BAB III KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAHAN MAHMOUD
B. Kebijakan Mempererat Hubungan Dengan Dunia Muslim
3. Hubungan Iran Dengan Indonesia
Sesungguhnya sudah terjalin sejak lama, namun hubungan diplomatik keduanya baru dimulai di tahun 1951. Hubungan diplomatik antara Iran dan Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode; yang masing-masing berusia 30 tahun. Pada 30 tahun pertama, Shah Iran mengunjungi Indonesia, yang kemudian dibalas oleh beberapa pejabat Indonesia. 30 tahun keduanya adalah setelah 1979, dimana saat itu Revolusi Islam Iran lahir.168
Hubungan kedua negara menjadi kian erat di era Ahmadinejad, walaupun Iran berada di tengah gelombang intimidasi diplomatik yang dilakukan Barat. Ini terbukti pemimpin kedua belah negara, Ahmadinejad dan Susilo Bambang Yudhoyono, saling berkunjung. Dan dengan kunjungan tersebut beberapa nota kesepahaman ditanda tangani. Bahkan nilai total perdagangan kedua negarapun meningkat yang mencapai puncaknya ketika 2008 dimana total nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 975 juta lebih.169
167. Naim Qassem. Blueprint Hizbullah; Rahasia Manajemen Ormas Islam Tersukses di
Dunia (Jakarta; Ufuk Press, 2008), h. 344-345. Lih, lampiran no. 7
168. Smith Alhadar. Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization. h. 207.
169. http://www.deplu.go.id/tehran/Pages/CountryProfile.aspx?IDP=1&l=id, diakses pada
Pada kunjungan pertamanya ke Indonesia pada 2006, Ahmadinejad mendapat sambutan hangat dari presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.170 Dari kalangan masyarakat Indonesia juga mendapat sambutan positif, ini tidak lain karena posisinya yang sedang berada digarda depan melawan arogansi Barat, sehingga banyak rakyat Indonesia yang ketika itu mengelu-elukannya. Bahkan sampai ada yang mengatakan, “kapan kita memiliki pemimpin seperti ini” dan tidak sedikit juga yang menyatakan dukungannya terkait program nuklir Iran. Ahmadinejad juga menyatakan bahwa hubungan kedua negara memiliki prospek yang cerah.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, rajin, dan tabah. Beberapa waktu lalu bangsa ini menderita krisis ekonomi akibat spekulasi kelompok pemegang uang, sehingga sebagian besar rakyat jatuh miskin karenanya. Bangsa Indonesia memiliki potensi besar. Hubungan yang erat antara bangsa Indonesia dan Iran akan menguntungkan kedua belah pihak, dan dunia Islam umumnya. Persatuan kedua negara muslim ini akan menghalau upaya-upaya destruktif yang hendak dilancarkan musuh-musuh Islam”.171
Dalam pertemuan ini, pemerintah Indonesia menyatakan dukungannya terkait program nuklir damai Iran dan menekankan solusi damai dan adil dalam menyelesaikan persoalan ini. “Kami berharap semua pihak dapat memanfaatkan waktu untuk benar-benar mencari dan menemukan solusi damai, secara diplomatik, dan adil. Kami harap komunikasi Iran dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) bisa diteruskan” kata Yudhoyono. Wapres Jusuf Kalla juga
170. Lih, lampiran no. 9.
menyatakan dukungannya terkait masalah tersebut, “Tidak boleh ada negara yang menolak program yang bertujuan damai ini”.172
Selain pembicaraan terkait program nuklir Iran, dibidang ekonomi juga dicapai kesepakatan-kesepakatan yang cukup signifikan. Rencananya pemerintah Iran akan membangun kilang minyak di Indonesia senilai US$ 3 miliar. Iran akan memasok minyak mentah ke Indonesia sebesar 300.000 barrel perhari. Iran juga menawarkan kepada pertamina untuk melakukan operasi minyak dan gas di Iran.173 Proyek investasi bersama pembangunan pupuk di Iran, yang nantinya diharapkan pabrik pupuk ini akan memproduksi ammonia sebanyak 990 ribu ton dan urea 1,150 juta ton.174
Di samping bidang-bidang tersebut, kedua negara juga menjalin hubungan, di bidang hokum. Sebagai hasil pertemuan antara Ketua Yudikatif Iran, Ayatollah Seyed Mahmoud Hashimi Shahrudi dan Ketua Mahkamah Agung RI Bagir Manan pada 8 Maret 2007. Kedua negara sepakat saling mempelajari sistem hukum serta organisasi hukum yang diimplementasikan di masing-masing negara bahkan tidak menutup kemungkinan kedua negara saling mengadopsi.175
172. Lih, “Indonesia-Iran, Presiden: Bentuk Forum Untuk Kaji Nuklir Iran,” Kompas,
Kamis, 11 Mei 2006, h. 1.
173.
Ibid. Kompas, Kamis, 11 Mei 2006, h. 1.
174. Lih, “Pabrik Pupuk Iran-RI Direalisasikan Akhir 2007,” Republika, Sabtu, 17
Februari 2007, h. 19.
