• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA

Cohen dan uphoff membagi partisipasi ke dalam empat tahap, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap menikmati hasil. Terkait dengan kegiatan wisata, para pengurus yang awalnya sudah terbentuk mencari masyarakat yang bersedia menyediakan atraksi untuk ikut dalam pelaksanaan kegiatan desa wisata seperti mereka yang bekerja sebagai pembuat sepatu, makanan tradisional, petani, dan masyarakat lainnya yang bersedia menjadi pemandu wisata. Desa Wisata Pasir Eurih menentukan paket wisata untuk mempermudah wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Wisata Pasir Eurih. Penentuan paket tersebut dilaksanakan secara musyawarah dan dibantu oleh fasilitator dari pihak Dinas Pariwisata, dengan paket mulih ka lembur, paket sono ka lembur, paket sawengi di lembur.

Banyak kegiatan diluar kegiatan wisata yang melibatkan masyarakat untuk meningkatkan keterampilan seiring dengan dibentuknya desa wisata. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh berbagai pihak baik dari pihak desa wisata sendiri, maupun dari pihak Dinas Pariwisata, pihak Universitas, atau pihak pemerintah kabupaten untuk mengadakan berbagai pelatihan serta rapat untuk pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih. Responden yang ikut serta dalam kegiatan pengembangan desa wisata adalah biasanya sudah terbiasa aktif dalam berbagai kegiatan di desa baik itu sebagai RT, RW, mantan RT, mantan RW, mantan pegawai desa, pegawai desa, aktif sebagai kader KB, Posyandu ataupun mereka yang dulu sempat bekerja di Kampung Budaya Sunda Sindang Barang. Hal ini seperti yang dituturkan oleh informan, sebagai berikut:

“…Kebanyakan yang aktif mah emang udah biasa jadi RT lah seengganya, kalau masalah aktif semua apa engga mah pengurus sama anggota juga kalau ada rapat biasanya engga semua ikut, paling beberapa orang aja sih yang selalu hadir sama rajin ngomongnya. Kalau mau mengumpulkan semua agak sulit karena harus diimingi dulu, kaya waktu itu ada bohlam gratis pada ikut deh semua…”- Bapak DS, 56 tahun.

Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi responden tahun 2016

Tingkat Partisipasi Σ % Rendah 20 40.0 Sedang Tinggi 10 20 20.0 40.0 Total 50 100.0

Berdasarkan tabel 8, sebanyak 40 persen responden menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masih rendah, dan 40 persen menunjukkan bahwa tingkat partisipasi responden tinggi. Berdasarkan pengamatan di lapangan tidak ada kegiatan rapat yang rutin yang dilaksanakan, sehingga seluruh masyarakat khususnya responden yang ikut serta dalam kegiatan desa wisata kebanyakan tidak mengetahui akan perkembangan terkait desa wisata yang ada. Selain itu, fasilitas penunjang kegiatan wisata seperti galeri, saung, fasilitas jalan dan

wilayah persawahan yang akan digunakan untuk kegiatan bertani masih menunggu adanya aliran dana yang akan diturunkan pada bulan agustus seusai lebaran, karena rencana awal pencairan dana pada bulan Januari tidak turun dari pihak Kabupaten Bogor. Namun, apabila ada kegiatan dan membutuhkan kumpul rapat, kebanyakan responden antusias akan kegiatan yang akan dilaksanakan. Umumnya kegiatan rapat akan rutin dilaksanakan apabila musim libur tiba, atau ketika wisatawan akan datang. Wisatawan yang hadir pun biasanya pada waktu tertentu saja, misalnya pada waktu libur sekolah, atau libur lebaran. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan sebagai berikut:

