95% CI Lower Upper
5.2.4 Hubungan Media Informasi terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja di Desa Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak
Berdasarkan Tabel 4.17 hasil tabulasi silang antara media informasi dengan perilaku seks pranikah remaja diperoleh bahwa dari 28 responden yang mendapatkan informasi dari media bersifat negatif sebanyak 12 orang (42,9%) memiliki perilaku seks pranikah berat dan sebanyak 16 orang (57,1%) memiliki perilaku seks pranikah ringan. Sedangkan dari 33 responden yang mendapatkan informasi dari media bersifat
positif sebayak 5 orang (15,2%) memiliki perilaku seks pranikah berat dan 28 orang (84,8) memiliki perilaku seks pranikah ringan. Hasil uji chi square didapat nilai p=0,016<0,05, artinya ada hubungan antara media informasi dengan perilaku seks pranikah remaja.
Pengaruh media informasi terhadap perilaku seks pranikah tidak masuk dalam analisis regresi logistic berganda, karena pada analisis regresi logistic berganda dilakukan beberapa uji terlebih dahulu. Pada uji pemodelan alternatif media informasi memiliki nilai χ2 lebih rendah dari pola asuh ayah permisif dan pola asuh ibu permisif, sehingga dapat dikatakan bahwa media informasi memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap perilaku seks pranikah remaja.
Brown (2008), menyatakan banyak yang telah menulis tentang pengaruh media terhadap perilaku seksual remaja, terutama yang berhubungan dengan keputusan remaja tentang seks, media memberikan pengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku seksual baik secara positif maupun negatif.
Mohammad (1998), menyatakan media cetak dan elektronik merupakan media yang paling banyak dipakai sebagai penyebarluasan pornografi. Akibat dari kemajuan teknologi terutama internet membuat remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya, banyak remaja mengakses gambar atau video porno melalui warnet-warnet yang ada disekitar mereka. kebanyakan dari remaja menyimpan di handpone mereka, bahkan tidak
jarang mereka saling bertukar atau memberikan kepada teman yang lain melalui bluetooth.
5.3. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen atau sebagian variabel termasuk variabel independen menggunakan uji Regresi Logistik Ganda (multiple logistic regression) pada taraf kepercayaan 95%
(α=0,05).
5.3.1. Pengaruh Pola Asuh Ayah dan Pola Asuh Ibu terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja di Desa Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak.
Pengaruh pola asuh ayah dan pola asuh ibu terhadap perilaku seks pranikah remaja setelah dikategorikan menjadi 2 (dua) diperoleh hasil dari 9 responden yang memiliki pola asuh ayah permisif ditemukan sebanyak 7 orang (77,8%) memiliki perilaku seks pranikah berat dan 2 orang (22,2%) memiliki perilaku seks pranikah ringan, dari 52 responden yang memiliki pola asuh yang lainnya ditemukan sebanyak 10 orang (19,2%) memiliki perilaku seks berat dan 42 orang (80,8%) perilaku seks pranikah ringan. Hasil uji chi square didapat nilai p=0,000<0,05, artinya ada hubungan antara pola asuh ayah permisif dengan perilaku seks pranikah. Sedangkan dari 14 responden yang memiliki pola asuh ayah otoriter ditemukan sebanyak 8 orang (57,1%) memiliki perilaku seks pranikah berat dan 6 orang (42,9%) memiliki perilaku seks pranikah ringan, dari 47 responden yang memiliki pola asuh yang lainnya ditemukan sebanyak 9 (19,1%) memiliki perilaku seks berat dan 38 orang (80,9%)
memiliki perilaku seks pranikah ringan. Hasil uji chi square didapat nilai p=0,005<0,05, artinya ada hubungan antara pola asuh ayah otoriter dengan perilaku seks pranikah remaja.
Pada pola asuh ibu diperoleh dari 8 responden yang memiliki pola asuh ibu permisif ditemukan sebanyak 5 orang (62,5%) memiliki perilaku seks pranikah berat dan 3 orang (37,5%) memiliki perilaku seks pranikah ringan, dari 53 responden yang memiliki pola asuh yang lainnya ditemukan sebanyak 12 (22,6%) memiliki perilaku seks berat dan 41 orang (77,4%) memiliki perilaku seks pranikah ringan. Hasil uji chi square didapat nilai p=0,000<0,05, artinya ada hubungan antara pola asuh ibu permisif dengan perilaku seks pranikah remaja. Pada pola asuh ibu otoriter diperoleh dari 16 responden yang memiliki pola asuh ibu otoriter ditemukan sebanyak 2 orang (12,5%) memiliki perilaku seks pranikah berat dan 14 orang (87,5%) memiliki perilaku seks pranikah ringan, dari 45 responden yang memiliki pola asuh yang lainnya ditemukan sebanyak 15 orang (33,3%) memiliki perilaku seks berat dan 30 orang (66,7%) memiliki perilaku seks pranikah ringan. Hasil uji chi square didapat nilai p=0,000<0,05, artinya ada hubungan antara pola asuh ibu otoriter dengan perilaku seks pranikah remaja.