175. Lih, Suara Karya, 09 Maret 2007 dlm, Khodijatul Qodriyah. Hubungan Diplomatik
Iran-Indonesia: (Studi Kebijakan Pengembangan Nuklir Iran dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan Diplomatik Iran-Indonesia 2005 – 2007). Tesis pasca sarjana UI 2008.
Sebagai balasan atas kunjungan tersebut, pada bulan Maret 2008, presiden Yudhoyono berkunjung ke Teheran.176 Kunjungan kali ini terbilang “istimewa” karena dilakukan seminggu pasca penjatuhan sanksi ketiga atas Iran, kala itu Indonesia selaku anggota tidak tetap DK PBB menjadi satu-satunya negara yang abstain, Walaupun begitu, DK PBB tetap menjatuhkan sanksi pada Iran dengan nomor resolusi 1803.
“Kami tak yakin apakah tambahan sanksi itu akan mampu mendorong kemajuan dalam memecahkan persoalan nuklir Iran. malah sebaliknya, sanksi-sanksi tambahan tersebut berpotensi memberi dampak negative, padahal sejumlah kemajuan tengah dicapai”, ia menambahkan, “apakah tambahan sanksi merupakan langkah paling tepat untuk menumbuhkan kepecayaan dan mendorong kerja sama diantara paa pihak yang terkait? kurangnya kepercayaan menurut kami, merupakan dari permasalahan”, kata Duta Besar RI untuk PBB, Marty Natalegawa (sekarang Menlu RI).177
Dalam kunjungannya ke Iran, kedua pemimpin telah menandatanganin 5 nota kesepahaman, di bidang pertanian, pendidikan, perdagangan, energi dan pengembangan kooperasi. Yang lebih penting dalam kesempatan ini, kedua negara membicarakan proyek besar yang sudah dibicarakan sebelumnya, pembangunan kilang Bantenyang berkapasitas 300 ribu barrel perhari dengan nilai investasi US$ 6 miliar, pabrik pupuk senilai 470 juta euro juga tak luput dari pembicaraan, bahkan Iran menjanjikan memasok gas dengan harga 1 $ per MMBtu, manajemen PLN juga ikut melobi Iran agar bersedia memasok minyak dan gas, dikarenakan harga energi ketika itu sedang melambung.178
176. Lih, lampiran no. 10.
177. Lih, “Sikap DK PBB Mengecewakan, Sanksi Tak Akan Pengaruhi Hubungan Dagang
China Dan Iran,” Kompas, Rabu 05 Maret 2008.
Namun Ahmadinejad mengklaim bahwa perjanjian itu hanyalah sebagian dari yang dibicarakan dengan presiden Yudhoyono. “Masih banyak bidang untuk kerjasama, jauh lebih banyak daripada yang sudah dituangkan dalam nota kesepahaman”, kata Ahmadinejad. Dan barang tentu kedua negara juga membicarakan isu nuklir terkait penjatuhan sanksi baru bagi Iran. “Indonesia mengambil posisi berbeda dengan negara lain terkait isu nuklir Iran karena Indonesia tidak ingin isu nuklir itu dipolitisasi” kata presiden Yudhoyono. Dalam kesempatan yang sama Ahmadinejad juga berterima kasih atas sikap Indonesia,
“Sungguh memperlihatkan sikap yang sangat adil, yang mengacu pada hukum”.179
Dalam bidang Kebudayaannya kedua negara akan mengadakan pertukaran dosen dan mahasiswa serta mengadakan berbagai kegiatan kebudayaan, seperti mengadakan pekan kebudayaan Indonesia di Iran dan pameran kaligrafi Iran di Jakarta.180 Dalam hubungan ini, sangat jelas bahwa motif politik-ekonomi sangat memainkan peranan, walaupun pada dasarnya, secara teknis ada empat faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara, pertama; tingkah laku pengambil keputusan, kedua; politik domestik, ketiga; faktor-faktor ekonomi militer, dan keempat; lingkungan internasional.181
Dari hubungan kedua negara tersebut, dapat dilihat bahwa kedua negara sama-sama diuntungkan dalam banyak hal, Iran mendapat dukungan Indonesia di
179. Lih, “Iran-Indonesia, Lima Nota Kesepahaman Ditandatangani,” Kompas, Rabu 12
Maret 2008, h. 1.
180. Smith Alhadar. Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization. h. 208.
181. Riza Sihbudi. Indonesia-Timur Tengah; Masalah dan Prospek (Jakarta; Gema Insani
forum internasional dan Indonesia mendapat pasokan energi yang saat itu sedang mengalami kenaikan harga. Selain itu sesungguhnya dukungan Indonesia terhadap Iran juga memiliki dasar ideologis yang jelas yakni, dalam UUD 45 disebutkan, “…ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.182 Jadi, walaupun sangat kental motif politik-ekonomi terkait hubungan kedua negara, namun Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat juga memiliki kewajiban membela Iran selaku bangsa yang sedang berusaha menuntut haknya dan mencari keadilan, karena ini adalah perintah konstitusi Indonesia itu sendiri. Dan lagi bukankah Indonesia pernah mengalami posisi yang sama dengan Iran ketika di era presiden Soekarno dahulu, terjadi kesewenangan-wenangan negara adidaya terhadap Indonesia yang menyebabkan keluarnya Indonesia dari PBB pada 1955.
C. Kebijakan Mempererat Hubungan Dengan Negara-negara