• Tidak ada hasil yang ditemukan

MIKROSTRUKTUR WACANA EKSPOSISI

3.3 Koherensi dalam Paragraf Eksposisi

3.3.1 Hubungan Makna Kontras

Hubungan makna kontras ialah hubungan yang meng-ungkapkan bahwa informasi pada pernyataan yang satu me-rupakan penentangan terhadap informasi pada pernyataan yang lainnya. Penentangan itu tidak selalu berupa pembalikan, namun dapat juga sekadar membedakan. Konjungsi antarkalimat yang menyatakan hubungan makna kontras ditandai dengan satuan lingual yang menyatakan makna penentangan. Dalam paragraf eksposisi bahasa Jawa, hubungan makna penentangan antar-kalimat ditandai dengan satuan lingual, seperti nanging ‘tetapi’,

ananging ‘tetapi’, ning ‘tetapi’, kamangka ‘padahal’, kosok baline ‘sebaliknya’, mung wae ‘hanya saja’, emane ‘sayangnya’, mung

emane ‘hanya sayangnya’, ing kamangka ‘padahal’, kamangka ‘padahal’, senadyan ‘walaupun’, sanajan ’walaupun’, najan ’walaupun’, dan ewasemono ’walaupun begitu’. Pemakaiannya dapat dilihat pada paragraf (76) berikut ini.

(76) (a) Pemanasan global iku duwe pangaribawa tumrap bongkahan es ing kutub. (b) Kaya lumrahe es liyane menawa kena panas mesthi dadi encer. (c) Encere es saka gelas njalari luber paling ya mung nelesi meja utawa klasa. (d) Ning coba panjenengan bayangake yen sing encer iku es sing manggon ana kutub bumi. (e) Ora wurung lumebere banyu iku anjlog ing segara. (f) Manut cathetan sejarah, Pulo Jawa lan Sumatra iku biyene gandheng. (g) Nanging kaperbawan jaman es mula saiki dadi pisah amarga dipisahake dening selat Malaka.

(Djaka Lodang, No. 33/12 Januari 2008/hlm. 12) (a) ‘Pemanasan global mempunyai pengaruh terhadap tumpukan es di kutub. (b) Seperti sifat es pada umumnya bila terkena panas pasti mencair. (c) Melubernya air akibat men-cairnya es dari gelas hanya akan membasahi meja atau tikar. (d) Tetapi, coba Anda bayangkan jika yang mencair itu es

yang berada di kutub bumi. (e) Melubernya air pasti turun ke laut. (f) Menurut catatan sejarah, Pulau Jawa dan Sumatra dahulu terangkai menjadi satu pulau. (g) Namun, karena pengaruh zaman es maka sekarang menjadi dua pulau yang terpisah karena dipisahkan oleh Selat Malaka.’

Paragraf (76) mempunyai hubungan makna kontras atau pertentangan yang ditandai dengan satuan lingual nanging ‘namun, tetapi’. Pada paragraf tersebut dipertentangkan antara informasi dalam kalimat (c) dan informasi dalam kalimat (d)—(e), yang ditandai oleh satuan lingual ning ‘tetapi’ pada awal kalimat (d). Kalimat (c) menginformasikan bahwa melubernya air akibat mencairnya es dalam gelas hanya akan membasahi meja atau tikar. Kalimat (d)—(e) merupakan penentangan terhadap kalimat (c) karena menginformasikan bahwa melubernya air akibat mencairnya es yang berada di kutub bumi pasti turun ke laut. Kalimat (f) menginformasikan bahwa Pulau Jawa dan Sumatera dahulu merupakan dua pulau yang terangkai menjadi satu pulau. Kalimat (g) merupakan penentangan terhadap kalimat (f) karena menginformasikan bahwa pulau Jawa dan Sumatera sekarang terpisah menjadi dua pulau akibat zaman es. Penentangan (g) terhadap kalimat (f) ditandai oleh satuan lingual nanging ‘namun, tetapi’ pada awal kalimat (g).

Contoh lainnya dapat dilihat pada paragraf (77)—(80) berikut. (77) (a) Bebrayan duwe penganggep yen sirah ngelu-ngelu ing githok

rasane pegel banget lan gampang nesu, iku gejala penyakit hipertensi. (b) Kamangka kanyatane ing urip saben dinane iku akeh kang kecandhak lara hipertensi suwe banget, nanging ora krasa ngelu lsp. (c) Kosok baline ana kang tekanan darahahe normal-normal wae, nanging krasa ngelu lan kerep nesu.

(Panjebar Semangat, No. 18/19 Maret 2008/hlm. 38) (a) ‘Masyarakat mempunyai anggapan kalau kepala terasa pusing dan gampang marah, itu pertanda penyakit hiper-tensi. (b) Padahal dalam kenyataan hidup sehari-hari banyak yang mengidap hipertensi, namun tidak merasakan pusing,

dsb. (c) Sebaliknya ada yang tekanan darahnya normal, namun merasakan pusing dan sering marah.’