Setelah dikategorikan menjadi 2 kategori, keempat variabel pola asuh masuk menjadi kandidat pemodelan, lalu dilakukan kolinarisasi dan metode alternatif. Pada model alternatif dilihat model alternatif yang masuk menjadi model analisis
multivariat dengan melihat nilai χ2 tertinggi, setelah itu baru dilakukan analisis multivariat.
Hasil analisis regresi logistik berganda pada variabel pola asuh ayah menunjukkan bahwa nilai p value =0,004< 0,025 menunjukkan ada pengaruh antara pola asuh ayah permisif terhadap perilaku seks pranikah dengan nilai eksponden B 3,030. Artinya jika remaja memiliki pola asuh ayah permisif kemungkinan remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah remaja sebesar 3,0 kali lebih besar dari pola asuh yang lainnya.
Dari hasil penelitian 61 responden yang memiliki pola asuh ayah, ditemukan sebanyak 17 responden melakukan perilaku seks pranikah berat dan 44 melakukan perilaku seks pranikah ringan. Remaja yang melakukan perilaku seks pranikah terbanyak adalah pada remaja dengan pola asuh ayah permisif sebanyak 77,8%, pendidikan ayah rendah, pekerjaan ayah buruh dan pada jenis kelamin laki-laki, dari 17 responden yang melakukan perilaku seks pranikah berat diperoleh 12 responden berjenis kelamin laki-laki dan 5 responden berjenis kelamin perempuan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Han (2009), menyatakan bahwa pekerjaan dapat menghasilkan efek pengasuhan baik bersifat negatif atau positif.
Clarke dan stewart (2006), menyatakan bahwa yang penting bagi perkembangan anak adalah sifat dari pekerjaan orang tua. Orang tua yang memiliki beban pekerjaan yang berat dan strees pada pekerjaannya cenderung lebih mudah marah dari pada yang memiliki beban atau kondisi kerja yang lebih ringan.
Pendidikan orang tua juga mengambil peranan dalam perilaku seks pranikah orang tua yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai kemampuan kognitif yang tinggi dan mendapatkan informasi yang lebih baik, sehingga mampu memberikan keputusan terkait masalah remaja, selain itu sebagian besar ayah memperbolehkan remaja mempunyai pacar dan ada perbedaan pola asuh yang diberikan pada anak laki-laki dan anak perempuan, orang tua lebih memberi kebebasan kepada anak laki-laki-laki-laki dari pada anak perempuan.
Perilaku seseorang dapat terbentuk dari pola asuh yang diberikan dalam keluarga, karena keluarga merupakan tempat pertama dan utama seorang individu memperoleh pendidikan, keterampilan dan telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan karakter remaja untuk bekal hidupnya di masa akan datang. Dalam keluarga ayah harus menjadi panutan, tempat bertanya dan mewariskan nilai-nilai kepada remaja termasuk pemahaman mengenai masalah seksual, bila orang tua memberikan pemahaman mengenai perilaku seksual kepada remaja, maka remaja akan cenderung mengontrol perilaku seks sesuai dengan pemahaman yang diberikan. Bandura (2000) menyatakan faktor yang memengaruhi perilaku remaja diantaranya adalah faktor keluarga.
Pola asuh orang tua dalam keluarga dapat membentuk karakter seorang anak hingga masa remaja dan dewasa, hal ini dapat terjadi karena pengasuhan telah dimulai sejak kecil dalam keluarga, pola asuh yang diberikan pada seorang anak
dapat menghindarkan anak dari pengaruh buruk lingkungan seperti penggunaan narkotika dan perilaku seks pranikah.
Hasil analisis uji regresi logistik berganda pada pola asuh ibu permisif menunjukkan bahwa nilai p value =0,003< 0,025 menunjukkan ada pengaruh antara pola asuh ibu permisif terhadap perilaku seks pranikah, dengan nilai eksponden B 3,101, artinya jika remaja memiliki pola asuh ibu permisif kemungkinan remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah remaja sebesar 3,1 kali lebih besar dari pola asuh yang lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dkk (2013), diperoleh hasil uji regresi logistic menyimpulkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seks pranikah remaja. dimana kecenderungan remaja melakukan perilaku seks pranikah lebih tinggi pada pola asuh yang kurang baik. Penelitian Maryatun (2013), menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua mempunyai peran dengan perilaku seksual remaja. Pada hasil uji statistik ditemukan remaja dengan pola asuh autoritarian berpeluang untuk melakukan perilaku seksual yang wajar sembilan belas kali lebih besar dibandingkan dengan remaja yang diasuh dengan pola permisif.
