• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

Makmur (2005) menyebutkan bahwa kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Partisipasi dapat distimulus atau digerakkan melalui berbagai upaya baik secara internal maupun eksternal sehingga diharapkan partisipasi yang dibangun dapat terus berkembang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yakni faktor internal dan aktor eksternal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut (Pangestu 1995) adalah sebagai berikut: faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Jumlah beban keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Menurut Ajiswarman (1996), semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama menetap.

Hubungan Tingkat Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Usia merupakan jumlah tahun hidup seseorang yang diukur dalam satuan tahun yang dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan kehari ulang tahun terdekat. Klausmeier dalam Hardjono (2000) menyatakan bahwa usia seseorang dapat menunjukkan kematangan emosional, kecermatan, kematangan dan kemampuan berpikir secara empiris.

Berdasarkan hasil perhitungan persentase usia masyarakat pada gambar 2, jumlah persentase responden terbanyak yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata berada pada rentang usia 42 – 51 tahun atau dewasa, dengan jumlah total 18 orang atau 36 persen dari jumlah total keseluruhan 50 orang responden.

Tabel 13 Hubungan tingkat usia dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016

Tingkat Usia

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Total Rendah Sedang Tinggi

Σ % Σ % Σ % Σ %

Tua 7 43.8 5 31.2 4 25.0 16 100

Dewasa Tua 7 38.9 3 16.7 8 44.4 18 100

Dewasa Muda 6 37.5 2 12.5 8 50.0 16 100

Berdasarkan tabel 13 terdapat kecenderungan bahwa semakin muda usia responden semakin tinggi tingkat partisipasinya. Responden yang berusia dewasa

muda menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi yaitu sebanyak 50 persen, dan responden yang berusia dewasa menunjukkan partisipasi tinggi sebanyak 44.4 persen. Resonden yang berusia tua menunjukkan partisipasi yang rendah yaitu sebanyak 43.8 persen. Hal tersebut disebabkan karena semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya (Tamarli 1994). Oleh karena itu, semakin muda usia seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Sama halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin tua usia seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru.

Peneliti melakukan uji statistik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.140 yang menunjukkan hubungan yang lemah. Jadi hubungan antara tingkat usia dan tingkat partisipasi masyarakat memiliki hubungan yang lemah. Nilai sig. 0.167, berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat usia dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih masih sebatas dalam waktu tertentu saja, kegiatan yang sering dilaksanakan yaitu pelatihan dan tidak semua anggota bisa ikut serta karena umunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Mayoritas responden yang ikut serta khusunya pelatihan yaitu responden yang berusia dewasa tua dan tua, karena memiliki waktu luang yang lebih banyak. Disamping itu anggota yang memegang peranan penting dalam kepengurusan desa wisata seperti ketua dan wakilnya sudah berusia tua. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan informan, yaitu:

“…Kebanyakan yang jadi pengurus teh yang udah biasa jadi RT, RW, atau pegawai desa, sama pegawai KBS dulu…”Bapak S, 58 tahun. “…Yang muda memang punya semangat dalam ngembangin desa, tapi karena kesibukan masing-masing jadi susah meluangkan waktunya, apalagi saya kan punya usaha sendiri, kan kalau ditinggal pelatihan seminggu berabe…”Bapak Y, 24 tahun.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti responden pada saat penelitian dilakukan. Sebaran tingkat pendidikan mulai dari tamat SD hingga tamat perguruan tinggi. Dari hasil perhitungan data, frekuensi terbesar responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata yaitu berpendidikan akhir SD dengan jumlah 46 persen.

