• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara desa mandiri dan partisipasi masyarakat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Hubungan antara desa mandiri dan partisipasi masyarakat di

1. Desa mandiri sebagai program pemberdayaan masyarakat

Program desa mandiri merupakan program pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan program tersebut masyarakatlah penentunya. Perberdayaan masyarakat dapat dimulai dengan langkah mengikutsertakan masyarakat dalam setiap proses pemberdayaan, dimulai dari tempat mereka berasal. Pemberdayaan yang baik sudah tentu melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Hasil wawancara, Camat Pattallassang, Baharuddin S.STP,mengatakan bahwa :

“Dengan melibatkan masyarakat, berarti ikut memberdayakan mereka. Artinya, program yang kami sampaikan dapat diterima dengan baik. Selanjutnya, dari proses itu juga mereka bukan

hanya mendapatkan pengalaman tetapi juga ikut berkontribusi untuk wilyahnya.” (Wawancara, 16 Juni 2018)

Pemberdayaan masyarakat mutlak perlu mendapatkan partisipasinya, karena pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang ditetapkan masyarakat, kecuali masyarakat itu sendiri mempunyai kemampuan untuk memaksa pemerintahnya.

Partisipasi masyarakat mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, untuk meningkatkan pembangunan desa, dalam rangka mewujudkan kepentingan atau kebutuhan masyarakat desa tersebut. Oleh sebab itulah, masyarakat desa yang bersangkutan harus terlibat secara aktif di dalam penyelenggaraan pembangunan, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam evaluasi terhadap program pembangunan desa.

Oleh sebab itulah, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam setiap kegiatan proses pembangunan yang sedang berlangsung, fungsi kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa sebagai organisasi yang mewadahi partisipasi masyarakat memegang peranan yang sangat penting dan menentukan. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya partisipasi masyarakat itu tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi diperlukan adanya motivasi yang

melatarbelakanginya, yaitu adanya tuntutan atau kebutuhan dan keinginan masyarakat itu sendiri.

Hasil wawancara dengan Kepala Desa Sunggumanai, Bapak Rivai Rasyid S.Sos mengatakan bahwa :

“Dalam beberapa program kegiatan desa, pemerintah desa tidak pernah lepas menyampaikan informasi secara merata kepada para kepala dusun untuk selanjutnya dtindaklanjuti kepada RT/RW dan masyarakat di dusun tersebut. Inilah upaya kami selaku pemerintah desa agar masyarakat dapat berpartisispasi secara aktif. Akan tetapi disisi lain, jika ditinjau dari segi pengembangan ekonomi lokal. Masyarakat justru memiliki kesadaran sendiri. Jadi, tanpa perlu diinstruksikan banyak masyarakat yang memiliki inisiatif sendiri untuk membangun usaha mereka. Hal ini bukan hanya menguntungkan untuk masyarakat, tapi juga membantu pemerintah secara tidak langsung.” (Wawancara 16 November 2018)

Pembangunan desa mandiri merupakan suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai kegiatan pemerintahan, dan juga berbagai kegiatan partisipasi masyarakat. Namun titik berat pelaksanaannya atau sepanjang prosesnya, masyarakatlah yang paling berperan.

2. Mayarakat sebagai subyek pembangunan desa mandiri

Peran masyarakat bukan hanya sebagai obyek pembangunan (berarti masyarakat terkena langsung berbagai kegiatan pembangunan), dan juga sebagai subyek pembangunan (berarti mereka harus mampu untuk berprakarsa membangun desanya dengan asas keswadayaan dan kemandirian mereka sendiri).

Salah satu bukti bahwa masyarakat ikut terlibat sebagai subyek pembangunan adalah keterlibatan masyarakat dalam membangun usaha ekonomi lokal yang dinilai sebagai sesuatu yang sangat membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, sekaligus membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakaat lokal. Sebagaimana tujuan pembangunan desa itu sendiri, yakni suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik lahir maupun batin. Sehingga memerlukan dukungan dan peran serta dari masyarakat, bukan saja sebagai obyek pembangunan, akan tetapi justru yang dituntut adalah ikut sertanya secara aktif masyarakat sebagai subyek pembangunan.

