• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hak dan Kewajiban

Dalam dokumen Makalah Pendidikan dan Agama Islam (Halaman 130-134)

HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA

B. Hubungan Hak dan Kewajiban

Ada filsuf yang berpendapat bahwa selalu ada hubungan timbal balik antara hak dak kewajiban. Pandangan yang disebut "teori korelasi" itu terutama dianut oleh pengikut utilitarianisme. Menurut mereka, setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula sebaliknya untuk memenuhi hak tersebut. Meeka berpendapat bahwa kita baru dapat berbicara tentang hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu. hak yang tidak ada kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak

1. Dipandang dari Segi Kewajiban

Kepada teori korelasi ini perlu diakui bahwa memang sering terdapat hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban, tapi tidak bisa dikatakan bahwa hubungan itu mutlak dan tanpa pengecualian. Tidak selalu kewajiban satu orang sepadan dengan hak orang lain. Malahan dalam konteks legal pun tidak serlalu ada hak yang sesuai dengannya.

2. Dipandang dari Segi Hak

Dari segi lain, apakah setiap hak menimbulkan kewajiban pada orang lain? Jika kita mendekati masalah hubungan hak-kewajiban dari sudut hak, maka harus dikatakan juga bahwa korelasi hak dengan kewajiban paling jelas dalam kasus hak-hak khusus. dari kenyataan yang ada, beberapa filsuf menarik kesimpulan bahwa hak-hak sosial hanya

merumuskan cita-cita atau ideal yang berlaku dalam masyarakat dan tidak merupakan hak dalam arti yang sesungguhnya.

3. Kewajiban terhadap Diri Sendiri

Pertanyaan lain lagi menyangkut hak dan kewajiban terhadap diri kita sendiri. Kiranya sudah jelas bahwa kita tidak mempunyai hak terhadap diri kita sendiri. Pengertian "hak" selalu mengandung hubungan dengan orang lain, entah orang tertentu entah masyarakat luas pada umumnya. Ada cukup banyak filsuf yang mengatakan bahwa dalam kewajiban juga selalu terlibat dua pihak. Para filsuf yang menerima kewajiban kerap kali secara implisit mengandaikan suatu dimensi religius.

Teori tentang Hak dan Individualisme

Keberatan yang tidak jarang dikemukakan terhadap teori tentang hak adalah bahwa teori itu mengandung suatu individualisme yang merugikan solidaritas dalam masyarakat. Menggarisbawahi hak berarti menempatkan individu di atas masyarakat. Tekanan pada hak adalah kontraproduktif untuk kehidupan sosial dan dinilai sama dengan memberi angin kepada individualisme. Padahal, manusia itu selalu anggota masyarakat dan tidak bisa dilepaskan dari akar-akar sosialnya. Baru dalam lingkungan masyarakat, manusia menjadi manusia dalam arti sepenuhnya. Tentu saja, dalam kritik ini tampak dengan jelas pertentangan antara sosialisme dan liberalisme.

Tidak bisa disangkal bahwa hak-hak manusia mempunyai ciri-ciri individual. Hal itu disebabkan karena hak-hak itu didasarkan atas harkat individu sebagai manusia. Perlu diakui juga bahwa pemikiran tentang hak-hak manusia baru bisa muncul di zaman modern, ketika kebebasan individual manusia diterima dan dengan itu juga persamaan semua manusia. Kaitan historis ini tidak bisa disangkal. Dan karena itu bisa saja terjadi bahwa dalam arti tertentu masyarakat kadang-kadang harus kalah terhadap hak hak individual itu. Mengakui hak-hak manusia tidak sama dengan menolak masyarakat atau mengganti masyarakat itu dengan suatu kumpulan individu-individu tanpa hubungan satu sama lain. Yang ditolak dengan menerima hak-hak manusia adalah totaliterisme, artinya, pandangan bahwa negara mempunyai kuasa absolut terhadap para warganya. Hak-hak manusia menjamin agar negara tidak sampai menggilas individu-individu. Oleh karena adanya hak- hak ini negara pun harus tunduk kepada norma-norma etis.

Hak atas milik tidak merupakan hak manusia yang paling dasariah dan prototype bagi semua hak lain. Hak atas milik barangkali merupakan hak dimana paling jelas melekat suatu hipotek sosial. Kita tidak bebas berbuat apa saja dengan harta benda yang kita miliki. Jika ada orang yang hidup berfoya-foya dan main judi besar-besaran sedangkan banyak orang disekitarnya menderita kemiskinan, kita mudah akan menyetujui bahwa orang itu bertingkah laku tidak bermoral.

Siapa yang Memiliki Hak?

Akhirnya perlu ditekankan bahwa hak-hak tidak mengasingkan manusia dari kehidupan sosial, tetapi sebaliknya merupakan syarat untuk membentuk kehidupan sosial yang sungguh-sungguh manusiawi, terutama karena adanya hak mendirikan organisasi dan menjadi anggota suatu organisasi atau perkumpulan. Hak-hak manusia tidak melepaskan orang dari sosialitasnya, tapi sebaliknya menciptakan beraneka macam kemungkinan

bahwa seseorang menjalin hubungan dengan orang lain dan dengan demikian justru memperkuat sosialitas.

Contoh pertama:

permasalahan tentang boleh tidaknya obortus provocatus Contoh kedua:

peranan masalah hak dalam diskusi tentang tanggung jawab noral atas lingkungan hidup Contoh ketiga:

hak binatang

Kewajiban tidak selalu perlu dikaitkan dengan hak, bisa juga kewajiban dikaitkan dengan tanggung jawab, karena tanggung jawab pula merupakan kerangka acuan untuk membahas kewajiban. Kalau begitu, pengertian "tanggung jawab" mengandung juga pengertian "kewajiban", terlepas dari referensi pada hak

Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Ada beberapa hak di masyarakat Indonesia, diantaranya sebagai berikut :

a. Hak Legal dan Hak Moral

Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut.

Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika seorang majikan memberikan gaji yang rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya sama dengan pria yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini melaksanakan hak legal yang dimilikinya tapi dengan melanggar hak moral para wanita yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas sudah bahwa hak legal tidak sama dengan hak moral.

T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat legal maupun moral hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika saya menjadi anggota klub futsal Indonesia, maka saya memperoleh beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul karena manusia tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati bersama. Hak konvensional berbeda dengan hak moral karena hak tersebut tergantung pada aturan yang telah disepakati bersama anggota yang lainnya. Dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena tidak tercantum dalam sistem hukum.

Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp. 10.000 dari orang lain dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka orang lain mendapat hak yang dimiliki orang lain.

Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “ hak asasi manusia”.

c. Hak Individual dan Hak Sosial

Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu- individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini semuanya termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negative.

Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan kesehatan. Hak- hak ini bersifat positif.

Contoh Hak Warga Negara Indonesia:

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.

2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan.

4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai.

5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau NKRI dari serangan musuh.

7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada hal-hal tertentu misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. K. Bertens dalam bukunya

yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right).

Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia:

1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.

2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).

3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.

4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia.

5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

Dalam dokumen Makalah Pendidikan dan Agama Islam (Halaman 130-134)