• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM DAN IPTEK

Dalam dokumen Makalah Pendidikan dan Agama Islam (Halaman 179-194)

Yang pertama adalah membaca dan menulis

Ayat yang turun pertama-tama adalah ayat tentang perintah membaca!

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam; Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. 96:1-5)

Ayat kedua tentang menulis:

Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, (QS. 68:1) Menggunakan akal, Memperhatikan alam ? Sains

Selanjutnya Allah memerintahkan menggunakan akal, menyebut kedudukan yang tinggi bagi orang-orang yang melihat alam, berpikir, memahaminya dan mempertebal keimanannya: Dan tak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah murka kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS. 10:100)

Katakanlah: “Samakah orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. 39:9)

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah yang berilmu … (QS. 35:28)

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah- manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. 10:5)

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa’at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. 10:101)

Menundukkan alam dengan Sunnatullah ? Teknologi

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. 31:20)

Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. 45:13)

Metode ala Sunnah

Rasulullah sendiri telah meletakkan fondasi infrastruktur pengembangan iptek pada kaum muslimin. Banyak contoh-contoh yang diberikan Nabi dan lalu diteruskan oleh para salafus shaleh, yang menjadikan ummat Islam dalam waktu singkat bisa mengungguli iptek yang

pernah dikuasai oleh bangsa manapun sebelumnya, baik itu bangsa Persia, Romawi, Mesir, India maupun Cina.

1. Pembentukan penalaran ilmiah

Sejak mula, Islam tidak menerima pendapat tanpa argumentasi rasional, siapapun yang mengucapkan.

“Kemukakan argumentasi kalian, jika kalian memang benar “. (QS. 27:64)

Islam tidak mengakui sangkaan (zhan) untuk hal-hal yang perlu keyakinan penuh dan ilmu yang akurat.

“Mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan, sedang sesungguhnya sangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun untuk kebenaran”. (QS. 53:28)

Islam menolak subyektivitas emosi, sebab apapun kesimpulannya, ia berinteraksi pada hukum alam.

“Maka putuskanlah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. 38:26)

Islam mengikis patuh buta (taklid), baik itu kepada nenek moyang, pemimpin, apalagi pada orang awam.

Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”. Mereka menjawab: “Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami”. Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?. (QS. 2:170)

Dan Islam mementingkan pengamatan empiris terhadap langit dan bumi dan segala isinya. “di bumi itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?” (QS. 51:20-21)

2. Pemberantasan buta huruf

Pada peristiwa Badr, Rasulullah menawan 70 orang. Sebagian dari mereka menebus dirinya dengan mengajar baca-tulis sepuluh anak kecil muslim hingga bisa. Orang Madinah waktu itu umumnya buta huruf. Di antara “alumni PBH” ini adalah Zaid bin Tsabit, yang kemudian menjadi penulis wahyu.

3. Mempelajari bahasa asing

Rasulullah diutus untuk seluruh alam (QS 7:158), padahal ia seorang Arab dan Quran pun berbahasa Arab. Karena itu Rasulullah lalu memerintahkan para sahabat belajar bahasa-bahasa asing kaum yang akan dihubungi (Persia, Romawi, Syria dll) untuk menerjemahkan surat-surat beliau.

Khudhaifah bin Al-Yaman bercerta: Kami pernah bersama-sama Rasulullah, dan beliau bersabda, “Buatkan pendataan untukku siapa-siapa yang sudah masuk Islam”. (HR. Bukhari- Muslim).

5. Perencanaan

Dalam sejarah Nabi, tampak bahwa setiap keputusan beliau direncanakan secara matang, baik ketika akan menyampaikan wahyu ke khalayak, melakukan hijrah maupun ketika mengatur strategi perang. Setelah merencanakan sebaik-baiknya itulah, baru kita menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawakkal).

6. Pengakuan metode eksperimental

Pada kasus pencangkokan kurma yang ternyata gagal, Rasulullah bertanya: “Apa yang terjadi?”. Mereka menjawab: “Baginda telah mengatakan begini dan begitu”. Rasulullah bersabda: “Kalian lebih tahu urusan teknik dunia kalian”. (HR Muslim).