Selain itu, masyarakat diberikan kekebasan untuk memilih program apa saja yang ingin mereka laksanakan untuk membantu pemerintah mewujudkan pembangunan desa mandiri. Hal ini terbukti, dengan melibatkan mereka dalam proses perencanaan hingga pada tahap pelaksanaan pembangunan. Kekebasan yang mereka peroleh bukan tanpa landasan, melainkan tetap mengedepankan kesepakatan musyawarah mufakat dan mempertimbangkan program skala prioritas, yang memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri.

Indikator ketercapaian suatu desa dikatakan mandiri dapat dilihat dari sejauh mana partisipasi masyarakat, atau kontribusi mereka dalam memberi sumbangsi real untuk pembangunan desa, baik sebagai obyek maupun subjek pembangunan.

3. Partisipasi masyarakat merupakan syarat utama pembangunan desa mandiri

Partisispasi masyarakat dalam proses pembangunan desa mandiri memiliki sifat yang sangat penting karena partisipasi masyarakat merupakan syarat utama seuatu desa dikatakan mandiri atau tidak. Diluar faktor pendukung lainnya seperti adanya kelembagaan yang kuat, anggaran, sumber daya alam, dan lingkungan sosiocultural. Masyarakat merupakan alat untuk memperoleh informasi tentang kondisi masyarakat setempat. Untuk menyerap segala aspirasi yang berkembang dimasyarakat, maka pola pendekatan partisipatif merupakan hal yang paling penting.

Salah satu yang mempengaruhipartisipasi masyarakat dalam membangun desa mandiri adalah tingkat pendidikan. Seseorang yang lebih tinggi tingkat pendidikannya cenderung lebih peduli terhadap setiap kegiatan yang dilaksnakan di sekelilingnya. Selain itu, mereka akan lebih bijaksana dan tanggap dalam menghadapi sesustu serta memiliki tanggungjawab yang lebih besar.

Hasil wawancara Camat Pattallassang, Baharuddin S.STP,mengatakan bahwa :

“Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memang lebih aktif dibandingkan yang lainnya. Mereka justru akan merasa malu, jika tidak ikut berperan bersama dengan warga lain dalam sebuah kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam lingkungannya.” (Wawancara 16 November 2018)

Keterlibatan masyarakat dalam setiap aspek pembangunan desa, merupakan penentu keberhasilan pembangunan desa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat partsisipasinya. Tanpa adanya partisipasi masyarakat maka pembangunan serta program kegiatan tidak akan berjalan lancar bahkan gagal. Begitulah korelasi antara partisipasi masyarakat dan pembangunan desa mandiri.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembangunan desa mandiri di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa sudah berjalan dengan baik berdasarkan indikator adanya kelembagaan, sumber pendapatan (Anggaran) yang cukup, kualitas Sumber daya Manusia yang memadai dan partisipasi masyarakat. Akan tetapi, harus diperkuat lagi dari segi kelembagaan, karena kelembagaan merupakan bagian yang penting dalam pembangunan desa mandiri di Kecamatan Patallassang. Kelembagaan itu akan bagus, jika SDMnya memiliki kualitas. Sehingga sangat penting untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Jika semua indikator menjadi kuat maka untuk menciptakan desa mandiri di Kecamatan Patallassang akan semakin mudah.

2. Partisipasi masyarakat dalam membangun desa mandiri di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa juga sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari Partisipasi masyarakat dalam proses perencanan, pelaksanaan program pembangunan, partisipasi dalam menciptakan lapangan kerja, serta dalam meningkatkan kegiatan usaha ekonomi lokal. Meskipun partisipasi sudah merata kesemua aspek.

Akan tetapi, aspek yang paling banyak memberi sumbangsi untuk membangun desa adalah pengembangan usaha ekonomi lokal. Hal ini terjadi karena tingkat kesadaran masyarakatlah yang paling berperan penting.

