TINJAUAN PUSTAKA
2.4. Perilaku Seks Pranikah
Dari segi aspek biologis, perilaku menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000) adalah, suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari segi biologis makhluk hidup mulai dari binatang sampai manusia, mempunyai aktifitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai kegiatan yang sangat luas, adapun kegiatan yang dilakukan antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berpikir, berlari, makan dan seterusnya.
Menurut Mu’tadin (2002) Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Sarwono (2007), perilaku seks pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis, maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama.
Menurut Stuart dan Sundeen (1999), Perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan di tempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan
sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung.
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respons (Skinner, 1949 dalam Notoatmojo, 2010). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap dan psikomotor dari tindakan (keterampilan). Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Menurut Sarwono (2007), Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku juga merupakan respons/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan yaitu berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).
Sarwono (2007), juga mengatakan bahwa perilaku seksual merupakan segala bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk perilaku seksual, mulai dari bergandengan tangan (memegang lengan pasangan), berpelukan (seperti merengkuh bahu, merengkuh pinggang), bercumbu (seperti cium pipi, cium kening, cium bibir), meraba bagian tubuh yang sensitif, menggesek-gesekkan alat kelamin sampai dengan memasukkan
alat kelamin. Sedangkan menurut Imran (2000) perilaku seksual yang sering ditemukan pada remaja berupa :
1. Berfantasi
Adalah perilaku membayangkan atau mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotis. Jika dibiarkan dalam waktu lama bisa berlanjut ke aktifitas lain, seperti masturbasi, dan lain-lain.
2. Berpegangan tangan
Aktivitas ini memang tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya.
3. Cium kering
Merupakan aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan pipi, pipi dengan bibir.
Perilaku ini bisa berlanjut keaktivitas lainnya yang dapat lebih dinikmati.
4. Cium basah
Cium basah merupakan aktivitas seksual berupa sentuhan bibir dengan bibir.
Aktivitas ini menjadikan jantung lebih berdebar-debar dan menimbulkan sensasi seksual yang kuat, yang membangkitkan dorongan seksual hingga tidak terkehendaki, yang tanpa disadari akan terjadi cumbuan, petting, bahkan sampai hubungan intim.
5. Meraba
Kegiatan meraba bagian-bagian sensitif seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis, dan pantat. Bila kegiatan ini dilakukan maka seseorang akan terangsang secara seksual, akibatnya bisa melakukan aktivitas seksual selanjutnya (cumbuan
berat dan senggama).
6. Berpelukan
Aktivitas ini membuat jantung berdegup lebih kencang, menimbulkan perasaan aman, nyaman dan tenang, serta menimbulkan rangsangan seksual.
7. Masturbasi
Adalah perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual, biasanya dengan tangan, tanpa melakukan hubungan intim, dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasaan seksual. Bagi laki-laki adalah merangsang penis dengan mengusap-ngusap dan menggosok-gosoknya. Sedangkan perempuan masturbasi biasanya mengusap-ngusap dan menggesek-gesek kemaluan, terutama klitoris dan vagina. Masturbasi digolongkan kedalam kegiatan memuaskan diri sendiri, tetapi kadang-kadang dapat pula terjadi dengan satu pasangan akan merangsang alat kelamin lawan jenisnya untuk mencapai orgasme.
8. Oral
Perilaku seksual dengan cara oral adalah memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis.
9. Petting
Petting adalah kesuluruhan aktivitas non intercouse (hingga menempelkan alat kelamin). Masih banyak remaja yang beranggapan tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal perilaku ini dapat menyebabkan hamil, karena cairan pertama yang keluar pada saat terangsang pada laki-laki bisa mengandung sperma walaupun dalam jumlah yang sedikit. Petting dapat berlanjut ke persenggamaan.
10. Senggama
Senggama adalah aktivitas dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan. Banyak risiko yang diakibatkan dari hubungan seksual pranikah, dari mulai perasaan bersalah, berdosa, ketagihan, merusak masa depan, merusak nama baik pribadi dan keluarga, hingga hamil, terkena PMS, HIV-AIDS.
Bahkan ada yang melakukan aborsi hingga mengakibatkan kematian.
Menurut L”Engle et.al (2005) dalam Tjiptanigrum (2009), mengatakan bahwa perilaku seksual ringan mencakup : Menaksir, pergi berkencan, mengkhayal, berpegangan tangan, berciuman ringan (kening/pipi), saling memeluk, sedangkan yang termasuk kategori berat adalah : Berciuman bibir/mulut dan lidah, meraba dan mencium bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin, menempelkan alat kelamin, oral seks, berhubungan seksual (senggama).
Faktor yang juga diasumsikan sangat mendukung remaja untuk melakukan hubungan seksual adalah keluarga dan teman sebaya. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan.
Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian remaja dan sebaliknya orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga.
2.4.1. Dampak Perilaku Seks Pranikah
Perilaku seks pranikah pada remaja mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan. Adapun dampak perilaku seks pranikah diantaranya :
1. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seks bebas pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa.
2. Dampak fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seks bebas tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
3. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seks bebas yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
4. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya adalah berkembang penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan sakit kronis serta meningkatakan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS (Sarwono, 2011).