“…Kegiatan rapat mah engga rutin neng, paling kalau ada Dinas Pariwisata yang mau memberikan bantuan, masukan, dan melihat perkembangan desa wisata, sama anak sekolahan yang datang pas musim libur…”-Ibu N, 42 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian, perbandingan tingkat partisipasi masyarakat antara yang tinggi dan rendah sama yaitu 40 persen, hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat dalam pengembangan desa wisata karena keterlibatan dari awal pengambilan keputusan pun tidak diikuti secara rutin karena tidak adanya akses masyarakat untuk berpartisipasi. Selain itu, terdapat bias dalam pelibatan anggota oleh para pengurus. Pihak-pihak yang masih memiliki ikatan keluarga dengan ketua desa wisata lebih banyak dilibatkan untuk mengikuti berbagai kegiatan, seperti pelatihan. Disamping itu, apabila ada informasi dan ada kegiatan wisata yang akan dilaksanakan tidak semua anggota mengetahui, berdasarkan pengamatan di lapang, ketua desa wisata sendiri menunjuk langsung siapa saja yang bisa ikut serta. Pelaksanaan pengembangan desa wisata baru terlihat berjalan pada tahun 2016 meskipun sudah dicanangkan dari tahun 2011 membuat masyarakat yang terlibat dalam pengembangan desa wisata masih terbatas karena kegiatannya pun belum terjadwal dengan baik. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan sebagai berikut:

“…Kurangnya kepercayaan akan satu sama lain juga menjadi penghambat masyarakat untuk ikut partisipasi, terutama karena memang informasi tidak disampaikan secara menyeluruh karena rapat yang diadakan terbatas kalau ada kegiatan saja, kalaupun ada rapat yang ikut itu-itu saja. Selain itu, masyarakat juga masih bingung akan bedanya desa wisata sama kampung budaya, jadi sering tertukar. Terus masih kuat sih neng kekelaurgaan dalam pengurus teh…”Bapak Y, 24 tahun.

Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pengambilan keputusan

Tahap pengambilan keputusan yaitu keikutsertaan masyarakat dalam rapat pengambilan keputusan yang dilaksanakan baik oleh pihak Dinas Pariwisata, oleh pengurus dan anggota Desa Wisata Pasir Eurih, maupun oleh pihak perangkat desa. Manfaat keikutsertaan serta pengambilan keputusan terkait kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan, keaktifan dalam bertanya dan memberikan usulan terkait pengembangan wisata pun disertakan dalam tahap pengambilan keputusan ini.

Tabel 9 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap pengambilan keputusan tahun 2016

No. Tahap Pengambilan Keputusan Σ %

1. Rendah 22 44,0

2. Tinggi 28 56,0

Total 50 100,0

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam tahap pengambilan keputusan yaitu sebanyak 56 persen. Seringkali dalam tahap pengambilan keputusan terkait pengembangan desa wisata banyak melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Hal tersebut membuat masyarakat khususnya mereka yang terlibat dalam desa wisata menunjukan antusias yang tinggi karena segala keputusan difasilitasi oleh pihak pemangku kepentingan yang terlibat. Pihak-pihak tersebut biasanya berasal dari Dinas Pariwisata, Universitas, desa wisata lainnya, Bappeda, dan Pihak Pemerintah Kecamatan. Semua stakeholders tersebut biasanya membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengembangan wisata, seperti yang saat ini gencar dilakukan yaitu pembangunan galeri yang nantinya akan menunjang kegiatan wisata pengunjung.

Musrenbang umumnya menjadi salah satu wadah bagi masyarakat dan stakeholder lainnya untuk musyawarah terkait pelaksanaan pengembangan desa wisata dan merumuskan berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan desa wisata, seperti yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2015 bertempat di saung Desa Wisata Pasir Eurih. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan sebagai berikut:

“…Segala sesuatu terkait dengan desa wisata kami musyawarahkan bersama dengan pengurus, masyarakat, dan tokoh-tokoh masyarakat pun biasanya diundang. Terlebih dari pihak Dinas Pariwisata sering sekali datang untuk melihat proses perkembangan, dan musyawarah juga sering dilaksanakan terkait berbagai hal yang memerlukan kebersamaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan bersama, khususnya terkait sarana dan parasarana yang menunjang kegiatan wisata di Desa Wisata Pasir Eurih. Soalnya kalau berhubungan dengan uang jadi harus ikut semua…”Ibu M, 42 tahun.

Namun disisi lain, tabel 9 menunjukkan bahwa masih banyak responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah dalam tahap pengambilan keputusan. Hal tersebut karena berdasarkan hasil observasi, proses pengambilan keputusan umumnya dilakukan oleh susunan inti kepengurusan, sangat jarang diketahui dan dikerjakan bersama oleh para anggota. Disamping itu keterbatasan dalam memperoleh kekuasaan untuk mengambil keputusan diserahkan kepada pihak pengurus inti dan stakeholder lainnya, terkait persetujuan anggaran dana, informasi kegiatan apa saja yang dilaksanakan, pelatihan dan lain sebagainya. Masyarakat umumnya tidak terlalu banyak dilibatkan dalam proses ini.

