• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut BPS (2007) taraf hidup merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Taraf hidup berdasarkan Badan Pusat Statistik (2007) yaitu variabel kemiskinan meliputi: pendapatan, status rumah, jenis dinding, jenis lantai, fasilitas MCK, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, pengeluaran konsumsi per bulan, akses kesehatan, akses pendidikan, aset kepemilikan. Hasil dari pengukuran indikator tingkat taraf hidup masyarakat dapat menunjukkan pengaruh partisipasi masyarakat terhadap tingkat taraf hidupnya.

Beberapa indikator taraf hidup hanya melihat taraf hidup masyarakat sesuai dengan keadaan sekitar. Keberhasilan pengembangan desa wisata memiliki dampak penting dalam peningkatan taraf hidup, karena melalui kegiatan wisata yang dikembangkan di wilayah tersebut menyebabkan peningkatan ekonomi yang selanjutnya dapat berpengaruh pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke desa wisata tentu akan berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat pedesaan (Soekarya 2011).

Pendapatan masyarakat sebagai salah satu indikator taraf hidup masyarakat dihitung berdasarkan rata-rata dan standar deviasi jumlah pendapatan responden selama satu bulan. Pendapatan yang paling kecil berada dibawah Rp 1744 058, dan pendapatan tinggi berada dalam kisaran lebih dari Rp 3 457 942. Berdasarkan tabel 18 pendapatan rata-rata responden per bulan sebanyak 44 persen dikategorikan sedang sisanya sebanyak 32 persen dikategorikan rendah, dan 24 persen dikategorikan tinggi. Mayoritas responden yang ikut serta adalah mereka yang bekerja di home industry yaitu pembuat sepatu dan sandal, kerajinan kuliner, petani, dan pelaku kesenian. Setiap kunjungan wisatawan, baik pemandu dan para pengrajin yang dikunjungi mendapatkan uang dan banyak dari para wisatawan yang membeli produk yang dibuat oleh para pengrajin.

Tabel 18 Jumlah dan frekuensi pendapatan rata-rata responden per bulan tahun 2016 Pendapatan rata-rata Σ % Rendah 16 32.0 Sedang Tinggi 22 12 44.0 24.0 Total 50 100.0

Berbeda halnya dengan pendapatan, pengeluaran juga digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur taraf hidup masyarakat. Pengeluaran dihitung secara terperinci melihat kebutuhan yang biasanya dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, mencakup biaya pangan, bahan bakar, transportasi, biaya pendidikan, listrik, dan pakaian. Jumlah keseluruhan pengeluaran tersebut dikonversikan kedalam satu bulan karena banyak dari responden yang bingung menentukan beberapa indikator pengeluaran dalam bulan, dan hasilnya di rata- ratakan dan dicari standar deviasinya. Berdasarkan tabel 19 sebanyak 46 persen responden dinyatakan memiliki pengeluaran yang sedang, sisanya sebanyak 32 persen berpengeluaran rendah, dan 22 persen berpengeluaran tinggi.

Tabel 19 Jumlah dan frekuensi pengeluaran rata-rata responden per bulan tahun 2016 Pengeluaran rata-rata Σ % Rendah 16 32.0 Sedang Tinggi 23 11 46.0 22.0 Total 50 100.0

Rumah yang ditinggali oleh responden belum cukup menggambarkan taraf hidup masyarakat, hal ini disebabkan hampir seluruh masyarakat memiliki rumah yang cukup baik dengan mayoritas dinding berbahan tembok bata. Selain itu jenis lantai terluas bangunan rumah masyarakat rata-rata telah berbahan keramik, meskipun masih ada sebagian dari masyarakat yang lantai rumahnya berupa bata tanpa polesan keramik, namun dari keseluruhan responden tidak ada yang lantainya berupa tanah ataupun bilik. Mayoritas masyarakat mengandalkan sumur sebagai sumber air, adapun yang menggunakan mata air sebagai sumber air, namun meskipun mengandalkan mata air, tetapi beberapa responden tetap memiliki sumur atau menggunakan air PAM sebagai sumber air. Mayoritas responden pun memiliki kamar mandi dengan fasilitas septic tank di dalam kamar mandinya.