2.4.2. Faktor yang Memengaruhi Seks Pranikah
Penyebab perilaku seks pranikah menurut Ghifari (2004) adalah : 1. Kualitas keluarga
Kualitas keluarga yang tidak mendukung anak untuk berlaku baik, bahkan tidak mendapat kasih sayang dari orang tua, dan pergeseran norma positif dari keluarga, di samping itu keluarga tidak memberikan arahan seks yang baik pada remaja, akan dapat membuat remaja berperilaku seks pranikah. Menurut BKKBN (2014), permasalahan yang dihadapi remaja adalah Seksualitas, HIV, dan AIDS serta NAPZA). Melalui pedekatan pola asuh orang tua dalam keluarga diharapkan dapat mencegah permasalahan pada remaja. Karena pola asuh orang tua telah diidentifikasi memiliki pengaruh yang sangat besar/penting dalam pembentukan sikap dan perilaku remaja.
2. Kualitas informasi
Kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai akibat globalisasi mengakibatkan remaja sangat mudah mendapatkan informasi dalam hal seksualitas.
3. Kualitas lingkungan
Kualitas lingkungan yang kurang sehat seperti lingkungan masyarakat yang mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga.
4. Kualitas diri remaja
Kualitas diri remaja itu diantaranya perkembangan emisional yang tidak sehat, kurangnya control diri atau pengendalian diri, mengalami hambatan dalam pergaulan, kurangnya norma agama, ketidak mampuan menggunakan waktu.
Menurut Shochib (2000) sebagai berikut:
1. Lingkungan keluarga 2. Media informasi
3. Lingkungan masyarakat 4. Pergaulan teman sebaya 5. Hilangnya figur ideal
Sedangkan menurut Sarwono (2007), faktor yang memengaruhi seks pranikah sebagai berikut :
1. Perubahan hormone
2. Penundaan usia perkawinan
3. Penyebaran informasi melalui media 4. Norma dalam masyarakat
Santrock (2014) mengutip pendapat Huebner dan Howel (2003), Swenson dan Prelow (2005), mengatakan faktor-faktor resiko untuk masalah-masalah seksual pada remaja dapat meliputi status sosial-ekonomi (SeS) dan lingkungan keluarga/
pengasuhan. Santrock (2014) mengutip pendapat Miller, Benson, dan Galbraith (2001), mengatakan bahwa tinggal di dalam lingkungan yang berbahaya dan
tergolong sosio-ekonomi rendah mengandung risiko untuk mengalami kehamilan di masa remaja.
2.5. Remaja
Banyak ahli yang memberikan definisi/batasan tentang remaja, remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti remaja atau tumbuh menjadi dewasa, bangsa primitive-demikian juga orang-orang zaman purbakala, memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan priode-priode lain dalam rentan kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Istilah adolescence yang sekarang ini memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik (Hurlock, 2003).
Menurut Papalia dan Olds (2001) dalam Jahja (2011), mengatakan masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun. Sarwono (2007), mengatakan masa remaja adalah masa periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, sejak mulainya seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual.
2.5.1. Ciri- Ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003), antara lain :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi, perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupaya usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di
dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderung remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
2.5.2. Tahap Perkembangan Masa Remaja
Menurut Depkes RI (2002), tahapan perkembangan masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan yaitu :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
Ciri khas tahap remaja awal antara lain : Lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuh dan mulai berfikir abstrak.
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
Ciri khas tahap remaja awal antara lain: Mencari identitas diri, mempunyai rasa cinta yang mendalam dan mengembangkan kemampuan berfikir abstrak serta berkhayal tentang aktifitas seks.
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
Ciri khas tahap remaja akhir antara lain : Pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta dan mampu berfikir abstrak.
Menurut Monks (2009), tahap perkembangan masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan yaitu :
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Ciri khas tahap remaja awal antara lain : Lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
2. Masa remaja tengah (15-18 tahun)
Ciri khas tahap remaja tengah antara lain : Mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, berkhayal tentang aktivitas seks.
3. Masa remaja akhir (18-21 tahun)
Ciri khas tahap remaja akhir antara lain : Pengungkapan identitas diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berfikir abstrak.
2.5.3. Perkembangan Fisik Remaja
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut.
1. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002), disebutkan bahwa ciri seks primer pada remaja adalah:
a. Remaja laki-laki : Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah, mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.
b. Remaja perempuan : Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi). menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung darah.
2. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2011), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah : a. Remaja laki-laki : Bahu melebar, pinggul menyempit, pertumbuhan rambut di
sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki, kulit menjadi lebih kasar dan tebal, produksi keringat menjadi lebih banyak
b. Remaja perempuan : Pinggul lebar, bulat dan membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat, kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif lagi, otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai, suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
Masa remaja merupakan masa penuh gejolak seksual yang sangat besar dan sulit untuk dikendalikan, dorongan seksual tersebut menyebabkan mereka mudah terpengaruh, mengikuti trend dan menganggap bahwa seks adalah hal yang wajar
dilakukan oleh anak muda jaman sekarang. Oleh karena itu ciri perkembangan perlu diketahui, agar penanganan masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksinya dapat dilakukan dengan lebih baik (Depkes RI, 2001).