• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)( Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)( Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang )"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

DAVID PAKPAHAN

070309031

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

PERDESAAN (PUAP)

(Studi Kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

DAVID PAKPAHAN

070309031

PKP

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si) (Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) NIP:19630822 198803 2 003 NIP:19541111 198103 1 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

DAVID PAKPAHAN (070309031) dengan judul skripsi “Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)”. Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang, yang dibimbing oleh ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Melalui program PUAP yang merupakan program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, diperlukan partisipasi yang merupakan peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam kegiatan atau program bersama orang lain untuk mencapai tujuannya.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penentuan sampel dilakukan secara cluster sampling dan jumlah sampel ditentukan secara proporsional dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Tingkat partisipasi petani melalui program PUAP di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Ada hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan petani penerima PUAP dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian, dimana korelasi Rank Spearmannya sebesar 0,687.

3. Masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah tingkat pendidikan yang masih rendah, petani masih sulit merubah kebiasaan, kekurangan modal atau akses permodalan yang terbatas, kurangnya sumber informasi, petani penerima PUAP tidak memahami tujuan dari suatu kelompok.

4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah ikut serta dalam kegiatan penyuluhan, melakukan konsultasi kepada penyuluh, bergabung dalam Lembaga Keuangan Mikro (LKM), menghadirkan ketua Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), serta melakukan pendekatan terhadap kelompok petani penerima PUAP.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balige pada tanggal 30 Juli 1988 dari

ayah R. R. Pakpahan dan ibu M. br. Manalu. Penulis merupakan anak ketujuh dari

delapan bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 173523 Balige, masuk tahun 1995 dan lulus pada

tahun 2001.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Balige, masuk tahun 2001 dan

lulus pada tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Soposurung Balige, masuk pada

tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 masuk di Program Studi Agribisnis jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian FP USU, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB).

Selama perkuliahan, Penulis aktif dalam organisasi IMASEP (Ikatan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia), dan IMK (Ikatan Mahasiswa

Katolik). Pada tanggal 26-28 Februari 2009, Penulis menjadi panitia pelaksana

POPMASEPI yang diadakan di Gedung Serbaguna Laboratorium Pariwisata USU

dan panita MUKERWIL (Musyawarah Kerja Wilayah) VII yang diadakan di Aula

Asrama Haji Medan, serta Penulis aktif mengikuti beberapa seminar nasional.

Pada bulan Januari 2011, Penulis melaksanakan penelitian di desa

Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang. Pada tanggal 27

Juni 2011 sampai dengan 27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan kasihNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Partisipasi Masyarakat Melalui Program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ”. Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan

penulisan skripsi ini adalah Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis

dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian / supervisi, sampai ujian

akhir.

2. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang

telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada

Penulis dari mulai menetapkan judul, sampai ujian akhir.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.Si selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU.

5. Kepada para dosen, staff pegawai Program Studi Agribisnis FP USU.

6. Bapak Samiranta Ketaren selaku kepala desa, desa Pertampilen.

7. Ibu Magdalena Situmorang, SP selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di

desa Pertampilen.

8. Ibu Erni boru Karo selaku bendahara PUAP di desa Pertampilen.

9. Para petani penerima PUAP di desa Pertampilen.

10.Seluruh instansi terkait dalam penelitian, yang telah membantu Penulis dalam

memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta hormat, Penulis

(6)

M. Br. Manalu, atas kasih sayang, nasihat, motivasi serta dukungan moril dan

materi yang diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Juga kepada saudara-saudaraku kak Rumondang Pakpahan, bang

Monang Lamhot Pakpahan, kak Erni Johan Pakpahan, kak Meliwati Pakpahan,

kak Rumiris Pakpahan, bang Saut Tua Juli Pakpahan, serta adek Nasib Ganda

Pakpahan yang telah memberi semangat, motivasi, doa dan harapan serta

bantuannya selama ini.

Serta kepada rekan seperjuangan stambuk 2007 FP USU, terlebih anak

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) yang tetap semangat dan berani

menjadi pemenang (Dare to be the Winner). Pada kesempatan ini Penulis ucapkan

terima kasih, khusus kepada Ahmad Nurdin dan Marselia A. Hasibuan yang

membantu penulis dalam memperoleh data ke lapangan, juga kepada bang

Johanes Pandiangan`05, kak Mika Munthe`06, kak Dessy Sitompul`06, bang

William Herman`06 juga kepada stambuk 2006 yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu. Juga buat Melpa, Royanti, dan Dahlan sebagai teman seperjuangan

yang selalu memberi motivasi, semangat dan bantuannya selama perkuliahan

hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi tercapainya karya

terbaru kedepannya.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak dan memaafkan dari hati yang

tulus lebih berharga daripada sekotak emas. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Terima Kasih.

Medan, Agustus 2011

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

Hipotesis Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Pengembangan dan Partisipasi ... 8

Tujuan PUAP ... 12

Sasaran PUAP ... 13

Indikator Keberhasilan PUAP ... 13

Pola Dasar PUAP... 14

Strategi Dasar dan Operasional PUAP ... 15

Prosedur Penyaluran BLM PUAP ... 15

Landasan Teori ... 17

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP ... 20

1. Umur ... 20

2. Pendidikan ... 20

3. Lama Berusahatani ... 21

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 21

5. Jumlah Tanggungan ... 22

6. Luas Lahan ... 22

7. Produksi... 23

8. Produktivitas ... 23

Kerangka Pemikiran ... 25

METODE PENELITIAN ... 28

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

Metode Penentuan Sampel ... 29

Metode Pengumpulan Data ... 30

(8)