Pada hasil penelitian dari 61 responden, ditemukan sebanyak 17 responden melakukan perilaku seks pranikah berat dan 44 melakukan perilaku seks pranikah ringan. Remaja yang melakukan perilaku seks pranikah terbanyak adalah pada remaja dengan pola asuh ibu permisif (62,5%), pendidikan ibu rendah, dan pada jenis kelamin laki-laki, dari 17 responden yang melakukan perilaku seks pranikah
diperoleh 12 responden berjenis kelamin laki-laki dan 5 responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar orang tua memperbolehkan remaja mempunyai pacar dan ada perbedaan pola asuh yang diberikan pada anak laki dan anak perempuan, orang tua lebih memberi kebebasan kepada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Pendidikan ibu juga mengambil peran dalam perilaku seks remaja. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemampuan kognitif yang lebih tinggi dan mendapatkan informasi yang lebih baik, sehingga mampu memberikan keputusan yang terkait dengan masalah remaja. pada hasil penelitian mayoritas ibu memiliki pendidikan rendah.
Keluarga merupakan tempat pertama kali individu mendapatkan pendidikan, keluarga mempunyai peran yang cukup penting bagi remaja dalam bersosialisasi di masyarakat. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting dalam perkembangan remaja, terutama peran ibu dalam memberikan pola asuh dan informasi kepada remaja mengenai masa yang akan dijalani remaja agar dapat menghindarkan diri dari perilaku seks pranikah. Selain itu ibu merupakan orang yang terdekat bagi remaja untuk melakukan komunikasi dan ibu juga merupakan pendidikan utama, agar remaja terhindar dari perilaku seks pranikah.
Perilaku seks pranikah remaja dalam penelitian banyak terjadi pada pola asuh permisif, hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden menyatakan bahwa orang tua tidak pernah melarang berpacaran, tidak pernah melarang berteman dengan siapa saja dan membiarkan remaja keluar malam dengan pacar. Pada pola asuh permisif
orang tua berfokus pada anak, orang tua tidak memiliki control kepada anak, segala aturan diserahkan kepada anak, anak diberi kebebasan untuk berbuat sesuai dengan keinginannya, orang tua umumnya membiarkan anaknya untuk menentukan tingkah lakunya sendiri.
Perilaku seks pranikah remaja di Desa Bulu Cina mayoritas berperilaku seks pranikah ringan, walaupun perilaku seks pranikah ringan, bukan berarti dibenarkan untuk dilakukan. Hal ini bertentangan dengan adat istiadat yang berlaku di masyarakat kita, perilaku seks pranikah berat bukan langsung terjadi tetapi di mulai dari perilaku seks pranikah ringan terlebih dahulu. Maka bagi remaja perlu menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang akan medekatkan kita pada perilaku seks pranikah.
Perilaku seks pranikah pada remaja di pengaruhi oleh pola asuh ayah dan pola asuh ibu hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ghifari (2004), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah diantaranya faktor kualitas keluarga, kualitas informasi. Swenson dan Prelow (2005), menyatakan lingkungan keluarga/pengasuhan di dalam keluarga mempengaruhi perilaku seks pranikah dan teori yang dikemukakan oleh Shochib (2000), menyatakan lingkungan keluarga melalui pola asuh orang tua mempengaruhi perilaku seks pranikah. Variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku seks pranikah antara pola asuh ayah permisif dan pola asuh ibu permisif adalah variabel pola asuh ibu permisif. Pola asuh
orang tua dalam keluarga dapat membentuk karakter seorang anak hingga masa remaja dan dewasa.
Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu Tarmizi (2009) dan Pentrato (2006), pola asuh yang paling sesuai yang dapat diterapkan kepada remaja adalah pola asuh yang bersifat demokratis di kombinasikan dengan pola asuh otoriter. hal ini dikarenakan dari hasil penelitian banyak dari orang tua demokratis memperbolehkan remaja untuk memiliki pacar dan boleh keluar malam bersama pacar. Inilah yang dapat menyebabkan remaja melakukan perilaku seks pranikah ringan. Maka orang tua harus tengasndalam masalah berpacaran pada anak remaja. Interaksi antara remaja dengan orang tua, menunda bahkan mengurangi perilaku hubungan seksual pada remaja dan pengawasan dari orang tua yang kurang akan mempercepat remaja melakukan hubungan seksual. Orang tua merupakan figur tauladan bagi anak, suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologi bagi setiap usia khususnya usia remaja.
BAB 6