3. Kekurangannya adalah dari semua desa yang diteliti tak satupun desa yang memiliki produk unggulan untuk dikembangkan. Kendala utamanya adalah lebih banyak masyarakat yang bekerja disektor industri dan bekerja di luar kecamatan ketimbang mengembangkan produk agrobisnis.

B. Saran

Berdasarkan simpulan sebagaimana dijelaskan di atas, maka saran penulis sebagai berikut:

1. Pemerintah Desa, bersama Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Daerah perlu memaksimalkan pemberian pendidikan dan pelatihan bagi aparatur desa dan kelembagaan desa yang dianggap masih memiliki kekurangan. Baik dari aspek pemahaman maupun tugas pokok dan fungsinya.

2. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun desa mandiri di Kecamatan Patallassang, maka Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bersama Kepala Desa harus lebih menggiatkan sosialisasi yang lebih intens lagi, baik melalui himbauan, undangan ataupun pendekatan secara persuasif terkait program atau kegiatan apapun yang akan dilaksanakan di desa.

3. Seluruh stakeholders di Kabupaten Gowa, harus dapat mengembangkan konsep perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi desa dengan senantiasa melibatkan masyarakat dalam setiap prosesnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, Samsura. 2003. Participatory Planning, Good Governance dan Civil Society. Jakarta : UII Press.

Akbar, 2014. Peran Kepala Desa Dalam Meningkatkan Pembangunan Fisik Di Desa Selangkau Kecamatan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur. Samarinda : E-Journal Ilmu Pemerintahan Universitas Mulawarman.

Assosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia.2016. Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta

Bryant Coralie dan White Louise, 1998. Manajemen Pembangunan. LP3ES : Jakarta.

Dumasari, 2016. Dinamika Pengembangan Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Eko, Sutoro. 2014. Desa Membangun Indonesia. Yogyakarta : Forum Pengembangan Pembaharuan Desa.

Gitosaputro, Sumaryo. 2015. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kartasasmita, Ginanjar. 2001. Pembangunan Untuk Rakyat. Lembaga Bandung: Penerbitan Sekolah Ilmu Administrasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2015. Desa mandiri desa membangun. Jakarta

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2016. Jurnal Bina Pemerintah Desa Edisi I. Jakarta.

Kuntoro, F. 2013. Peranan KPMD Dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat Membangun Desa Sidomulyo Kecamatan Jekulo Kudus. Semarang : Unnes Civic Education Journal Universitas Negeri Semarang.

Ndraha, Taliziduhu. 1982 Methodology of rural development research. Manado : Jurnal Eksekutif Universitas Sam Ratulangi.

Pratikno, dkk. 2006. Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan

Pembangunan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Siagian P, Sondang. 2005. Fungsi-Fungsi Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.

Siagian P, Sondang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Bumi Aksara.

Sirajuddin. 2006. Hak Rakyat Mengontrol Negara. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soekirno, Ichary., 2015, Spirit Perencanaan Pembangunan Desa

Berdasarkan UU No. 6/2014 Tentang Desa Serta PP 43 & PP 60 Th 2014 pada Pelatihan Desa Provinsi Jawa Barat tahun 2015. Semarang : Journal of Public Policy and Management Universitas Diponegoro.

Soetomo. 2008. Masalah Sosial Dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soetomo. 2013. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suharto, Didik. 2016. Membangun Desa Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwandi dan Rostyaningsih, 2012, Perencanaan pembangunan

partisipatif di Desa Surakarta Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon. Semarang : Journal of Public Policy and Management. Universitas Diponegoro.

Tikson, Deddy. T. 2005, Administrasi Pembangunan. Bandung : Alfabeta. Tjahja, Supriatna. 2000. Pedoman Umum Pegaturan Desa. Jakarta :

Indonesian Published.

Wicaksono. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga Dalam Tanggung Jawab Sosial. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Dokumen-dokumen;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor. 43 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor. 60 Tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor. 43 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor. 60 Tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

Dokumen terkait