Defenisi dan Batasan Operasional ... 34

Definisi ... 34

Batasan Operasional ... 37

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 38

Luas dan Letak Geografis ... 38

Keadaan Penduduk ... 38

a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga .... 38

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 40

d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama ... 42

f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 42

g.Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 43

Sarana dan Prasarana ... 44

Karakteristik Sampel... 46

1. Umur ... 46

2. Pendidikan ... 46

3. Lama Berusahatani ... 47

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 47

5. Jumlah Tanggungan ... 47

6. Luas Lahan ... 48

7. Produksi... 48

8. Produktivitas ... 48

HASIL DAN PEMBAHASAN... 49

Tingkat Partisipasi Masyarakat Melalui Program PUAP ... 52

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP (Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Frekuensi Mengikuti Penyuluhan, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan, Produksi Dan Produktivitas) Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 58

1.Hubungan Umur Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 58

2.Hubungan Pendidikan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 60

3.Hubungan Lama Berusahatani Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 61

4.Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP... 62

5.Hubungan Jumlah Tanggungan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 64

6.Hubungan Luas Lahan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 65

7.Hubungan Produksi Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 66

8.Hubungan Produktivitas Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 68

(9)

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Masalah Yang

Dihadapi Petani Penerima PUAP ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN... 76

Kesimpulan ... 76

Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Desa Penerima BLM PUAP Di Kecamatan Pancur Batu, 2008 ... 28

2. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 30

3. Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 31

4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga Di Desa Pertampilen, 2010 ... 38

5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Pertampilen, 2010 ... 39

6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Pertampilen, 2010 ... 40

7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Pertampilen, 2010 ... 41

8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama Di Desa Pertampilen, 2010 ... 42

9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Pertampilen, 2010 ... 43

10.Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Di Desa Pertampilen, 2010 ... 44

11.Sarana dan Prasarana Di Desa Pertampilen, 2010 ... 45

12.Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen ... 46

13.Besar Dana BLM PUAP Yang Dipinjam Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 53

14.Jumlah Sampel (%) Memilih Pernyataan A Dengan Skor 3, B Dengan Skor 2 Dan C Dengan Skor 3 Pada Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen ... 54

15.Tingkat Partisipasi Petani Melalui Program PUAP Di Desa Pertampilen ... 57

16.Hubungan Umur Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 59

17.Hubungan Pendidikan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat

Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 60

(11)

19.Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 63

20.Hubungan Jumlah Tanggungan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 64

21.Hubungan Luas Lahan Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 65

22.Hubungan Produksi Petani Penerima PUAP Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program PUAP ... 67

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1. Skema Kerangka Berpikir Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ... 25

2. Peta Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 101

3. Kantor Kepala Desa, Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 101

4. Dari Kiri: S.B Sinuraya (Ketua Balai Penyuluhan Pertanian / BPP Kecamatan Pancur Batu), David Pakpahan (Peneliti), Magdalena Situmorang, SP (Penyuluh Pertanian Lapangan / Penyuluh Pendamping PUAP Desa Pertampilen); Ketika Melakukan Kegiatan Penyuluhan Membahas Dana PUAP Dengan Para Petani Penerima PUAP Yang Diadakan Di Kantor Kepala Desa Kamis, 10 Maret 2011; Dengan Para Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 102

5. Kegiatan Penyuluhan Dan Musyawarah Perguliran Dana PUAP. Yang Dipimpin Oleh Bapak S.B Sinuraya (Ketua BPP Kecamatan Pancur Batu) dan Ibu Magdalena Situmorang, SP (Penyuluh Pertanian Lapangan Di Desa Pertampilen); Dengan Para Petani Penerima PUAP, Pada Hari Kamis, 10 Maret 2011 Di Kantor Kepala Desa, Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 102

6. Komoditi Kakao, Salah Satu Jenis Tanaman Perkebunan Yang Dikembangkan Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 103

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal.

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 81

2. Range Dan Rata-Rata Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP Dengan Skor Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen ... 82

3. Skor Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP... 83

4. Hubungan Umur Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 84

5. Hubungan Pendidikan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 86

6. Hubungan Lama Berusahatani Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 88

7. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 90

8. Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 92

9. Hubungan Luas Lahan Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 94

10.Hubungan Produksi Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 96

11.Hubungan Produktivitas Dengan Skor Partisipasi Petani Penerima PUAP ... 98

(14)

ABSTRAK

DAVID PAKPAHAN (070309031) dengan judul skripsi “Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)”. Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang, yang dibimbing oleh ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Permasalahan mendasar yang dihadapi oleh petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Melalui program PUAP yang merupakan program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, diperlukan partisipasi yang merupakan peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam kegiatan atau program bersama orang lain untuk mencapai tujuannya.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penentuan sampel dilakukan secara cluster sampling dan jumlah sampel ditentukan secara proporsional dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Tingkat partisipasi petani melalui program PUAP di daerah penelitian adalah tinggi.

2. Ada hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan petani penerima PUAP dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian, dimana korelasi Rank Spearmannya sebesar 0,687.

3. Masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah tingkat pendidikan yang masih rendah, petani masih sulit merubah kebiasaan, kekurangan modal atau akses permodalan yang terbatas, kurangnya sumber informasi, petani penerima PUAP tidak memahami tujuan dari suatu kelompok.

4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP adalah ikut serta dalam kegiatan penyuluhan, melakukan konsultasi kepada penyuluh, bergabung dalam Lembaga Keuangan Mikro (LKM), menghadirkan ketua Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), serta melakukan pendekatan terhadap kelompok petani penerima PUAP.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,

kemiskinan struktural dan kesenjangan antar wilayah. Upaya untuk

menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang

berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan

aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas dan pendayagunaan disemua bagian

aspek yang terkait (Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, 2008).

Kemiskinan sebagai gejala ekonomi sering dikaitkan dengan ethos kerja

yang rendah, malas dan sifat boros. Kemiskinan di perdesaan berpeluang besar

bagi penduduk yang sedikit memiliki faktor produksi, misalnya lahan yang sempit

dan modal rendah atau bahkan tidak ada. Indikator kemiskinan diantaranya

dipengaruhi oleh adat atau kebiasaan, tingkat pembangunan, iklim, lingkungan

atau daerah, umur, jenis kelamin, suku, dan status sosial (Tarigan dan Lily, 2006).

