan cepat

untuk mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan penyesuaian bila

ternyata tidak realistis (Van Den Ban dan Hawkins, 1999; 241).

Monitoring didefinisikan sebagai sistem pengawasan yang digunakan oleh

mereka yang bertanggung jawab atas suatu proyek, untuk memastikan bahwa

semuanya berjalan menurut rencana, dan bahwa sumber daya tidak terbuang. Ini

merupakan sistem umpan balik yang berkesinambungan, yang berlangsung

selama siklus program, dan meninjau setiap kegiatan pada setiap tingkat

pelaksanaannya. Monitoring partisipatoris melibatkan para calon pemakai suatu

proyek dalam pengukuran, pengumpulan, pengolahan dan penyampaian informasi

untuk membantu baik personel manajemen maupun para anggota kelompok

sendiri dalam pembuatan kesimpulan (Mikkelsen, 2003; 231).

Hasil monitoring dan evaluasi yang akan digunakan langsung untuk

penyesuaian program, atau akan digunakan untuk membuat rencana program yang

(21)

laporan, tabel, grafik, dan peta merupakan informasi visual. Tetapi semua hasil,

terutama hasil evaluasi, tidak dapat disajikan sebagai informasi kuantitatif, artinya

tidak selalu dalam angka-angka (Mikkelsen, 2003; 237).

Evaluasi

Evaluasi program, adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji

kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu

dilaksanakan. Kegiatan evaluasi seperti ini selain bertujuan utuk mengkaji

kembali keterandalan program untuk mmencapai tujuan yang diinginkan sesuai

dengan pedoman/patokan-patokan yang diberikan. Juga dimaksudkan agar semua

pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggung

jawab terhadap keberhasilan program yang mereka rumuskan itu, jika program

tersebut kelak akan dilaksanakan. Karena itu, di dalam evaluasi program, selain

dievaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang

semua unsur program, yang menyangkut: pengumpulan informasi, analisis

keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang

menyangkut: kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang akan diterapkan,

sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat (lokasi) dan waktu pelaksanaan

kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan dipergunakan (Mardikanto,

1993; 325).

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil

pelaksanaanya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik

(feed-back) untuk memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat

(22)

disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat

berbentuk cara-cara yang lebih santai (informal) melalui rapat-rapat staf berkala

dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal

atau tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk

mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu

kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program.

Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa

atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat

dihubungkan dengan pengawasan (Reksopoetranto, 1992; 55).

Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi,

efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan

kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan

pengambilan keputusan di masa depan (Sinar Tani, 2001; 354).

Untuk mengevaluasi program, tahap pertama yang harus dilakukan adalah

mendesain kegiatan program yang bersangkutan. Evaluasi program yang baik,

diperlukan langkah yang sistematis, terarah, dan konsisten. Untuk itu perlu

ditentukan lebih dulu hal-hal sebagai berikut:

 Tujuan program

 Kegiatan yang menjadi pendukung program

 Bagaimana prosedur pelaksanaannya

 Hasil yang diharapkan dari masing-masing proyek

 Memperkirakan effect dan impact suatu program yang bersangkutan

(23)

Ada dua macam evaluasi menurut dilaksanakannya evaluasi tersebut,

Yaitu:

1) Evaluasi Formatif, evaluasi ini dilaksanakan di setiap tahap dalam siklus

proyek/program. Tujuannya memberi tanda perlu tidaknya dilakukan tindakan

koreksi. Banyaknya atau frekuensi evaluasi tentunya sangat bergantung pada

kondisi yang dihadapi, tidak ada pedoman khusus. Yang pokok, dari kegiatan

ini bisa diperoleh informasi perlu tidaknya melakukan tindakan perbaikan.

2) Evaluasi ini dilakukan setelah program selesai. Ini sangat penting khususnya

sebagai masukan untuk pengelolaan program yang serupa di masa yang akan

datang. Kalau pun programnya tidak mirip orang-orang yang terlibat bisa

mendapatkan informasi mengenai bagian-bagian, kapan dari program yang

sering harus mendapatkan perhatian khusus

(Santosa, 2009; 151-152).

Program PUAP

Adapun tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi

wilayah,

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, dan

penyuluh pendamping,

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

(24)

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra

lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan

(Anonimous b, 2010).