“…Kalau masalah anggaran dana sama tamu yang datang biasanya Pak Deden yang ngurus, soalnya hubungan langsung sama dinas. Kalau anggota yang lain mah biasanya nunggu aja ada kabar atau gimana kalau ada pelatihan juga biasanya ditanya dulu siapa yang bisa ikut…”Pak S, 58 tahun.

Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan

Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan yaitu keikutsertaan masyarakat Desa Pasir Eurih dalam pengembangan desa wisata dilihat dari kehadiran dalam rapat yang dilaksanakan, keikutsertaan dalam kepengurusan, keikutsertaan dalam memberikan atraksi dan akomodasi kepada para wisatawan, keikutsertaan dalam pelatihan yang membantu meningkatkan keterampilan dalam melayani dan mengembangkan desa wisata. Kegiatan sehari-hari masyarakat merupakan hal yang ditonjolkan untuk menjadi atraksi wisata Desa Wisata Pasir Eurih. Masyarakat Desa Pasir Eurih sendiri mayoritas bekerja dalam sektor home industry pengrajin sepatu, sehingga tidak aneh jika hampir seluruh rumah memiliki bengkel yang biasa digunakan untuk pembuatan sepatu.

Selain itu, masyarakat juga banyak yang mengembangkan kuliner tradisional sunda, seperti jahe mix, teng-teng, rengginang, papais, sistik, dodol, manisan pala, dan lain sebagainya6. Kegiatan pembuatan sepatu dan kuliner khas dijadikan atraksi untuk wisatawan yang datang ke Desa Wisata Pasir Eurih, sehingga para wisatawan mengetahui cara pembuatannya. Wisatawan banyak yang membeli produk yang dibuat oleh masyarakat dan juga menjadi langganan dengan memesan dari jauh-jauh hari untuk kegiatan tertentu. Potensi alam, budaya, dan sejarah yang dimiliki Desa Pasir Eurih banyak yang dijadikan sebagai atraksi wisata, seperti situs Taman Sribagenda, dan potensi pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat untuk menjadi kegiatan agroedukasi. Kegiatan agroedukasi tersebut mencakup, tanam padi, membajak sawah, panen padi, pembibitan ikan, dan perkebunan.

Tabel 10 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap pelaksanaan tahun 2016

No. Tahap Pelaksanaan Σ %

1. Rendah 31 62.0

2 Sedang 16 32.0

3. Tinggi 3 6.0

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 10 sebanyak 62 persen masyarakat memiliki partisipasi yang rendah pada tahap pelaksanaan. Hal tersebut karena meskipun banyak dari masyarakat yang ditunjuk untuk ikut serta sebagai bagian dari desa wisata baik itu penyediaan homestay, atau penyedian atraksi lainnya, masih banyak anggota desa wisata yang kurang percaya akan satu sama lain terutama kepada pengurus. Berdasarkan observasi di lapangan biasanya pihak-pihak yang rumahnya

6

teng-teng (makanan tradisional dari beras yang diberi gula), rengginang (makanan tradisional dari beras ketan dikukus yang kemudian dijemur agar bisa digoreng), papais (makanan tradisional yang berasal dari tepung beras yang dibungkus daun pisang).

dijadikan homestay, atau yang mendapatkan kunjungan dari wisatawan untuk melihat pembuatan sepatu dan kuliner tradisional adalah anggota atau pengurus tertentu saja. Sehingga tidak semua anggota kebagian kedatangan wisatawan, hal tesebut menimbulkan kecemburuan dan ketidakpercayaan. Disisi lain, hal tersebut terjadi karena banyak dari anggota yang ketika ada wisatawan, fasilitas rumahnya tidak siap untuk melayani para wisatwan yang datang. Kemudian karena wisatawan yang datang terbatas pada waktu tertentu menimbulkan kebingungan di masyarakat apakah desa wisata masih berjalan atau tidak, disamping fasilitas penunjang desa wisata pun belum siap. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan dan responden sebagai berikut:

“…Kadang-kadang tamu datang mendadak terus mau nginep, jadi biasanya harus cepet milih rumah yang ada kamar kosongnya. Jadi engga semua anggota desa wisata kebagian dijadikan homestay, wisatawan pun yang datang engga ada setiap hari…”Bapak D, 56 tahun

…Saya teh berasa udah ga ikutan aja da teh sebenernya di desa wisata, soalnya juga ga pernah dilibatkan lagi, kalau ada wisatawan juga paling ke rumah yang deket-deket aja, terus saya pikir sih ini the kaya mandeg gitu ya teh, gatau sih emang jarang ada informasi…” Ibu NK, 28 tahun.

Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi

Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi mencakup kehadiran masyarakat dalam rapat evaluasi dan penilaian baik itu secara lisan maupun tulisan. Masyarakat khususnya anggota dan pengurus umumnya memberikan penilaian terkait kegiatan yang dilaksanakan berupa masukan, kritik, ataupun saran. Evaluasi memerlukan pengetahuan peserta program dari awal program berjalan hingga program sedang atau telah selesai dilaksanakan.

Tabel 11 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap evaluasi tahun 2016

No. Tahap Evaluasi Σ %

1. Rendah 21 42.0

2. Tinggi 29 58.0

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 11, partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi menunjukan bahwa 58 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap evaluasi. Berdasarkan observasi, meskipun tidak ada rapat yang secara khusus diadakan setiap minggu untuk mengevaluasi kegiatan, tetapi biasanya anggota dan pengurus dalam menyampaikan evaluasinya terhadap kegiatan yang sedang berjalan dan akan berjalan umumnya disampaikan dalam obrolan biasa. Biasanya yang rajin menyampaikan pendapatnya terkait desa wisata anatar satu sama lain diluar forum adalah yang memiliki yang masih memiliki hubungan keluarga. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh salah satu responden yaitu:

…Biasanya kalau ada apa-apa Pak Deden sama anggota lain suka kumpulnya di rumah ibu, kebetulan pak Iwan juga kan anak ibu, sama Pak Deden juga masih keluarga. Bukannya apa-apa neng disini mah masyarakatnya juga euweuh kahayang, jadi ga nyambung kalau diajak ngomong soal desa wisata teh, makanya yang enak diajak ngobrol mah ya yang emang udah kenal…” Ibu EK, 63 tahun.

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Menikmati Hasil

Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yaitu pengetahuan, keterampilan, dan dampak positif yang ada dengan berkembangnya desa wisata. Selain dari segi ekonomi, dengan adanya desa wisata kegiatan pelatihan adalah kegiatan yang sering mengikutsertakan masyarakat untuk menunjang pelatihan SDM dalam pengembangan desa wisata. Kegiatan umumnya dilaksanakan oleh pihak-pihak dari Dinas Pariwisata, Bappeda, dan paguyuban desa wisata di Jawa Barat.

Tabel 12 Jumlah dan frekuensi responden pada tingkat partisipasi tahap menikmati hasil tahun 2016

No. Tahap Menikmati Hasil Σ %

1. Rendah 12 34.0

2. Tinggi 33 66.0

Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 12, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil menunjukkan bahwa 66 persen responden memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap menikmati hasil. Berdasarkan observasi, melalui berbagai pelatihan yang diikuti, masyarakat semakin mampu dalam menangani wisatawan yang berkunjung. Kemudian masyarakat semakin terbuka untuk berkomunikasi satu sama lainnya terkait kegiatan pelatihan apa saja yang dilaksanakan dengan pihak yang tidak mengikuti pelatihan. Selain itu, masyarakat semakin senang dengan banyak pihak yang biasa datang ke desa mereka, baik itu dari pihak Dinas Pariwisata, pihak Universitas, atau wisatawan. Namun disisi lain berdasarkan observasi dan penuturan beberapa responden, banyak dari masyarakat yang menjadi pengrajin sepatu membuang limbah pembuatan sepatu secara sembarangan bahkan ada yang membakarnya. Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap kegiatan wisata yang dilaksanakan di wilayah Desa Pasir Eurih apabila kebiasaan tersebut terus berlangsung akan mencemari lingkungan dan udara.

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI