• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Desa Mandiri Di Kecamatan Pattallassang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembangunan Desa Mandiri Di Kecamatan Pattallassang

Terdapat beberapa kategori desa yang perlu diketahui yaitu : 1). Desa terbelakang atau Desa Swadaya, yakni desa yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya. Biasanya desa terbelakang berada di wilayah yang

terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi, 2). Desa Sedang Berkembang atau Desa Swakarsa, yakni desa yang mulai menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih kekurangan sumber keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota. Masyarakat pedesaan swakarsa masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong, 3). Desa maju atau desa swasembada, merupakan desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya manusia dan dana modal. Sehingga desa dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Kehidupan desa maju sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju.

Dari beberapa kategori yang telah dijelaskan, saat ini kecamatan pattallassang kabupaten gowa dapat dikategorikan sebagai desa maju dengan beberapa indikator yang ada seperti SDM yang memadai, dana yang mencukupi, potensi wilayah yang beragam (modern) serta sarana dan prasarana yang cukup pula. Akan tetapi,

desa maju bukanlah jaminan bahwa desa itu dapat dikatakan sebagai desa mandiri.

Dari hasil wawancara, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Gowa, Bapak Drs. Ahmad Wahid, SE, MM mengatakan bahwa :

“Sebuah desa dikatakan desa maju dan mandiri, harus memiliki kemandirian didalamnya. Salah satu indikator kemandirian itu ditentukan oleh peran masyarakat. Masyarakat ikut berpartisipasi mulai dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Jika ini telah dilaksanakan dengan baik oleh desa, maka arah ke desa mandiri bisa tercapai. Sampai saat ini, sebagai dinas yang menanungi desa, kami selalu mendorong agar dalam setiap proses yang dilakukan oleh desa tidak terlepas dalam mengaktifkan peran-peran masyarakat.” (Wawancara, 20 Mei 2018)

Selanjutnya, Pendamping Lokal Desa Kecamatan Pattallassang, bapak Jamaluddin mengatakan bahwa :

“Desa mandiri adalah desa yang sudah mampu membangun desanya sendiri tanpa mengharap bantuan dari luar. Contohnya, dalam pengelolaan atau pelaksanaan pembangunan. Pemerintah desa tidak perlu melibatkan pihak ketiga, tetapi swakelola yang dilaksanakan atas kerja sama pemerintah desa dengan masyarakat setempat. Secara tidak langsung, pemerintah telah melibatkan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya, jika ingin dikatakan sebagai desa mandiri, lembaga-lembaga di desa harus bekerja secara maksimal membantu pemerintah desa dalam mengawal pembangunan fisik maupun nonfisik.” (Wawancara, 21 Mei 2018)

Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta menanggulangi kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana,

pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Akan tetapi yang paling penting dan tidak boleh dilupakan bahwa salah tujuan utama pembangunan desa adalah untuk meningkatnya akses, kontrol dan partisipasi seluruh elemen masyarakat. Perlu untuk diketahui, bahwa tantangan terbesarnya adalah mengubah mindset masyarakat yang selama ini cenderung apatis untuk terlibat dalam proses pembangunan. Hal inilah yang menjadi tantangan utama pemerintah desa yang harus segera dipecahkan. Demi mewujudkan itu semua, pemerintah desa tentu harus bekerja ekstra dan mencari jalan agar pembangunan desa tersebut dapat terealiasi sebagaimana mestinya.