Berdasarkan data BPS tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53

juta jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan

mata pencaharian utama di sektor pertanian. Pada umumnya petani di perdesaan

berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3

hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang

penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam

pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan

(16)

langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses

kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih

lemah. Untuk itu penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan

rencana pembangunan jangka panjang dan kesepakatan global untuk mencapai

tujuan pembangunan millenium. Kementerian pertanian mulai tahun 2008 telah

melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani

pelaksana PUAP untuk menyalurkan bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk

mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi

oleh tenaga penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui

pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi

yang dimiliki dan dikelola petani. Untuk mencapai tujuan PUAP yaitu

mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, PUAP

dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan kementerian pertanian maupun

kementerian atau lembaga lain di bawah naungan program PUAP

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

memberikan kontribusi yang tinggi. Juga penyerapan tenaga kerja yang tinggi di

(17)

menurun sejak tahun 1983-1986, namun demikian peranannya masih tetap yang

paling besar dibandingkan dengan peran subsektor lain, misalnya subsektor

perikanan, peternakan, kehutanan, perkebunan rakyat (Tarigan dan Lily, 2006).

Sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas bahan pangan untuk

memenuhi kebutuhan nasional telah menunjukkan kontribusi yang cukup

signifikan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman

dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi kualitas hidup masyarakat.

Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, sekitar 204 juta dan terus

bertambah 1,6 persen per tahun, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup

besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumberdaya yang besar untuk

memenuhinya (Suryana, 2003).

Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi perdesaan, strategi

pembangunan perdesaan haruslah berbasiskan pertanian. Agar kesempatan

berusaha, kesempatan kerja, dan penciptaan nilai tambah di perdesaan dapat

ditingkatkan. Basis pembangunan perdesaan diperluas pada kegiatan kegiatan

yang mempunyai keterkaitan yang erat dengan pertanian. Strategi pembangunan

perdesaan ini disebut dengan pendekatan sistem agribisnis. Tampaknya

pendekataan ini merupakan salah satu alternatif yang mendapat banyak dukungan,

baik dari para akademis maupun para praktisi (Mubyarto, 1984).

Sebagai sebuah tujuan, partisipasi menghasilkan yakni setiap orang berhak

menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut

kehidupannya. Partisipasi adalah suatu bentuk khusus dari interaksi dan

komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan

(18)

Sesungguhnya peran pemerintah dalam pembangunan masyarakat sangat

luas. Berhasil tidaknya pembangunan pada umumnya bergantung pada beberapa

faktor seperti tenaga terlatih, biaya, informasi peralatan, partisipasi, dan

kewenangan yang syah. Namun seperti di negara-negara yang sedang

berkembang faktor pemerintahlah yang terpenting, karena pemerintah yang

berperan menggali, menggerakkan, dan mengkomunikasikan faktor-faktor

tersebut. Yang dimaksud peranan disini adalah aspek dinamis suatu lembaga,

peranan mewakili tata institusional suatu lembaga (Ife dan Frank, 2008).

Partisipasi masyarakat didorong melalui proyek pembangunan bagi

masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.

Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan

menyalurkan aspirasi masyarakat, peningkatan peranan masyarakat dalam

pembangunan. Jadi masih dibutuhkan wadah untuk berpartisipasi di tingkat

kelompok. Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling

belajar melalui pendekatan learning by doing yang berarti belajar dengan

melakukannya, menuju pada tujuan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.

Sehingga yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun sikap yang merupakan potensi untuk pembangunan

(Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang

kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Partisipasi dan

pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan. Untuk

menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya pemberdayaan. Dengan

(19)

Partisipasi yang lemah dapat disebabkan oleh kekurangan kapasitas dalam

masyarakat tersebut, sehingga peningkatan kapasitas perlu dilakukan

(Midgley, 1986).

Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi kemiskinan dan

pengangguran di perdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan

kegiatan Kementerian Pertanian. Kriteria desa calon lokasi PUAP adalah desa

miskin yang terjangkau, mempunyai potensi pertanian, memiliki Gapoktan, belum

memperoleh dana BLM PUAP (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Sesuai dengan kriteria desa calon lokasi PUAP tersebut, nama Gapoktan di

desa Pertampilen adalah Gapoktan Maju Bersama. Yang terdiri dari empat

kelompok tani yaitu dua kelompok tani tanaman pangan, satu kelompok tani

tanaman perkebunan, dan satu kelompok tani peternakan.

Suatu program tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Program

PUAP yang ditujukan pada masyarakat perdesaan di Indonesia adalah

meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin,

meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, mengembangkan kerja sama antar

pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan di perdesaan melalui

pengelolaan dana bergulir. Dengan demikian penulis melakukan penelitian di desa

Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli Serdang karena desa ini

merupakan desa yang terjangkau, memiliki potensi pertanian untuk

dikembangkan, serta penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang partisipasi

(20)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat melalui

program PUAP di daerah penelitian, apakah ada hubungan karakteristik sosial

ekonomi petani penerima PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi

mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan

produktivitas) dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di

daerah penelitian, apa saja masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di

daerah penelitian, bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi

masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP di daerah

penelitian, untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi petani

penerima PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti

penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan

tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di daerah penelitian,

untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah

penelitian, untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi

(21)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan

informasi bagi pengambil keputusan di instansi terkait dan pihak-pihak yang ingin

mengembangkan partisipasinya dalam masyarakat, serta sebagai bahan masukan

dan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis penelitian

adalah tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP di daerah penelitian

adalah tinggi, terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi petani penerima

PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan,

luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan dan Partisipasi

Pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat

mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas

hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Pengembangan harus diartikan

sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan serta kemampuan untuk

merealisasikannya. Dalam pengembangan masyarakat (community development)

pada taraf awal disebarkan benih benih keinginan untuk mengubah nasib mereka,

meningkatkan kualitas hidup (Muchdie, 2001).