Adapun Indikator keberhasilan output (hasil) PUAP (Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan), yaitu: (1) Tersalurkannya dana Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin

anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian dan

(2) Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya

manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani

(PMT) (Suprapto, 2010; 3).

Sedangkan indikator keberhasilan yang menjadi akibat (outcome) PUAP

antara lain:

1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola

bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,

buruh tani maupun rumah tangga tani,

2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang

mendapatkan bantuan modal usaha,

3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di

perdesaan,

4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik atau penggarap), buruh tani, dan

rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah

(Anonimous c, 2010).

Indikator manfaat atau benefit dan impact (pengaruh) PUAP antara lain:

(25)

Desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), berfungsinya

Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan

dikelola oleh petani, dan berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di

perdesaan (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 4).

Proses penetapan Desa PUAP berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

No.16/Permentan/OT.140/2/2008 (Pedoman PUAP tahun 2008), ada 2 tahapa n

yang harus dilewati yaitu: tahapan penetapan kuota desa dan tahapan seleksi Desa

PUAP.

(1) Tahapan Penetapan Kuota Desa

Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja)

Identifikasi PUAP. Penetapan kuota desa dilakukan dengan

mempertimbangkan: data lokasi PNPM-Mandiri; data Potensi Desa (Podes);

data desa miskin dari BPS; data desa tertinggal dari Kementerian PDT; data

desa lokasi program lanjutan Departemen Pertanian antara lain : P4K, Prima

Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan. Kuota desa yang

menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan

dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Berdasarkan kuota desa pada

setiap kabupaten/kota, tim PUAP pusat menyusun daftar calon desa PUAP.

(2) Tahapan Seleksi Desa PUAP

Daftar calon desa PUAP dikirim oleh tim PUAP pusat ke gubernur dan

bupati/walikota. Berdasarkan daftar tersebut diatas, pemerintah kabupaten/Kota

mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui gubernur.

Tim PUAP pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh

(26)

oleh tim PUAP pusat, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai

“Desa PUAP” ((Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 7).

Menurut Pedoman PUAP tahun 2008 (Peraturan Menteri Pertanian

No.16/Permentan/OT.140/2/2008), Proses penetapan Gapoktan PUAP, adalah

sebagai berikut:

1. Tim teknis PUAP kabupaten/kota mengidentifikasi Gapoktan calon penerima

BLM-PUAP dari lokasi Desa PUAP yang telah ditetapkan oleh Menteri

Pertanian.

2. Gapoktan yang ada di Desa PUAP mengisi formulir 1 sebagai data dasar untuk

diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM-PUAP.

3. Bupati/walikota mengusulkan Gapoktan penerima BLM-PUAP kepada Tim

PUAP pusat melalui gubernur.

4. Tim PUAP pusat melakukan verifikasi terhadap Gapoktan yang diusulkan oleh

bupati/walikota

5. Hasil Verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap Gapoktan, selanjutnya ditetapkan

oleh Menteri Pertanian sebagai Gapoktan Penerima BLM-PUAP.

(Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 8)

Landasan Teori

Konsep mengenai kemiskinan bukanlah hal yang mudah dipahami, sebab

kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai gejala

sosial-budaya. Hendra Esmara (1986 : 287) menyebutkan bahwa kemiskinan

dilihat dari aspek sosial-budaya lebih banyak melihat dalam diri penduduk miskin

(27)

kemiskinan dilihat dari aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada lingkungan

penduduk miskin yang nampak pada rendahnya pendapatan, gizi buruk, angka

kematian bayi dan morbiditas yang tinggi serta rendahnya pendidikan,

(Tukiran,1993; 145).

Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang

memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di

lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek

material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek aspek tersebut bisa jadi

dikembangkan menjadi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, keamanan dan

lingkungan. Tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu

mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan

mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat

dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,

kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan,

kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (Sayogyo, 1996; 67).

Partisipasi masyarakat didorong melalui proyek pembangunan bagi

masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.

Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan

menyalurkan aspirasi masyarakat, peningkatan peranan masyarakat dalam

pembangunan. Jadi masih dibutuhkan wadah untuk berpartisipasi di tingkat

kelompok. Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling

belajar melalui pendekatan learning by doing yang berarti belajar dengan

(28)

Yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap

yang merupakan potensi untuk pembangunan (Ban dan Hawkins, 1999; 60).

Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang didalamnya

bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai aset kelembagaan dari

Kementerian Pertanian diharapkan dapat dibina dan dikawal selamanya oleh

seluruh komponen masyarakat pertanian mulai dari pusat, provinsi,

kabupaten/kota sampai kecamatan untuk dapat melayani seluruh kebutuhan petani

di perdesaan. Sebagai organisasi ekonomi milik petani di perdesaan, diharapkan

Gapoktan dapat melayani kebutuhan petani tentang pembiayaan. Peraturan

Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 273 / Kpts/OT.160 /4/ 2007, telah

memberikan arahan bahwa Gapoktan dapat melakukan fungsi-fungsi ekonomi

antara lain: unit usaha pengolahan, unit usaha saprodi, unit usaha pemasaran, unit

usaha keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan dan harus disepakati oleh seluruh

anggota Gapoktan (Suprapto, 2010; 1).

Membicarakan modal dalam usaha pertanian tidak akan terlepas dari

pembicaraan kredit. Karena kredit merupakan suatu alat atau cara untuk

menciptakan modal. Diakui dan terjadi di lapangan bahwa ada petani yang dapat

memenuhi semua keperluan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya. Bahkan

sebagian petani yang kaya malahan bisa membantu atau meminjamkan modal

kepada petani lainnya yang memerlukan. Tetapi secara ekonomis dapat dikatakan

bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari pihak

lainnya. Modal berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut sebagai utang

(29)

Modal merupakan salah satu faktor produksi pertanian. Pemilik modal

menerima bunga modal yang biasanya diukur dalam persen dari modal pokok

untuk satu kesatuan waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan, atau per

tahun. Pemilik modal tidak perlu orang lain daripada petani sendiri. Hanya apabila

modal dipinjam dari pihak lain dengan janji pengembalian dengan bunga tertentu

maka terdapatlah kredit. Dengan demikian modal dapat dibagi dua yaitu modal

sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit) (Mubyarto, 1989; 93).

Dalam penyelenggaraan program PUAP, Departemen Pertanian telah

mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai

dana stimulan sebesar Rp 100.000.000 untuk Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) kepada setiap desa PUAP. Dana tersebut digunakan untuk

membiayai kegiatan produktif budidaya (on farm) seperti tanaman pangan,

hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan off farm (non budidaya)

yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian,

pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian.

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran kelembagaan tani

pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani.

Sedangkan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, adalah: (1)

Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, (2) Mempunyai struktur

kepengurusan yang aktif, (3) Dimiliki dan dikelola oleh petani, (4) Dikukuhkan

oleh Bupati/Walikota. Program PUAP dilaksanakan melalui pendekatan dan

strategi sebagai berikut: (1) Memberikan bantuan stimulus modal usaha kepada

petani untuk membiayai usaha ekonomi produktif dengan membuat usulan dalam

(30)

(Rencana Usaha Bersama) dan menggunakan dana PUAP sesuai dengan usulan

(tahun ke-I); (2) Petani penerima manfaat program PUAP tersebut harus

mengembalikan dana stimulasi modal usaha kepada Gapoktan sehingga dapat

digulirkan lebih lanjut oleh Gapoktan melalui kaidah-kaidah usaha simpan-pinjam

(tahun ke-II); (3) Dana stimulasi modal usaha yang sudah digulirkan melalui pola

simpan–pinjam selanjutnya melalui keputusan seluruh anggota Gapoktan

diharapkan dapat ditumbuhkan menjadi LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro

Agribisnis), dan pada akhirnya difasilitasi menjadi jejaring pembiayaan (linkages)

dari lembaga keuangan lain (Peraturan Menteri Pertanian, 2010; 15).

Pemantauan program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi

(data, fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses

pelaksanaan program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya

keadaan-keadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan program, sehingga program

tersebut tetap dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan demi tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan (Mardikanto, 1993; 326).

Evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau keberhasilan

dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan

sebagai berikut: merumuskan tujuan; mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk

mengukur keberhasilan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian

ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan

kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai

tertentu (Sinar Tani, 2001; 358).

Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006; 148), penggolongan kualitas

(31)

digolongkan menjadi 5 kelas, yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang

lancar, diragukan, dan macet.

1. Lancar, yaitu: kondisi pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik

dan tidak ada tunggakan serta sesuai persyaratan kredit (30 hari).

2. Dalam perhatian khusus, yaitu tunggakan pokok/bunga sampai 90 hari dan

jarang mengalami cerukan.

3. Kurang lancar, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 90 hari sampai

120 hari dan cerukan berulang kali khususnya untuk menutup rugi operasional

dan arus kas.

4. Diragukan, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 120 hari sampai 180

hari dan cerukan permanen khususnya untuk menutupi rugi dan kekurangan

arus kas.

5. Macet, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga lebih dari 180 hari.

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut

(Azwar, 1995; 5).

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya (Ban dan Hawkins, 1999; 106).

Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan

cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut; jika ia

bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganggu atau menghukum

(32)

Sistem kerja kelompok memungkinkan pertemuan antar anggota semakin

sering terjadi. Kegiatan ini membuka kesempatan berdiskusi, tukar-menukar

informasi dan pengalaman antar anggota semakin aktif, sehingga pengetahuan

anggota kelompok semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya,

kendala-kendala yang muncul pada kelompok dengan cepat ditemukan dan dipecahkan

secara bersama-sama. Di sisi lain rasa kebersamaan di antara anggota kelompok

semakin erat. Kerja kelompok juga mempermudah PPL (Penyuluh Pertanian

Lapangan) untuk mendatangi mereka untuk memberikan pengarahan-pengarahan

atau penyuluhan di lahan kerja mereka, cukup dengan melihat jadwal kerja

kelompok tersebut (Mubyarto, 2000; 25).

Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasi pola pertanian

tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani

dalam meningkatkan produktivitasnya saja; akan tetapi yang lebih penting lagi

semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisi

kelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh

petani (Todaro, 1998; 386).

Kegiatan analisis kinerja merupakan kegiatan menginterpretasikan atau

pemahaman serta penggunaan data dan informasi yang berhasil dukumpulkan

guna membuat kesimpulan dan temuan evaluasi kinerja, namun untuk melakukan

hal tersebut digunakan alat-alat analisis ataupun intsrumen-instrumen yang

bervariasi baik metode maupun prosedurnya, antara lain penggunaan teknik

analisis kuantitatif untuk membandingkan antara biaya-biaya yang dikeluarkan

(33)

kualitatif yang bersifat subyektif maupun metode eksperimental

(Moeheriono, 2009; 96-97)

Kerangka Pemikiran

Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan

permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling mendasar bagi sebagian

besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para

petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, pemerintah

mengeluarkan kebijakan baru yaitu: program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat

kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu

penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan petani.

Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan bantuan dana

PUAP sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) kepada Gapoktan yang ada di

Desa PUAP. Pelaksanaan program PUAP harus berpatokan pada Pedoman Umum

PUAP tahun 2008. Gapoktan penerima dana BLM-PUAP harus berada pada

lokasi desa PUAP dan memenuhi kriteria, antara lain: memiliki SDM yang

mampu mengelola usaha agribisnis, mempunyai struktur kepengurusan yang aktif,

dimiliki dan dikelola oleh petani, dikukuhkan oleh bupati/walikota. Dana

BLM-PUAP disalurkan kepada petani melalui Gapoktan. Gapoktan (per desa) yang

merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang di dalamnya bergabung

kelompok-kelompok tani.

Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga tani pelaksana

(34)

agribisnis bagi petani. Penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dilaksanakan

dengan sistem pinjaman, artinya dana BLM-PUAP harus dikembalikan kepada

Gapoktan untuk digulirkan kembali kepada petani lain. Kelancaran dan

keberhasilan pelaksanaan Program PUAP di daerah penelitian sangat dipengaruhi

oleh tingkat pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP dari petani kepada

Gapoktan. Tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dikelompokkan dalam

5 kategori yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan

macet.