Tabel 14 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016

Tingkat Pendidikan

Tingkat Partisipasi Masyarakat Total Rendah Sedang Tinggi

Σ % Σ % Σ % Σ % SD Sederajat 13 56.5 5 21.7 5 21.7 23 100 SMP Sederajat 5 50.0 1 10.0 4 40.0 10 100 SMA Sederajat 2 11.8 4 23.5 11 64.7 17 100

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 14 terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan responden dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD, memiliki tingkat partisipasi yang rendah pula yaitu sebesar 56.5 persen. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dengan jumlah 64.7 persen. Hal tersebut dikarenakan latar belakang pendidikan responden berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap mental responden dalam pengembangan desa wisata.

Peneliti melakukan uji statistik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.425 berarti berada pada 0.30 sampai 0.49 artinya : hubungan moderat. Jadi hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat pada pengembangan desa wisata memiliki hubungan yang sedang. Nilai sig. 0.001, berarti lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut didukung dengan hasil pengamatan di lapang, dimana responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam berkontribusi terhadap pengembangan desa wisata. Tingkat pendidikan tertinggi diantara responden yaitu seorang dosen lulusan S2, yang dijjadikan sebagai penasehat sekaligus biasa membawa pihak universitas untuk mengadakan penelitian atau sosialisasi di Desa Wisata Pasir Eurih. Disamping itu mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi umumnya membantu anggota lainnya yang lulusan SD atau tidak tamat dengan pendampingan antara sesama anggota. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan yaitu:

“…Banyakan anggota teh lulusan SD, tapi kan yang lulusan SMA, sama D1 juga ada yang jadi anggota, biasanya teh saling ngebimbing aja, jadi yang lulusan SD juga bisa belajar otodidak lah dalam berorganisasi mah, da sebelumnya juga uda biasa jadi RT atau RW, atuh neng da lulusan SD dulu beda sama sekarang….” Ibu M, 42 tahun.

Hubungan Lama Menetap dengan Tingkat Partisipasi

Lamanya seseorang menetap dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan mempengaruhi

partisipasi seseorang. Semakin lama seseorang menetap dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan akan semakin besar. Lama atau barunya waktu tinggal diukur berdasarkan jumlah tahun rata-rata lama menetap responden. Jumlah responden dengan persentase lama menetap sedang dan lama di Desa Pasir Eurih berjumlah sama, masing-masing yaitu 36 persen.

Tabel 15 Hubungan lama menetap dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016

Tabel 15 menggambarkan tidak ada hubungan antara lama menetap dengan tingkat partisipasi karena ketika waktu menetap responden lama, tingkat partisipasi menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah yaitu sebesar 50 persen. Kemudian ketika waktu menetap responden lama tingkat partisipasi tinggi hanya sebesar 33.3 persen. Jumlah tersebut lebih kecil dari tingkat partisipasi masyarakat dengan lama menetap yang dikategorikan sedang yaitu sebesar 55.6 persen. Hal tersebut juga didukung dengan hasil uji korelasi spearman yang menunjukkan hubungan yang bertolak belakang.

Berdasarkan uji statistik Rank Spearman, hasil menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0.036 yang menunjukkan hubungan yang bertolak belakang. Nilai sig. 0.401 berarti lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara lama menetap dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hasil uji menjelaskan bahwa belum tentu responden yang sudah menetap lama di Desa Pasir Eurih memiliki partisipasi yang tinggi dalam pengembangan desa wisata. Hal itu disebabkan karena hingga saat ini kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih masih terbatas pada waktu tertentu saja. Semua anggota yang terlibat dalam desa wisata sendiri belum merasakan bagaimana menangani wisatawan. Disamping itu, kurangnya kerja sama antara pihak desa Pasir Eurih dan Desa Wisata dalam sosialisasi terkait pengembangan desa wisata, apa sebenarnya itu desa wisata, serta manfaat dari desa wisata itu apa, menjadikan banyak masyarakat kurang mengerti dengan desa wisata itu sendiri. Kemudian sumbangan materi untuk pembangunan fasilitas penunjang desa wisata, dan materi berupa sumbangan pemikiran dan waktu untuk mendorong masyarakat berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan wisata masih minim.