Pengembangan masyarakat (community development) merupakan

wawasan dasar bersistem tentang asumsi perubahan sosial terancang yang tepat

dalam kurun waktu tertentu (Mikkelsen, 1999).

Pengembangan masyarakat desa adalah suatu proses yang membawa

peningkatan kemampuan masyarakat desa atau penduduk perdesaan menguasai

lingkungan sosial disertai meningkatnya taraf hidup mereka sebagai akibat dari

penguasaan tersebut. Implikasi pentingnya pengembangan perdesaan yaitu adanya

penekanan pada kemampuan menyeluruh dari penduduk perdesaan dalam

mempengaruhi lingkungan mereka dan hal ini hanya dapat dicapai kalau

pembangunan perdesaan merupakan proses pengembangan kemampuan mereka.

Peningkatan pendapatan sebagai akibat peningkatan kemampuan menguasai

lingkungan tidak terbatas pada kelompok kuat di perdesaan melainkan harus

(23)

Tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun kembali

masyarakat sebagai tempat pengalaman penting manusia, memenuhi kebutuhan

manusia dan membangun kembali struktur negara kesejahteraan, ekonomi global,

profesionalisme, dan sebagainya. Sifat pengalaman manusia dan interaksinya

sangat kompleks. Banyak program pengembangan masyarakat yang berupaya

membangun basis masyarakat yang lebih kuat (Ife dan Frank, 2008).

Tujuan yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan

atau sasarannya yaitu kepuasan masyarakat. Jika tidak, program semacam ini

tidak mungkin dapat menggerakkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi

didalamnya. Dengan demikian masyarakat harus tahu betul tentang manfaat apa

yang dapat mereka rasakan setelah tujuan program tersebut tercapai. Seringkali

untuk keperluan ini, tujuan dinyatakan secara sederhana, tetapi didramatisir

sehingga mampu menggerakkan partisipasi masyarakat bagi tercapainya tujuan

(Hasyim, 2010).

Penetapan tujuan yaitu untuk tujuan kegiatan penyuluhan berupa keadaan

perilaku sasaran yang diharapkan yang akan mampu mengatasi masalah khusus

sehingga kebutuhan terpenuhi. Tujuan program menyangkut perbaikan usahatani

dan kesejahteraan keluarga tani, sedangkan tujuan kegiatan penyuluhan

menyangkut tujuan perbaikan perilaku petani dalam hal penerapan teknologi

pertanian yang diperlukan (Hasyim, 2010).

Partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam suatu

kegiatan atau program, bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan.

Partisipasi bukanlah sekedar soal hasil. Partisipasi adalah suatu proses dengan

(24)

organisasi, komunitas dan individu, perubahan dalam sikap dan perilaku, dan

perubahan dalam akses kepada sumberdaya (Ife dan Frank, 2008).

Mikkelsen membagi partisipasi dalam enam pengertian, yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan,

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi

proyek-proyek pembangunan,

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri,

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang

atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu,

5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para

staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial,

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 1999).

Partisipasi dibagi menjadi 2 macam yaitu partisipasi aktif dan partisipasi

pasif. Partisipasi aktif diwujudkan dalam keikutsertaan seseorang dalam suatu

kegiatan dalam bentuk yang diharapkan (tenaga, uang, materi, pikiran dll) dari

masyarakat. Sedangkan partisipasi pasif adalah bentuk keikutsertaan seseorang

hanya dengan melibatkan dirinya sendiri tanpa memberikan sesuatu baik tenaga,

(25)

Syarat-syarat partisipasi adalah:

1. Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak.

2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya.

3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi sesuatu yang

akan menarik perhatian partisipan atau akan dianggapnya sebagai pekerjaan

yang sibuk.

4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk

berpartisipasi secara efektif.

5. Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling menukar gagasan.

6. Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan

partisipasi. Partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada sebuah

organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok

(Tannenbaum, dkk. 1992).

Indikator-indikator kuantitatif dari partisipasi mencakup:

1. Perubahan-perubahan positif dalam layanan layanan lokal,

2. Jumlah pertemuan dan jumlah peserta,

3. Proporsi berbagai bagian dari kehadiran masyarakat,

4. Jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu yang diurus,

5. Jumlah pemimpin lokal yang memegang peranan,

6. Jumlah warga lokal yang memegang peranan dalam proyek, dan

7. Jumlah warga lokal dalam berbagai aspek proyek dan pada waktu yang

berbeda-beda (Ife dan Frank, 2008).

Indikator-indikator kualitatif dari partisipasi mencakup:

(26)

2. Dukungan yang tumbuh dalam masyarakat dan jaringan yang bertambah kuat,

3. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal seperti keuangan dan

manajemen proyek,

4. Keinginan masyarakat untuk terlibat dalam pembuatan keputusan,

5. Peningkatan kemampuan dari mereka yang berpartisipasi dalam mengubah

keputusan menjadi aksi,

6. Meningkatnya jangkauan partisipasi melebihi proyek untuk mewakilinya

dalam organisasi organisasi lain,

7. Pemimpin-pemimpin yang muncul dari masyarakat,

8. Meningkatnya jaringan-jaringan dengan proyek-proyek, masyarakat dan

organisasi (Ife dan Frank, 2008).

Tujuan PUAP

PUAP bertujuan untuk:

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi

wilayah,

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,

penyuluh dan penyelia mitra tani,

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis,

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra

lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan

(27)

Sasaran PUAP

Sasaran PUAP yaitu:

1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau

sesuai dengan potensi pertanian desa.

2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh

petani.

3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak

(pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani, dan

4. Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai skala usaha harian,

mingguan, maupun musiman (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Indikator Keberhasilan PUAP

Indikator keberhasilan yang diberikan (output) PUAP antara lain:

1. Tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP kepada

petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai

modal untuk melakukan usaha produktif pertanian.

2. Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya

manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Indikator keberhasilan yang menjadi hasil/akibat (outcome) PUAP adalah:

1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola

bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,

buruh tani maupun rumah tangga tani,

2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang

(28)

3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di

perdesaan,

4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani,

dan rumah tangga tani dalam berusahatani sesuai dengan potensi daerah

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Indikator manfaat (benefit) dan pengaruh/keadaan yang seharusnya (impact)

PUAP antara lain:

1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di

lokasi desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan),

2. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang

dimiliki dan dikelola oleh petani,

3. Berkurangya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Pola Dasar PUAP

Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran

dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif

petani skala kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin. Komponen utama

dari pola dasar pengembangan PUAP adalah keberadaan Gapoktan, keberadaan

penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani, pelatihan bagi petani, pengurus

Gapoktan, dan penyaluran BLM kepada petani (pemilik dan atau penggarap),

(29)

Strategi Dasar dan Operasional PUAP

Strategi Dasar dan Operasional PUAP adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui

pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP, rekrutmen dan

pelatihan bagi PMT, pelatihan bagi pengurus Gapoktan, dan pendampingan

bagi petani oleh penyuluh pendamping.

2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal dilaksanakan

melalui identifikasi potensi desa, penentuan usaha agribisnis (budidaya dan

hilir) unggulan, dan penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha

agribisnis unggulan.

3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin

kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui penyaluran BLM PUAP

kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan, fasilitasi pengembangan

kemitraan dengan sumber permodalan lainnya.

4. Pandampingan Gapoktan dilaksanakan melalui penempatan dan penugasan

Penyuluh Pendamping di setiap Gapoktan, dan penempatan dan penugasan

PMT di setiap kabupaten/kota (Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Prosedur Penyaluran BLM PUAP

Prosedur penyaluran BLM PUAP yaitu sebagai berikut:

1. Kuasa pengguna anggaran pusat pembiayaan pertanian melakukan proses

penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan sesuai dengan persyaratan dan

kelengkapan dokumen yang ditetapkan,

2. Penyaluran BLM PUAP dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung

(30)

3. Surat perintah membayar diajukan ke kantor pelayanan perbendaharaan

negara (KPPN) Jakarta dengan lampiran:

a.Ringkasan keputusan Menteri Pertanian tentang penetapan desa dan

Gapoktan,

b.Rekapitulasi dokumen dari tim pembina PUAP provinsi,

c.Kwitansi yang sudah ditandatangani ketua Gapoktan dan diketahui atau

disetujui oleh tim teknis kabupaten atau kota dengan materai Rp 6.000.

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan, penyaluran dan

pemanfaatan dana BLM PUAP diperlukan monitoring dan evaluasi serta

pelaporan secara sistematis, berjenjang, terukur, transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan. Lingkup masing-masing tahapan adalah:

a. Monitoring dan Evaluasi, dilakukan oleh tim PUAP pusat, tim pembina

provinsi dan tim teknis kabupaten atau kota. Aspek yang dimonitoring dan

dievaluasi adalah Gapoktan, jenis usaha, kinerja penyuluh pendamping dan

penyelia mitra tani serta perkembangan penyaluran dan pemanfaatan dana

PUAP pada Gapoktan. Monitoring dan evaluasi oleh tim teknis kabupaten

atau kota dilakukan setiap sebulan sekali oleh tim pembina provinsi dan tim

PUAP pusat dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Tujuannya yaitu untuk

melihat sejauh mana meningkatnya kemampuan pelaku usaha agribisnis,

pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani.

b. Pelaporan, dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan oleh

penyuluh pendamping, penyelia mitra tani, tim teknis kabupaten atau kota, tim

(31)

sejauh mana kemampuan dan peningkatan dari kelembagaan petani dan

ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, serta

melakukan evaluasi sejauh mana meningkatnya fungsi kelembagaan ekonomi

petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses

permodalan. Melakukan evaluasi sejauh mana berkurangnya kemiskinan dan

pengangguran dengan telah tersalurkannya BLM PUAP

(Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2010).

Landasan Teori

Pembangunan berarti meningkatkan kemampuan manusia untuk

mempengaruhi masa depannya. Ndraha (1987) yang menyatakan masalah

masalah yang dihadapi dalam pembangunan masyarakat di dalam prakteknya

antara lain terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu

dan berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan

dan pengambilan keputusan. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum

berhasil sepenuhnya dalam usahanya mendorong perubahan sosial. Memang

terdapat perubahan, sebuah asumsi untuk masalah ini adalah semakin tinggi

kepentingan seseorang atau kelompok terhadap sesuatu kegiatan, maka semakin

tinggi pula partisipasinya dan sebaliknya.

Menurut Menteri Pertanian Republik Indonesia (2010), dalam sistem

penganggaran terpadu berbasis kinerja, perlu dilakukan penilaian terhadap

pencapaian outputs dan outcomes dari setiap program dari kegiatan yang

dilaksanakan oleh instansi untuk memberikan keyakinan bahwa sasaran dan

tujuan dari suatu program dari kegiatan dapat tercapai sesuai dengan prinsip

(32)

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan

partisipasi dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara

aktif dalam proses dan kegiatan masyarakat serta untuk menciptakan kembali

masa depan masyarakat dan individu. Partisipasi merupakan suatu bagian penting

dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang

menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, semakin ideal

kepemilikan dan proses masyarakat akan diwujudkan (Ife dan Frank, 2008).

Tujuan utama pembangunan pertanian di banyak negara adalah

meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan

bahan pangan yang akan semakin meningkat dengan harga yang bersaing di pasar

dunia. Untuk mengubah struktur sosial ekonomi di daerah perdesaan mungkin

merupakan cara terbaik bilamana kita sepakat bersama petani mengenai perilaku

optimal mereka, petani tidak seharusnya bersikap demikian, tetapi dihadapkan

pada kendala struktur ekonomi dan sosial. Partisipasi pihak-pihak yang terlibat

dalam program pembangunan sering dipandang sebagai jalan untuk meraih

sukses, khususnya untuk memecahkan permasalahan kaum miskin. Partisipasi

sering dianggap mempermudah jalan untuk meraih kelompok sasaran yang lebih

miskin dan kurang berpendidikan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam

pembangunan umumnya rendah. Hal ini dikarenakan lembaga-lembaga

masyarakat belum banyak yang secara nyata memberdayakan masyarakat

(Van Den Ban dan Hawkins 1999).

Menurut Slamet (2003), pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku

(33)

Masyarakat dengan demikian harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian

mengatasi masalah yang dihadapi.

Penyebab kemiskinan sangat banyak, antara penyebab dan akibat sering

berbalik misalnya miskin disebabkan pendidikan rendah, juga pendidikan rendah

disebabkan miskin. Menurut Tarigan dan Lily (2006), penyebab dan jenis-jenis

kemiskinan belum ada yang baku atau standar. Secara garis besar dapat dibagi

menjadi tiga bagian yaitu:

1. Kemiskinan alami (natural) yaitu kemiskinan yang disebakan keadaan alam

suatu daerah yang miskin.

2. Kemiskinan budaya (cultural) yaitu kemiskinan yang disebabkan kondisi sosial

budaya penduduk di daerah itu mendukung kemiskinan.

3. Kemiskinan struktural (structural) yaitu kemiskinan yang disebabkan keadaan

struktur pemerintahan, struktur pendistribusian fasilitas yang membuat daerah

penduduknya menjadi miskin.

Sehingga partisipasi melalui pengikutsertaan petani dapat menjadi cara

yang lebih efisien untuk mencapai tujuan suatu program penyuluhan. Petani

dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan keputusan yang berkaitan dengan

program penyuluhan karena mereka memiliki informasi yang penting untuk

merencanakan program termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman

mereka dengan teknologi dan penyuluhan serta struktur sosial masyarakat mereka

(34)

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima PUAP

Partisipasi masyarakat terhadap suatu program tentu dipengaruhi karena

adanya beberapa karakteristik. Adapun karakteristik sosial ekonomi yang

mempengaruhi partisipasi petani penerima PUAP antara lain:

1. Umur

Rata-rata umur petani di Indonesia cenderung tua dan sangat berpengaruh

terhadap produktivitas sektor pertanian atau usahataninya. Petani berusia tua

cenderung sangat konservatif (memelihara), menyikapi perubahan terhadap

inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

Menurut Kesuma (2006), makin muda umur petani biasanya akan

mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga

dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari

kegiatan penyuluhan.

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan

kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan

sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana

dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang

dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

2. Pendidikan

Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sikap yang

menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih moderen. Mereka yang

berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh.

(35)

sehingga sikap mental untuk manambah pengetahuan khususnya ilmu pertanian

kurang (Kesuma, 2006).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani

akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani

menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan

tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan

manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berpikir

dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam

memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

3. Lama Berusahatani

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani

akan lebih muda menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru.

Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih muda menerapkan anjuran

penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda oleh karena itu

lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan

kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal baik untuk waktu

berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani

(36)

mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas

situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut.

Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan

penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani

dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian

yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar

bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Hasyim, 2003).

5. Jumlah Tanggungan

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup

yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan

mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu

faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi

kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani

untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah

pendapatan keluarganya.

6. Luas Lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan

anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi inovasi dari

pada yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam

penggunaan sarana produksi (Kesuma, 2006).

Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha.

Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin

(37)

mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan

berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap

penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini

lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung

menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.

7. Produksi

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi

maksimum (Soekartawi, 2001).

Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan

efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output

yang melebihi masukan atau input. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi

diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi

yang sebesar-besarnya (Soekartawi, 2001).

8. Produktivitas

Produktivitas merupakan hasil per satuan luas lahan. Orang luar cenderung

mengukur produktivitas usahatani menurut hasil total biomassa, hasil komponen

komponen tertentu (gabah, jerami, dan kandungan protein), hasil ekonomis atau

keuntungan. Produktivitas merupakan tujuan utama usahatani, juga bagi

rumahtangga tani, tetapi mereka mungkin tidak menilainya hanya berdasarkan

nilai pasar belaka (Reijntjes, dkk. 1999).

Menurut Soekartawi (1986) produktivitas petani umumnya masih rendah.

(38)

kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan

bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya

rendah.

Tiga alasan partisipasi masyarakat itu bersifat sangat penting yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakatnya tanpa kehadirannya

program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal,

2. Partisipasi masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk-beluk proyek tersebut

dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut,

3. Mendorong adanya partisipasi umum, di banyak negara timbul anggapan

bahwa suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan

masyarakat mereka sendiri ( Mikkelsen, 1999).

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), yang menyatakan bahwa

partisipasi memungkinkan perubahan perubahan yang lebih besar dalam cara

berfikir manusia. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan sedikit lebih

sedikit terjadi dan perubahan perubahan ini tidak akan bertahan lama jika mereka

(39)

Kerangka Pemikiran

Sejak tahun 2008, program PUAP telah dilaksanakan di perdesaan per

Gapoktan sebagai pusat pertumbuhan usaha agribisnis. Dalam hal ini petani

berperan dan berpartisipasi sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam

pelaksanaan program PUAP. Petani sebagai subjek adalah petani sebagai pelaku

penerima dana PUAP, dalam hal ini petani berpartisipasi dalam program PUAP

yakni dalam penggunaan BLM PUAP untuk usaha produktif pertaniannya, yang

meliputi tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan.

Peran lain petani adalah sebagai jurutani dan pengelola. Petani sebagai

jurutani yaitu memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang

bermanfaat. Petani sebagai pengelola yaitu petani yang berperan untuk mengelola

usahataninya, termasuk di dalamnya pengambilan keputusan ataupun penetapan

pilihan atas usahatani yang mereka lakukan. Sedangkan petani sebagai objek yaitu

petani merupakan sasaran program yang berpartisipasi dalam menerima dan

menggunakan BLM PUAP serta bertanggungjawab dalam usahataninya.