Penerimaan bantuan dana BLM-PUAP dalam bentuk pinjaman tersebut

memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari

dalam diri petani maupun kelompok dimana petani itu bernaung. Sikap petani

terhadap program PUAP merupakan bentuk reaksi ataupun respon terhadap

adanya stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan informasi dengan

menggunakan standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan

menyusun pertimbangan. Kegiatan evaluasi PUAP bermanfaat untuk

mengidentifikasi berbagai kelemahan dan permasalahan yang terjadi dalam

pelaksanaan PUAP baik peyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP serta

memberikan saran-saran perbaikan sebagai pertimbangan untuk pengambilan

kebijakan PUAP pada masa yang akan datang. Program PUAP (Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian yang telah berjalan sejak tahun

2008, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pelaksanaan program PUAP yang telah dicapai, dan dampaknya terhadap sosial

(35)

Desa PUAP

Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Gapoktan/Poktan

Evaluasi

Pinjaman Pengembalian Pinjaman Tingkat Penggolongan

(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Lokasi penelitian ditetapkan di

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan

Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu kecamatan penerima dana

BLM-PUAP terbesar kedua di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008, salah satu

kecamatan yang disetujui pemerintah untuk menjalankan program PUAP, dan

telah menjalankan program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan)

sejak tahun 2009 yang merupakan tahun pertama dijalankannya program PUAP.

Dan jika dilihat dari jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) per kecamatan

penerima dana BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008 pada

tabel 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Pancur Batu

memiliki jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebanyak 3.374 RTS dan lebih

besar dari Kecamatan Bangun Purba (2.182 RTS) dan Kecamatan STM Hulu

(37)

Tabel 2. Persentase Jumlah Dana BLM-PUAP dan Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) di Kecamatan Penerima Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM-PUAP) di Kabupaten Deli Serdang, 2008

No. Nama Sumber: Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang,

2011

Kecamatan Pancur Batu terdiri dari 25 desa, hanya 7 desa yang menerima

dana BLM-PUAP pada tahun 2008, yaitu Desa Pertampilen, Tiang Layar, Bintang

Meriah, Namorih, Durian Jangak, Sembahe Baru, dan Salam Tani.

Masing-masing Desa PUAP menerima dana BLM-PUAP sebesar Rp 100.000.000.

Tabel 3. Jumlah Petani Anggota Gapoktan yang menerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Desa PUAP Kecamatan Pancur Batu, 2009

Sumber: Kantor Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pancur Batu, 2011 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa 7 Desa PUAP di

Kecamatan Pancur Batu memiliki jumlah anggota Gapoktan penerima dana

BLM-PUAP yang berbeda antara satu Desa BLM-PUAP dengan Desa BLM-PUAP lainnya. Ke-7

Desa PUAP yang ada di Kecamatan Pancur Batu, 3 desa sampel yang dipilih

No Desa PUAP Nama Gapoktan Jumlah Petani Penerima Pinjaman

Dana BLM-PUAP (KK) 1 Pertampilen Maju Bersama 88

2 Namorih Bunga Ncole 66

3 Bintang Meriah Simulih Karaben 69

4 Tiang Layar Arih Ersada 54

5 Durin Jangak Tani Mandiri 60

6 Salam Tani Usaha Bersama 71

7 Sembahe Baru Keriahen Baru 56

(38)

sebagai daerah penelitian, yaitu: Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani.

Hal ini dikarenakan ke 3 desa PUAP tersebut dinilai cukup mewakili desa PUAP

lainnya yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Karena pada tahun pertama

pelaksanaan program PUAP, jumlah petani penerima pinjaman dana BLM-PUAP

di 3 desa PUAP ini dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan Desa PUAP

lainnya. Jumlah penerima pinjaman dana BLM-PUAP di Desa Pertampilan

sebanyak 88 KK, Salam Tani 71 KK, Tiang Layar 54 KK, Bintang Meriah 69 KK,

Namorih 66 KK, Durin Jangak 60 KK, dan Sembahe Baru 56. Kecuali Desa Tiang

Layar, meskipun hanya 54 KK penerima pinjaman tetapi pengembalian pinjaman

sebagian petani dan pertemuan per bulan berjalan cukup lancar bila dibandingkan

dengan desa lainnya sejak Bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Maret 2011.

Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Gay yang

menyatakan bahwa ukuran mínimum sampel yang diterima berdasarkan pada

desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil yaitu mínimum

20% populasi (Hasan 2002; 60).

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Gapoktan Maju Bersama

(Pertampilen), Arih Ersada (Tiang Layar), dan Gapoktan Usaha Bersama (Salam

Tani) yang menerima pinjaman dana BLM-PUAP (Program PUAP tahun 2008),

yaitu 213 KK.

Pengambilan sampel secara cluster sampling, dimana penarikan sampel

yang dilakukan secara proporsional yakni populasi terlebih dahulu dibagi dalam

(39)

kelompok unit yang kecil. Populasi dari cluster merupakan subpopulasi dari total

populasi dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 sampel karena menurut

pendapat Bailey (Hasan, 2002; 60), ukuran sampel paling minimum adalah 30

sampel dari suatu populasi.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997), yaitu:

Spl

Js

N

n

Keterangan: Spl = Sampel

n = Jumlah anggota Gapoktan penerima

pinjaman dana BLM-PUAP

N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang)

Tabel 4. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Empat Desa Penerima Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Batu, 2008.

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011

Selain 30 sampel di atas, sumber informasi/data diperoleh juga dari

pengurus Gapoktan Maju Bersama, Usaha Bersama dan Arih Ersada (Ketua,

sekretaris dan bendahara), 3 orang PPL yang bertugas di Desa Pertampilen,

Salam Tani dan Tiang Layar, dan 1 pegawai dinas BPTP Sumatera Utara, kepala

BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Pancur Batu, 2 orang pegawai

Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.

No. Desa Nama Gapoktan Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Pertampilen Maju Bersama 88 12

2 Tiang Layar Arih Ersada 54 8

3 Salam Tani Usaha Bersama 71 10

(40)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari PPL, pengurus Gapoktan dan angggota

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima pinjaman dana BLM-PUAP di 3

desa PUAP Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang melalui wawancara

langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah

dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan, kebutuhan penelitian dan

pengamatan langsung di lapangan.

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu kantor

Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian) Sumatera Utara, BPP Kecamatan Pancur Batu, Kepala Desa 3 desa

PUAP yakni Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani Kecamatan Pancur

Batu serta instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan kemudian diolah secara

manual, lalu dijabarkan secara deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan

penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat pencatatan

(deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian yang terjadi. Dalam arti ini,

penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata dan

tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, uji hipotesis atau

(41)

Untuk mengetahui bagaimana proses dan kriteria penetapan Gapoktan

(Gabungan Kelompok Tani) penerima BLM-PUAP (Bantuan Langsung

Masyarakat-Pengembangan Usaha agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian,

dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan Pedoman PUAP tahun 2008

(Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/2/2008).

Untuk mengetahui apakah sistem penyaluran dana BLM-PUAP kepada

petani di daerah penelitian dianalisis deskriptif yaitu dengan menjelaskan sistem

penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dan syarat-syarat pemberian

pinjaman dana BLM-PUAP kepada petani sesuai dengan yang telah disepakati

bersama.

Untuk mengetahui kualitas pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP di

daerah penelitian dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menggunakan tabulasi

sederhana antara jumlah pinjaman petani anggota Gapoktan, jumlah pinjaman

yang dikembalikan dan jumlah bulan pengembalian serta bentuk persentasenya

untuk melihat tingkat penggolongan pengembalian pinjaman.

Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program PUAP di

daerah penelitian, dianalisis dengan teknik penskalaan Likert yaitu dengan

pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif: Sangat

Setuju (SS) bernilai 5, Setuju (S) bernilai 4, Ragu-ragu (R) bernilai 3, Tidak

Setuju (TS) benilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Untuk pernyataan

negatif: Sangat Setuju (SS) benilai 1, Setuju (S) benilai 2, Ragu -ragu (R) benilai

3, Tidak Setuju (TS) bernilai 4, Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 5,

(42)

Rumus skala Likert: T = 50 + 10

Keterangan: X = Skor responden pada skala yang hendak diubah

menjadi skor T

X = Mean skor kelompok

s = Deviasi standar skor kelompok

Kriteria Uji, apabila: T > 50 = Sikap positif

T < 50 = Sikap negatif

Untuk mengetahui dampak program PUAP terhadap sosial ekonomi

(komunikasi antar petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani di daerah

penelitian, dianalisis secara deskriptif.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari munculnya kesalahpahaman dalam penelitian ini,

maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Monitoring adalah suatu kegiatan untuk memastikan dan mengendalikan

keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

2. Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan

standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan menyusun

pertimbangan.

3. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah bagian

dari pelaksanaan program PNPM Mandiri melalui bantuan modal usaha

dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi desa

sasaran.

(43)

4. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri dari 4

subsistem yaitu subsistem distribusi dan penyediaan input produksi,

subsistem usaha tani (on farm), subsistem pengolahan hasil pertanian,

subsistem pemasaran hasil pertanian dan subsistem lembaga penunjang.

5. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan

sumber daya alam dan kearifan lokal khususnya pertanian.

6. Desa miskin terjangkau adalah desa yang memiliki infrastruktur transportasi

dan komunikasi yang memungkinkan untuk dilakukan pembinaan

berkelanjutan.

7. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa

kelompok tani untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha

pertaniannya.

8. Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk

atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usahanya.

9. Tingkat penggolongan kualitas pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP

dari anggota Gapoktan penerima pinjaman dana BLM-PUAP kepada

Gapoktan sebagai lembaga pengelola program PUAP

1. Lancar: pembayaran tepat waktu, tidak ada tunggakan serta sesuai dengan

persyaratan kredit (pinjaman)

2. Dalam perhatian khusus: terdapat tunggakan pokok/bunga ≤ 90 hari

3. Kurang lancar: terdapat tunggakan pokok/bunga > 90 hari – 180 hari

(44)

5. Macet: terdapat tunggakan pokok/bunga ≥ 270 hari

10. Sikap adalah pencerminan dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri

dan reaksi terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan,

penilaian suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu

objek.

11. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati, menerima

bahkan mengharapkan kejadian objek tertentu

12. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci, menghindar

ataupun tidak menyukai keberadaan objek tertentu.

13. Dampak program PUAP adalah dampak sosial dan ekonomi yang dialami

petani di daerah penelitian setelah berjalannya program PUAP

14. Komunikasi antar petani (dampak sosial program PUAP) adalah perubahan

intensitas komunikasi antar petani setelah berjalannya program PUAP

15. Kemudahan memperoleh pinjaman (dampak ekonomi program PUAP)

adalah kemudahan yang dirasakan oleh petani dalam memperoleh pinjaman

dana BLM-PUAP

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel penelitian adalah petani yang meminjam dana BLM-PUAP di Desa

Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang

3. Waktu penelitian adalah bulan Agustus sampai dengan bulan Okober tahun

(45)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli

Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Pada masa pemerintah Belanda, Pancur Batu

ini disebut dengan Sinuan Bunga dengan ibu kota Arhnemia. Pada tahun 1952,

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara yaitu: Abdul Hakim,

mengadakan perubahan Pamong Sipil kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang

secara administratif dibagi atas 6 (enam) kewedanaan yang terdiri dari 30 (tiga

puluh) kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Pancur Batu dengan

Kewedanaan Deli Hulu.

Pada tahun 1974, sejalan dengan perluasan Kotamadya Medan, bahwa

Desa Lau Cih, Desa Namo Gajah, Desa Simalingakar B, Desa Kemenangan Tani,

Desa Simpang Selayang, dan sebagian Desa baru telah menjadi Daerah

Kotamadya Medan sampai sekarang. Kemudian Pada tahun 1990, terjadi pula

penggabungan desa yang pada tahun sebelumnya Kecamatan Pancur Batu terdiri

dari 59 desa digabung menjadi 25 desa, luas arealnya 122,53 km2 atau sekitar

12.253 Ha. Kecamatan ini terdiri dari 25 desa dan 108 dusun, dengan ibu kota

Kecamatan terletak di Desa Tengah.