Strategi untuk membangun desa mandiri memang sangat dibutuhkan untuk dijadikan sebagai acuan dalam mengukur sejauh mana keberhasilan desa untuk mandiri secara kelembagaan tanpa mengabaikan peran-peran penting dari semua elemen yang diberikan tugas untuk mengawal maupun mengawasi serta mengevaluasi setiap proses pembangunan di desa tersebut. Mandiri atau tidaknya desa dapat dilihat dari beberapa komponen pendukungnya, antara lain sebagai berikut :

1. Kelembagaan Desa

Secara kelembangaan desa/kelurahan merupakan suatu lembaga pemrintah dibawah naungan SKPD yakni Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa. Di dalam undang-undang

No. 6 tahun 2014 tentang desa diatur juga tentang kelembagaan desa yaitu lembaga pemerintahan desa yang terdiri atas pemerintahan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Kemasyarakatan Desa dan lembaga adat.

a. Badan permusyawaratan desa (BPD)

Badan permusyawaratan desa (BPD) merupakan lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. BPD merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Dalam upaya peningkatan kinerja kelembagaan di tingkat desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah desa dan BPD memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah desa.

Musyawarah desa atau forum musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang terdiri atas tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, perwakilan kelompok pengrajin, perwakilan kelompok nelayan, perwakilan kelompok perempuan, perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak dan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi social

budaya masyarakat setempat. Tujuan pelaksanaan musyawarah ini adalah untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal-hal yang bersifat strategis dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan pemerintahan desa. Hasil musyawarah desa itu kemudian dituangkan dalam keputusan hasil musyawarah yang kemudian dijadikan dasar oleh BPD dan pemerintah desa dalam menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah desa.

Secara keseluruhan di semua kecamatan di Kabupaten Gowa, BPD telah diberikan tugas dan tanggung jawab sebagai jalur koordinasi pemerintah desa dalam pembuatan kebijakan-kebijakan desa yang selanjutnya dituangkan dalam peraturan desa, sesuai kebutuhan desa yang bersangkutan. Dari ketiga desa di Kecamatan Pattallassang yang menjadi sample penelitian, didapatkan informasi yang kontradiktif dari tugas BPD sesungguhnya.

Dari hasil wawancara, Pendamping Lokal Desa Kecamatan Pattallassang, bapak Jamaluddin mengatakan bahwa :

“Secara keseluruhan, dari semua desa yang kami awasi di Kecamatan Pattallassang. BPD sudah menjalankan tugasnya, namun belum maksimal. Hal ini dikarenakan, masih banyak anggota BPD yang tidak mengetahui tupoksinya. Bahkan terkadang, tugas-tugas BPD secara administrasi yang mengetahui hanya ketua BPD dan sekretarisnya saja. Sementara anggota BPD yang lainnya,

menghadirkan diri pada saat musyawarah saja. “(Wawancara, 21 mei 2018)

Hal ini dipertegas oleh Pelaksana Tugas Kepala Desa Pattallassang, Bapak Arifai S.Sos mengatakan bahwa :

“Kurangnya pengetahuan BPD terhadap tugas-tugasnya, terkadang membuat aparat desa menjadi kewalahan karena harus mengambil alih tugas BPD tersebut. Padahal, pelatihan untuk BPD setiap tahun sudah dilaksanakan oleh Dinas PMD.” (Wawancara, 30 mei 2018)

Dalam wawancara lainnya, Salah satu aparat Desa Borong Pa’la’la, Rini Anggraeni mengatakan bahwa :

“Kasus serupa, kami alami juga di Desa Borong Pa’la’la. Musyawarah desa telah dilaksanakan sesuai instruksi pemerintah kabupaten, dan seluruh anggota BPD telah menjalankan itu. hanya saja, kendalanya adalah kebanyakan BPD tidak mengerti teknologi. Sehingga tugas administrasi dilimpahkan kepada aparat desa. Pembuatan berita acara, absen dan lain-lain semua dikerjakan oleh aparat desa. Mungkin kedepannya perlu pergantian BPD yang memang memenuhi kualifikasi, minimal mengerti teknologi agar tidak dicap makan gaji buta.” (Wawancara, 30 mei 2018)

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa BPD secara kelembagaan telah bekerja, namun belum memaksimalkan kinerjanya sebagai lembaga koordinasi tingkat desa. Kurangnya pengetahuan para angota BPD menjadi masalah utama yang perlu diselesaikan segera. Oleh karena itu, pemerintah desa harus mencari solusi sebagai alternative penyelesaian masalah yang ada.

b. Lembaga kemasyarakatan desa

Di setiap desa, khususnya di Kecamatan Pattallassang juga dibentuk lembaga kemasyarakatan desa, seperti RT/RW, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Posyandu dan Karang Taruna. Lembaga-lembaga ini bertugas untuk membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.