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan

keterampilan manusianya. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dari lembaga

pendidikan baik formal maupun informal. Pemberdayaan masyarakat harus

dimulai sejak dini, dengan harapan dapat memberikan suatu harapan agar

nantinya akan memiliki kualitas sumber daya manusia yang siap bersaing, dan

dengan demikian mereka memperoleh pendapatan yang tinggi dan kesejahteraan

tercapai.

Dalam penyaluran dana PUAP, diperlukan adanya partisipasi dari

(40)

dengan kegiatan program yang akan dilaksanakan. Karakteristik yang

mempengaruhi petani dalam berpartisipasi adalah karakteristik sosial ekonomi

yaitu meliputi umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti

penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas.

Partisipasi tersebut akan mendorong beberapa aspek yang perlu

ditingkatkan yaitu tingkat partisipasi melalui program PUAP serta hubungan

karakteristik sosial ekonomi petani dengan pelaksanaan program PUAP. Dalam

pelaksanaan program tersebut, terdapat masalah yang dihadapi sehingga

diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut dan dapat ditentukan

tingkat partisipasi petani penerima PUAP di daerah penelitian, apakah

partisipasinya tinggi, sedang dan rendah. Dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai

(41)

Keterangan:

= Menyatakan Hubungan

[image:41.595.73.554.89.584.2]

= Menyatakan Pengaruh

Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Masalah

Partisipasi Masyarakat

Tingkat Partisipasi

Program PUAP

• Tanaman pangan

• Hortikultura

• Peternakan

• Perkebunan Karakteristik sosial ekonomi

petani penerima PUAP: 1. Umur

2. Pendidikan

3. Lama berusahatani 4. Frekuensi mengikuti

penyuluhan

5. Jumlah tanggungan 6. Luas lahan

7. Produksi 8. Produktivitas

Tinggi Sedang Rendah

(42)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu

kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive

yaitu secara sengaja. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan

pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini

merupakan salah satu desa di kecamatan Pancur Batu yang memperoleh dana

PUAP, lokasinya yang dekat (berjarak 2 km dari ibukota kecamatan), serta

memiliki kriteria desa penerima PUAP yaitu desa miskin yang terjangkau,

mempunyai potensi pertanian, memiliki Gapoktan dan belum memperoleh dana

[image:42.595.101.528.454.649.2]

Bantuan Langsung Mandiri (BLM) PUAP.

Tabel 1. Desa Penerima BLM PUAP Di Kecamatan Pancur Batu, 2008

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2010

No. Desa Nama

Gapoktan

Jumlah KK

Jumlah KK Miskin

Jumlah Penduduk

Jarak Desa Ke Ibukota Kecamatan

1 Pertampilen Maju Bersama 319 150 1146 2 km

2 Tiang Layar Arih Ersada 379 122 1485 6 km

3 Bintang Meriah Simulih Karaben 355 170 1390 10,5 km

4 Namorih Bunga Ncole 335 119 1661 2 km

5 Durian Jangak Tani Mandiri 463 185 1871 2 km

6 Sembahe Baru Keriahen Baru 541 92 1802 4 km

(43)

Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk benda,

barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat kredibilitas

penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi, yang dapat menggantikan

karakteristik bagian dari populasi sehingga mampu menggambarkan secara umum

dari populasi tesebut. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah para petani

penerima PUAP di desa Pertampilen kecamatan Pancur Batu kabupaten Deli

Serdang. Dimana jumlah populasi di daerah penelitian terdapat 79 KK yang

terdapat pada 4 kelompok tani yang tersebar di 3 dusun.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penentuan sampel yaitu

cluster sampling dimana penarikan sampel yang dilakukan secara proporsional.

Dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 KK. Menurut Nazir (2005) bahwa

ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif

korelasional minimal 30 sampel.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl Js

N n

× =

Dimana:

Spl = Sampel

n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap dusun

N = Total populasi

Js = Jumlah sampel (30 orang)

Spl I Js

N n

× = 1

Spl II Js N n

× = 2

Spl III Js N n × = 3 30 79 38 ×

= 30

79 34

×

= 30

79 7

× =

(44)
[image:44.595.108.518.118.227.2]

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Dusun Populasi Anggota Kelompok Tani (KK) Sampel

I

II

II

38

34

7

14

13

3

Jumlah 79 30

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan

menggunakan kuesioner serta pengamatan dan diskusi di lapangan. Data sekunder

yaitu data diperoleh dari buku atau yang dijadikan sebagai referensi, literatur,

lembaga atau instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat

melalui program PUAP di daerah penelitian, dianalisis secara deskriptif dengan

(45)
[image:45.595.109.517.108.537.2]

Tabel 3. Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP

No. Parameter Pernyataan Skor

1 Sumbangan Pemikiran 1.Selalu memberi ide atau gagasan dan

tanggapan. 3

2.Kadang-kadang memberi ide atau

gagasan dan tanggapan. 2

3.Tidak pernah memberi ide atau

gagasan dan tanggapan. 1

2 Sumbangan Tenaga 1.Selalu membantu. 3

2.Kadang-kadang membantu. 2

3.Tidak penah membantu. 1

3 Sumbangan Uang 1.Selalu memberi sumbangan. 3

2.Kadang-kadang memberi sumbangan. 2

3.Tidak pernah memberi sumbangan. 1

4 Tujuan Mengikuti

Kegiatan PUAP

1.Kebutuhan. 3

2.Mengisi waktu luang. 2

3.Ikut-ikutan. 1

5 Sumbangan Waktu 1.Selalu hadir dalam periode kegiatan 3

2.Hadir setengah dari kegiatan 2

3.Sekali-kali kalau ada waktu 1

Jumlah 15

Menurut Irianto (2004), mengukur range dari dua variabel digunakan rumus:

Range

kriteria Jumlah

terkecil Data

terbesar

Data

=

Range

3 5 15−

=

= 3,33

(46)

Jumlah skor tingkat partisipasi masyarakat melalui program PUAP adalah

antara 5 - 15 dengan range 3, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

5 – 8 : Tingkat partisipasi rendah.