Daerah ini dipilih karena Kecamatan Pancur Batu merupakan salah satu

Kecamatan yang mendapat dana stimulan BLM-PUAP pada tahun 2008. Dari 25

desa yang tergabung dalam Kecamatan Pancur Batu, 7 desa yang terpilih menjadi

desa penerima PUAP. Tiap Desa PUAP mendapat dana BLM-PUAP sebesar Rp

(46)

Kecamatan Pancur Batu pada tahun 2008 sebesar Rp 700.000.000 (tujuh ratus juta

rupiah). Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan evaluasi program PUAP

(Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di Kecamatan Pancur Batu. Ke-7

Desa PUAP yang ada di Kecamatan Pancur Batu, 3 desa sampel yang dipilih

sebagai daerah penelitian, yaitu: Desa Pertampilen, Tiang Layar, dan Salam Tani.

Hal ini dikarenakan ke 3 desa PUAP tersebut dinilai cukup mewakili Desa PUAP

lainnya yang ada di Kecamatan Pancur Batu. Karena Jumlah petani penerima

pinjaman dana BLM-PUAP di 3 desa PUAP ini dinilai cukup tinggi bila

dibandingkan dengan Desa PUAP lainnya. Jumlah penerima pinjaman dana

BLM-PUAP di Desa Pertampilan sebanyak 88 KK, Salam Tani 71 KK, Tiang Layar 54

KK, Bintang Meriah 69 KK, Namorih 66 KK, Durin Jangak 60 KK, dan Sembahe

Baru 56. Kecuali Desa Tiang Layar, meskipun hanya 54 KK penerima pinjaman

tetapi pengembalian pinjaman dan pertemuan per bulan berjalan cukup lancar bila

dibandingkan dengan desa lainnya sejak Bulan Februari 2009 – Maret 2011.

Penentuan jumlah sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Gay yang

menyatakan bahwa ukuran mínimum sampel yang diterima berdasarkan pada

desain penelitian yang digunakan untuk populasi yang relatif kecil yaitu mínimum

20% populasi (Hasan 2002; 60).

Luas dan Letak Geografi

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang merupakan daerah

penelitian, secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal dan Kota Medan

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit

(47)

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kutalimbaru

Kecamatan Pancur Batu memiliki luas 122,53 km2 atau sekitar 12.253 ha.

Dan Kecamatan Pancur Batu ini pada umumnya mempunyai dua iklim musim

yaitu musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang mana kedua musim

(48)

Penggunaan Lahan

Tabel 5. Luas Desa, Lahan Sawah, Tanah Kering dan Luas Lahan Lainnya di Kecamatan Pancur Batu, 2010.

No Desa Luas Desa

Total 12.253,00 1,636,90 7.211,80 3.404,30

Sumber: Kantor Camat, 2011

Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa lahan kering lebih luas

dibanding dengan lahan sawah dan lahan lainnya yaitu sebesar 7.211,80 ha atau

(49)

lahan lainnya seperti pemukiman/perumahan, bangunan umum, kuburan, jalan,

dan lain-lain.

Pembagian Wilayah

Tabel 6. Banyaknya Dusun/Lingkungan dan Rukun Tetangga di Kecamatan Pancur Batu, 2010

No Desa Dusun/Lingkungan Rukun Tetangga

Gambar

Tabel 1. Desa Penerima BLM-PUAP di Kabupaten Deli Serdang, 2008.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Jumlah Petani Anggota Gapoktan yang menerima Pinjaman Dana BLM-PUAP di Desa PUAP Kecamatan Pancur Batu, 2009
Tabel 4. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Empat Desa Penerima Dana BLM-PUAP di Kecamatan Pancur Batu, 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Frekuensi Mengikuti Penyuluhan, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, Produksi

Untuk melihat pengaruh dari pelaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam penelitian ini dilihat dari nilai persentase dana BLM – PUAP yang diterima

Hasil penelitian dalam penelitian mengenai hubungan peran modal sosial dengan partisipasi petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) terhadap

Lampiran 14.1 Pernyataan Negatif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu. Lampiran

Petunjuk Teknis Pemeringkatan Gapoktan PUAP Menuju LKM-A.. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya -Upaya

Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif petani skala kecil, buruh tani

Untuk menganalisis perbedaan hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan) petani penerima dana PUAP dengan

usaha agribisnis dengan membuat usulan dalam bentuk RUA, RUK dan RUB; (2) Petani penerima manfaat program PUAP tersebut harus mengembalikan dana modal