Indikator lain seperti status kepemilikan rumah, mayoritas merupakan milik pribadi, adapun yang menyatakan masih menumpang karena responden belum menikah dan masih berusia muda atau rumah tersebut merupakan miliki orang tua dari responden. Tempat berobat yang dituju mayoritas oleh masyarakat adalah puskesmas, namun apabila penyakit yang diderita serius kebanyakan akan beralih ke rumah sakit. Terkait sumber biaya pengobatan penelitian menunjukkan bahwa masyarakat harus menggunakan biaya sendiri untuk berobat, namun adapula yang sudah menggunakan BPJS karena banyak pihak-pihak yang

memfasilitasi masyarakat untuk membuat asuransi kesehatan. Jenjang pendidikan terakhir di keluarga mayoritas merupakan lulusan SMA, namun adapun yang lulusan sarjana, biaya pendidikan pun diakui masyarakat merupakan biaya pribadi tanpa bantuan beasiswa.

Jenis bahan bakar yang umumnya digunakan masyarakat adalah gas, dimana gas tersebut lebih mudah dijangkau dan murah untuk keperluan memasak dan usaha sehari-hari. Sumber penerangan masyarakat mayoritas menggunakan listrik PLN dan listrik pulsa. Terkait dengan asset kepemilikian, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih menunjukkan asset kepemilikian yang rendah, dimana indikator asset kepemilikan sendiri dibagi kedalam beberapa indikator, yaitu perabotan, kendaraan, dan kepemilikan tanah. Hal tersebut berupa TV, Radio, kulkas, kipas angin, computer, hand phone, laptop, mesin cuci gerobak, sepeda, motor dan mobil.

Tabel 20 Jumlah dan frekuensi tingkat taraf hidup responden tahun 2016

Tingkat Taraf Hidup Σ %

Rendah 13 26.0 Sedang Tinggi 10 27 20.0 54.0 Total 50 100.0

Berdasarkan tabel 20, sebanyak 26 persen tingkat taraf hidup responden tergolong rendah dan 54 persen tingkat taraf hidupnya tinggi. Masyarakat dengan tingkat taraf hidup yang tinggi umumnya memiliki pendapatan di atas rata-rata, pengeluaran yang tidak melebihi pendapatan, fasilitas rumah dan MCK memadai, tingkat pendidikan tinggi, dan aset kepemilikan cukup banyak dari mulai alat eletronik televisi, handphone, laptop, mesin cuci, sepeda motor, mobil, dan kepemilikan tanah yang cukup luas. Sedangkan masyarakat dengan tingkat taraf hidup rendah umumnya banyak yang memiliki pendapatan di atas rata-rata tetapi alokasi pengeluaran melebihi pendapatan, tingkat pendidikan rendah, aset kepemilikan yang umumnya dimiliki hanya televisi dan handphone.

Melalui kegiatan pengembangan desa wisata, masyarakat seharusnya mendapat keuntungan lebih karena atraksi wisata yang disajikan kepada para wisatawan adalah kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Pasir Eurih. Meskipun kegiatan sehari-hari masyarakat merupakan kegiatan yang menjadi atraksi dalam kegiatan wisata, hal tersebut dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang masih rendah dan sedang. Disamping itu karena sistem pemesanan sepatu dan sandal yang mengharuskan para pengrajin membuat sepatu dan sandal sesuai dengan bahan yang diberikan oleh penjual utama, maka masyarakat yang menjadi pengrajin sepatu tidak bisa menambah pendapatannya. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan dan responden yaitu:

“…Kegiatan desa wisata belum berjalan secara rutin setiap hari ada wisatawan, karena memang fasilitasnya belum ada dan dananya belum turun untuk membangunnya. Kegiatan wisatawan teh menjadi ajang masyarakat buat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan selain buat ke ekonomi juga, karena bagi mereka para pengrajin

sepatu yang mau ikut serta di desa wisata ya harus aktif juga ikut pelatihan…” Ibu AL, 39 tahun.

“…Sekarang mah peminat sepatu teh udah berkurang neng, jadi orderan dari bos juga dikurangin. Biasanya semua bahan dari bos, kita tinggal kuli bikin aja, dari satu kodi paling dapet 20 rebu yang kuli mah…”Ibu U, 51 tahun.

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN TINGKAT TARAF