Berbagai pelatihan yang dilaksanakan umumnya melibatkan para pengurus saja dan pihak yang sama secara berturut-turut, hal tersebut disebabkan karena kesibukan dari masing-masing anggota yang tidak bisa ikut serta dalam pelatihan dengan jangka waktu cukup lama. Hal tersebut berujung pada kurangnya minat responden khususnya warga asli yang sudah menetap di Desa Pasir Eurih sejak lama untuk ikut serta dalam kepengurusan, karena menganggap Desa Wisata sudah tidak berjalan lagi karena kegiatan wisatanya jarang. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan yaitu:

Lama Menetap Tingkat Partisipasi Masyarakat Total Rendah Sedang Tinggi

Σ % Σ % Σ % Σ %

Baru 6 42.9 4 28.6 4 28.6 14 100

Sedang 5 27.8 3 16.7 10 55.6 18 100

“…Orang desa jarang ngadain rapat atau musyawarah gitu, jadi ga ada tempat buat masyarakat tau tentang perkembangan informasi yang jelas, pas rapat sama kecamatan juga ga pada dateng…”Pak D, 56 tahun.

“…Banyak masyarakat disini masih bingung bedanya desa wisata sama KBS, emang paling wisatawan yang datang pas libur sekolah doing ya neng, terus kurang ada informasi dari pengurus juga sama pemerintah desa, jadi masyarakat juga ga pada tau, paling yang ikut mah itu-itu aja…”Pak UA, 47 tahun.

Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Partisipasi

Jumlah anggota keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami, istri, anak- anak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi menjadi tanggungan responden. Diukur dengan jumlah jiwa dan dengan dasar acuan standard BKKBN yaitu dua anak cukup. Frekuensi terbesar responden yang ikut serta dalam pengembangan desa wisata yaitu yang memiliki jumlah anggota keluarga sedang sebanyak 48 persen.

Tabel 16 Hubungan jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata tahun 2016

Tabel 16 menggambarkan tidak adanya hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari responden yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak memiliki jumlah persentase tingkat partisipasi yang rendah dan tinggi yang sama yaitu 44.4 persen, sehingga responden dengan jumlah anggota keluarga banyak pun memiliki tingkat partisipasi yang cukup tinggi. Kemudian responden dengan jumlah anggota keluarga yang sedikit juga menunjukkan tingkat partisipasi rendah cukup besar yaitu 41.2 persen.

Peneliti melakukan uji statistic Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.035 yang menunjukkan hubungan yang kurang berarti. Nilai sig. 0.406, berarti lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena meskipun responden memiliki jumlah tanggungan yang banyak, hal tersebut tidak membatasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata. Desa wisata dijadikan masyarakat khususnya responden sebagai sarana untuk

Tingkat Beban Keluarga

Tingkat Partisipasi Masyarakat Total Rendah Sedang Tinggi

Σ % Σ % Σ % Σ %

Banyak 4 44.4 1 11.1 4 44.4 9 100

Sedang 9 37.5 7 29.2 8 33.3 24 100

peningkatan ekonomi dan menyalurkan pemikiran. Disamping itu berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilaksanakan, kebanyakan dari responden yang memiliki tanggungan banyak, anak-anaknya sudah bekerja meskipun masih tinggal dalam satu rumah. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan responden dan informan yaitu:

“…Bapak mah di rumah teh ada 8 orang, tapi kan ada yang udah kerja jadi bantu-bantuin dikit lah…” Pak AA, 65 tahun.

“…Alhamdulilah ya semenjak ada desa wisata sering ada pelatihan, jadi nambah ilmu ke saya nya juga, terus kadang-kadang suka ada yang nginep ke rumah juga terus dimintain masak, ya alhamdulilah neng…”Ibu M, 42 tahun.

“…Ibu udah lama bikin jahe mix karena dulu sering ikut pelatihan dari ibu dosen, terus waktu itu diajakin dan ada pendataan buat