Di hadits lain, Rasul bersabda: “Ucapanku dahulu hanyalah dugaanku. Jika berguna, lakukanlah. Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu. Dugaan bisa benar bisa salah. Tetapi apa yang kukatakan kepadamu dengan Allah berfirman, maka aku tak akan pernah berdusta terhadap Allah. (HR Ahmad)

7. Memegang pendapat pakar dan ilmuwan

… dan tidak ada yang dapat memberimu informasi seperti yang diberikan oleh pakarnya. (QS. 35:14)

Setiap hal ada ilmunya, setiap ilmu ada pakarnya. Dalam hal-hal teknis, Rasulullah selalu menggunakan bantuan para pakar, baik sebagai guide ketika hijrah, maupun ketika mengatur taktik perang. Guide Rasul ketika Hijrah adalah seorang musyrik.

8. Memetik segala yang bermanfaat

Rasulullah bersabda: “Ilmu itu bagai binatang sesat orang mukmin. Di manapun ia menemukannya, ia lebih berhak atasnya” (HR Tirmizi dan Ibnu Majah).

Atas dasar ini, maka ummat Islam tidak pernah merasa risi belajar ilmu-ilmu yang tidak terwarnai pandangan hidup pemiliknya, seperti matematika, fisika, kedokteran, ilmu militer hingga administrasi.

9. Memberantas tahayul dan khurafat

Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah bersabda: “Gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang tetapi keduanya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah … ” (HR Bukhari 2, 152)

Rasulullah bersabda: “Barang siapa mendatangi dukun paranormal dan menanyakan sesuatu, lalu membenarkan apa yang diucapkannya, maka salatnya tidak diterima selama 40 hari” (HR Muslim).

Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifahNya karena Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.

Dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya : (21): 80 dan Al Baqarah (2): 269.

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)”.

“Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”.

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu degan sarana pengembangan teknologi dan untuk penguasaannya diperlukan ilmu pengetahuan.

Perlu di pahami pula bahwa pengetahuan ilmiah ( science ) tidak mengenal kata ” kekal ” apa yang dianggap salah pada masa silam ternyata dapat diakui kebenaranya dimasa moderen . Pengetahuan ilmiah mempunyai kebenaran relatif, artinya kebenaran datang silih berganti, hal ini berbeda dengan Al-Qur’an yang mempunyai kebenaran mutlak. Oleh karena kita tidak dapat menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an untuk menjustifikasi mengenai kebenaran ataupun menyalahkan teori-teori ilmiah yang ditemukan. Sebab kalau Al-Qur’an digunakan untuk menilai salah atau benar terhadap teori ilmiah akan berimplikasi kepada kesalahan Al-Qur’an itu sendiri (miskipun yang salah bukan Al-Qur’an tetapi penafsiranya ) sebab pada akhirnya suatu teori akan digugurkan dengan teori yang lain. Dan hal ini akan dijadikan sebagai cemoohan atau ejekan untuk menyerang islam itu sendidri.

Memang di dalam Al-Qur’an mengandung sekian banyak ayat-ayat yang memaparkan tentang IPTEK ” Kebenaran Ilmiah ” . Allah telah membakukan beberapa fakta alam didalam Al- Qur’an dan SunnahNya, diskripsi tentang sejumlah fenomena alam dan hukum-hukum alam dapat dijadikan sebagai argumentasi yang melampaui batas logika manusia . Atau menurut istilah yang dikenal mengenai keajaiban Al-Qur’an ( mukjizat Al-Qur’an ).

Mochtar Naim dalam bukunya Kompendium Himpunan Ayat-Ayat Al Al-Qur’an yang berkaitan dengan biologi dan kedokteran menjelaskan bahwa tidak kurang 350 ayat-ayat Al- Qur’an yang menerangkan tentang masalah biologi dan kedokteran, menurutnya ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut berspektrum luas karena kedokteran dan biologi tidak hanya bersifat fisik-ekologik tetapi berkaitan dengan kejiawaan, etika hukum dan kehidupan masyarakat .

Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an tentang ” Kebenaran Ilmiah ” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang kebesaran Tuhan dan ke Esa-anNya, serta mendorong manusia seluruhnya mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan KepadaNya . Sedangkan dalam kitab tafsirnya Mahmud Saltut mengenai hal ini mengatakan ” Sesungguhnya Tuhan tidak menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi kitab yang menerangkan kepada manusia mengenai teori-teori ilmiah, problem-problem seni serta aneka warna pengetahuan . Tujuan pokok Al-Qur’an bukan untuk menerangkan persoalan- persoalan ilmiah tetapi tujuanya memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia demi kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi itu ? 2. Apakah pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan ? 3. Bagaimakah Al-Qur’an memandang ilmu pengetahuan dan teknologi ? B. Pembahasan

1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi a. Pengertian Ilmu Pengetahuan.

Apakah ilmu itu? Ilmu dalam bahasa Inggris “science” dari bahasa latin “scientia” yang artinya pengetahuan, “seire” (mengetahui) sinonim yang paling akurat dalam bahasa yunani adalah “epestime’.

Kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi- segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.

Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala-gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang terjadi . Dengan demikian, penjelesan ini memungkinkan kita untuk mengontrol gejala tersebut. Untuk itu ilmu membatasi ruang jelajah kegiatan pada daerah pengalaman manusia. Artinya, obyek penjelejahanya meliputi segenap gejala yang ditangkap oleh pengalaman manusia lewat panca indera.

Menurut tinjauan filsafat ilmu itu mempunyai ciri khas sebagai berikut :

1) Ilmu itu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlangsung dalam ilmu itu harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika.

2) Ilmu itu bersifat empirikal, artinya kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dapat ditundukkan pada pemeriksaan atau verivikasi pencaindera manusia.

3) Ilmu bersifat sistematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan tertentu (metodikal) yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan

4) Ilmu bersifat umum dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari oleh tiap orang; jadi tidak bersifat esoterik (terbatas hanya bagi sekolompok orang tertentu)

5) Ilmu bersifat akumulatif, yakni kebenaran diperoleh selalu dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran baru.

b. Pengertian Teknologi

Apa itu Teknologi ? Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi) .

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Menurut Djoyohadikusumo yang dikutip oleh Adi Mulawarman dalam makalahnya yang berjudul “Pengertian Teknologi” Teknologi berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.

Makna Teknologi, menurut Capra seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu “technologia”, yang diperoleh dari asal kata “techne”, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke- 20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra mendefinisikan teknologi

sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan lainnya . Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.

Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya tidak hanya sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.

Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh dari yang dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis atau sebagai sesuatu yang dibuat atau diimplementasikan serta metode untuk membuat atau mengimplementasikannya. Dua pengertian di atas telah digantikan oleh interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti kekuasaan politik di mana kebangkitan teknologi barat telah menaklukkan dunia dan sekarang telah digunakan di era dunia baru yang lebih ganas.

Teknologi juga penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang. Teknologi merupakan Aplikasi ilmu dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa aspek.

c. Perkembangan Teknologi

Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Oleh sebab itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan masalah teknologi, menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya kita. Sebagian dari kita beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. padahal, kalau kita membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.

Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi menuju bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah “techne” yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang

berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi: Diskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A Description Of The Arts, Especially The Mechanical) . Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara- cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah. Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu :

1) Kemajuan teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris: neutral technological progress). Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.

2) Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris: labor-saving technological progress). Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.

3) Kemajuan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-saving technological progress). Fenomena yang relatif langka hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya. Pengalaman di berbagai negara berkembang menunjukan bahwa campur tangan langsung secara berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi asing justru menghambat arus teknologi asing ke negara-negara berkembang

2. Pentingnya Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Pandangan Islam.

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam ayat- ayat berikut:” (Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar (39) : 9).

Pendapat al-Maraghy dalam tafsirnya yang dikutip oleh Abuddin Nata menyebutkan : “Katakanlah hai Rasul kepada kaummu, adakah sama orang-orang yang mengetahui bahwa ia akan mendapatkan pahala karena ketaatan pada Tuhan-nya, dengan orang-orang yang tidak mengetahui hal yang demikian itu ? Ungkapan pertanyaan ini menunjukkan bahwa yang pertama (orang-orang yang mengetahui) akan dapat mencapai derajat kebaikan; sedangkan yang kedua (orang-orang yang tidak mengetahui) akan mendapat kehinaan.”

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah (58) : 11).

Maksudnya dari ayat tersebut adalah Allah SWT akan mengangkat derajat (martabat) orang – orang yang melaksanakan perintahNya dan RasulNya dan orang – orang yang berilmu

pengetahuan. Selanjutnya ayat ini mendorong kita mengadakan kegiatan di bidang ilmu

Dalam dokumen Makalah Pendidikan dan Agama Islam (Halaman 179-194)