Contoh (77) merupakan paragraf yang di dalamnya me-nunjukkan adanya hubungan makna kontras atau pertentang-an. Hubungan pertentangan tersebut terjadi antara kalimat (a) dan kalimat (b) yang ditandai oleh satuan lingual kamangka ‘padahal’ pada awal kalimat (b) dan antara kalimat (b) dan kalimat (c) yang ditandai oleh satuan lingual kosok baline ‘sebaliknya’ pada awal kalimat (c).

(78) (a) Zodia tanduran asal saka Papua wis sawetara taun digreng-sengake ing Jakarta. (b) Akeh perumahan sing padha diwajibake nandur zodia kanggo nulak penyakit demam berdarah. (c) Jeneng Latin-e Evodia suaveolensi, wite dhuwure bisa nganti rong meter. (d) Godhonge kaya driji telu, ana sing loro, yen diremet ambune ora enak. (e) Yen kena banyu ngetokake ganda langu nyegrak, mula lemut ora gelem cedhak. (f) Emane ing Jawa Timur tanduran iki isih arang.

(Jaya Baya, No. 32/April 2007/hlm. 33) (a) ‘Zodia, tanaman asal Papua, sudah beberapa tahun ini dikembangkan di Jakarta. (b) Banyak perumahan yang diwajib-kan menanam zodia untuk menolak penyakit demam berdarah. (c) Nama latinnya Evodia suaveolensi, tingginya dapat men-capai dua meter. (d) Daunnya mirip tiga jari, ada yang dua, kalau diremas aromanya tidak enak. (e) Jika terkena air menge-luarkan aroma langu, sehingga nyamuk tidak mau mendekat. (f) Sayangnya di Jawa Timur tanaman ini masih langka.’ Hubungan pertentangan atau kontras pada paragraf (78) dapat dilihat antara kalimat (a) dan kalimat (f). Pada kalimat (a) dijelaskan bahwa zodia dibudidayakan di Jakarta, bahkan di-wajibkan untuk ditanam di perumahan-perumahan untuk men-cegah tersebarnya penyakit demam berdarah, sementara pada kalimat (f) dijelaskan bahwa tanaman ini masih jarang ditemu-kan. Satuan lingual yang dipakai untuk menandai hubungan

penentangan adalah emane ‘sayangnya’ yang terdapat pada awal kalimat (f).

(79) (a) Ing Indonesia, panguripane mimba akeh kasebar ing Bali, Lombok sarta dhaerah Indonesia wetan liyane. (b) Mung emane, khasiat obat mimba tumrap rakyat Indonesia isih rinasa kurang antuk kawigaten mirunggan.

(Panjebar Semangat, No. 6/2007/hlm. 38) (a) ‘Di Indonesia, tumbuhan mimba banyak tersebar di Bali, Lombok dan daerah Indonesia timur lainnya. (b) Hanya sayangnya, khasiat obat mimba bagi rakyat Indonesia masih kurang mendapat perhatian secara khusus.’

Hubungan pertentangan atau kontras pada paragraf (79) dapat dilihat antara kalimat (a) dan kalimat (b). Pada kalimat (a) dijelaskan bahwa tumbuhan mimba banyak tersebar di Bali, Lombok, dan daerah Indonesia timur lainnya. Di sisi lain, pada kalimat (b) dijelaskan bahwa khasiat tanaman mimba sebagai obat bagi rakyat Indonesia kurang mendapat perhatian secara khusus. Satuan lingual yang dipakai untuk menandai hubungan penentangan adalah mung emane ‘hanya sayangnya’ yang terda-pat pada awal kalimat (f). Satuan lingual ini mempunyai kemiripan makna dengan emane ‘sayangnya’ sehingga keduanya memung-kinkan untuk saling dipertukarkan dalam penggunaannya.

Satuan lingual lain yang juga mengandung hubungan makna penentangan adalah ing kamangka ‘padahal’ dan kamangka ‘padahal’. Kedua satuan lingual ini mempunyai makna yang sama, sehingga pemakaian keduanya juga dapat saling diper-tukarkan. Hubungan pertentangan tersebut dapat dilihat pada paragraf (80) berikut.

(80) (a) Wong ora ngerti yen tanduran sisik naga kena kanggo tamba. (b) Kamangka ing pengobatan tradisional Cina, sisik naga wis suwe dianggo obat lara sariawan lan radang.

(Jaya Baya, No. 16/Desember 2006/hlm. 11) (a) ‘Orang belum tahu kalau tanaman sisik naga dapat dimanfaatkan sebagai obat. (b) Padahal dalam dunia

peng-obatan tradisional Cina, sisik naga sudah lama digunakan sebagai obat sakit sariawan dan radang.’

Paragraf (80) terdiri atas dua kalimat. Pada kalimat (a) di-jelaskan bahwa orang belum tahu kalau tanaman sisik naga bisa sebagai obat. Sementara pada kalimat (b) dijelaskan bahwa dalam dunia pengobatan tradisional Cina, sisik naga sudah lama di-gunakan sebagai obat sakit sariawan dan radang. Dengan demi-kian, tampak adanya hubungan pertentangan antara kedua kalimat tersebut. Dalam hal ini, hubungan tersebut dieksplisit-kan dengan penanda satuan lingual kamangka ‘pahahal’ pada awal kalimat (b).