Hasil wawancara Kepala Desa sunggumanai, Bapak Arifai S.Sos mengatakan bahwa :

“Kami akui, bahwa keberadaan lembaga-lembaga desa ini sangat membantu pemerintah untuk menyampaikan informasi dan mensosialisaikan program pemerintah desa. Lembaga-lembaga ini tidak sekedar difasilitasi masalah anggaran. Akan tetapi, mereka betul-betul harus bertanggungjawab terhadap program kerja yang telah direncanakan sebelumnya.” (Wawancara, 30 mei 2018)

Selanjutnya, mengenai jalur yang harus ditempuh lembaga-lembaga desa dijelaskan oleh Pelaksana Tugas Kepala Desa Pattallassang, Bapak Arifai S.Sos mengatakan bahwa :

“Sebelum melaksanakan petetapan anggaran yang akan disalurkan melalui lembaga-lembaga desa untuk program pemberdayaan masyarakat, selaku pemerintah desa terlebih dahulu meminta setiap lembaga agar memasukkan proposal kegiatan yang akan didanai nantinya. Pemilihan program yang tepat sasaran menjadi prioritas uatam pemerintah desa.” (Wawancara, 30 mei 2018)

Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa Lembaga masyarakat desa berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan, pemerintahan,

kemasyarakatan dan pemberdayaan yang mengarahkan pada terwujudnya demokratisasi dan transparansi ditingkat masyarakat serta menciptakan akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan, tidak dengan mudah mendapatkan bantuan dana. Lembaga-lembaga desa ini harus mengajukan proposal terlebih dahulu untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah desa. Hasil wawancara, Camat Pattallassang, Baharuddin S.STP,mengatakan bahwa :

“Sebenarnya, keberadaan lembaga-lembaga desa seperti PKK, POSYANDU, Karang Taruna dan lain-lain ini sangat bagus. Apalagi, keterlibatan mereka dalam setiap proses musyawarah mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, dapat dijadikan ajang berproses. Jadi, bukan hanya sekedar mengurus lembaga, mereka dapat belajar sambil bekerja melakukan pengabdian kepada masyarakat juga. Tugas pemerintah desa adalah memberdayakan mereka.” (Wawancara, 16 Juni 2018) Sebagai mitra pemerintah desa, lembaga-lembaga ini juga dapat ikut serta dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah desa wajib memberdayakan dan mendayagunakan lembaga masyarakat yang sudah ada di desa. 2. Anggaran

Desa memiliki sumber pendapatan desa yang terdiri dari pendapatan asli desa, bagi hasil pajak, danretribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), bantuan

keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi (APBD) dan anggaran pendapatan dan belanja kabupaten/kota, serta hibah atau sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga atau Swadaya masyarakat. Selanjutnya anggaran yang diterima tersebut diberikan kepada kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa yang selanjutnya menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa yang ditunjuk sebagai pengelola keuangan. Tugas pemerintah desa selanjutnya adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.