9 – 11 : Tingkat partisipasi sedang.

12 – 15 : Tingkat partisipasi tinggi.

Untuk identifikasi masalah, apakah ada hubungan karakteristik sosial

ekonomi petani penerima PUAP (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi

mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan

produktivitas) dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program PUAP di

daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (r ) s

dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17. Metode

korelasi Rank Spearman atau korelasi rangking, digunakan untuk mengukur

keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai

distribusi normal dan variansnya tidak sama atau terdapat perbedaan antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain (Supriana dan Riantri, 2010).

Rumus korelasi Rank Spearman (r ) adalah s

)

1

(

6

1

2

2 1

=

=

n

n

d

r

i

n i

s

Dimana:

s

r = Koefisien korelasi Rank Spearman.

i

d = Perbedaan atau selisih faktor sosial ekonomi petani penerima PUAP dengan

tingkat partisipasinya melalui program PUAP.

(47)

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel diuji dengan

menggunakan uji t dengan rumus:

2 1

2

s s h

r n r t

−− =

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

• H0 diterima apabila -tα/2; n-2 ≤ t ≤ tα/2; n-2 ; nilai signifikansi ≥

α

• H1 diterima apabila t > tα/2; n-2 atau t < tα/2; n-2 ; nilai signifikansi <

α

Maka hipotesis yang diajukan adalah:

• Jika thtα(α = 5%), berarti H0 diterima; Tidak ada hubungan karakteristik sosial

ekonomi petani penerima PUAP dengan dengan tingkat partisipasinya dalam

pelaksanaan program PUAP.

• Jika th >tα(α = 5%), berarti H1 diterima; Ada hubungan karakteristik sosial

ekonomi petani penerima PUAP dengan dengan tingkat partisipasinya dalam

pelaksanaan program PUAP.

(Supriana dan Lily, 2010).

Untuk identifikasi masalah, apa saja masalah yang dihadapi petani

penerima PUAP di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif yaitu dengan mengamati masalah yang dihadapi oleh petani penerima

PUAP di daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah, bagaimana upaya yang dilakukan untuk

menanggulangi masalah yang dihadapi petani penerima PUAP di daerah

penelitian, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan

mengamati masalah yang dihadapi oleh petani penerima PUAP yang

berpartisipasi dalam program PUAP, sehingga dapat diketahui upaya

(48)

Definisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran dalam

penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan petani (petani penerima

PUAP) dalam program PUAP untuk mencapai tujuan.

2. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah bagian

dari pelaksanaan program PNPM Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam

menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi desa sasaran.

3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri dari 4

subsistem yaitu subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan

sarana produksi (input) pertanian, subsistem pertanian primer yaitu kegiatan

ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu,

subsistem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas

pertanian, dan subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa

penunjang antara lain permodalan dan teknologi.

4. Desa miskin terjangkau adalah desa yang memiliki infrastruktur transportasi

dan komunikasi yang memungkinkan untuk dilakukan pembinaan

berkelanjutan.

5. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan

sumber daya alam dan kearifan lokal khususnya pertanian.

6. Akses adalah kemampuan petani secara individu maupun kelompok dalam

mendapatkan fasilitas permodalan serta pelayanan keuangan dari perbankan

(49)

7. Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk

atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usahanya.

8. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa

kelompok tani untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha

pertaniannya.

9. Penyuluh pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh bupati

atau walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani,

kelompok tani, dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP.

10.Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang

keuangan mikro yang direkrut oleh kementerian pertanian untuk melakukan

supervisi dan kepada penyuluh dan pengelola Gapoktan dalam PUAP.

11.Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP adalah dana bantuan sosial

untuk petani/kelompok tani guna pengembangan usaha agribisnis di perdesaan

yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha.

12.Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan

usaha agribisnis yang disusun oleh Gapoktan berdasarkan kelayakan usaha

dan potensi desa.

13.Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang didirikan,

dimiliki dan dikelola oleh masyarakat/petani di perdesaan guna memecahkan

masalah/kendala akses untuk mendapatkan pelayanan keuangan untuk

membiayai usaha agribisnis.

(50)

15.Efisien adalah tepat waktu dan tepat biaya dalam program PUAP.

16.Karakteristik sosial ekonomi petani penerima PUAP meliputi umur,

pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan,

jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas.

17.Umur (X1) adalah usia petani penerima PUAP yang dihitung dari tanggal

lahirnya sampai saat dilakukan kuesioner (tahun).

18.

Gambar

Gambar 1: Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Tabel 1.  Desa Penerima BLM PUAP Di Kecamatan Pancur Batu, 2008
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Petani Penerima PUAP Di Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Tabel 3. Parameter Tingkat Partisipasi Petani Penerima PUAP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan

Data primer diperoleh dari angggota Gapoktan penerima pinjaman dana BLM-PUAP dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder diperoleh dari lembaga

Pada Gapoktan I terdapat hubungan yang nyata antara umur, frekuensi mengikuti penyuluhan (pertemuan) dan pengalaman bertani dengan tingkat partisipasi petani dalam

Lampiran 14.1 Pernyataan Negatif Sikap Petani Responden Terhadap Program PUAP di Desa Pertampilen, Salam Tani dan Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu. Lampiran

BLM-PUAP dari lokasi Desa PUAP yang telah ditetapkan oleh

Petunjuk Teknis Pemeringkatan Gapoktan PUAP Menuju LKM-A.. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya -Upaya

Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan

Sikap petani responden penerima pinjaman dana BLM-PUAP terhadap Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) adalah negatif.. Program PUAP (Pengembangan Usaha