Hasil wawancara, Camat Pattallassang, Baharuddin S.STP,mengatakan bahwa :

“Tujuan dari anggaran dana desa yang dikelola oleh setiap desa di Kecamatan Pattallassang secara umum adalah untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan menunjang pembangunan fisik yang ada di desa. Sedangkan manfaat Anggaran Dana Desa di Desa ini adalah dapat membantu dan meringankan beban keuangan desa untuk menunjang pembangunanan desa.” (Wawancara, 16 Juni 2018)

Sementara, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Gowa, Bapak Drs. Ahmad Wahid, SE,MM mengatakan bahwa :

“Dana desa ini merupakan nawacita presiden untuk membangun masyarakat pinggiran. Pemerintah pusat juga telah menyampaikan bahwa dana desa ini dapat dimanfaatkan untuk kesajahteraan masyarakat. Jika dipresentasekan, menteri desa sudah 3 tahun ini membangun jembatan dan ribuan kilometer jalan. Manfaat dari

pembangunan tersebut, masyarakat sudah merasakannya.” (Wawancara, 20 mei 2018)

Hal ini semakin dipertegas oleh salah satu tokoh masyarakat yang bermukim di Desa Pattallassang, Bapak Ismail mengatakan bahwa

“Dana desa ini telah kami rasakan manfaatnya, lorong kami yang dulunya berlumpur dan sering kebanjiran jika musim hujan tiba, kini tidak lagi banjir dan berlumpur, karena jalan lorong kami telah dilakukan paving blok. Kemudian, saat ini akses menuju sawahpun semakin dekat setelah dibangunnya jembatan tani di dusun kami. Sebelum adanya jembatan tani yang kami maksud, para petani harus memutar hingga puluhan kilometer untuk bisa menyeberang sungai. Kami sebenarnya memiliki jembatan, akan tetapi masyarakat tidak berani melewatinya karena takut terjatuh, jembatan penyebrangannya hanya terbuat dari bambu yang sudah rapuh.” (Wawancara, 15 Juni 2018)

Berdasarkan penjelasan narasumber tersebut, adapun manfaat dari Anggaran dana desa ini, yaitu:

1) Meningkatkan Kesejahtraan Masyarakat Desa 2) Mempercepat Pembangunan Fisik Maupun Non fisik 3) Meringankan Beban keuangan Desa

4) Menunjang kehidupan dan operasional Desa 3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam rangka untuk mencapai suatu kemajuan, maka potensi-potensi yang ada di dalam diri seseorang haruslah dikembangkan. Bila dikembangkan secara teratur, terencana akan dapat membawa pada suatu tingkat sosial tertentu. Bagi pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan pembangunan desa, maka salah satu aspek

yang perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkembang atau maju akan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat dan desa. Sebab dari aspek sosiologis dapat dikatakan bahwa seseorang yang mendapatkan atau meningkat pendidikannya, maka status sosialnya akan naik di lingkungan masyarakat sekitarnya.

Hasil wawancara dengan Kepala Desa Sunggumanai, Bapak Rivai Rasyid S.Sos mengatakan bahwa :

“Setelah perekrutan aparat pada tahun 2016 lalu, dapat dikatakan bahwa kualitas SDM aparat kami cukup memadai. Salah satu aspek yang dinilai adalah mereka menguasai teknologi. Apalagi, rata-rata aparat kami ini masih muda. Sehingga kualitas kinerja sangat bagus.” (Wawancara, 30 mei 2018)

Hal demikianpun dinilai baik oleh Pelaksana Tugas Kepala Desa Pattallassang, Bapak Arifai S.Sos mengatakan bahwa :

“Jika dinilai dari segi kualitas SDM yang mengisi lembaga-lembaga di desa kami, juga cukup bagus. Meskipun memang, terdapat beberapa perangkat di beberapa lembaga yang perlu dibenahi. Misalnya RT/RW, dan BPD. Semakin berjiwa muda, maka semakin bagus pemahamannya. Apalagi jika mereka ditunjang dengan pendidikan formal. Kami nilai itu merupakan modal yang efektif jika ingin mengembangkan lembaga dan desa. Akan tetapi, bukan hanya aspek itu saja yang kami lihat untuk menunjuk mereka sebagai bagian dari lembaga tersebut, melainkan nilai ketokohan. Karena untuk menggerakkan warga desa untuk berkontribusi dalam setiap program pemerintah, ketokohan menjadi sesuatu yang kami nilai sangat penting.” (Wawancara, 30 mei 2018)

Melalui wawancara ini, disampaikan bahwa pendidikan formal, merupakan aspek utama penunjang kualitas seseorang, termasuk aparat desa dan lembaga-lembaga di desa. Akan tetapi, aspek lain

yang membuat seseorang ditempatkan sebagai anggota di sebuah lembaga di desa adalah persoalan ketokohan.

Dari aspek sosio-cultural, setiap kelompok atau masyarakat mempunyai tata nilai yang sesuai dengan kebudayaan yang dipangku oleh anggota atau warganya. Dengan sendirinya bukan hanya kelompok yang mempengaruhi tindakan seseorang melainkan juga kebudayaan yang dipangku oleh warga kelompok tersebut. Termasuk di sebuah desa, ketokohan seseorang menjadi acuan yang akan mempengaruhi suatu kelompok masyarakat untuk berkontribusi lebih banyak terhadap lingkungannya.

Manusia sebagai sumber daya bagi suatu organisasi tidak sama karakteristiknya dengan sumber daya alam dan finansial. Sumber daya manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah makhluk yang kompleks dari keterpaduan tubuh dan jiwanya, yang tidak dapat dilakukan sebagaimana kedua sumber lainnya. Suatu organisasi harus memiliki sumber daya manusia yang kompetitif, sehingga tidak mengalami kemunduran. Oleh karena itu, perlu dilakukan salah satu kegiatan secara berencana dan berkelanjutan untuk mengembangkan sumber daya manusia.

Hasil wawancara, Camat Pattallassang, Baharuddin S.STP,mengatakan bahwa :

“Untuk menunjang kapasitas aparat dan perangkat di lembaga-lembaga desa. Pemerintah kecamatan mendorong untuk memaksimalkan kegiatan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan nonformal atau pelatihan. Bukan hanya aparat saja, termasuk masyarakat yang memiliki keterampilan khusus, perlu untuk difasilitasi oleh pemerintah desa. Dan saya rasa, di APBDes itu sendiri terdapat dana yang memang khusus untuk kegiatan tersebut, terbukti sejauh yang saya amati. Beberapa kegiatan pelatihan sudah dilaksanakan baik yang dikelola oleh dinas PMD maupun yang dikelola oleh desa itu sendiri.” (Wawancara 16 juni 2018)

Dari hasil wawancara tersebut, dapat dsimpulkan bahwa pendidikan maupun pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan inisiatif pemerintah desa maupun dinas yang bersangkutan merupakan suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang lebih baik. Pengembangan sumber daya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, dan inovatif, disiplin serta dapat berkontribusi untuk menciptakan desa yang lebih baik.

4. Peran Pendamping Desa

Secara kelembagaan, pendamping desa merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota yang diberi tugas untuk mendampingi pemerintah desa mulai dari tahap perencanaan hingga pada proses pertanggungjawaban (evaluasi). Pendamping desa tidak boleh mengintervensi pemerintah desa, mereka bertugas sebagai fasilitator

memberikan arahan dan informasi yang dibutuhkan dalam proses pembangunan desa.

Tugas pendamping desa dalam mewujudkan kemandirian tidaklah mudah. Sebagai narasumber artinya pendamping desa harus mampu menyediakan dan siap dengan segala informasi-informasi yang berkaitan dengan program pembangunan desa. Seorang pendamping desa harus mampu menjawab setiap pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun memberikan saran dan nasehat yang kongkrit serta realistis agar mudah diterapkan.

Pendamping desa juga diharapkan dapat berperan sebagai guru, yang seringkali dibutuhkan untuk membantu masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan atau pengetahuan baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program. Pendamping harus mampu menyampaikan materi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi dan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat serta mudah diterapkan tahap demi tahap.

Dari hasil wawancara, Pendamping Lokal Desa Kecamatan Pattallassang, bapak Jamaluddin mengatakan bahwa :

“Pendamping desa yang bertugas disetiap kecamatan ada 3 yakni Pendamping Lokal Desa (PLD), Pendamping Desa Teknik Industri (PDTI), salah satunya adalah pendamping yang diangkat dari tokoh masyarakat di kecamatan pattallassang itu sendiri. Tugas pendamping desa adalah melakukan pengawasan dan pembinaan kepada desa agar mampu berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.” (Wawancara, 21 mei 2018)

Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam peningkatan pembangunan desa, maka dalam hal ini, orang-orang yang diberi tugas sebagai pendamping desa juga berasal dari kecamatan setempat. Karena mereka dianggap lebih menguasai medan dan bahasa masyarakat setempat. Keunggulan lainnya, seorang pendamping desa yang berasal dari wilayah yang sama dengan kecamatan yang didampinginya akan lebih mampu membantu masyarakat atau pemerintah dalam memediasi, sehingga masyarakat dapat mengakses potensi-potensi dan sumber daya yang dapat mendukung pengembangan dirinya.

Sebagai perangsang atau penantang (challenger), sering ditemui bahwa masyarakat jarang mengetahui atau mengenali potensi dan kapasitasnya sendiri. Untuk itu, seorang pendamping harus mampu merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan serta mengenali potensi dan kapasitasnya sendiri, sehingga masyarakat dapat melaksanakan berbagai kegiatan secara mandiri.

Lebih lanjut Pendamping Lokal Desa Kecamatan Pattallassang, bapak Jamaluddin mengatakan bahwa :

“Meskipun berasal dari kecamatan yang sama, bukan berarti kami harus selalu mengikuti keinginan pemerintah setempat, apalagi menutup-nutupi kejelekannya. Tantangan utamanya adalah ketika diperhadapkan pada persoalan perbedaan pendapat. Sebagai pendamping, kami harus senantiasa bersikap netral dan tidak berpihak kepada salah satu kelompok. Dan apapun itu yang berkaitan dengan desa, kami senantiasa hadir memberikan

pembinaan dan pengawalan mulai dari proses perencanaan hingga pelaporan.” (Wawancara, 21 mei 2018)

Seorang pendamping juga diharapkan dapat berperan sebagai orang yang dapat menengahi apabila diantara kelompok atau individu terjadi perbedaan pendapat atau kepentingan, namun bukan berarti pendamping yang memutuskan. Akan tetapi, hanya perlu mengingatkan masyarakat tentang konsistensi terhadap berbagai kesepakan yang telah dibuat sebelumnya. Arti lain adalah pendamping dapat membantu memberikan alternatif kesepakatan dalam menyesuaikan berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. Pendamping harus netral dan tidak berpihak kepada salah satu kelompok saja.

Sementara itu, manfaat keberadaan pendamping desa ini juga sangat dirasakan oleh aparat desa yang diberi tugas khusus sebagai pelaksana kegiatan desa.

Dari hasil wawancara, Salah satu aparat Desa Borong Pa’la’la, Rini Anggraeni yang juga diberi tugas khusus sebagai koordinator kecamatan ini mengatakan bahwa :

“Tugas-tugas aparat desa menjadi semakin jelas dengan adanya pengarahan yang diberikan oleh pendamping desa melalui In Service Training (IST) yang menjadi tugas utama pendamping desa. Pendamping desa cukup membantu setiap aktivitas di desa kami, khususnya di Desa Borong Pa’la’la. Akses informasipun semakin mudah apalagi saat ini pendamping ditugaskan untuk berkantor selama 3 hari kerja, setiap minggunya. Sewaktu-waktu kami membutuhkan informasi, tidak perlu jauh-jauh lagi.” (Wawancara, 30 mei 2018)

Dari hasil penelitian tersebut, dapat dipastikan bahwa peranan pendamping desa selama proses pembangunan desa sangatlah berpengaruh. Semakin tinggi kemampuan seorang pendamping maka semakin bagus dalam memfasilitasi desa yang ingin mandiri.

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa Mandiri Di

Dokumen terkait